Anda di halaman 1dari 16

MINIRISET

“ANALISIS BENTUKLAHAN KOTA PADANGSIDIMPUAN, SUMATERA UTARA”

DISUSUN OLEH :

Nama : Astriana Angraini (3213131041)

Kelas :A

Mata kuliah : Geomorfologi

Dosen pengampu : Dr. Dwi Wahyuni Nurwihastuti, S.Si, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan mini riset dengan waktu
yang sudah di tentukan.

Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam


penyusunan tugas ini. Tugas ini kami susun berdasarkan tugas dari mata kuliah
Geomorfologi. Laporan Miniriset ini berjudul tentang “Analisis Bentuklahan Kota
Padangsidimpuan, Sumatera Utara

Akhir kata, semoga laporan mini riset ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami
juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penyususnan laopran miniriset ini.
Semoga para pembaca dapat memakluminya.

Medan, 13 November 2021

Astriana Angraini

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ........................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................................... 2
A. Pengertian Bentuklahan........................................................................................... 2
B. Bentuklahan Asal Proses Denudasional ................................................................... 3
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................ 5
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
BAB V PENUTUP.............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan tentang bentuk dari permukaan daratan dan
proses-proses yang membentuknya (Summerfield, 1991). Bentuk lahan adalah setiap
unsur bentanglahan yang dicirikan oleh ekspresi permukaan yang jelas, struktur internal
atau kedua-duanya dan menjadi pembeda yang mencolok fisiografi suatu daerah (Howard
dan Spok, 1940).

Kota Padangsidimpuan adalah kota yang bentuklahannya merupakan bentuklahan asal


proses denudasional dikarenakan kota ini dikelilingi oleh banyak perbukitan dan
pegunungan. Salah satu gunung dan bukit yang terkenal yaitu gunung Lubuk Raya dan
bukit Simarsayang. Bentuklahan denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk
lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass
wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi
(Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan
permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian Bentuklahan Asal Proses Denudasional?

b. Bagaimana Bentuklahan Kota Padangsidimpuan?

c. Bagaimana Masyarakat sekitar memanfaatkan bentuklahan tersebut?

1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian bentuklahan asal proses Denudasional.

b. Untuk mengetahui Bentuklahan Kota Padangsidimpuan.

c. Untuk mengetahui pemanfaatan bentuklahan oleh masyarakat Kota Padangsidimpuan.

1
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Bentuklahan

Bentanglahan atau Landscape/lansekap secara umum memiliki makna yang


hampir sama dengan istilah ‘bentang lahan’ atau ‘fisiografis’ dan ‘lingkungan’.
Perbedaan diantara ketiganya terletak pada aspek interpretasinya. Bentang lahan yang
didalamnya terdapat unit-unit bentuklahan (landforms) merupakan dasar lingkungan
manusia dengan berbagai keseragaman (similaritas) maupun perbedaan (diversitas)
unsur- unsurnya. Kondisi bentang lahan seperti ini memberikan gambaran fisiografi
batas suatu wilayah. Wilayah yang mempunyai karakteristik dalam hal bentuklahan,
tanah vegetasi dan atribut (sifat) pengaruh manusia, yang secara kolektif ditunjukkan
melalui kondisi fisiografi dikenal sebagai suatu lansekap (Vink1983).

Bentuk lahan adalah suatu kenampakkan yang terbentuk oleh proses alami
yang memiliki komposisi dan karakteristik tertentu. Bentuk lahan adalah bagian dari
permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat dari
proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu
kronologis tertentu. Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan,
Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan
penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi.

Beberapa pengertian mengenai bentuk lahan menurut ahli adalah:

 Bentuk lahan adalah setiap unsur bentanglahan yang dicirikan oleh ekspresi
permukaan yang jelas, struktur internal atau kedua-duanya dan menjadi
pembeda yang mencolok fisiografi suatu daerah (Howard dan Spok, 1940).

 Bentuk lahan adalah kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami,
memiliki komposisi tertentu, memiliki julat karakteristik fisikal dan visula
tertentu dimanapun medan tersebut terjadi (Way, 1973).

 Bentuk lahan adalah sebidang lahan yang dicirikan oleh kompleksitas atribut
fisik dari permukaan lahan atau dekat dengan permukaan (Zuidam, 1979).

 Bentuk lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi dengan semua atribut
yang agak stabil atau diperkirakan siklik dari geosfer, yang secara vertikal
2
meliputi atmosfer, tanah, geologi, geomorfologi, hidrologi, tumbuhan dan
hewan dan hasil aktifitas manusia dan sekarang (FAO, 1976).

B. Bentuklahan Asal Proses Denudasional

Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal
denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat
proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno.
2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi,
sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.

Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional, yaitu :


1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain
4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk
merinci satuan bentuk lahan
5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan.
Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
C. Letak Geografis Kota Padangsidimpuan

Secara geografis, kota Padangsidimpuan secara keseluruhan dikelilingi oleh


Kabupaten Tapanuli Selatan yang dulunya merupakan kabupaten induknya. Kota ini
merupakan persimpangan jalur darat menuju kota Medan, Sibolga, dan Padang
(Sumatra Barat) di jalur lintas barat Sumatra.

Topografi wilayahnya yang berupa lembah yang dikelilingi oleh Bukit


Barisan, sehingga kalau dilihat dari jauh, wilayah kota Padangsidimpuan tak ubahnya
seperti cekungan yang meyerupai danau. Puncak tertinggi dari bukit dan gunung yang
mengelilingi kota ini adalah Gunung Lubuk Raya dan Bukit (Tor) Sanggarudang yang
terletak berdampingan di sebelah utara kota.

Salah satu puncak bukit yang terkenal di Padangsidimpuan yaitu Bukit (Tor)
Simarsayang. Juga terdapat banyak sungai yang melintasi kota ini, antara lain sungai
Batang Ayumi, Aek Sangkumpal Bonang (yang sekarang menjadi nama pusat

3
perbelanjaan di tengah kota ini), Aek Rukkare yang bergabung dengan Aek Sibontar,
dan Aek Batangbahal, serta Aek Batang Angkola yang mengalir di batas selatan/barat
daya kota ini dan dimuarai oleh Aek Sibontar didekat Stadion Naposo.

4
BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Sesuai dengan judul penelitian, desain penelitian yang kami gunakan adalah studi
kasus. Penelitian studi kasus akan mampu memberikan kejelasan terhadap sebuah
kasus yang mendalam dan akurat. Studi kasus juga terbuka terhadap orang lain dalam
menafsirkan sebuah konteks atau kasus sehingga hasil yang dicapai akan lebih akurat
dan komprehensif.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, studi pustaka, dan
dokumentasi. Observasi dilakukan secara non partisipasif, yaitu peneliti hanya
mengamati atau hanya melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti. Metode
studi pustaka atau study literature adalah metode penelitian yang mengumpulkan
informasi dari buku-buku dan referensi lainnya yang terkait dengan masalah dan
tujuan riset. Adapun teknik dokumentasi dipilih dengan tujuan untuk memberikan
gambaran tentang penelitian yang dilakukan. Dokumentasi berupa foto kota
Padangsidimpuan. Dari hasil dokumentasi ini dapat digunakan sebagai kelengkapan
data peneliti.

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di sekitar Kota Padangsidimpuan, Kecamatan


Padangsidimpuan Utara, Sumatera Utara. Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu, 27
November 2021.

D. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Pengolahan dan analisis data akan dilakukan secara kualitatif. Menurut Sugiyono
(2012: 1), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

5
pada generalisasi. Data yang kami peroleh dalam penelitian akan disajikan dalam
bentuk uraian kata-kata atau kalimat yang sebisa mungkin kami upayakan untuk dapat
memenuhi tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas.

6
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Bentuklahan Denudasional Kota Padangsidimpuan

Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal
denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat
proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno.
2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi,
sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.

Kota Padangsidimpuan terletak pada garis 01o 08’ 07’’ – 01o 28’ 19’’ Lintang
Utara dan 99o 13’ 53’’ – 99o 21’ 31’’ Bujur Timur dan berada pada ketinggian 260
sampai dengan 1.100 meter di atas permukaan laut. Dengan jarak + 432 Km dari Kota
Medan - Ibukota Propinsi Sumatera Utara, merupakan salah satu kota terluas di
bagian barat Propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kota Padangsidimpuan mencapai
159,31 km2 atau setara dengan 0.2 % dari luas wilayah daratan Provinsi Sumatera
Utara, yang dikelilingi oleh beberapa bukit serta dilalui oleh beberapa sungai dan
anak sungai. Posisi Kota Padangsidimpuan memiliki akses darat yang memadai dan
cukup strategis, karena berada pada jalur utama yang merupakan penghubung antara
berbagai pusat pertumbuhan, yaitu:

 Jalur Barat : menuju Medan - Ibukota Propinsi Sumatera Utara, terdapat dua
jalur yaitu melalui Sibolga dan Sipirok.

 Jalur Selatan : menuju Panyabungan Ibukota Mandailing Natal, dan ke


Propinsi Sumatera Barat.

 Jalur Timur: menuju Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara, ke Kota
Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan yang terhubung dengan Trans
Sumatera Highway yang dapat menghubungkan semua Ibukota Propinsi di
pulau Sumatera dan ke pulau Jawa.

