BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
cara
manifestasi
dari
proses-proses
Metode Penulisan
Metode yang digunakan penyusun laporan ini adalah metode sekunder,
yaitu metode berdasarkan data dari buku, internet dan hasil data praktikum
lapangan.
Di dalam metode penulisan Laporan resmi praktikum geomorfologi adalah
dengan format ketik dengan waktu kesempatan untuk revisi yang telah ditentukan
oleh asisten laboratorium.
1.3.
Dasar Teori
Bentuk lahan memiliki kesan topografis dan ekspresi topografik. Kesan
kesamaan sifat dan perwatakan bentuk lahan berdasarkan kesan topografis dan
ekspresi topografik akan membantu di dalam penentuan klasifikasi suatu bentuk
lahan berbasis morfologi.
1.4.
Proses Geomorfologi
Proses-pross geomorfologi adalah segala perubahan fisis dan kimiawi
Hasil akhir dari ketiga jenis pelapukan batuan tersebut diatas dikenal
sebagai soil (tanah). Karena tanah merupakan hasil dari pelapukan batuan
maka berbagai jenis tanah, seperti Andosol, Latosol atau Laterit tergantung
pada jenis batuan asalnya.
Proses pelapukan, baik secara mekanis yang disebabkan antara lain
oleh perubahan temperatur panas , dingin, angin, hujan, es, pembekuan pada
batuan menyebabkan batuan induk mengalami disintegrasi (perombakan)
menjadi bagian yang lebih kecil, sedangkan proses kimiawi yang
disebabkan oleh larutan asam, kelembaban merubah mineral-mineral
menjadi ion-ion, oksidasi besi dan alumina, mineral silika akan
menghasilkan lapisan lapisan lempung.
b. Erosi
Erosi adalah istilah umum yang dipakai untuk proses penghancuran
batuan (pelapukan) dan proses pengangkutan hasil penghancuran batuan.
Proses erosi fisika disebut sebagai proses corration (erosi mekanis)
sedangkan proses erosi kimia disebut dengan corrosion. Agen dari proses
erosi adalah gaya gravitasi, air, es, dan angin. Berdasarkan bentuk dan
ukurannya, erosi dapat dibagi menjadi 5 (lima) yaitu:
1. Erosi alur (Riil erosion)
Erosi alur adalah proses pengikisan yang terjadi pada permukaan
tanah (terain) yang disebabkan oleh hasil kerja air berbentuk alur-alur
dengan ukuran berkisar antara beberapa milimeter hingga beberapa
centimeter. Pada dasarnya erosi alur merupakan tahap awal dari hasil erosi
air yang mengikis permukaan tanah (terrain) membentuk alur-alur sebagai
tempat mengalirnya air. Pada perkembangannya erosi alur akan
berkembang menjadi erosi ravine. Dibawah ini adalah contoh erosi alur.
d. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditranport
oleh media air, angin, es / gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah hasil dari proses pengendapan material-material
yang diangkut oleh air sungai, sedangkan Sand Dunes yang terdapat di
10
gurun-gurun dan di tepi pantai adalah hasil dari pengendapan materialmaterial yang diangkut oleh angin.
Bentangalam yang ada saat ini adalah hasil dari proses proses geologi
yang terjadi di masa lampau. Pada saat ini proses proses geologi (endogenik
dan eksogenik) tetap berlangsung dan secara berlahan dan pasti akan
merubah bentuk bentang alam yang ada saat ini. Proses proses eksogen yang
terjadi di permukaan bumi dapat dikelompokkan berdasarkan agen/media
yang mempengaruhinya, yaitu air, angin, gletser dan iklim.
e. Agen Geomorfologi
Proses proses utama yang bertanggungjawab yang terjadi di
permukaan bumi untuk kebanyakan bentuk-bentuk permukaan bumi adalah
angin, gelombang, pelapukan, mass wasting, air bawah tanah, air
permukaan, gletser, tektonik dan volkanisme. Apabila air jatuh keatas
permukaan bumi, maka beberapa kemungkinan dapat terjadi. Air akan
terkumpul sebagai tumpukan salju didaerah-daerah puncak pegunungan
yang tinggi atau sebagai gletser.
Ada pula yang terkumpul didanau-danau. Yang jatuh menimpa
tumbuh- tumbuhan dan tanah, akan menguap kembali kedalam atmosfer
atau diserap oleh tanah melalui akar-akar tanaman, atau mengalir melalui
sistim sungai atau aliran bawah tanah.
