Anda di halaman 1dari 32

KELAIKAN DAN BERAT

KOTOR KONTAINER
Ir. SUBAGIYO,M.T.
KEPALA SUB DIREKTORAT RANCANG BANGUN, GARIS MUAT
DAN STABILITAS KAPAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
(PERMENHUB NO. PM 189 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN)

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT


(BAB V - PASAL 257 ~ 407)

SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL
(PASAL 261 ~ 287)

DIREKTORAT KESATUAN
DIREKTORAT LALU-LINTAS DIREKTORAT DIREKTORAT PERKAPALAN DIREKTORAT
PENJAGAAN LAUT DAN
DAN ANGKUTAN LAUT KEPELABUHANAN DAN KEPELAUTAN KENAVIGASIAN
PANTAI
(PASAL 288~311) (PASAL 312 ~ 335) (PASAL 336 ~ 359) (PASAL 360 ~ 383)
(PASAL 384 ~ 407)
TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL PREHUBUNGAN LAUT
(PERMENHUB NO. PM 189 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN)

TUGAS MENYELENGGARAKAN PERUMUSAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT


(Pasal 258)

1. PERUMUSAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DI PERAIRAN, KEPELABUHANAN, SARANA DAN PRASARANA
PELAYARAN, PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM, SERTA PENINGKATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN;

2. PELAKSANAAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DI PERAIRAN, KEPELABUHANAN, SARANA DAN PRASARANA
PELAYARAN, PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM, SERTA PENINGKATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN;

F 3. PENYUSUNAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DI PERAIRAN,
KEPELABUHANAN, SARANA DAN PRASARANA PELAYARAN, PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM, SERTA PENINGKATAN
U
KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN;
N (Pasal 259)
G 4. PELAKSANAAN PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN SUPERVISI DI BIDANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DI PERAIRAN,
S KEPELABUHANAN, SARANA DAN PRASARANA PELAYARAN, PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM, SERTA PENINGKATAN
KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN;
I
5. PELAKSANAAN EVALUASI DAN PELAPORAN DI BIDANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DI PERAIRAN, KEPELABUHANAN, SARANA
DAN PRASARANA PELAYARAN, PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM, SERTA PENINGKATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN
PELAYARAN;

6. PELAKSANAAN ADMINISTRASI DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT; DAN

7. PELAKSANAAN FUNGSI LAIN YANG DIBERIKAN OLEH MENTERI.


DIREKTUR PERKAPALAN
DAN KEPELAUTAN

STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT


PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
(PERMENHUB PM 189 TAHUN 2015)
KASUBBAG TATA
USAHA

KASUBDIT PENCEGAHAN
KASUBDIT PENCEMARAN DAN MANAJEMEN
KASUBDIT RANCANG PENGUKURAN, KASUBDIT KESELAMATAN
BANGUN, STABILITAS KESELAMATAN KAPAL DAN KASUBDIT KEPELAUTAN
PENDAFTARAN DAN KAPAL PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DI
DAN GARIS MUAT KEBANGSAAN KAPAL PERAIRAN
KASI PENGUKURAN, KASI PENCEGAHAN KASI PENGAWAKAN
KASI RANCANG
PENDAFTARAN DAN PENCEMARAN DAN KAPAL DAN
BANGUN, STABILITAS KASI KESELAMATAN
KEBANGSAAN KAPAL MANAJEMEN STANDARISASI
DAN GARIS MUAT KAPAL BARANG DAN
BARANG DAN PETI KESELAMATAN KAPAL SERTIFIKASI PELAUT
KAPAL BARANG DAN PETI KEMAS
KEMAS BARANG DAN PETI KEMAS TINGKAT MANAJERIAL
PETI KEMAS

KASI RANCANG KASI PENGUKURAN, KASI PENCEGAHAN KASI PENGAWAKAN


BANGUN, STABILITAS PENDAFTARAN DAN PENCEMARAN DAN KAPAL DAN
KASI KESELAMATAN
DAN GARIS MUAT KEBANGSAAN KAPAL MANAJEMEN STANDARISASI
KAPAL PENUMPANG
KAPAL PENUMPANG PENUMPANG DAN KESELAMATAN KAPAL SERTIFIKASI PELAUT
DAN KAPAL
DAN KAPAL KAPAL PENANGKAP PENUMPANG DAN KAPAL TINGKAT
PENANGKAP IKAN
PENANGKAP IKAN IKAN PENANGKAP IKAN OPERASIONAL
TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN
(PERMENHUB NO. PM 189 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN)

MELAKSANAKAN PERUMUSAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN, PENYUSUNAN NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA, PEMBERIAN
TUGAS BIMBINGAN TEKNIS DAN SUPERVISI SERTA EVALUASI DAN PELAPORAN DI BIDANG KELAIKLAUTAN KAPAL, PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM
(Pasal 336)
DAN KEPELAUTAN.

