Anda di halaman 1dari 11

Geo-Dynamics

INDIKASI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT


PERAIRAN TUBAN, JAWA TIMUR

Prijantono Astjario
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Jln. Dr. Junjunan No. 236, Bandung 40174

SARI

Penelitian geologi dan geofisika kelautan di Perairan Tuban menggunakan metode seismik pantul dangkal saluran tunggal,
ditunjang dengan kegiatan pemeruman dan pengambilan percontoh sedimen dasar laut, membuat lintasan sepanjang
kurang lebih 300 km yang mencakup luas daerah 1500 km2. Lintasan-lintasan tersebut dibuat tegak lurus garis pantai
dengan arah utara - selatan dengan lintasan memotong (cross line) yang berarah barat - timur. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan rekaman struktur geologi yang jelas.
Korelasi struktur geologi pada runtunan IV berdasarkan hasil penafsiran rekaman seismik pantul dangkal saluran tunggal
bawah permukaan dasar laut, dengan struktur batuan pada Jalur Rembang berupa struktur perlipatan memperlihatkan
arah sumbu yang sama. Runtunan batuan sedimen tersebut telah terlipat dan tersesarkan dari darat menerus ke arah
utara dan tenggelam di bawah dasar laut.
Kata kunci : seismik, pemeruman, struktur geologi, runtunan, Rembang
J

ABSTRACT
G

The marine geological and geophysical researches using a single channel seismic method in surrounding Turban water
have been supported by echo sounder and marine sediment sampling activities. The single channel seismic record of 300
km has been made and it covers the area of about 1500 km2. Those seismic profiling is perpendicular to the north coast of
East Java with north - south direction and the cross line with east - west direction. The records are supposed to have a clear
S

geological structure.
Correlation of the geological structure based on the interpretation of seismic profiling of the sequence IV showed a similar
east - west direction with the geological sequences of Rembang Basin. The sequence of sedimentary rocks of the
Rembang Basin has been folded and faulted continuously from the land to the sea floor of the Java Sea.
M

Keywords : seismic, echo sounder, geological structure, sequence, Rembang

PENDAHULUAN Tentunya seismik pantul dangkal saluran tunggal


tidak memiliki penetrasi yang memadai dalam
Kawasan cekungan Jawa Timur utara merupakan menyajikan gambaran tentang bentuk serta dasar
daerah cekungan Tersier Jawa Timur yang
cekungan. Karena itu diperlukan penelitian lebih
berkembang dari kawasan Jawa Tengah dan
lanjut dan terperinci dengan menggunakan perangkat
memanjang hingga Pulau Madura dan selat Madura.
Saat ini cekungan Jawa Timur telah banyak dipelajari seismik yang memiliki penetrasi lebih dalam dan
dan diketahui memiliki cebakan struktur dan beresolusi tinggi, seperti seismik saluran banyak
menghasilkan hidrokarbon. (multi channels).

Kegiatan penelitian dasar laut dengan menggunakan Daerah penelitian meliputi kawasan pantai dan lepas
perangkat seismik pantul dangkal saluran tunggal pantai timur Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
dan melakukan rekaman di kawasan perairan Tuban, hingga kawasan pantai barat Kabupaten Tuban, Jawa
Jawa Timur bertujuan untuk mengetahui Timur. Daerah tersebut dibatasi oleh koordinat
perkembangan cekungan Jawa Timur utara ke arah 06° 30' - 06° 55' LS dan 111° 30' - 112° 10' BT atau
Laut Jawa. Kegiatan ini juga diharapkan dapat terletak pada Lembar Peta 1509. Luas daerah
memberikan gambaran tentang struktur geologi penelitian mencakup 1500 km2 dengan garis pantai
bawah permukaan dasar laut di kawasan ini. sepanjang kurang lebih 110 km.

JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007 105


Geo-Dynamics
Geologi Regional
Di Jawa Timur telah dipetakan cekungan-cekungan yang berupa graben atau setengah graben, sering
sedimen Tersier (Sudiro, 1973), dan sejak abad ke dalam bentuk patahan tumbuh (growth fault)
19 telah dilakukan eksplorasi hidrokarbon. Dengan (Koesoemadinata,1980).
ditemukannya akumulasi hidrokarbon pada
Secara tektono-fisiografi cekungan-cekungan
pemboran-pemboran dangkal, maka pada akhir
sedimen Tersier tersebut dapat dibagi menjadi empat
tahun 1953 dua puluh lapangan minyak di cekungan
satuan, yaitu :
Jawa Timur utara ini telah memproduksi ratusan ribu
barel minyak bumi per hari. Satuan Jalur Kendeng
n

Cekungan-cekungan sedimen Tersier Jawa Timur Satuan Depresi Randublatung


n

terletak di antara dua unsur tektonik utama. Di Satuan Jalur Rembang


n
selatan dibatasi oleh busur vulkanik yang ditandai Satuan Paparan Laut Jawa
n
oleh sederetan gunung-gunung berapi dan di utara
Daerah penelitian terletak di utara satuan Jalur
dibatasi oleh Paparan Sunda (Ringgis, 1985).
Rembang yang dicirikan oleh adanya pegunungan
Cekungan-cekungan tersebut terbentuk pada Zaman
yang telah mengalami pelipatan dan membentuk
Paleogen, dan selama Zaman Kenozoikum Atas
struktur geologi antiklinorium dengan arah sumbu
mengalami transgresi dan regresi, hingga akhirnya
memanjang dari barat ke timur. Sumbu antiklin dapat
pada Zaman Kuarter proses tektonik mengangkat
diikuti mulai dari kota Purwodadi (di sebelah barat
sedimen dalam cekungan tersebut ke permukaan
J

peta) terus memanjang ke arah timur hingga Pulau


laut.
Madura (Gambar 3). Struktur patahan juga
Wilayah perairan Jawa Timur utara, memiliki arah berkembang di daerah ini membentuk sesar-sesar
G

tektonik yang sangat khusus, yaitu membujur timur bongkah dan sesar normal melengkapi proses
laut - barat daya, dan cekungan-cekungan sempit tektonik yang pernah terjadi di Zaman Kuarter.
S
M

Gambar 1. Lokasi penelitian berada di kawasan pantai dan lepas pantai Tuban, Jawa Timur, dari jalur lintasan seismik.

106 JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007


Geo-Dynamics

Gambar 2. Sebaran Cekungan Jawa Timur dan cekungan lainnya di kawasan perairan Laut Jawa (Sudiro, 1973).
G
S

P. MADURA
M

SAMUDERA HINDIA

Gambar 3. Model/DEM Elevasi Data (2006) dikembangkan dari citra satelit, memberikan gambaran tektono-fisiografi Jawa Timur.

JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007 107


Geo-Dynamics
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Jatirogo, Jawa, Dengan menganalisis sifat-sifat serta wujud pantulan
skala 1:100.000 (Situmorang dkk., 1992), yang setiap lapisan, ditunjang oleh data acuan geologi
diterbitkan oleh Pusat Survei Geologi, di kawasan
yang ada, maka akan dapat dihasilkan penafsiran
pantai utara Jawa Timur tersingkap breksi vulkanik
penampang geologi yang menggambarkan adanya
Gunung Lasem dan beberapa formasi yang
urut-urutan stratigrafi, struktur geologi, jenis batuan
merupakan anggota satuan Jalur Rembang, yaitu
Formasi Mundu, Ledok, Wonocolo, dan Formasi dengan ketebalan, maupun penyebarannya.
Bulu. Keempat formasi tersebut terendapkan pada Hasil analisis laboratorium percontoh batuan yang
umur Miosen Tengah hingga Pliosen, dan breksi diambil dari dasar laut di perairan Tuban, Jawa
vulkanik Gunung Lasem terbentuk pada umur
Timur, sangat berguna sekali dalam memperkirakan
Kuarter. Dari penampang geologi yang memotong
kecepatan rambat gelombang seismik (seismic
daerah penelitian dari selatan ke utara tampak
velocity) pada lapisan sedimen paling atas dalam
bahwa urut-urutan batuan tersebut telah mengalami
deformasi menerus ke arah utara hingga ke bawah satuan meter/detik. Perhitungan ketebalan runtunan
dasar Laut Jawa (Gambar 4). sedimen tersebut adalah dengan mengalikan
kedalaman runtunan sedimen dalam satuan waktu
(detik) dengan kecepatan rambat gelombang seismik
METODE PENELITIAN
yang diperkirakan dalam satuan meter per detik
Penampang seismik pantul dangkal (seismic (m/sec). Untuk perairan utara Jawa yang tidak
profiling) ini dilakukan di lepas pantai Tuban dan memiliki variasi dalam jenis batuannya, harga
sekitarnya sepanjang 300 kilometer. Dari hasil kecepatan rambat gelombang seismik pada runtunan
J