11
2. Agradasi
Agradasi merupakan proses eksogenik yang mengakibatkan naiknya
permukaan bumi karena adanya proses pengendapan material hasil proses
degradasi. Agradasi berlaku pada tempat dimana pengangkutan air, angin, dan
glasial.
Agradasi atau pengendapan adalah akibat kehilangan daya transportasi
dari transporting agent, dan pengendapan kecenderungan untuk meratakan
permukaan bumi dengan cara mengisi depresi pada permukaan bumi. Meskipun
umumnya erosi dapat perhatian yang lebih banyak, efek dari pada pengendapan
tidak dapat diabaikan dan cukup penting.
B. Proses Endogen
Proses Endogen adalah prosesproses yang berasal dari dalam bumi.proses
endogen ini dibedakan menjadi dua, yaitu diastrofisme dan vulkanisme:
a. Diastrofisma: termasuk proses endogen yang disebabkan oleh energi yang
terdapat dari dalam bumi. Diastrofisma mempunyai kecenderungan
membentuk relief pada permukaan bumi dan dengan demikian merupakan
kekuatan yang melawan proses-proses gradasi. Proses diastrofisma dibagi
dalam dua tipe, yaitu orogenesa dan epirogenesa. Epirogenesa adalah
pengangkatan atau penurunan bagian muka bumi yang luas secara
perlahan-lahan. Orogenesa adalah proses pengangkatan dan penurunan
bagian dari muka bumi dan disertai dengan proses pengangkatan,
perlipatan, pensesaran, dan kadang disertai intrusi.
b. Volkanisma merupakan proses endogen yang disebabkan oleh gerakan
magma ke permukaan bumi. Hasil dari vulkanisma ini merupakan batuan
beku dan bentuklahan yang terbentuk dapat berupa kubah-kubah, gunung
api dsb.
1.6.
Pola Aliran
Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sungai
dan jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan pasif
12
13
c. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada
sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut.
Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal,
isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat
pantai. Berikut adalah contoh gambarnya:
d. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus,
sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan
sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara
yang lunak dan resisten. Berikut adalah contoh gambarnya:
14
e. Deranged: pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai
pendek yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah
mencirikan daerah glacial bagian bawah. Berikut adalah contoh gambarnya:
f. Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.
Berkembang pada vulkan atau dome. Berikut ini adalah contoh dari
gambarnya:
15
(sumber: andimanwno.wordpress.com/2015)
i. Pinnate: Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat
pada bukit yang lerengnya terjal. Berikut adalah contoh gambarnya:
16
BAB II
BENTANG ALAM
2.1.
dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi
yang biasanya dijumpai di depan zona penunjaman (subduction zone).
Berdasarkan proses terjadinya ada tiga macam vulkanisme, yaitu:
a. Vulkanisme Letusan, dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang kaya
akan gas, bersifat kental dan ledakan kuat. Vulkanisme ini biasanya
17
18
2. Tipe Stromboli Sangat khas untuk G. Stromboli dan beberapa gunung api
lainnya yang sedang meningkat kegiatannya. Magmanya sangat cair, ke
arah permukaan sering dijumpai letusan pendek yang disertai ledakan.
Bahan yang dikeluarkan berupa abu, bom, lapili dan setengah padatan
bongkah lava. Tekanan gas tipe Stromboli adalah rendah.
4. Tipe Merapi dicirikan dengan lavanya yang cair-kental, dapur magma yang
relatif dangkal dan tekanan gas yang agak rendah. Karena sifat lavanya
tersebut, apabila magma naik ke atas melalui pipa kepundan, maka akan
terbentuk sumbat lava atau kubah lava sementara di bagian bawahnya
19
masih cair. Sedang semakin tingginya tekanan gas karena pipa kepundan
tersumbat akan menyebabkan sumbat tersebut hancur ketika terjadi
letusan, dan akan terbentuk awan panas letusan.
5. Tipe Pelee mempunyai viskositas lava yang hampir sama dengan tipe
Merapi. Tetapi tekanan gasnya cukup besar. Ciri khas tipe Pelee adalah
peletusan gas ke arah mendatar. G. Pelee pernah meletus pada 8 Mei 1902,
menghancurkan kota St. Pierre dengan serbuan awan panas bersuhu antara
2100 2300C. Kecepatan luncurnya yang tinggi, sekitar 150 m/detik,
mnyebabkan penduduk kota tersebut tidak sempat melarikan diri dan
30.000 jiwa menjadi korban.