Secara geografis, kota Padangsidimpuan secara keseluruhan dikelilingi oleh


Kabupaten Tapanuli Selatan yang dulunya merupakan kabupaten induknya. Kota ini

7
merupakan persimpangan jalur darat menuju kota Medan, Sibolga, dan Padang
(Sumatra Barat) di jalur lintas barat Sumatra.

Topografi wilayahnya yang berupa lembah yang dikelilingi oleh Bukit


Barisan, sehingga kalau dilihat dari jauh, wilayah kota Padangsidimpuan tak ubahnya
seperti cekungan yang meyerupai danau. Puncak tertinggi dari bukit dan gunung yang
mengelilingi kota ini adalah Gunung Lubuk Raya dan Bukit (Tor) Sanggarudang yang
terletak berdampingan di sebelah utara kota. Salah satu puncak bukit yang terkenal di
Padangsidimpuan yaitu Bukit (Tor) Simarsayang.

Kondisi fisik topografi Kota Padangsidimpuan sangat beragam mulai dari


datar bergelombang hingga curam. Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut
:

1. Wilayah yang relatif dasar hingga landai dengan kemiringan lereng


berkisar 0-8 % terdapat seluas ± 4.666,70 Ha atau 34,72 % dari luas
total wilayah Kota. Wilayah ini pada umumnya terdapat pada bagian
tengah Kota, seperti Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan
Padangsidimpuan Selatan serta pada areal persawahan yang terdapat
di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.

2. Wilayah bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar antara 8


–15 % terdapat 2.457,56 Ha atau 18,29 % dari luas total Wilayah
Kota, yang terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.

3. Wilayah yang curam dengan kemiringan lereng berkisar antara 15 –


25 % terdapat 2 .925 Ha atau 21.76 % dari luas total wilayah Kota,
yang terdapat pada bagian Utara Kota, seperti Kecamatan
Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Padangsidimpuan Angkola Julu.

4. Wilayah yang sangat curam dengan kemiringan 25 –40 % terdapat


seluas 2.175 Ha atau 16,18 % dari luas total Kota. Daerah ini
umumnya terdapat pada bagian Timur dan Selatan Kota, seperti
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dan Padangsidimpuan
Tenggara.

5. Wilayah yang terjal dengan kemiringan di atas 40 % terdapat seluas


1.215,66 Ha atau 9,05 % dari luas total wilayah Kota. Daerah ini

8
merupakan gunung –gunung yang terdapat pada pinggiran dan
tengah Kota

Berdasarkan kondisi fisiknya, Kota Padangsidimpuan merupakan tanah


berbukit. Ketinggian wilayah cukup beragam yang berkisar antara 260 m sampai
dengan 1.100 m dpl dengan kemiringan antara 0 sampai dengan 40 derajat. Kondisi
geologi Kota Padangsidimpuan terdiri dari beberapa jenis batuan yang sebagian besar
terdiri dari batuan sedimen dengan lapisan horizontal, yang luasnya 3.671,17 Ha dan
tersebar merata di beberapa kecamatan di wilayah Kota Padangsidimpuan. Jenis
batuan yang ada di Kota Padangsidimpuan terdiri atas antara lain :

a. Batuan endapan baru dan endapan jaman quarterseluas 917,79 Ha yang


penyebarannya hampir di semua kecamatan di Kota Padangsidimpuan, kecuali
di Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Kecamatan Padangsidimpuan
Selatan. - Batuan resen seluas 1.835,59 Ha hanya terdapat di Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua.

b. Batuan vulkanik tersier dan quarter serta batuan beku dalam seluas 458,90 Ha
terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru.

c. Batuan sedimen terlipat seluas 458,90 Ha terdapat di Kecamatan


Padangsidimpuan Angkola Julu.

d. Di Kota Padangsidimpuan terdapat 5 jenis tanah yang struktur kimianya


berbeda-beda. Jenis tanah aluvium/organosol dan gley humus terdapat pada
bagian wilayah perencanaan yang relatif rendah (datar) merupakan jenis tanah
yang dominan, yaitu seluas 8.927 Ha.

Jenis tanah di Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut :

1. Podsolik Merah Kuning

Jenis tanah ini terbentuk pada tipe iklim basah dengan curah hujan 2.500-
3.500 mm/thn, terletak pada topografi bergelombang sampai berbukit-bukit pada
elevasi 10-100 m dpl, solumnya agak tebal (1-2 m) dengan warna merah hingga
kuning. Jenis tanah terdapat hampir di semua kecamatan.