penelitian ini dihasilkan data rekaman penampang


I diperkirakan V1 = 1600 m/det, runtunan II
seismik, berupa penampang waktu (time section)
diperkirakan V2 = 1700 m/det, dan runtunan III
yang merupakan data rekaman gelombang pantul
diperkirakan V3 = 1800 m/det.
G

saluran tunggal bidang-bidang pantul, akibat adanya


perbedaan kepadatan (density contras) pada
interface antara lapisan atas dan bawahnya.
S

Barat Daya Timur Laut


Pegunungan Selatan
terumbu dan paparan
karbonat
M

Jiwo
Pratersier

Andesit Tua
Paleogen Gunung api Andesit
Kuarter

Batuan dasar
Pratersier

Terumbu dan paparan karbonat

Vulkanoklastika Turbidit Gampingan

Gambar 4. Penampang geologi Cekungan Jawa Timur (Susilohadi, 1995).

108 JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007


Geo-Dynamics
Perangkat seismik pantul dangkal saluran tunggal Dalam pemeruman ini digunakan perangkat
yang digunakan pada saat penelitian adalah Echosounder IMC model 8001 yang termasuk tipe
Sparekerray EG & G, model 231 yang dilengkapi frekuensi dua dan dapat dioperasikan dengan
dengan perangkat recorder EPC model 3200 S, menggunakan transduser keramik 200 kHz dengan
Krohn Hite Filter model 3700, Hydrophones EG & G lebar beam 12 derajat.
model 265 A, Power Supply EG & G model 232 A,
dan Friggered Capacitor Bank EG & G model 231.
HASIL PENELITIAN
Penentu posisi kapal pada penelitian ini
menggunakan sistem satelit Global Positioning Penelitian geologi dan geofisika kelautan dengan
System (GPS). Pengamatan satelit GPS dilakukan menggunakan metode seismik pantul dangkal
melalui sensor yang befungsi sebagai penerima saluran tunggal yang ditunjang dengan kegiatan
sinyal dari satelit. Dalam penelitian ini pusat pemeruman dan pengambilan percontoh sedimen
penerima yang dipasang di kapal adalah Magnavox dasar laut, membuat lintasan sepanjang kurang lebih
MX1157 dan CA3086M SN636. Perangkat ini 300 km yang mencakup luas daerah 1500 km2.
menerima sinyal kode P. Kode S adalah untuk Lintasan-lintasan tersebut tegak lurus garis pantai,
menentukan waktu dari sinyal yang dipancarkan dan berarah utara - selatan agar mendapatkan rekaman
diterima oleh pesawat penerima. Sinyal yang struktur geologi dengan jelas, serta lintasan
diterima oleh pesawat penerima dihubungkan pemotong (cross line) berarah barat - timur.
langsung dengan komputer, sehingga pada layar
monitor akan dapat langsung terbaca posisi kapal Seluruh rekaman seismik di daerah perairan Tuban
setiap selang waktu dua menit. Perlunya pembacaan
J

dan sekitarnya telah ditafsirkan, walaupun tidak


data posisi kapal, setiap dua menit tersebut untuk seluruh rekaman menampilkan penetrasi yang baik.
mengetahui posisi lintasan kapal agar tetap berada Hal tersebut karena batuan sedimen memiliki sifat
pada lintasan yang direncanakan. Selanjutnya
G

absorbsi yang tinggi, sehingga tidak dapat


dengan menggunakan perangkat lunak SEATRAC, menyajikan batas runtunan dengan baik dan jelas.
data posisi yang diperoleh kemudian diproses
Walaupun demikian masih dapat dikenali dan
menjadi data digital yang direkam dalam disket dan
ditelusuri sifat konfigurasi internal reflektornya yang
juga dihubungkan ke printer dan plotter. Di samping
S

itu lintasan kapal ditampilkan juga pada layar menggambarkan struktur geologi dan lapisan
monitor di anjungan kapal, sehingga memudahkan sedimen yang relatif datar.
nakhoda dan juru mudi kapal untuk mengikuti alur Dasar tafsiran seismik stratigrafi ini tertumpu pada
lintasan yang sudah direncanakan.
M

karakter konfigurasi horizon seismik yang


Pemeruman (sounding) dilakukan selama ditampilkan oleh setiap interface runtunan yang
pelaksanaan seismik pantul dangkal saluran tunggal, merupakan garis batas runtunan, jenis batuan
terutama untuk memantau dan merekam kedalaman sedimen, serta dugaan, lingkungan pengendapannya
laut selama penyelidikan berlangsung. Dari hasil yang dihasilkan dari analisis laboratorium geologi
pemeruman ini dapat diketahui kedalaman laut, (Ringgis, 1985).
kemudian dituangkan dalam peta kedalaman laut
(bathymetry) yang dapat menggambarkan morfologi Secara umum, rekaman seismik ini menampilkan
dasar laut daerah penelitian. Karena pada umumnya pola konfigurasi internal reflektor transparan dan
kedalaman laut lepas pantai daerah penelitian bebas pantul (transparent reflection free stratified),
adalah dangkal dan sangat landai, maka selama dan karakter runtunan sejajar sederhana (simple
pemeruman berlangsung digunakan transduser stratified), serta pola-pola lainnya, seperti chaotic
keramik dengan frequensi 200 kHz dengan daya dan complex stratified.
pancar sebesar 500 watt. Karena dengan perangkat
transduser tersebut dapat dilakukan cara digital Hasil tafsiran rekaman seismik pantul dangkal
maupun grafis, dengan menggunakan sapuan saluran tunggal untuk kawasan perairan Tuban dan
terkecil pada kertas selebar 200 millimeter antara sekitarnya dapat ditelusuri sebanyak empat buah
kedalaman laut 0 - 80 meter. runtunan yang terdiri atas :

JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007 109


Geo-Dynamics
Runtunan I Sebaran runtunan ini cukup luas menutupi hampir
Runtunan I merupakan perlapisan teratas dan seluruh daerah penyelidikan, akan tetapi di beberapa
termuda. Batas atas runtunan ini adalah dasar laut. tempat runtunan III ini menipis dan menghilang
Secara umum, runtunan ini memiliki karakter (konkordan divergene) (Gambar 6). Struktur geologi
konfigurasi internal reflektor parallel simple yang berkembang pada perlapisan IV yang terletak di
stratified dan chaotic. Karakter konfigurasi tersebut bawahnya, sangat mempengaruhi runtunan III. Hal
biasanya mencirikan adanya lapisan sedimen yang ini dapat dilihat dari rekaman seismik yang
berbutir sedang hingga halus, seperti lanau dan pasir menggambarkan banyaknya sesar-sesar yang
halus. Sedimen jenis ini diendapkan pada lingkungan terdapat pada runtunan III yang merupakan yang
berenergi rendah dan dangkal (Gambar 5). perkembangan sesar-sesar yang berasal dari
runtunan IV.
Dapat dipastikan bahwa runtunan I berumur Kuarter
yang terbentuk dari hasil pengendapan material Ketebalan runtunan III dipengaruhi oleh struktur
sedimen yang berasal dari aliran-aliran sungai dan lipatan runtunan IV. Khusus pada sayap puncak-
pengaruh kegiatan arus laut yang ada. Di beberapa puncak sumbu lipatan, ketebalan runtunan III
lokasi batas bawah runtunan I ini tidak rata sehingga menipis dan menghilang karena proses erosi yang
memperlihatkan ketebalan sedimen yang bervariasi. terjadi sebelum runtunan II diendapkan (Gambar 7
Walaupun demikian, runtunan I memiliki penyebaran dan 8).
yang sangat luas, menutupi seluruh daerah
Runtunan IV
penelitian dengan ketebalan antara 10 - 25 meter.
J

Runtunan IV berbeda dengan runtunan-runtunan


Runtunan II sedimen penutup di atasnya karena runtunan ini
telah mengalami deformasi serta proses kompaksi
G