6. Tipe St. Vincent lavanya agak kental, dan bertekanan gas menengah. Pada
kawah terdapat danau kawah, yang sewaktu terjadi letusan akan
dimuntahkan ke luar dengan membentuk lahar letusan. Setelah danau
kawah kosong, disusul oleh hembusan bahan lepas gunung api berupa
bom, lapili dan awan pijar. Suhu lahar letusan adalah sekitar 1000C.
20
Contoh tipe ini di Indonesia adalah G. Kelud yang meletus pada tahun
1906 dan 1909.
7. Tipe Perret atau tipe Plinian dicirikan dengan tekanan gasnya yang sangat
kuat, disamping lavanya yang cair. Bersifat merusak dan diduga ada
kaitannya dengan perkembangan pembentukan kaldera gunung api.
Peneliti pertama tipe ini adalah Plinius (99 SM), yaitu terhadap G.
Vesivius, sehingga namanya diabadikan untuk tipe letusan gunung api.
Contoh dari tipe ini adalah G. Vesivius, yang sebelum meletus mempunyai
ketinggian 1.335 m. Tetapi setelah terjadi letusan, ketinggian sisa hanyalah
1.186 m, sehingga sekitar 149 m dihembuskan ke atas oleh suatu kekuatan
yang luarbiasa besarnya. Contoh di Indonesia adalah G. Krakatau yang
meletus pada tahun 1883.
21
paling atas yang langsung mendapat material dari kawah saat terjadi
erupsi
3. Lereng gunung api (simbol: V3), merupakan satuan bentuklahan yang
yang lebih datar dan terbentuk dari pengendapan material oleh proses
fluvial.
22
23
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau
tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief.
Faktor-Faktor Pembentuknya
a. Pengendapan (sedimentation)
b. Proses-proses pelapukan (weathering)
c. Erosi / pengikisan dan gerak masa batuan (erosion and mass movement)
2.2.1. Bentuklahan Denudasional
Macam-Macam Bentuk Lahan Denudasional berdasarkan (Van Zuidam,
1985) yaitu sebagai berikut:
1. Pegunungan terkikis (simbol: D1),
24
25
26
2.3.
perbukitan
patahan,
pegunungan
antiklinal,
perbukitan
antiklinal,
27
28
2.4.
aktifitas aliran (streams). Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam
29
30
d. Stadia tua dicirikan dengan sungai yang sudah didominasi oleh meander
dan dataran banjir yang semakin melebar. Oxbow lake dan rawa mulai
terbentuk disisi sungai dan erosi lateral lebih dominan dibanding erosi
vertikal. Pada stadia ini pengaruh tenaga eksogen sangat kuat, sehingga
kadang-kadang struktur asli telah hilang. Bentuk lahan yang
mempunyai stadia tua kadang-kadang dapat mengalami peremajaan
(rejuvenation) sebagai akibat pengaruh tenaga endogen yang bersifat
membangun.
31
2. Faktor-Faktor Pengontrol
Faktor-faktor pengontrol pembentukan fluvial dipengaruhi oleh:
a. Proses erosi adalah gaya melebar air yang mengalir disatas
permukaan air tanah yang menyebabkan terjadinya lembahlembah.
b. Proses transporasi adalah proses perpindahan / pengangkutan
material oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh
tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya
gravitasi.
c. Proses sedimentasi terjadi bila terjadi ketika sungai tidak mampu
lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut
semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan
diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material
yang lebih halus.
d. Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah, dapa berupa air
lapisan, yang mengisi ruang ruang pada agregat tanah,atau air celah
yang mengisi retakan-retakan tanah / batuan.
e. Sungai adalah sistem aliran yang terdapat di permukaan bumi yang
berasal dari sumber air
f. Topografi Hasil Deposisi Aliran atau Penimbunan
2.4.1. Bentuklahan Fluvial
32
2. Rawa, danau, rawa belakang (simbol: F2), bagian dari dataran banjir
dimana simpanan tanah liat menetap setelah banjir.
3. Dataran banjir (simbol: F3), berupa dataran yang luas yang berada pada
kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir
sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur.
33
4. Tanggul alam (simbol: F4), Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di
wilayah dataran rendah yang berperan menahan air hasil limpasan banjir
sehingga terbentuk genangan yang dapat kembali lagi ke sungai.
5. Teras sungai (simbol: F5), terbentuk berpasangan disebelah kanan dan kiri
sungai, melalui pengikisan sungai lagi (rejuvinasi)
6. Kipas aluvial (simbol: F6), berupa suatu onggokan material lepas,
berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan
suatu gawir.
7. Gosong (simbol: F7), endapan sungai yang berada di tengah atau badan
sungai.
8. Delta (simbol: F8), Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai
pada bagian hilir setelah masuk pada daerah base level.
34
9. Dataran delta (simbol: F9), delta dengan bentuk dataran yang luas.
2.5.
(angin). Angin merupakan salah satu agensia yang menyebabkan proses erosi setelah
air, gelombang dan es. Bentuklahan asal eolin ini umumnya berkembang di daerah
beriklim kering (arid). Proses erosi yang disebabkan oleh kerja angin terjadi dengan
dua mekanisme antara lain deflasi dan abrasi.
Deflasi merupakan proses pelepasan materi akibat gerakan air sehingga
material tersebut berpindah baik dengan menggelinding, merayap, melompat, maupun
terbang. Sedangkan abrasi adalah proses pengikisan yang disebabkan oleh adanya
material halus yang dibawa oleh angin menabrak material lain sehingga material
tersebut terkikis. Angin hanya mengangkut material yang ringan dengan besar butir
paling kecil, sehingga bentuklahan asal eolin ini tersusun atas materi lepas-lepas dengan
tekstur halus.
Faktor-Faktor Pengontrol
Bentuklahan asal proses eolin dapat terbentuk dengan baik jika
memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan
jumlah yang banyak
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan
pasir tersebut
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang
lain.
35
Endapan
oleh
angin
terbentuk
oleh
adanya
pengikisan,
36
(sumber: sintiadewi/2015)
3. Gumuk pasir pararel (simbol: E3), yaitu bentuk gumuk pasir yang
sejajar.
2.6.
37
38
5. Uvala atau polye (simbol: K5), uvala merupakan depresi tertutup yang
besar, terdiri dari gabungan beberapa doline, lantai dasarnya tidak rata.
39
Polje merupakan depresi tertutup yang besar dengan lantai dasar dan
dinding yang curam, bentuknya tidak teratur dan biasanya memanjang
searah jurus perlapisan atau zona lemah structural.
6. Ledok karst (simbol: K6) yaitu lubang karst (doline) dengan lebar lebih
dari 1 km.
7. Doline (simbol: K7), Yaitu depresi tertutup hasil pelarutan denagn
diameter mulai dari beberapa meter sampai beberapa kilometer,
kedalamannya mencapai ratusan meter dan bentuknya dapat bundar
atau lonjong (oval).
2.7.
proses glasial, dimana proses glasial itu tenaga yang berpengaruhnya adalah
Gletser.
Gletser adalah massa es dan tubuh es yang terbentuk karena rekristalisasi
dari salju dan lelehan air yang secara keseluruhan atau sebagian teletak dalam
suatu lahan dan memberikan kenampakan tersendiri, yaitu suatu bentukan
40
gerakan. Beberapa hal yang penting dalam gletser diantaranya adalah Keadaan
daerah, Proses, dan endapan yang terbentuk di tepi perbatasan gletser (moraine).
Faktor-Faktor Pengontrol terjadinya lahan Glasial adalah :
1. Tingginya tingkat presipitasi
2. Suhu lingkungan yang rendah
3. Pada musim dingin es terakumulasi dalam jumlah besar
4. Tingkat peleburan yang rendah
2.7.1.
41
c. Ice Cap, Ice sheet yang lebih kecil terdapat pada daerah seperti
valleyglacier dilaut arktik, canada, rusia, dan dataran Siberia.
d. Ice Berg, Ice sheet yang bergerak kebawah karena pengaruh gravitasi
dan akhirnya hilang dalam jumlah yang besar Berdasarkan relief,
tinggi permukaan dan curah hujan .
2.8.
menerus. Pada dasarnya dapat dikelompokan 2 macam alksi alamiah yaitu yang
42
Faktor-Faktor Pengontrol
Tenaga yang mengontrol proses pembentukan pantai, baik secara langsung
maupun tidak langsung ada beberapa macam, yaitu gelombang laut, arus litoral,
pasang naik dan pasang surut, tenaga es, dan kegiatan organisme laut.
