Anda di halaman 1dari 3

Nama : Azzahra Lintang G R

Nomor Mahasiswa : 19/439951/GE/08987


Mata kuliah/Kode : Geomorfologi
Ujian Semester : Tengah Gasal
Tahun Akademik : 2019/2020
Nomor Urut/Presensi : 17
Tanggal Ujian : 08 April 2020

1. Lingkup kajian geomorfologi terdiri atas 3 studi utama, antara lain:

 bentuk lahan yang ada di permukaan bumi,


 proses pembentukannya
 Tenaga pembentuk bentuklahan

Namun, yang menjadi fokus dari kajian geomorfologi adalah bentuk lahan. Hal ini
sesuai dengan definisi geomorfologi dari Cooke (1974) yaitu studi bentuklahan,
terutama mengenai watak/sifat alaminya, asal mula (genesis), proses perkembangan
dan komposisi materialnya. Lebih sesifik lagi geomorfologi mengkaji sifat alami,
proses geomorfik, material penyusun, genesis, konteks kelingkungannya, serta aspek
keruangannya. Sifat alami dalam kajian geomorfologi bermakna karakter fisis maupun
kimia dari masing-masing bentuk lahan yang berbeda. Misalnya, menara karst akan
memiliki karakteristik kimia serta bentuk yang berbeda dari bentuk lahan gumuk pasir.
Proses geomorfik atau genesis didefinisikan sebagai proses bagaimana suatu
bentuklahan dapat terbentuk, contohnya proses pembentukan atoll yang bermula dari
pulau gunung api yang dikelilingi terumbu karang, kemudian tenggelam dan
membentuk cincin atoll.

Komposisi dalam kajian geomorfologi mengkaji bagaimana tiap bentuklahan memiliki


material yang berbeda; material penyusun gunung api perisai berbeda dengan
penyusun dataran tinggi plato. Konteks kelingkungan mengkaji sebab-akibat suatu
bentanglahan terhadap lingkungannya, baik dampaknya terhadap manusia maupun
variasi flora dan faunanya. Contohnya dampak bentanglahan karst terhadap flora
adalah wilayahnya cenderung ditumbuhi tanaman musiman seperti pohon jati.
Sedangkan aspek keruangan mengkaji lokasi absolut serta relatif suatu bentuklahan
terhadap kenampakan lainnya. Dari studi aspek keruangan ini, kita akan mampu
mengkorelasi hubungan antar bentuklahan dan lebih memahaminya, misalnya, gua
bawah tanah cenderung berada di wilayah karst, dan selalu dekat dengan aliran
sungai bawah tanah. Oleh karena itu, dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa sungai
bawah tanah dapat membentuk gua karst.
2. Dalam mempelajari geomorfologi, terdapat 4 aspek utama dari suatu bentuklahan:
a) Morfologi
Morfologi merupakan gambaran fisik dari suatu bentuklahan. Morfologi terdiri dari
morfometri serta morfografi. Morfometri merupakan sub-aspek dari morfologi yang
menggambarkan bentuklahan secara deskriptif kuantitatif, misalnya perbedaan
tinggi, kemiringan lereng, serta sudut dip dan strike batuan. Morfografi adalah sub-
aspek yang menggambarkan bentuklahan secara deskriptif kualitatif, contohnya
kemiringannya curam, bentuk bukit bulat simetris, serta aliran sungai berkelok-
kelok. Aspek-aspek morfologi terutama dipengaruhi oleh relief, yaitu perbedaan
ketinggian tempat yang akan membentuk bentukan-bentukan khas dari tiap
bentanglahan.
b) Morfogenesa
Ialah asal-ususl terjadinya bentuklahan yang terdiri atas morfostruktur aktif,
morfostruktur pasif, dan morfodinamik. Perbedaan ketiganya terletak pada aspek
pembentuk suatu bentanglahan. Morfostruktir aktif adalah proses yang terbentuk
oleh tenaga endogen bumi atau tektonisme. Morfostruktur pasif adalah proses
yang dipengaruhi oleh karakteristik geologis suatu bentuklahan, misalnya
kekerasan material pembentuk, kandungan karst batuan, serta sudut dip strike.
Sedangkan morfodinamik adalah proses yang terbentuk oleh tenaga eksogen
bumi, yaitu proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi.
c) Morfokronologi
Terkait dengan umur relatif serta absolut dari bentuklahan. Umur relatif merupakan
umur yang dilihat dari perlapisan batuan (stratigrafi), sedangkan umur absolut
merupakan umur yang dilihat dari proksi iklim (inti es, lingkaran pohon,
tepungsari), serta analisis radiokarbon.
d) Morfoaransemen
merupakan aspek yang berkatian dengan susunan keruangan dari suatu
bentuklahan, serta relasinya dengan bentuklahan lain. Morfoaransemen
memperajari relasi spasial dari tiap-tiap bentuklahan. Misalnya, bentukan delta
hanya dapat ditemui di muara sungai, atau speleotherm hanya dapat ditemukan
di wilayah karst.

3. Degradasi adalah segala proses yang mengurangi jumlah material penyusun


suatu bentukan lahan, terdiri dari 3 proses utama, yaitu:

1. Pelapukan
Pelapukan (weathering) adalah proses menghancuran suatu material menjadi
fragmen-fragmen yang lebih kecil atau berubah komponen kimianya. Pelapukan
terdiri dari jenis pelapukan fisik, kimia, serta biologis. Ciri utama dari ketiganya
adalah pelapukan fisik tidak merubah komponen kimia materialnya, misalnya
pelapukan oleh suhu. Sedangkan pelapukan kimia adalah pelapukan yang
merubah komponen kimia materialnya, seperti proses oksidasi dan pelarutan.
Sedangkan pelapukan biologis adalah pelapukan dari tumbuhan yang meliputi
pelapukan fisik (penghancuran batuan oleh akar), serta pelapukan kimia
(pelarutan batuan oleh enzim yang dikeluarkan tanaman).
2. Erosi
Erosi adalah proses pemindahan material (batuan, tanah, etc.) oleh tenaga-tenaga
eksogen. Tenaga eksogen penyebab erosi terdiri dari air sungai, ombak laut
(abrasi), angin (deflasi), serta es (glasial). Erosi oleh air sendiri terdiri atas 4 tipe
erosi, yaitu erosi percik (splash erosion), erosi lembar (sheet erosion), erosi alur
(rill erosion), dan erosi parit. Terdapat juga jenis erosi yang disebabkan oleh
pergerakan hewan, disebut bioerosi. Contohnya adalah hewan yang menggali
liang dan memindahkan massa tanah.
3. Masswasting
Masswasting adalah proses pemindahan atau pergerakan material akibat
gravitasi. Masswasting dapat terjadi akibat adanya kemiringan lereng dan beban
yang tidak mampu ditahan relief dan menyebabkan bergeraknya massa material.
Masswasting terdiri dari 4 pergerakan utama, yaitu aliran (flow), runtuhan (fall),
rayapan (creep), serta nendatan (slump). Sedangkan, material masswasting dapat
berupa batu, tanah, ataupun lumpur, sehingga akan terdapat istilah seperti
mudflow, soil flow, soil creep, dan rockfall.

Anda mungkin juga menyukai