Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

EKOLOGI BENTANG LAHAN


Dosen pengampu : Prof. Dr. Sutikno

Dikumpulkan untuk memenuhi tugas

mata kuliah ekologi bentang lahan

Minat Studi Magister Pengelolaan Lingkungan


Program Studi Ilmu Lingkungan

Oleh:

Muammar Fikri Zamani, S.T.


NIM. 22/496004/PMU/11085

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA
SEKOLAH PASCASARJANA
YOGYAKARTA
2022
TUGAS 1

1) Aspek bentuklahan apakah yang dapat dijadikan dasar dalam kajian kajian
bentanglahan?
2) Bandingkan peran satuan bentuklahan dan satuan satuan medan dalam kajian
bentanglahan
3) Jelaskan artipenting karakteristik dan kualitas lahan
4) Apakah setiap bentanglahan dapat dijadikan obyek wisata?

1) Aspek Bentuk Lahan


a) Aspek Morfologi
Yang meliputi:
a. Aspek Morfografi: aspek geomorfologi yang deskriptif pada suatu area
(dataran, perbukitan, pegunungan dan plateau)
b. Aspek Morfometri : aspek kuantitatif (ukuran dan bentuk) pada suatu area
(kecuraman lereng, ketinggian, pembukaan dan ketidakrataan dataran,
kemiringan lereng, bentuk lereng, ketinggian, beda tinggi, kekasaran
medan, bentuk lembah, tingkat pengikisan dan pola aliran.)
b) Aspek Morfogenesa
Ialah asal mula bentuk lahan dan perkembangannya dan proses-proses
pembentukan dan sebab terjadinya,yang meliputi:
a. Morfostruktur Pasif: Jenis Batuan dan Struktur Batuan yang dihubungkan
dengan proses denudasi (Cuesta,Hogback, dan Dome)
b. Morfostruktur Aktif: Dinamika proses endogen yang didalamnya
termasuk proses vulkanisme, lipatan dan sesar tektonik, seperti
gunungapi, punggungan antiklin dan gawir sesar.
c. Morfodinamik : Dinamika proses eksogen yang dihubungkan dengan
pengaruh angin, air dan es dan material sisa, seperti gumuk, teras sungai,
punggungan pantai.
c) Morfokronologi
mendeskripsikan tentang pertanggalan relatif atau absolut pada suatu
bentuklahan dalam hubungannya dengan proses pembentukannya, aspek
morfokronologi merupakan urutan bentuklahan yang ada di permukaan
bumi sebagai hasil proses geomorfologis sehingga menyebabkan
perbedaan urutan umur bentuk lahan.
d) Morfoasosiasi
mendeskripsikan tentang pertautan antara bentuklahan yang satu dengan
bentuklahan yang lain secara kontekstual dalam suatu susunan keruangan dan
berkaitan dengan proses-proses geomorfikaspek morfo-asosiasi merupakan
kaitan antara bentuklahan satu dengan bentuklahan yang lain dalam susunan
keruangan atau sebarannya di permukaan bumi.

2) Satuan Bentuk Lahan dan Satuan Medan


Satuan Bentuk Lahan
Satuan bentuklahan adalah usaha menggolongkan bentuk-bentuk yang terdapat di
permukaan bumi atas dasar karakteritik yang dimiliki oleh masing-masing golongan
(Danang Endarto, 2007). Peranan satuan bentuklahan berperan memiliki aspek saling
ketergantungan dan saling berhubungan keberadaan dan prosesnya. Bentuklahan itu
sendiri memberikan batasan sebagai kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-
proses alami yang mempunyai karakteristik fisikal dan visual dimanapun bentuk lahan
itu dijumpai (Zuidam, 1979 dalam Imanuson, 2008).
Verstappen (1983) telah mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan genesisnya
menjadi 10 macam bentuklahan asal proses, seperti diuraikan berikut ini.
(a). Bentuklahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunungapi. Contoh bentuklahan ini antara
lain: kerucut gunungapi, medan lava, kawah, dan kaldera.
(b). Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan
lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah merupakan contoh-contoh
untuk bentuklahan asal struktural.
(c). Bentuklahan asal fluvial (F) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan
tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
(d). Bentuklahan asal proses solusional (S) merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut,
seperti batugamping dan dolomite karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye,
goa karst, dan logva merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
(e). Bentuklahan asal proses denudasional (D) merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi, seperti longsor dan erosi. Contoh
satuan bentuklahan ini antara lain: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan
rusak.
(f). Bentuklahan asal proses aeolian (E) merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini antara
lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
(g). Bentuklahan asal marine (M) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh
satuan bentuklahan ini antara lain: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo,
laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan
bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat
kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi kedua proses itu disebut
proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses
fluvio-marine ini antara lain delta dan estuari.
(h). Bentuklahan asal glasial (G) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain
lembah menggantung dan morine.
(i). Bentuklahan asal organik (O) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan
bentuklahan ini adalah pantai mangrove dan terumbu karang.
(j). Bentuklahan asal antropogenik (A) merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, pelabuhan,
merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses antropogenik.