Runtunan II adalah runtunan yang terletak di bawah


(Gambar 8). Karakter konfigurasi internal reflektor
runtunan I. Umumnya memiliki karakter konfigurasi
chaotic mencirikan bahwa sedimen pembentuk
internal reflektor chaotic dan paralle lamination. Ciri
runtunan ini terdiri atas fragmen berukuran sedang.
karakter konfigurasi reflektor ini adalah lapisan
Dengan ditunjang oleh karakter konfigurasi internal
S

sedimen berbutir sedang, seperti napal dan pasir


reflektor yang kuat pada rekaman seismik, maka
berbutir sedang.
runtunan ini dapat ditafsirkan sebagai endapan
Sebaran runtunan II tersebut juga sangat luas, sedimen kompak, dan diduga berumur Plio-
M

menutupi seluruh daerah penelitian. Sentuhan Pleistosen (Mc Quillin et al., 1984). Tafsiran tersebut
antara runtunan II dan runtunan III serta runtunan IV menguatkan runtunan III untuk disenabahkan
merupakan erosional surface dengan ketebalan dengan Formasi Mundu di daerah pantai Jawa Timur
kurang lebih 30 meter (Gambar 5 dan 6). Runtunan Utara.
II memiliki sebaran yang semakin menebal ke arah
Dari peta geologi yang telah terbit, diperikan bahwa
lepas pantai. Khususnya di daerah pantai Sluke,
Formasi Mundu tersusun oleh satuan batunapal dan
ketebalan runtunan II mencapai 50 meter.
lempung lanauan berselang-seling dengan
batugamping-napalan berumur Plio-Pleistosen yang
Runtunan III banyak tersingkap di wilayah pantai utara Jawa
Runtunan III merupakan runtunan sedimen yang Timur. Formasi ini berada di atas Formasi Ledok yang
terletak di bawah runtunan II. Sentuhan antara berumur Miosen Atas secara tidak selaras. Sering
runtunan III dan runtunan IV juga merupakan tersingkap penipisan ketebalan dan tererosi, akibat
erosional surface. Runtunan ini memiliki konfigurasi sesar-sesar bongkah dan diapir yang berkembang
internal reflektor chaotic dan paralle - subparallel pada Formasi Ledok.
lamination yang mencirikan lapisan sedimen Kondisi geologi tersebut tergambar pada rekaman
berbutir sedang sampai kasar (Gambar 9). seismik di lepas pantai perairan Tuban, Jawa Timur.

110 JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007


Geo-Dynamics
Karena penetrasi perangkat seismik pantul dangkal PEMBAHASAN
yang digunakan sangat terbatas, maka dalam Seismik pantul dangkal sepanjang 300 kilometer di
rekaman hanya dikenali dan ditelusuri sampai perairan Tuban dan sekitarnya memberikan
Formasi Ledok yang memiliki sesar-sesar bongkah gambaran perbedaan kepadatan (density contras)
dan struktur lipatan. pada interface yang memudahkan untuk mengenal
Secara regional, kawasan pesisir Tuban masih dan menelusuri setiap lapisan sedimen yang
termasuk ke dalam Mandala Geologi Jalur Rembang terekam.
bagian utara, yang merupakan jalur lipatan berarah Interpretasi seismik stratigrafi yang dilakukan pada
barat - timur. Struktur lipatan pada Jalur Rembang rekaman seismik daerah ini dapat mengenali dan
terjadi karena adanya pengangkatan pada waktu menelusuri tiga runtunan sedimen penutup yang
Plio-Pleistosen. ditafsirkan berumur muda. Lapisan tertua dalam
Dari hasil rekaman seismik dangkal saluran tunggal rekaman ini telah mengalami perlipatan serta
di perairan Tuban dan sekitarnya diduga proses pensesaran berbentuk sesar-sesar bongkah yang
deformasi terjadi hanya satu periode yang diduga berumur Plistosen. Dari hasil penafsiran
membentuk struktur lipatan serta sesar normal yang rekaman seismik saluran tunggal, setidaknya dapat
berkembang pada puncak-puncak struktur lipatan diketahui keberadaan tiga sumbu lipatan yang diduga
(Gambar 5, 6). Konfigurasi reflektor lintasan-lintasan tersebar memanjang dari bagian barat - timur daerah
seismik runtunan IV (runtunan Prakuarter) telah penelitian, hingga wilayah pantai Kampung Kragan.
mengalami perlipatan dan pensesaran (Sheriff, Sedangkan dua sumbu lainnya berada di utara
J