1. PENYIAPAN PERUMUSAN KEBIJAKAN DI BIDANG RANCANG BANGUN STABILITAS DAN GARIS MUAT KAPAL, PETI KEMAS,
PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN KEBANGSAAN KAPAL, KESELAMATAN KAPAL, PENCEGAHAN PENCEMARAN DARI KAPAL,
MANAJEMEN KESELAMATAN KAPAL DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DI PERAIRAN, DAN KEPELAUTAN;
2. PENYIAPAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DI BIDANG RANCANG BANGUN, STABILITAS DAN GARIS MUAT KAPAL, PETI KEMAS,
PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN KEBANGSAAN KAPAL, KESELAMATAN KAPAL, PENCEGAHAN PENCEMARAN DARI KAPAL,
MANAJEMEN KESELAMATAN KAPAL DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DI PERAIRAN, DAN KEPELAUTAN;
F
3. PENYIAPAN PENYUSUNAN STANDAR, NORMA, PROSEDUR DAN KRITERIA DI BIDANG RANCANG BANGUN, STABILITAS DAN GARIS
U MUAT KAPAL, PETI KEMAS, PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN KEBANGSAAN KAPAL, KESELAMATAN KAPAL, PENCEGAHAN
N (Pasal 337) PENCEMARAN DARI KAPAL, MANAJEMEN KESELAMATAN KAPAL DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DI PERAIRAN DAN
KEPELAUTAN;
G
S 4. PENYIAPAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN SUPERVISI DI BIDANG RANCANG BANGUN, STABILITAS DAN GARIS
I MUAT KAPAL, PETI KEMAS, PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN KEBANGSAAN KAPAL, KESELAMATAN KAPAL, PENCEGAHAN
PENCEMARAN DARI KAPAL, MANAJEMEN KESELAMATAN KAPAL DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DI PERAIRAN DAN
KEPELAUTAN;

5. PENYIAPAN EVALUASI DAN PELAPORAN DI BIDANG RANCANG BANGUN, STABILITAS DAN GARIS MUAT KAPAL, PETI KEMAS,
PENGUKURAN DAN PENDAFTARAN KEBANGSAAN KAPAL, KESELAMATAN KAPAL, PENCEGAHAN PENCEMARAN DARI KAPAL,
MANAJEMEN KESELAMATAN KAPAL DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DI PERAIRAN DAN KEPELAUTAN; DAN

6. PELAKSANAAN URUSAN TATA USAHA, KEUANGAN, KEPEGAWAIAN DAN RUMAH TANGGA SERTA DATA DAN INFORMASI DIREKTORAT.
UU NO 17 / 2008
TENTANG PELAYARAN