2. Mediteran

Tanah ini terbentuk pada iklim dengan curah hujan 800-2.500 mm/thn.
Tersebar pada elevasi 0-400 m dpl. Solumnya agak tebal (1-2 m), erosi sedang hingga

9
besar. Jenis tanah ini cocok untuk persawahan, rerumputan, tegalan, kebun buah-
buahan.

3. Organosol/Alluvial

Terbentuknya tanah ini tidak dipengaruhi iklim. Terletak pada topografi datar
sampai sedikit bergelombang di dataran rendah. Warna tanah kelabu tua atau hitam
dan cocok untuk persawahan, ladang, tambak, palawija dan kebun kelapa. Jenis tanah
ini tersebar di semua kecamatan dalam Kota Padangsidimpuan.

4. Latosol

Tanah ini terletak pada iklim basah dengan curah hujan 2.000-7.000 mm/thn,
dengan bulan kering kurang dari 3 bulan. Terletak pada topografi bergelombang.
Solumnya dalam (1,5 -10 m) dengan warna merah coklat hingga kuning. Jenis tanah
ini cocok untuk persawahan, tanaman palawija, sayur-mayur dan buah-buahan, kebun
karet, lada dan tegalan. Tersebar di Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru,
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.

5. Podsolik Coklat Kelabu

Tanah ini berkembang pada iklim dengan curah hujan di atas 1.500 mm/thn.
Tanpa bulan kering tersebar pada topografi datar, bergelombang, landai dan berbukit
pada elevasi 10 - 2.000 m dpl, berwarna kelabu, kehitaman, coklat tua hingga
kekuningan. Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.

Dari penjelasan diatas, Kota Padangsidimpuan Merupakan daerah yang


bentuklahannya merupakan bentuklahan asal proses denudasional karena banyak
dikelilingi perbukitan dan pegunungan.

B. Pemanfaatan Bentuklahan Denudasionnal Kota Padangsidimpuan

Bentuklahan Kota Padangsidimpuan yang merupakan perbukitan banyak


dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dengan berkebun atau bersawah. Salah satu
sumber perekonomian masyarakat Kota Padangsidimpuan yaitu produksi perkebunan
salak. Dan salak merupakan salah satu ikon Kota Padangsidimpuan.

10
BAB V

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Kota Padangsidimpuan terletak pada garis 01o 08’ 07’’ – 01o 28’ 19’’ Lintang
Utara dan 99o 13’ 53’’ – 99o 21’ 31’’ Bujur Timur dan berada pada ketinggian 260
sampai dengan 1.100 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Padangsidimpuan
mencapai 159,31 km2 atau setara dengan 0.2 % dari luas wilayah daratan Provinsi
Sumatera Utara, yang dikelilingi oleh beberapa bukit serta dilalui oleh beberapa sungai
dan anak sungai. Puncak tertinggi dari bukit dan gunung yang mengelilingi kota ini
adalah Gunung Lubuk Raya dan Bukit (Tor) Sanggarudang yang terletak berdampingan
di sebelah utara kota. Wilayah bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar antara 8
–15 % terdapat 2.457,56 Ha atau 18,29 % dari luas total Wilayah Kota, yang terdapat di
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Daerah ini merupakan gunung –gunung yang
terdapat pada pinggiran dan tengah Kota Berdasarkan kondisi fisiknya, Kota
Padangsidimpuan merupakan tanah berbukit. Dan Kota Padangsidimpuan merupakan
daerah bentuklahan asal proses denudasional.

4.2.Saran

Bila ada kata yang salah atau kekurangan dalam penulisan miniriset ini
diharapkan pembaca memberikan saran dan kritikannya agar dalam pembuatan miniriset
yang selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Untuk pembaca diharapkan agar membaca
dengan teliti, dan jika miniriset ini dijadikan resensi maka diharapkan tidak mengurangi
dan menambahkan agar tidak mengubah arti atau makna dari miniriset ini. Juga,
diharapkan setelah membaca miniriset ini pembaca dapat mengetahui apa yang telah
dibahas. Kami juga sebagai penulis menyarankan agar setiap pembaca tetap mengambil
referensi lain sehingga pemahaman para pembaca semakin bertambah.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=bentuklahan+padangsidimpuan&oq=&aqs=chrome.3.35i3
9i362l8.475521j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8#
https://sippa.ciptakarya.pu.go.id
http://perkotaan.bpiw.pu.go.id
https://padangsidimpuankota.go.id
http://kepalabatu.finddiscussion.com/t4-bentuk-lahan-berdasarkan-prosespembentukannya.

http://www.scribd.com/doc/12844677/Analisa-Bentuk-Lahan-Struktural-Fluvial-
Denudasional.

http://earthy-moony.blogspot.com/2010/11/bentuklahan-asal-proses-denudasional.html.

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai