Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Meskipun masih banyak orang yang belum mampu melihat peta dengan baik

dan benar, namun fungsi peta dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat

dipungkiri tidak kalah penting dengan penunjuk arah lainnya. Terutama untuk

mempermudah menemukan tempat.Kebanyakan orang hanya mengetahui jenis

peta umum tanpa mengetahuijenis peta lainnya.Padahal selain peta umum

masih banyak jenis peta lainnya salahsatunya adalah peta topografi.

Perbedaan tinggi permukaan bumi dan unsur – unsur asli permukaan bumi

baik buatan manusia maupun unsur – unsur alami yang sudah ada diatas

permukaan bumilah yang melatar belakangi adanya peta topografi. Peta

topografi merupakan peta yang dibuat berdasarkan perbedaan titik elevasi

atau ketinggian pada permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur

berdasarkan perbedaan titik elevasinya. Peta topografi biasanya dibuat dengan

menggunakan teknik “Tapping Kompas”.Peta yang terbentuk adalah peta

kontur dimana peta tersebut digunakan untuk menunjukkan perbedaan

ketinggian suatu tempat.

Seorang geologis dituntut untuk mampu dalam membuat peta, salah satunya

adalah peta kontur.Berdasarkan hal tersebut, maka praktek “Tapping kompas”

dilakukan untuk menambah kemampuan praktikan. Seorang praktikan harus

juga ahli di lapangan, bukan hanya mampu dalam teori. Dengan melakukan
praktek lapangan kemampuan praktikan secara tidak langsung akan

bertambah. Pelaksanaan praktek lapangan tersebut disesuaikan dengan materi

yang didapatkan di lingkungan kampus dan bentuk pengaplikasiannya dalam

kehidupan sehari-hari. Kemampuan lapangan yang diperoleh diharapkan

mampu digunakan praktikan dalam dunia kerja kedepannya.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas laporan mata

kuliah “pemetaan Topografi” Departemen Teknik Geologi Universitas

Hasanuddin , sehingga kita dapat melakukan “Tapping Kompas” sesuai materi

yang telah di pelajari di kampus

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum “Tapping Kompas”

adalah:

A. Agar praktikan dan pembaca dapat mengetahui cara penggunaan kompas

geologi (kompas Brunton) dalam mengukur arah maupun kemiringan (Slope).

B. Agar praktikan dan pembaca dapat mengetahui cara membuat dan membaca

Peta Topografi dari data yang telah diperoleh di lapangan.

1.3 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Praktikum Pemetaan Topografi yang berjudul “Tapping kompas”

dilaksanakan pada hari Minggu, 8 September 2019 dimulai pada pukul 06.00

WITA sampai selesai dengan keadaan cuaca cerah dan bertempat di Bukit

Samata depan Kampus Universitas Islam Negeri Alaudin, Kabupaten Gowa ,

Sulawesi Selatan.
1.4 ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:

1. Patok kayu berjumlah 12 patok

2. Kompas Geologi (Brunton)

3. Roll meter 50 m

4. Kertas HVS A4

5. Laporan sementara

6. Alat tulis-menulis

7. Kertas grafik A0

8. Kertas kalkir A0

9. Pensil mekanik 0,3 dan 0,5

10. Drawing pen 0,3 dan 0,5

11. Kalkulator

12. Map kabinet

13. Penggaris 30 cm dan 60 cm

14. Busur derajat 180ᴼ dan 360ᴼ

15. Hekter dan isinya

16. Double tip

17. Stiker ayam Unhas

18. Mistar sablon 0,3 dan 0,5

1.5 PROSEDUR PRAKTIKAN

Pada praktikum “Tapping Kompas” ini kita melakukan dua pengukuran yaitu,

arah dan kemiringan atau slope.


1.5.1 PENGUKURAN ARAH

Pengukuran yang pertama kali kita lakukan adalah arah, adapun prosedur

dalam mengukur arah antara lain:

1. Cek semua alat dan pastikan semua alat dapat berfungsi dengan baik dan

dalam kondisi yang tidak rusak dan siap digunakan.

2. Keluarkan Kompas dari sarungnya dan periksalah dengan baik kelincahan

gerak jarum kompas dengan gelembung Nivo (Bull eye) yang berada tepat

ditengah kompas.

3. Pegang kompas dengan kedua tangan setinggi pinggang atau dada.

4. Cermin (tutup kompas) dibuka ± 135ᴼ dan menghadap ke depan.

5. Buka kompas dengan posisi “Sighting Arm” dibuka horizontal dan “Peep

Sight” ditegakkan.

6. Putar kompas sedemikian rupa sampai ke titik yang dimaksud tampak dalam

cermin dan berimpit dengan ujung jari “Sighting Arm” dan garis hitam

cermin.

7. Bila Nivo (Bull eye) sudah berada di tengah, kunci kompas dengan lift pin,

dan baca jarum utara kompas dan catat arah yang ditunjuknya.

1.5.2 PENGUKURAN SLOPE

Pengukuran yang kedua kita lakukan adalah slope atau kemiringan,

adapun prosedur dalam mengukur arah antara lain:

1. Cek semua alat dan pastikan semua alat dapat berfungsi dengan baik dan

dalam kondisi yang tidak rusak dan siap digunakan.


2. Buka tutup kompas hingga membentuk sudut ± 45ᴼ. Tangan-tangan

penunjuknya dibuka dan ujungnya ditekuk 90ᴼ.

3. Pegang kompas dengan tangan yang ditekuk ± 90ᴼ dan pada posisi vertical.

4. Bidik titik yang dituju melalui lubang “Peep Sight” dan “Sighting Window”

dimana titik tersebut tingginya harus sama dengan mata dan atur dengan cara

menaik-turunkan kompas.

5. Gerakkan klinometer dengan memutar pengatur datar yang terdapat di bagian

belakang kompas, sehingga gelembung dalam Nivo yang berbentuk tabung

berada di tengah.

6. Baca dan catat angka yang ditunjukkan oleh klinometer.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian unsur

permukaan bumi yang digambar dalam skala tertentu dan sistem proyeksi

tertentu.Peta seringkali sangat efektif untuk menunjukkan lokasi dari objek-objek

alamiah maupun objek buatan manusia, baik ukuran maupun hubungan antara satu

obyek dengan obyek lainnya.Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan

informasi yang barangkali tidak praktis apabila dinyatakan atau digambarkan

dalam susunan kata-kata.Secara umum peta diartikan sebagai gambaran

konvensional dari pola bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas pada

bidang datar melalui satu bidang proyeksi dengan dilengkapi tulisan-tulisan untuk

identifikasinya.

Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal atau Channel

antara si pengirim pesan (pembuat peta) dengan si penerima pesan (pemakai peta).

Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan berupa informasi tetang

realita dari fenomena geografi. Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang

didesain untuk mampu menghasilkan sebuah informasi geografis melalui proses

pengorganisasian dari kolaborasi data lainnya yang berkaitan dengan bumi untuk

menganalisis, memperkirakan, dan menghasilkan gambaran kartografi.

Informasi ruang mengenai bumi sangat kompleks, tetapi pada umunmya data

geografi mengandung 4 aspek penting, yaitu lokasi-lokasi yang berkenaan dengan


ruang, merupakan objek-objek ruang yang khas pada sistem koordinat (projeksi

sebuah peta). Kemudian, atribut (ciri bahan), informasi yang menerangkan

mengenai objek-objek ruang yang diperlukan.Hubungan ruang, hubungan lojik

atau kuantitatif diantara objek-objek ruang.Waktu, merupakan waktu untuk

perolehan data, data atribut dan ruang. Pemetaan adalah suatu proses menyajikan

informasi muka bumi yang berupa fakta, dunia nyata, baik bentuk permukaan

buminya maupun sumber daya alamnya, berdasarkan skala peta, sistem proyeksi

peta, serta simbol-simbol dari unsur muka bumi yang disajikan. Penyajian unsur-

unsur permukaan bumi di atas peta dibatasi oleh garis tepi kertas serta grid atau

gratikul.Diluar batas tepi daerah peta, pada umumnya dicantumkan berbagai

keterangan yang disebut tepi.Keterangan tepi ini dicantumkan agar peta dapat

dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai peta.Penyusunan dan penempatan

keterangan tepi bukan merupakan hal yang mudah, karena semua informasi yang

terletak disekitar peta harus memperlihatkan keseimbangan.

Kebanyakan dari peta yang dikenal hanya memperlihatkan bentuk dua dimensi

saja, sedangkan para pengguna peta seperti ahli geologi membutuhkan bentuk 3

dimensi (unsur ketinggian) juga disajikan dalam peta.Peta yang menyajikan unsur

ketinggian yang mewakili dari bentuk lahan disebut dengan peta topografi.

Meskipun berbagai teknik telah banyak dipakai untuk menggambarkan unsur

ketinggian, akan tetapi metoda yang paling akurat/teliti adalah memakai garis

kontur.
Indonesia pertama kali di petakan secara detail oleh pemerintah kolonial Belanda

dan selesai pada tahun 1943. Peta ini kemudian disempurnakan lagi di tahun

1944.Peta topografi tahun 1944 ini akhirnya dipakai sebagai acuan dasar

pemetaan Indonesia. Tahun 1966 peta Indonesia disempurnakan lagi melalui

sistem pencitraan satelit oleh American Map Service (AMS) namun dengan skala

terbesar 1:50000. Peta topografi awalnya hanya dipakai untuk kebutuhan

pertahanan dan militer sehingga sangat dirahasiakan dan tidak sembarang orang

bisa mengakses.Akan tetapi dengan dunia informasi yang makin terbuka, maka

peta topografi sudah disesuaikan dengan kepentingan publik.

Peta terdiri dari bagian-bagian yang menyusunnya, antara lain judul peta, diambil

dari bagian terbesar wilayah yang tercantum dalam satu sheet peta. Biasanya

terletak di bagian atas peta atau di samping untuk peta buatan badan koordinasi

survai dan pemetaan nasional (BAKOSURTANAL).Legenda peta, penjelasan dari

symbol-simbol yang tercantum dalam peta. Bagian ini adalah komponen yang

sangat vital karena kita akan jadi buta dalam membaca peta jika tidak ada

legendanya. Skala Peta, bagian yang menunjukan ukuran dalam lembar peta

dengan medan sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala

angka.Dalam peta topografi biasanya dicantumkan keduanya. Rumus perhitungan

: jarak dimedan sebenarnya = jarak di peta x skalanya. (Contoh : skala peta

1:25000; 1:50000; 1:100000) cara membacanya adalah 1:25000 berarti 1 cm

dalam peta adalah 25000 cm di medan sebenarnya atau 25km.


Kemudian terdapat garis koordinat, yaitujaring-jaring dalam peta yang terdiri dari

garis vertikal dan garis horizontal.Guna garis ini adalah untuk batas perhitungan

koordinat.Koordinat peta dikenal ada dua jenis yaitu koordinat grid dan koordinat

geografis.Koordinat geografis merupakan koordinat dari jaring-jaring bumi yang

terdiri garis lintang untuk horizontal dan garis bujur untuk vertikal. Penulisanya

biasanya dengan koordinat geografis, derajat, menit dan detik (Contoh : 940 15’

114,4”) biasanya disertakan “L” untuk Lintang dan “B” untuk Bujur. Koordinat

grid adalah jaring-jaring koordinat lokal yang dipakai untuk acuan

pengkoordinatan dalam peta.Biasanya hanya disebutkan dengan angka saja dan

dikenal dengan koordinat 8 angka atau 12 angka. Untuk peta w:st=”on” Indonesia

ada 2 acuan pokok dalam koordinat ini yaitu dengan dikenal dengan sistem

UTM/UPS atau LCO masing masing dengan acuan 00 yang berbeda.

Garis ketinggian atau biasa disebut garis kontur, Adalah garis yang menyerupai

sidik jari yang menunjukkan titik ketinggian yang sama dalam peta. Karena

merupakan tanda dari ketinggian yang sama, maka garis ini tidak akan pernah

saling memotong tapi bisa bersinggungan. Lokasi yang lebih rendah akan

melingkari lokasi yang lebih tinggi, itulah ciri dari garis kontur. Atau bisa juga

disebutkan garis sebelah dalam adalah lebih tinggi dari garis sebelah luar. Dalam

peta interval atau jeda beda ketinggian antara garis kontur biasanya di tunjukan di

dekat lokasi legenda. Untuk peta skala 1:25000 interval konturnya biasanya

adalah 12,5 meter sedangkan peta skala 1:50000 biasanya interval konturnya

adalah 25 meter. Terjemahannya adalah bila interval kontur 25 meter, maka jarak
antara garis kontur yang satu dengan yang lainnya di w:st=”on” medan

sebenarnya memiliki beda tinggi secara vertikal 25 meter. Garis kontur dengan

pola huruv “V” atau runcing biasanya menunjukan sebuah jurang/sungai, dan

garis kontur dengan pola “U” atau berpola Lengkung biasanya menunjukan

sebuah punggungan dan “O” merupakan puncak atau Kawah.