KOMPONEN

KESELAMATAN
ANGKUTAN DI PERLINDUNGAN
KEPELABUHANAN & KEAMANAN
PERAIRAN LINGK. MARITIM
PELAYARAN

PP No. 20/2010 PP No. 61/2009 PP No. 5/2010 PP No. 21/2010


Jo PP No. 22/2011

 Menghapus Monopoli
 Cabotage  Menciptakan kesempatan Pencegahan &
 Angkutan untuk daerah yang lbh luas utk investasi Penyelenggaraan
Penanggulangan
tertinggal/terpencil  Menciptakan kompetisi SBNP & Pencemaran Lingk
 Pemberdayaan yang sehat Alur Pelayaran Laut dari Kapal
industri pelayaran Pemisahan Fungsi
nasional Regulator & Operator
DASAR HUKUM PELAKSANAAN TUGAS DI SUBDIT RANCANG BANGUN,
STABILITAS DAN GARIS MUAT
1. KONVENSI INTERNASIONAL TERKAIT DENGAN KELAIKLAUTAN KAPAL
2. UU 17 TAHUN 2008 TTG PELAYARAN
3. PP 51 TAHUN 2002 TTG PERKAPALAN
4. PERMENHUB NO. PM 39 TAHUN 2016 TTG GARIS MUAT KAPAL DAN PEMUATAN
5. PERMENHUB NO 20 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KESELAMATAN PELAYARAN
6. PERMENHUB NO 7 TAHUN 2013 TENTANG KEWAJIBAN KLASIFIKASI BAGI KAPAL BERBENDERA
INDONESIA PADA BADAN KLASIFIKASI
1. KONVENSI INTERNASIONAL TERKAIT DENGAN KELAIKLAUTAN KAPAL
2. UU 17 TAHUN 2008 TTG PELAYARAN
3. PP 51 TAHUN 2002 TTG PERKAPALAN
7. PERMENHUB NO PM. 4.5.61 TAHUN
PERMENHUB 2014
NO. PM 39 TAHUN TTG
2016 TTG PERUBAHAN
GARIS MUAT KAPAL DAN PEMUATAN ATAS PERMENHUB NO PM. 7 TAHUN 2013
PERMENHUB NO 20 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KESELAMATAN PELAYARAN
TENTANG KEWAJIBAN 6.KLASIFIKASI
PERMENHUB NO 7 TAHUNBAGI
KLASIFIKASI
KAPAL
2013 TENTANG KEWAJIBANBERBENDERA INDONESIA
KLASIFIKASI BAGI KAPAL BERBENDERA PADA BADAN KLASIFIKASI
INDONESIA PADA BADAN

8. KEPMENHUB NO KM 65 TAHUN
KLASIFIKASI 2009 INDONESIA
BAGI KAPAL BERBENDERA TENTANG STANDAR KAPAL NON KONVENSI BERBENDERA
7. PERMENHUB NO PM. 61 TAHUN 2014 TTG PERUBAHAN ATAS PERMENHUB NO PM. 7 TAHUN 2013 TENTANG KEWAJIBAN
PADA BADAN KLASIFIKASI

INDONESIA 8. KEPMENHUB NO KM 65 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR KAPAL NON KONVENSI BERBENDERA INDONESIA
9. PERDIRJEN HUBLA NO HK.103/2/19/DJPL-16 TTG PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN KELAIKLAUTAN KAPAL

9. PERDIRJEN HUBLA NO HK.103/2/19/DJPL-16 TTG PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN KELAIKLAUTAN


KAPAL
10. PERDINJEN HUBLA NO. HK.103/2/4/DJPL-16 TTG BERAT KOTOR PETI KEMAS TERVERIFIKASI YANG
DIANGKUT DI KAPAL (VERIFIED GROSS MASS OF CONTAINER/ VGM)
11. PERDINJEN HUBLA NO. HK.103/2/5/DJPL-16 TTG PERUBAHAN ATAS PERDINJEN HUBLA NO.
HK.103/2/4/DJPL-16 TTG BERAT KOTOR PETI KEMAS TERVERIFIKASI YANG DIANGKUT DI KAPAL
(VERIFIED GROSS MASS OF CONTAINER/ VGM)
DEFINISI
Petikemas (cargo container) adalah peti kemas kotak yang memenuhi persyaratan teknis
sesuai dengan standar internasional (standard international organization) sebagai alat
atau perangkat pengangkut barang.
PM 83 tahun 2016

Peti kemas adalah suatu perlengkapan Pengangkutan yang :


a. bersifat permanen dan kokoh sehingga dapat digunakan berulang kali;
b. dirancang khusus untuk memfasilitasi pengangkutan barang-barang melalui satu atau
lebih moda transportasi tanpa pemuatan ulang;
c. dirancang untuk diamankan dan/atau mudah ditangani, memiliki sudut pemasangan
(corner fitting) untuk tujuan operasional;
d. memiliki ukuran sedemikian rupa area yang ditutupi oleh empat sudut bawah bagian
luar yaitu :
1) minimal 14 meter persegi (150 sq. ft.) atau
2) minimal 7 meter persegi (75 sq. ft.) if it is fitted with top corner fittings
PERDINJEN HUBLA NO. HK.103/2/4/DJPL-16
DASAR HUKUM KELAIKAN PETI KEMAS