Satuan Medan
Satuan medan adalah medan yang ditunjukkan oleh suatu bentuk
lahan atau komplek bentuk lahan yang mempunyai karakteristik dan
komponen medan yang utama (Van Zuidam, 1979). Satuan medan dapat berupa
kompilasi atau gabungan karakter fisik lahan (topografi, batuan, struktur tanah, dll.
3) Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau di
estimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air
tersedia, kedalaman efektif dan sebagainya. Karakteristik lahan merupakan
parameter lahan yang dipakai untuk menentukan kualitas lahan (Yunianto dan
Worosuprojo, 1996).
Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribut yang kompleks dari suatu satuan lahan.
Kualitas lahan merupakan tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan lahan
tertentu. Kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik lahan yang berpengaruh.
Suatu karakteristik lahan dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan tertentu
(Yunianto dan Worosuprojo, 1996).
Kondisi-kondisi lahan yang berhubungan dengan persyaratan suatu tipe pada
penggunaan lahan yang disebut kualitas lahan (Santun R.P. Sitorus, 1985 dalam
Sastrohartono, 2011). Lahan yang disurvei dapat digolongkan kedalam kelas-kelas
sesuai dengan kemampuannya yang didasarkan kepada faktor penghambat dalam
pemanfaatan lahan tersebut kemudian dihubungkan dengan kesesuaian lahan,
penggunaan lahan tersebut agar dapat dicapai manfaat hasil yang maksimal.
Karakteristik lahan erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat
dikelompokan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim.
Karakteristik lahan tersebut merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah. Data
engkap yang diperoleh dari survei atau penelitian tanah dilapangan maka dapat
dibuat kelas kesesuaian lahan (Ritung, 2007).
4) Hampir semua jenis bentanglahan dapat dijadikan sebagai obyek wisata, hal ini
disebabkan karena masing – masing bentanglahan memiliki karakteristik, daya
tarik dan keunikan sebagai obyek wisata. Akan tetapi dalam menjadikan obyek
wisata perlu adanya kajian terkait potensi daya dukung dan daya tampung serta
potensi jasa ekosistem yang ditawarkan dalam mendukung kegiatan pariwisata.
Potensi wilayah kepariwistaan menurut Smith bahwa keserasian lingkungan dan
kemenarikan wilayah yang merupakan unsur penting untuk melihat potensi
kepariwisataan tersebut (Smith, 1992). Contohnya adalah bentanglahan wilayah
pegunungan yang didukung dengan potensi pemanfaatan air terjun dan
pemandangan hutan pinus yang dapat menjadi potensi wisata.
TUGAS 2
1. Why patterns are important in landscape ecology study?
2. Explains with examples of the five central themes in landscape ecology