1. Gelombang Air Laut
Gelombang dapat terjadi dengan beberapa cara, misalnya
longsoran tanah laut, batu yang jatuh dari pantai curam, perahu atau kapal
yang sedang lewat, gempa bumi di dasar laut, dan lain sebagainya.
Diantaranya adalah gelombang yang disebabkan oleh angin. Angin akan
berhembus dengan kencang apabila terjadi ketidakseimbangan tekanan
udara. Karena tekanan yang tidak sama di permukaan air itulah yang
menyebabkan permukaan air berombak.
Adanya gelombang ini sangat penting dalam perkembangan garis
pantai.
2. Arus Litoral
Selain gelombang air laut, arus litoral juga merupakan tenaga air
yang sangat penting pengaruhnya dalam pembentuka garis pantai.
Pengaruh arus litoral terhadap perkembangan garis pantai dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu tekanan atau kekuatan angin, kekuatan gelombang
laut, kedalaman air, dan bentuk pantainya.
43
adalah
naik-turunnya
permukaan
air
laut
dan
kekuatan
gelombangnya.
Apabila gelombang besar terjadi pada saat pasang naik akan
merupakan tenaga perusak yang sangat hebat di pantai. Arus air yang
ditimbulkan oleh pasang naik dan pasang surut akan bergerak melalui
permukaan terbuka dan sempit serta merupakan tenaga pengangkut
endapan daratan yang sangat intensif.
4. Tenaga Es
Pengaruh tenaga es yang terpenting yaitu adanya pengkerutan es
dan pemecahan atau pencairan es. Air yang berasal dari bawah akan naik
dan mengisi celah-celah dan akhirnya akan membeku. Apabila terjadi
perubahan iklim, maka es akan mencair sehingga permukaan airnya akan
bertambah besar.
5. Organisme
Jenis binatang laut yang sangat penting dalam proses pembentukan
garis pantai beserta perubahannya salah satunya yaitu binatang karang.
Binatang karang yang paling banyak membentuk batuan karang ialah
golongan polyps. Polyps merupakan jenis binatang karang yang sangat
kecil yang hidup dengan subur pada air laut yang memiliki kedalaman
antara 35-45 meter.
Jenis makhluk hidup lain yang berpengaruh pada perkembangan
pantai ialah tumbuh-tumbuhan ganggang (algae). Ganggang merupakan
44
jenis mikro flora yang dapat membantu pengendapan dari larutan yang
mengandung kalsium karbonat menjadi endapan kapur.
2.8.1. Bentuklahan Marine
Macam-Macam Bentuk Lahan Asal Marine berdasarkan (Van Zuidam,
1985) yaitu sebagai berikut:
1. Gisik (simbol: M1), Gisik adalah wilayah pantai yang material batuan
atau tanahnya berupa pasir. Kawasan pantai yang material batuannya
bukan pasir seperti batu gamping atau batu vulkanis yang tidak
berwujud pasir tidak dapat disebut gisik.
2. Dataran pantai (simbol: M2), yaitu dataran yang berada dekat dengan
patai, terdiri dari material pasir.
3. Beting pantai (simbol: M3)
4. Laguna (simbol: M4), sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh
penghalang yang berupa pasir, batu karang atau semacamnya. Jadi air
yang tertutup di belakang gugusan karang atau di dalam atol disebut
laguna.
45
10. Terumbu (simbol: M10), Terumbu karang (coral reef) terbentuk oleh
aktivitas binatang karangdan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada
areal-areal yang cukup luas.
BAB III
PETA
3.1.
Jenis-jenis Peta
Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian
unsur permukaan bumi yang digambar dalam skala tertentu. Kebanyakan dari peta
yang dikenal hanya memperlihatkan bentuk dua dimensi saja, sedangkan para
pengguna peta seperti ahli geologi membutuhkan bentuk 3 dimensi (unsur
ketinggian) juga disajikan dalam peta. Peta yang menyajikan unsur ketinggian
yang mewakili dari bentuk lahan disebut dengan peta topografi. Meskipun
berbagai teknik telah banyak dipakai untuk menggambarkan unsur ketinggian,
akan tetapi metoda yang paling akurat/teliti adalah memakai garis kontur.
Peta
geologi
pada
dasarnya
merupakan
suatu
sarana
untuk
46
47
Dalam jenis-jenis peta, peta dapat digolongkan dalam berbagai hal seperti
berikut :
A. Peta digolongkan berdasarkan bentuknya yaitu :
1. Peta Timbul, peta jenis ini menggambarkan bentuk permukaan bumi yang
sebenarnya, misalnya peta relief.
2. Peta Datar (peta biasa), peta umumnya dibuat pada bidang datar , misalnya
kertas, kain atau kanvas
3. Peta Digital adalah peta yang datanya terdapat pada suatu pita magnetik
atau disket, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya menggunakan
komputer. Peta digital dapat ditayangkan monitor komputer atau layar
televisi. Peta digital ini hadir seiring perkembangan teknologi komputer
dan peralatan digital lainnya.
B. Penyajian gambaran permukaan bumi pada suatu peta datar dapat
digolongkan dalam dua jenis bayangan grafis yaitu :
1. Peta Gari, banyangan permukaan bumi pada peta terdiri atas garis, titik,
dan area yang dilengkapi teks dan simbol sebagai tambahan informasi.
2. Peta Citra atau foto, bayangan permukaan bumi disajikan dalam bentuk
citra atau foto yang merupakan informasi dari sensor.
C. Data dan Informasi yang disajikan pada suatu Peta tergantung maksud dan
tujuan pembuatannya, sehingga peta dapat dibedakan atas:
48
simbol
titik
49
1. Peta Induk. Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survai langsung
dilapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan
peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar. Peta
dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta
lainnya.
2. Peta Turunan. Peta turunan yaitu peta yang dibuat brdasarkan acuan peta
yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survai langsung ke lapangan.
Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.
F. Jenis Peta Berdasarkan Keadaan Objek
1. Peta Dinamik, peta yang menggambarkan labil atau meningkat. Misalnya
peta transmingari atau urbanisasi, peta aliran sungai, peta perluasan
tambang dan sebagainya.
2. Peta Stasioner, yaitu peta yang menggambarkan keadaan stabil atau tetap.
Misalnya peta tanah, peta wilayah, peta geologi dan sebagainya.
G. Jenis Peta Statistik
1. Peta Statistik Distribusi Kualitatif, adalah peta yang menggambarkan
kevariasian jenis data, tanpa memperhitungkan jumlahnya, contohnya:
peta tanah, peta budaya, peta agama dan sebagainya.
2. Peta Statistik Distribusi Kuantitatif, adalah peta yang menggambarkan
jumlah data, yang biasanya berdasarkan perhitungan persentase ataupun
frekuensi. Misalnya, peta penduduk, peta curah hujan, peta pendidikan
dan sebagainya.
H. Berdasarkan fungsi atau kepentingannya, peta dapat dibedakan menjadi:
1. Peta Geografi dan Topografi
2. Peta Geologik, hidrologi, dan hidrografi
3. Peta lalu lintas dan komunikasi
4. Peta yang berhubungan dengan kebudayaan dan sejarah, misalnya: peta
bahasa, peta ras
5. Peta lokasi dan persebaran hewan dan tumbuhan
6. Peta cuaca dan iklim
7. Peta ekonomi dan statistik
3.2.
50
garis
penampang
tertentu.
Penampang
ini
dibuat
dengan
51
7. Hitung nilai kontur bila kontur naik maka nilai ditambah interval kontur,
bila kontur turun maka dikurangi
8. Siapkan kertas millimeter blok
9. Letakkan hitungan garis penampang pada millimeter blok
10. Buat garus lurus horizontal sesuai panjang garis penampang pada point 1
dan geris vertikal sesuai skala
11. Beri titik sesuai ketinggian kontur pada millimeter blok
12. Taris garis pada titik-titik tersebut
13. Beri warna sesuai bentang alam
Dibawah ini adalah contoh cara pembuatan penampang.
52
BAB V
KEMIRINGAN LERENG
53
kemiringan lereng adalah salah satu informasi yang bisa didapat setelah melihat
dan menganalisa peta topografi.
Pada umumnya peta topografi menggambarkan bentuk muka bumi (relief)
yang disertai dengan garis kontur yang menunjukan wilayah-wilayah yang
memiliki ketinggian sama dan sejumlah keterangan mengenai bentang budaya
(jalan,dll).