INTERNATIONAL
CONVENTION FOR SAFE
CONTAINERS, 1972
(CSC’1972)

UU No. 17 THN 2008 PP. No. 51 THN 2002


PASAL 149, (PASAL 94 – 99)
1. Diratifikasi melalui Keppres no 33 tahun 1989; “Setiap peti kemas yang akan MENGATUR TTG :
2. CSC’72 & Amendment-nya, antara lain mengatur: dipergunakan sebagai bagian PERSYARATAN KELAIK
a.Pengawasn, pemeriksaan dan pengujian kontainer; dari alat angkut wajib AN PETIKEMAS, PENG-
b.Penyusunan database kontainer nasional untuk pemenuhan memenuhi persyaratan kelaikan AWASAN, PEMERIK-
GLOBAL ACEP DATABASE – CSC 72 & Amendment. peti kemas” SAAN DAN PENGUJIAN,
DLL.
International Convention for Safe Containers, 1972
 Design type approval to ensure that new containers are designed and built to meet ISO (International
Standardization Organization) dimensional and strength requirements.
 Safety inspections to ensure that containers are maintained in safe condition during their operating lives.

Pasal – pasal :
1. Kewajiban umum dibawah konvensi saat ini. 9 Prosedur untuk merubah tiap bagian atau bagian-
bagian dari konvensi.
2. Definisi.
10 Prosedur khusus untuk merubah lampiran-
3. Penerapan. lampiran.
4. Pengujian, Inspeksi, persetujuan dan pemeliharaan. 11 Pembatalan.
5. Penerimaan persetujuan. 12 Pemberhentian.
6. Pengawasan. 13 Penyelesaian sengketa.
7. Penandatanganan, ratifikasi, penerimaan, 14 Reservasi.
persetujuan dan aksesi. 15 Pemberitahuan.
8. Pemberlakuan. 16 Naskah asli.
International Convention for
Safe Containers, 1972

Annex I : Regulasi untuk pengujian, inspeksi, pengesahan dan pemeliharaan kontainer.

CHAPTER:
I Regulasi umum untuk untuk semua sistim pengesahan.
II Regulasi-regulasi untuk pengesahan Peti Kemas baru berdasarkan tipe desain.
III Regulasi-regulasi untuk pengesahan Peti Kemas baru berdasarkan pengesahan individual
IV Regulasi-regulasi untuk pengesahan Peti Kemas lama dan Peti Kemas baru yang belum disahkan pada
saat pembuatan

Annex II :
Persyaratan keselamatan struktural dan pengujian-pengujian
CHAPTER I
Regulasi umum untuk semua sistem pengesahan

REGULASI :
1. Safety Approval Plate (Pelat pengesahan keselamatan)
2. Maintenance and Examination (Pemeliharaan dan Pemeriksaan)

Pelat pengesahan keselamatan harus berbentuk


permanen, tidak berkarat, tahan api

CSC SAFETY APPROVAL MENGINDIKASIKAN :


Negara yang mengesahkan dan tanggal pengesahan
Tanggal (bulan dan tahun) nomer identifikasi manufaktur
Berat kotor maksimum operasional (kg, lbs)
Berat tumpukan yang diijinkan untuk 1.8 g (kg, lbs)
Nilai pengujian beban susunan melintang (kg, lbs)
CHAPTER II:
Regulasi untuk Pengesahan kontainer baru berdasarkan tipe desain

3. Pengesahan untuk Kontainer Baru


4. Desain tipe pengesahan (Design Type Approval)
5. Pengaturan pengesahan berdasarkan tipe desain
6. Pemeriksaan selama produksi
7. Pemberitahuan kepada Adminstrasi/ Pemerintah

CHAPTER III:
Regulasi untuk pengesahan kontainer baru berdasarkan pengesahan individual

8. Pengesahan Individual Peti Kemas

CHAPTER IV:
Regulasi-regulasi untuk pengesahan Peti Kemas lama dan Peti Kemas baru yang belum disahkan pada saat
pembuatan
9. Pengesahan Peti Kemas Lama
10.Pengesahan Peti Kemas baru yang belum disahkan pada saat pembuatan
Introducing the
Global ACEP Database
A BIC-sponsored Pilot developed under the authority of the IMO
ACEP singkatan dari Approved Continuous Examination Program. Sebuah alternatif dari
Skema Pemeriksaan periodik, dimana ACEP memungkinkan rencana pemeriksaan yang
lebih fleksibel untuk operator yang menunjukkan bahwa setiap peti kemas akan diperiksa
secara teratur. Nomor ACEP dikeluarkan oleh Pemerintah (atau Organisasi yang ditunjuk)
untuk pemilik peti kemas dan operator setelah memenuhi persyaratan tertentu. Ketentuan
mengenai ACEP terdapat dalam IMO Convention for Safe Containers (1972) dan
amandemennya (Edisi 2012), dan dibahas oleh IMO Sub-Komite Barang Berbahaya, kargo
padat dan Peti Kemas (DSC), di bawah otoritas Maritime Safety Committee (MSC).

Sebelum 2010, ACEP itu tidak memiliki tanggal kedaluwarsa. Pada tahun 2010
Persyaratan DSC memutuskan bahwa ACEP harus berakhir setelah 10 tahun (lihat IMO CSC.1 /
Baru Circ 138). Seiring dengan perubahan ini timbul persyaratan baru yang menyatakan
bahwa Administrasi (Pemerintah) membuat daftar nomor ACEP valid yang tersedia
untuk umum.
Kenapa Global Database?
Dengan persyaratan baru datang tantangan baru: Bagaimana membuat informasi mudah diakses dan benar-
benar tersedia untuk umum jika masing-masing dan setiap negara harus mempublikasikan daftar tersendiri di
situs web pemerintah sendiri?

Banyak Negara di DSC setuju bahwa diperlukan pilihan lain. BIC menawarkan diri untuk membuat database
yang memungkinkan posting nomor ACEP pada global database tunggal, sehingga memastikan informasi
akan selalu tersedia dan mudah untuk ditemukan.

Kenapa BIC?
Sebagai NGO internasional netral yang fokus pada industri peti
kemas intermodal, BIC adalah organisasi yang ideal untuk
melakukan layanan tersebut atas nama IMO. Selain itu, BIC
memiliki pengalaman dan infrastruktur, mengingat perannya sejak
tahun 1972 sebagai industri global peti kemas untuk register awal
(prefix registry) - pelayanan yang dilakukan di bawah mandat dari
ISO yang diberlakukan oleh Konvensi WCO Customs. BIC
diarahkan untuk mengembangkan sistem ini pada sidang SDC ke-
17, September 2012.
Pentingnya Database Global
Keamanan: Dalam pengangkutan intermoda peti kemas dipertukarkan terus dengan konstan: Pengangkut,
terminal dan sopir truk secara teratur menerima peti kemas milik berbagai pihak - termasuk operator yang
mungkin belum terbiasa. Kontainer dibeli, disewa, sub-disewakan dan pindah atas dasar SOC. Menyadari
bahwa setiap kontainer dilindungi oleh pemeliharaan valid dan rencana perbaikan dengan pemeriksaan secara
rutin sangat penting untuk menjamin keamanan personil kapal dan sisi-darat, serta masyarakat umum.

Operasi: Database global memungkinkan untuk melakukan konfirmasi dengan cepat nomor ACEP dan
Operator, untuk memastikan ACEP berlaku - dimana saja di dunia. Selain itu, CSC memungkinkan peti kemas
yang dioperasikan oleh operator dengan Nomor ACEP valid untuk melanjutkan perjalanan, bahkan jika stiker
nomor ACEP hilang dari peti kemas. Memudahkan petugas kontrol untuk memverifikasi keabsahan sehingga
menghilangkan potensi penundaan.
Monitoring program ACEP oleh IMO
Convention for Safe Containers, CSC (1972)

Dua alternatif prosedur untuk melakukan pengawasan terhadap kondisi operasi yang aman untuk peti
kemas :
(CSC diaplikasikan untuk semua peralatan yang berhubungan dengan pengangkutan laut dalam satu waktu, tidak hanya pada peti kemas
bersertifikat ISO.

1 - Periodic Examination Scheme (PES)

 Tiap Peti kemas harus disurvey secara individual dengan interval yang telah ditentukan.
5 tahun, lalu tiap 30 bulan
 Tanggal pemeriksaan berikutnya dipahat pada pelat CSC
(permanen pada pintu kanan peti kemas)

2 - Active Continuous Examination Plan (ACEP)


Kemampuan Operator peti kemas untuk memonitor seluruh armada peti kemasnya pada kondisi operasi
normal, dan tiap peti kemas telah disurvey pada interval maksimum 30 bulan
Pada DSC15 (2010) IMO memutuskan:
(diambil dari IMO Circular 138)

 Periodik yang telah ditentukan (prescribed periodic) atau pengesahan pemeriksaan yang
berkelanjutan (approved continuous examination)
Pemeriksaan berdasarkan periode validitas pengesahan dan harus direview oleh pemerintah tidak lebih
dari 10 tahun setelah pengesahan atau pengesahan ulang untuk memastikan ketahanannya.

 Pemerintah harus melakukan evaluasi secara periodik,


dengan cara audit atau cara lain yang setara, bahwa ketentuan harus diikuti secara sepenuhnya.
Evaluasi harus dilaksanakan sesuai ketentuan pemerintah, tapi minimal sekali dalam 5 tahun.

 Daftar Pengesahan Pemeriksaan yang berkelanjutan (approved Continuous Examination)


Pemerintah harus membuat daftar ACEP dan membuat daftar yang tersedia untuk publik.
PP. No. 51 THN 2002 TENTANG PERKAPALAN
(PASAL 94 – 99)

MENGATUR TTG KELAIKAN PETIKEMAS :


1. PERSYARATAN KELAIKAN PETIKEMAS
2. PENGAWASAN, PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN.
3. PEMBEBASAN (UNTUK PETI KEMAS YANG TELAH DIPERIKSA DI LUAR NEGERI)
4. PENGUJIAN DAN PERSETUJUAN SEBELUM DIGUNAKAN.
5. SERTIFIKASI
6. PENGHENTIAN PRODUKSI BILA TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN KELAIKAN PETIKEMAS.
7. TANDA PERSETUJUAN
8. TANDA LULUS UJI
9. TANDA PENOLAKAN
10.PERIODE PENGUJIAN :
(5 THN STL TANDA LULUS UJI / PENGUJIAN PERTAMA (P-1), PENGUJIAN BERIKUT DILAKUKAN 30
BULAN SETELAH P-1)
SOLAS chapter VI, part A, regulation 2 & MSC.1/ Circ 1475
VERIFIKASI BERAT KOTOR PETI KEMAS
 Amandemen baru peraturan terkait kontainer SOLAS Bab VI Pasal 2 bahwa
kontainer (container packed) harus dilakukan verifikasi untuk mendapatkan
berat kotor (gross mass) sebelum diangkut di kapal.
 Tanpa data berat kotor kontainer tersebut, kontainer tidak dapat diangkut ke
kapal.
 Telah diberlakukan sejak 1 Juli 2016 terhadap semua kontainer yang diangkut
di kapal pada pelayaran Internasional dan tanggal 1 Januari 2017 terhadap
semua kontainer yang diangkut di kapal pada pelayaran Nasional
TUJUAN PERATURAN
BERAT KOTOR KONTAINER
• Menghindari Kesalahan Pernyataan Berat Dan Meningkatkan Akurasi Data Berat Kontainer
Sehingga Menghindari : Insinden Personal, stabilitas kapal tidak tegak/negatif, Kesalahan
Penempatan Muatan, Tergulingnya Kontainer bahkan kapal, Penempatan Kembal (Re-
stowing) Dan meningkatkan keselamatan jiwa.
DEFINISI
 Berat Kotor Peti kemas berarti berat gabungan dari berat tara Peti kemas dan berat semua
paket kemasan dan barang-barang muatan (cargo items), termasuk palet, bantalan
pelindung (dunnage) serta bahan kemasan lainnya dan bahan pengaman lainnya yang
dikemas ke dalam Peti kemas .
 Berat Tara adalah berat peti kemas kosong yang tidak berisi paket kemasan, barang muatan
(cargo items), palet dan bantalan pelindung (dunnage) serta bahan kemasan dan pengaman
lainnya.
 Bahan kemasan adalah bahan yang digunakan atau untuk digunakan dengan kemasan dan
barang-barang muatan (cargo items) untuk mencegah kerusakan, termasuk, namun tidak
terbatas pada, peti, blok, pengepakan drum, kotak dan tong. Tidak termasuk bahan dalam
kemasan yang disegel tersendiri untuk melindungi muatan barang dalam kemasan.
 Kemasan Peti Kemas adalah peti kemas yang dimuati (diisi) dengam bahan cair, gas, padat,
paket barang muatan termasuk palet, bantalan pelindung (dunnage), serta bahan kemasan
dan pengaman lainnya.
 Berat kotor peti kemas yang terverifikasi (verified Gross Mass Container/ VGM) adalah
jumlah keseluruhan berat kotor dari kemasan peti kemas yang diperoleh melalui salah satu
metode yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal ini.
LINGKUP PEMBERLAKUAN
 Semua paket kontainer dan bagian
muatannya yang di angkut ke kapal.
 Paket kontainer pada chassis atau
trailer yang dibawa kedalam kapal roro.
 Tank container, flat rack, bulk container
termasuk dalam kontainer yang
diangkut dalam chassis atau trailer,
kecuali kontainer dibawa oleh kapal
pelayaran short international voyages
PRINSIP UTAMA
Shipper berkewajiban untuk mendapatkan dan
mendokumentasikan berat kotor kontainer
(gross mass) yang telah diverifikasi.
Data verifikasi berat kontainer harus diserahkan
untuk dimiliki / diterima oleh master Kapal
/perwakilannya dan terminal sebelum dimuat
ke kapal.
Kontainer dengan kemasan dan muatannya
yang tidak dilengkapi verifikasi data berat tidak
boleh dimuat ke kapal
“Shipper” dalam peraturan ini adalah
“Shipper” adalah badan hukum, pihak atau orang yang di sebutkan dalam
dokumen pengangkutan barang (Bill of lading (B/L) ) atau dokumen
pengangkutan barang sejenis sebagai Shipper dan/atau seseorang (nama
atau mewakili) dalam kontrak pengangkutan yang telah ditetapkan
perusahaan pelayaran.

SHIPPER
METODE MENDAPATKAN BERAT KOTOR KONTAINER
Metode 1
Penentuan berat kotor dengan menimbang kemasan peti kemasan setelah
selesai proses pengemasan dan penyegelan peti kemas

Metode 2
Penentuan berat kotor dengan menimbang setiap kemasan dan barang-
barang muatan yang dikemas ke dalam peti kemas termasuk berat palet,
bantalan pelindung (dunnage) dan bahan pengaman lainnya dan di tambah
berat tara dari peti kemas yang akan ditimbang.

Catatan
Barang-barang muatan jenis tertentu seperti logam penutuhan, biji-bijian dan muatan lain dalam
jumlah besar) yang tidak mudah ditimbang beratnya secara individu yang akan di kemas dalam
peti kemas maka penimbangan berat metode 2 (dua) tidak sesuai dilakukan dan penggunaan
penimbangan metode 1 (satu) dapat dilakukan sebagai ganti.
DOKUMENTASI
• Shipper harus mendokumentasikan berat kontainer tsb ke dalam dokumen pengapalan
(Shipping Document)
• Dokumen ini dapat menjadi bagian dari Instruksi pengapalan (shipping instruction) atau
dokumen terpisah (misalnya deklarasi sertifikat berat dari tempat penimbangan
menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi dan disertifikasi di pelabuhan/terminal asal).
• Dokumen harus di tandatangani oleh seorang yang diberikan kuasa oleh Shipper
• Shipper menyampaikan data berat kontainer kepada perusahaan pelayaran, kemudian
menjadi tanggung jawab perusahaan pelayaran untuk melengkapi informasi berat
kontainer tersebut kepada perwakilan terminal sebelum pemuatan dikapal.
• Dengan demikian, shipper juga harus menyampaikan data berat kontainer kepada
perwakilan pelabuhan terminal saat pengiriman kontainer ke pelabuhan terminal sebelum
pemuatan.
PERLENGKAPAN PENENTUAN BERAT KONTAINER

• Skala Jembatan timbang,


• Perlengkapan ang
• kat atau peralatan lain sesuai

Harus memenuhi standar akurasi yang berlaku dan persyaratan di


negara dimana peralatan sedang digunakan
Peti kemas yang belum dilakukan VGM atau
melebihi berat kotor maksimal

• Skala Jembatan timbang,


• Perlengkapan ang
• kat atau peralatan lain sesuai
TERIMA KASIH
32

Anda mungkin juga menyukai