1) Forman dan Godron (1986) - sebagai seorang landscape ecologist terkemuka


menyebutkan bahwa lanskap adalah sebuah pola (pattern) area yang heterogen
yang terbentuk dari berbagai tipe ekosistem yang saling berinteraksi. Urban, et al.,
(1987) menambahkan bahwa lanskap adalah pola (pattern) yang tersusun dari
mosaik fragment. Secara lebih spesifik ilmu ekologi lanskap ini menjadikan pola
(pattern) sebagai alat untuk mempelajari serta menganalisa struktur (structure),
fungsi (function) dan perubahan (change) di sebuah area yang heterogen, yang
berisi ekosistem yg saling berinteraksi pada sebuah lanskap. Selain itu juga pola
(pattern) merupakan satuan yang digunakan untuk menganalisa bentuk perubahan
lanskap. Perubahan lanskap adalah perubahan yang disebabkan oleh
alterasi/gangguan (disturbance) pada struktur dan atau fungsi lanskap, baik
berupa peristiwa alam ataupun gangguan manusia. Faktor alam maupun manusia
tersebut memberikan pengaruh besar pada pola perubahan lahan. COntohnya pada
kasus deforestasi. Deforestasi tidak hanya menyebabkan pada perubahan pola
biodiversitas dan kelimpahan flora dan fauna dan stok karbon, tetapi juga merubah
pola aliran permukaan/erosi (Prasetyo, et al., 2009).
Dalam Ekologi lanskap memiliki 5 sub tema pembahasan pokok terkait pola
(pattern), (McGargian), yaitu :
a. Mendeteksi karakteristik pola dan skala lanskap;
b. Mengidentifikasi dan menggambarkan pola lanskap, meliputi fisik abiotik,
demografi penduduk dan gangguan lanskap;
c. Karakteristik pola dan proses ruang dan waktu, yaitu dinamika bentang alam
dan dapat menyimpulkannya secara kualitatif;
d. Memahami implikasi ekologis, yaitu mengenai populasi, komunitas dan
ekosistem. Hal tersebut merupakan konservasi biologi dan manajemen
ekosistem;
e. Mengelola lanskap untuk peningkatan kehidupan masyarakat.
Dengan kata lain pola (pattern) merupakan elemen yang sangat penting karena
dijadikan sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap ekologi lanskap.
2) 5 Tema utama dalam ekologi lanskap
a. Mendeteksi pola dan skala yang diungkapkan, dan meringkasnya secara
kuantitatif.
Morfometri bentanglahan merupakan bagian dari ilmu geomorfologi yang lebih
menekankan pada aspek morfologi permukaan bumi secara kuantitatif. Konsep
identifikasi dan klasifikasi bentuk lahan dalam pemetaan morfometri lebih
menekankan pada aspek morfologi (Hengl, 2009).
b. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan agen pembentuk pola, yang meliputi pola
abiotik fisik, respons demografis terhadap pola ini, dan rezim gangguan yang
dilapiskan pada pola tersebut.
c. Mencirikan perubahan pola dan proses dalam ruang dan waktu; yaitu, dinamika
lanskap, dan meringkasnya secara kuantitatif. Ketertarikan pada dinamika
lanskap tak pelak lagi memunculkan model-model tertentu--karena lanskap
berukuran besar dan mereka berubah (biasanya) dari skala waktu yang sulit
diterima secara empiris.
d. Memahami implikasi ekologis dari pola; yaitu, mengapa hal itu penting bagi
populasi, komunitas, dan ekosistem – dan ini adalah materi biologi konservasi
dan pengelolaan ekosistem. Pemahaman implikasi ekologis ini ditinjau dari pola
bentang lahan terhadap populasi, komunitas dan ekosistem yang ada pada suatu
wilayah.
e. Mengelola lanskap untuk mencapai tujuan manusia.
Pengelolaan lanskap terpadu adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pendekatan berbagai pemangku kepentingan terhadap
pengelolaan lanskap. Tingkat kerja sama dalam pengelolaan lanskap terpadu
bervariasi, mulai dari pembagian informasi dan konsultasi hingga model-model
yang lebih formal, dengan pengambilan keputusan dan pelaksanaan bersama.
Menemukan tingkat kerja sama yang paling tepat merupakan bagian penting dari
pengelolaan lanskap terpadu. Struktur tata kelola, besaran dan lingkup, serta
jumlah dan jenis pemangku kepentingan yang terlibat (misalnya sektor swasta,
masyarakat sipil, pemerintah) dalam pengelolaan lanskap terpadu, bervariasi.
Secara teoritis pendekatan lanskap mempunyai 5 elemen utama, yaitu :
• Pijakan (Platform Bersama)
• Pemahaman Bersama
• Perencanaan Kolaboratif
• Pelaksanaan yang Efektif
• Pemantauan
Misalnya, perluasan pesat perkebunan kelapa sawit telah memperkuat
perekonomian nasional dan mengangkat banyak produsen kecil keluar dari
kemiskinan. namun, hal ini juga telah mengakibatkan laju deforestasi tinggi,
pengalihfungsian rawa gambut yang mengakibatkan hilangnya keanekaragaman
hayati, peningkatan emisi CO2 dan kebakaran liar.
TUGAS 3
1) What is the matrix of your landscape? In qualitative terms, how would you rate that
type of element against the other leading element types in the landscape for each of
the three matrix criteria?
2) What are the most patch shape in your own landscape? How do shapes of patches
vary in different landscape?
3) Is stream corridor more critical in controlling water movement or mineral nutrient
movement? Explain in more detail how the stream corridor operates in the more
critical case identified.

1) Secara fungsional struktur lanskap bisa terdiri atas kesatuan beberapa ekosistem
dan beberapapola-pola pemanfaatan lahan. Struktur lanskap terdiri atas fragmen
(patch), koridor (corridor), dan matriks (matrix) (Prasetyo 2017). Fragment atau
bisa disebut juga dengan patch adalah area yang relatif homogen dan memiliki
bentuk tertentu dan konfigurasi spasial, serta dapat digambarkan secara komposisi
oleh peubah internalnya seperti jumlah pohon, jumlah jenis pohon, tinggi pohon,
atau ukuran-ukuran serupa lainnya (Forman 1995). Koridor adalah fragmen/patch
yang bentuknya memanjang, sedangkan matriks adalah fragmen yang
mendominasi lanskap (Forman & Godron 1986). Patch dapat dilihat dari
kenampakan setiap penutup lahan. Matrix memainkan peran paling dominan dalam
fungsi bentuk lahan. Koridor merupakan aliran yang menghubungkan antar patch
berupa jalan dan sungai. Ekologi bentanglahan dataran aeolian di Pantai Parang
Kusomo, Kabupaten Bantul di atas terdiri dari patch, matrix, dan corridor. Matrix
pada dataran aeolian Pantai Parang Kusomo, Kabupaten Bantul berupa semak
belukar. Pada bentanglahan tersebut terdapat patch berupa lahan pertanian dan
permukiman. Selain itu terdapat corridor yang berupa jalan.

LAHAN
PERTANIAN
KERING

LAHAN
PERTANIAN
KERING

PERMUKIMAN

2)

Pada bentanglahan dataran aeolian di Pantai Parang Kusomo, Kabupaten Bantul


didominasi oleh bentuk patch berupa lahan pertanian lahan kering dan
permukiman. Pertanian lahan kering dapat dijumpai di sepanjang pantai dengan
memanfaatkan sumur interface yang ada. Tanaman yang sering mendominasi lahan
kering atau sering disebut dengan lahan berpasir adalah semangka, melon, nanas,
buah naga, cemara udang, pandan wangi dan beberapa tanaman keras seperti
kelapa, jambu mete, dan akasia. Lahan permukiman juga banyak ditemukan di
sekitar area wisata Pantai Parangkusumo.

3) Pada studi kasus dataran aeolian di Pantai Parang Kusomo, Kabupaten Bantul,
selain sungai memiliki peran untuk mengendalikan pergerakan air dan pergerakan
nutrisi mineral, juga mempengaruhi proses terbantuknya dataran aeolian Gumuk
Pasir di bentang lahan Pantai Parang Kusomo, Kabupaten Bantul. Gumuk Pasir
terbentuk dari akumulasi material pasir hitam oleh proses aeolian yang kuat
dengan materialnya berasal dari material vulkanis Gunungapi Merapi yang terbawa
oleh proses fluvial Sungai Opak dan Sungai Progo menuju Samudera Hindia.
Material vulkanik tersebut dalam kurun waktu yang sangat lama terakumulasi
sehingga mengakibatkan sedimentasi material vulkanis Gunungapi Merapi dan
membentuk dataran aeolian berupa gumuk pasir. Selain itu kandungan mineral
yang berasal dari material vulkanis Gunungapi Merapi yang terbawa Sungai Opak
dan Sungai Progo tersebut mengakibatkan tanah di sepanjang Pantai Parang
Kusomo, Kabupaten Bantul menjadi subur sehingga cocok dijadikan sebagai lahan
pertanian oleh warga.
DAFTAR PUSTAKA

Danang Endarto. 2007. Pengantar Geomorlogi Umum. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
Forman RTT. 1995. Land Mosaics: the Ecology of Landscapes & Regions.
Cambridge: Cambridge University Press, 632 pp.
Forman RTT, Godron M.1986. Landscape ecology. New York: John Wiley &
Sons.
Prasetyo LB. 2017. Pendekatan Ekologi Lanskap untuk Konservasi Biodiversitas.
Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Van Zuidam, R.A. & Van Zuidam-Cancelado, F.I. 1979. Terrain analysis and classification
using aerial photographs. A geomorphological approach. ITC Textbook of Photo-
interpretation. ITC. Enschede.
Verstappen, H. T. (1983). Applied geomorphology. Elsevier Science Publishing Co., New
York, N.Y. 437pp

Anda mungkin juga menyukai