Kelas Lereng
00 - 20
(0 - 2 %)
20 - 40
(2 - 7 %)
40 - 80
(7 - 15 %)
80 - 160
(15 - 30 %)
160 - 350
(30 - 70 %)
350 - 550
Simbol warna
yang disarankan.
Hijau tua
Hijau Muda
Kuning
Jingga/orange
Merah Muda
54
(70 - 140 %)
> 550
( > 140% )
Merah Tua
Ungu Tua
Langkah Kerja
Dalam menentukan kemiringan lereng suatu daerah pada peta topografi
dapat dilakukan dengan pendekatan rumus Went-Worth yaitu
(n-1) x interval kontur
S = --------------------------------- x 100%
a x penyebut skala peta
Keterangan:
S
Ik = interval kontur
A
55
2000
4. Selanjutnya suatu daerah dapat diukur ketinggiannya atau dapat
diklasifikasikan kemiringan lerengnya dengan melihat lagi jumlah garis
yang terpotong dalam grid-grid yang telah dibuat. Kemudian hasilnya
dihitung dan dapat di masukkan kedalam aturan hasil perhitungan
kemiringan
lereng.
Sehingga
dapat
diperoleh
hasil
mengenai
Geomorfologi Regional
Dalam mengidentifikasi potensi bencana alam ataupun potensi alam yang
dapat dimanfaatkan dalam suatu wilayah dapat dilihat dari struktur geologi dan
geomorfologi
wilayah
tersebut.
Dari
geomorfologi
kita
juga
dapat
dan
struktur
geologi
dicerminkan
oleh
bentuklahannya.
56
57
z
gambar 66. Geomorfologi Regional dareah Bantul
(sumber: dewiultralight08.wordpress.com/2012)
Selain berada pada apitan bukit patahan dan bentuk lahan dataran fluviomarin, Kabupaten Bantul juga berada pada wilayah transisi yaitu dataran yang
asal prosesnya dari aktivitas Vulkanis dan endapan sungai (Fluvio-Vulcan).
Bentuklahan fluvial disebabkan oleh akibat aktivitas aliran sungai. Aktivitas aliran
sungai tersebut berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi)
sehingga membentuk bentangan dataran aluvial dan bentukan lain dengan
struktur horisontal yang tersusun oleh material sedimen . Bentukan-bentukan ini
berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan seperti lembah-lembah sungai
besar dan dataran aluvial.
Bentukan-bentukan lain dalam skala kecil yang mungkin terjadi dapat
berupa dataran banjir, tanggul alam, teras sungai dan kipas aluvial. Sungai-sungai
yang terdapat pada satuan ini umumnya merupakan sungai yang telah mengalami
gradasi dan berada dalam keadaan seimbang sehingga energinya hanya cukup
untuk membawa dan memindahkan bebannya. Sehingga, apabila terjadinya erosi
dan pengendapan yang seimbang nantinya membentuk hamparan dataran yang
58
luas di sepanjang tepian sungai. Di dataran fluvial ini juga terdapat adanya
saluran yang berkelok-kelok (meanders).
Pembentukan saluran ini merupakan akibat proses penimbunan pada
bagian luar kelokan dan erosi, sementara untuk kecepatan aliran berkurang akibat
menurunnya kemiringan lereng. Akibat dari pengendapan yang cukup besar,
maka membuat aliran ini sering kali tidak mampu untuk mengangkut materialmaterial dari daerah utara (gunung merapi), yang akhirnya arah aliran membelok
begitu seterusnya membentuk kelokan-kelokan tertentu.
6.2.
untuk
menganalisi
kenampakannya,
yaitu:
morfologi,
morfogenesis,
59
60
ada tetapi tetutup oleh gumuk pasir alluvium. Di daerah ini terbentuk akibat
adanya suhu yang rendah tetatapi memiliki keadaan iklim yang sangat
ekstrim, terdapat pula sendun yang mana materialnya bersumber dari gunung
merapi, gunung merbabu, gunung sindoro yang litologinya terbawa akibat
aliran sungai kali progo dan kali opak.
61
BAB VII
KESIMUPLAN
62
dilapangan
penyusun
juga
dapat
menyimpulkan
bahwa
DAFTAR PUSTAKA
63
Frecilia Antika,
2011. Analisis
Bentang
Lahan.
Online.
http://ginafreciliaantika.blogspot.com/2011/04/analisis-bentanglahan.html.