1985). Pada puncak-puncak lipatan tergambar per- kawasan pantai Kota Tuban. Sesar-sesar bongkah
mukaan yang telah mengalami erosi (Gambar 9 dan yang banyak berkembang pada puncak-puncak
10). Ditafsirkan saat deformasi terjadi, permukaan sumbu perlipatan, diduga terbentuk saat terjadinya
G

sumbu-sumbu lipatan mencapai permukaan laut, perlipatan, karena runtunan sedimen dalam kondisi
hingga terjadi penggerusan permukaan lapisan retas (Emery et al., 1972).
sedimen. Hal tersebut mengakibatkan sentuhan Struktur sesar yang berkembang pada runtunan IV
S

antara runtunan III dan runtunan IV menjadi bawah permukaan dasar laut di daerah ini hampir
sentuhan tidak selaras (Gambar 5 dan 6). Runtunan sejajar dengan sumbu perlipatan dan sesar-sesar
III diendapkan di atas runtunan IV yang mengalami bongkah (graben) yang pada umumnya berarah barat
erosi saat proses pengangkatan.
M

- timur. Ditafsirkan bahwa terjadinya struktur sesar


Perubahan permukaan laut menyebabkan regresi tersebut bersamaan dengan struktur sesar yang
(susut laut), sehingga sebagian besar daerah berkembang di Jalur Rembang, berumur Plistosen
penelitian menjadi daratan yang tergambarkan dan berarah barat - timur.
dengan adanya erosi permukaan dan pembentukan Korelasi struktur geologi runtunan IV bawah
torehan-torehan sungai purba (channel) pada permukaan dasar laut dengan Jalur Rembang
runtunan III. Konfigurasi reflektor sentuhan pada ditunjang oleh penampang peta geologi daerah
runtunan III dan runtunan II terlihat pada lintasan- Rembang yang memperlihatkan bahwa Formasi
lintasan tersebut (Gambar 10) berupa bidang Mundu, Formasi Ledok, dan Formasi Bulu yang
erosional. terendapkan pada Miosen Tengah hingga Pleistosen,
Perubahan permukaan laut menyebabkan terjadinya telah mengalami perlipatan yang sama dengan
transgresi (genang laut), yang mengakibatkan daerah runtunan IV, menerus ke arah utara, dan tenggelam
penelitian menjadi laut kembali. Pada saat itu jauh di bawah dasar laut.
diendapkan runtunan II dan runtunan I yang merupa-
kan endapan sedimen Resen.

JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007 111


Geo-Dynamics

LAMINASI PARALLEL

LAMINASI KONGKORDAN

RUNTUNAN PRAKUARTER
LAMINASI PARALLEL SUBPARALEL
J

Gambar 5. Rekaman Seismik saluran Tunggal lintasan - 4, menggambarkan perlipatan serta sesar-sesar
yang berada di puncak lipatan.
G

L-5
SELATAN UTARA
S
M

INTERPRETASI

MUKA LAUT

DASAR LAUT
LAMINASI PARALLEL
RUNTUNAN I
EROSIONAL RUNTUNAN II
KANAL

KONKORDAN DIVERGEN
LAMINASI PARALLEL-SUBPARALEL
RUNTUNAN III

RUNTUNAN IV
RUNTUNAN PRAKUARTER

Gambar 6. Rekaman seismik pantul dangkal saluran tunggal lintasan -5 menggambarkan sesar-sesar yang
berkembang pada puncak lipatan.

112 JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007


Geo-Dynamics

Gambar 7. Rekaman seismik pantul dangkal saluran tunggal lintasan -6 menggambarkan sesar-sesar
G

normal yang berada pada tepi litapan.


S
M

INTERPRETASI

PERMUKAAN LAUT

RUNTUNAN PRAKUARTER LAMINASI PARALLEL-SUBPARALEL

Gambar 8. Rekaman seismik pantul dangkal saluran tunggal lintasan -7 menggambarkan struktur lipatan.

JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007 113


Geo-Dynamics

PERMUKAAN LAUT

RUNTUNAN PRAKUARTER

LAMINASI PARALLEL-SUBPARALEL
J

Gambar 9. Rekaman seismik pantul dangkal saluran tunggal lintasan -8 menggambarkan hilangnya
G

runtunan II dan III pada tepian perlipatan.


S
M

PERMUKAAN LAUT

RUNTUNAN PRAKUARTER

LAMINASI PARALLEL-SUBPARALEL

Gambar 10. Rekaman seismik pantul saluran tunggal lintasan CL - 1 menggambarkan permukaan
runtunan erosional serta lipatan.

114 JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007


Geo-Dynamics
KESIMPULAN Disimpulkan bahwa batas cekungan Jalur Rembang
tidak secara tegas berada pada garis pantai utara
Di lintasan seismik pantul dangkal saluran tunggal
Jawa Timur, akan tetapi masih berlanjut hingga dasar
sepanjang 300 kilometer di kawasan perairan Tuban, laut di perairan Tuban dan sekitarnya. Bentuk
Jawa Timur. Dari perbedaan density kontras, karakter cekungan Jalur Rembang di perairan Tuban tidak
konfigurasi internal reflektor, serta interface antar terdeteksi karena penetrasi rekaman seismik pantul
runtunan, dapat dikenali dan ditelusuri sedikitnya dangkal saluran tunggal yang sangat terbatas. Perlu
empat runtunan. Lapisan tertua dalam rekaman tindak lanjut penelitian di kawasan ini dengan
seismik pantul dangkal telah mengalami deformasi, menggunakan perangkat yang memiliki penetrasi
juga tiga runtunan penutup di atasnya. lebih dalam guna mengetahui bentuk cekungan
secara pasti.
Runtunan tertua (IV) terekam sebagai runtunan yang
telah terlipat dengan sumbu yang berarah barat -
UCAPAN TERIMA KASIH
timur dan sesar-sesar bongkah yang berkembang
pada puncak-puncak sumbu lipatan. Dari hasil Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
penafsiran rekaman seismik saluran tunggal di Ir.Subaktian Lubis, M.Sc. selaku Kepala Pusat
perairan Tuban dan sekitarnya dapat ditafsirkan Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, S.
adanya tiga sumbu lipatan. Arah sumbu lipatan yang Tjokrosapoetro, M.Sc. selaku Pemimpin Projek
umumnya berarah barat - timur tersebut diduga Penelitian Kawasan Pantai dan Lepas Pantai,
masih dipengaruhi oleh tektonik yang terjadi pada Dr.Christian Jouanic dari ORSTOM Perancis yang
telah membantu serta memberikan saran-saran yang
Jalur Rembang, dan merupakan perkembangan
J

positif dalam kegiatan penelitian, Pemerintah Daerah


cekungan Jalur Rembang ke arah laut dan tenggelam
Kabupaten Tuban yang telah memberikan bantuan
di Laut Jawa. dan dorongan yang besar agar penelitian ini dapat
G

berhasil dengan baik.

ACUAN
S

Emery, K.O., Uchupi. E., Sunderland. J., Uktolseja H.L. and Young E.M., 1972. Geological structure and some
water characteristics of the Java Sea and adjacent continental shelf. CCOP Technical Bull.6.
Ringgis, J., 1985, Seismic stratigraphy I. Proceedings of the joint ASCOPE/CCOP workshop 1, June 1986
Jakarta, Indonesia.
M

Koesoemadinata, R.P., 1980. Geologi minyak dan gasbumi. Ed. 2. Bandung : Penerbit ITB, 1980, xxv, 296.
Mc Quillin, R., Bacon M., Barclay, 1984. An introduction to seismic interpretation. Graham & Trotman.
Sheriff, R.E., 1985, Structural interpretation of seismic data. AAPG Geologist education course note series 23.
Situmorang, R.L., Smit, R., Van Vessem, E.J., 1992. Peta Geologi Lembar Jatirogo, Jawa, Skala 1:100.000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Sudiro, T.W., 1973, The structural units of the Java Sea, Indon. Petroleum Assoc. Petroleum Geologist Conv.,
Houston, Texas.
Susilohadi, 1995, Late Tertiery and Quatrenary Geology of the East Java Basin, Indonesia. Doctoral Thesis.
The University of Wolongong, Australia.

Naskah diterima : 19 Oktober 2006


Revisi terakhir : 26 April 2007

JSDG Vol. XVII No. 2 April 2007 115

Anda mungkin juga menyukai