Dalam menggambarkan bentuk permukaan tanah atau membuat peta topografi dan

ketinggian pada suatu peta, garis kontur sangat berguna untuk memproyeksikan

kedua pola tersebut, atau cara lain yang biasa digunakan adalah dengan metode

hachures dan shading. Menurut seorang ahli, garis kontur memiliki karakteristik

sebagai berikut, garis kontur yang menunjukkan tingkat kerapatan yang lebih

besar menandakan sudut kemiringan atau lereng yang sangat curam, garis kontur

yang tingkat kerapatannya jarang menandakan keadaan permukaan tanah yang

landau, garis kontur selalu bersifat horizontal, tidak bercabang, dan tidak

berpotongan, garis kontur selalu berkelok-kelok dan mengikuti sudut kemiringan

atau lereng dari suatu lembah, garis kontur selalu tegak lurus terhadap aliran air

yang mengalir di permukaan tanah, garis kontur berbentuk kurva tertutup, garis

kontur selalu menjorok ke hulu jika melewati aliran sungai, garis kontur selalu

menjorok ke arah jalan jika melewati permukaan jalan, garis kontur tidak akan

terlihat jika melewati suatu bangunan, garis kontur yang disajikan selalu

disesuaikan dengan skala peta yang dibuat, garis kontur memiliki sajian indeks

yang berbeda-beda mengikuti posisi topografi suatu wilayah, garis kontur hanya

diperuntukkan satu sudut ketinggian tertentu, garis kontur yang bernilai lebih

rendah selalu mengelilingi garis kontur yang bernilai lebih tinggi, garis kontur
yang bertanda huruf U selalu menunjukkan punggung pegunungan atau gunung,

dan garis kontur yang bertanda huruf V selalu menandakan suatu lembah atau

jurang.

Dalam menyajikan peta kontur, ada dua hal atau macam yang berkaitan dengan

garis kontur.Garis kontur ini menyajikan penampakan kontur pada bukit dan

aliran sungai. Adapun penjelasan lebih detail dapat ditunjukkan sebagai berikut,

interval kontur, hal ini menunjukkan perbedaan elevasi atau sudut ketinggian antar

dua garis kontur yang berdekatan. Misalnya, pada penampilan peta di satu

halaman, nilai interval kontur dibuat sama besar antar satu kontur dengan kontur

yang lainnya. Dengan kata lain, semakin besar skalanya maka informasi pada peta

akan semakin banyak atau detail, sehingga interval kontur akan semakin kecil.

Kemudian terdapat indeks kontur, hal ini menunjukkan adanya garis kontur

dengan kelipatan tertentu.Misalnya, setiap kelipatan 1 meter, 5 meter, 10 meter,

dan seterusnya. Dalam menentukan indeks kontur ini maka dapat digunakan

rumus penentuan indeks kontur sebagai berikut: i = (25/panjang 1 km di peta)

meter. Sebagai contoh: Pada peta dengan skala 1:1000, maka indeks kontur yang

ditunjukkan dalam peta adalah 1 km, pada peta dengan skala 1:1000 = (1 km/1000

cm) = (100000 cm/1000 cm)= 100 meter. Maka, i = (25/100) = 0,25 meter.

Selain macam-macam garis kontur tersebut di atas, informasi tentang titik detail

tidak harus memiliki sudut elevasi atau ketinggian yang sama, namun dapat juga

dibidik dari lapangan dengan mengikuti pola tertentu. Pola-pola ini meliputi pola

kotak-kotak (spot level), pola profil (grid), dan pola radial-pola yang digunakan
untuk pemetaan topografi pada daerah yang luas dan permukaan tanah yang tidak

beraturan atau randomized.

Tahun pembuatan peta, merupakan keterangan yang menunjukkan tahun terakhir

peta tersebut diperbaharui.Hal ini sangat penting karena kondisi permukaan bumi

bisa berubah sewaktu waktu. Kemudian,deklinasi, yaitu garis keterangan yang

menunjukan beda Utara Peta dan Utara Magnetik(Utara Kompas). Deklinasi ini

direvisi tiap 5 tahun sekali.Kenapa ada perbedaan antara Utara peta dan Utara

sebenarnya dan Utara Magnetik.Seperti kita ketahui, Utara Bumi kita ditunjukan

di Kutub Utara.Sedangkan sumbu utara magnet bumi sebenarnya ada di sebuah

kepulauan di dekat dataran Green Land. Setiap tahun karena rotasi Sumbu bumi

ini mengalami pergeseran rata-rata 0,02 detik bisa ke timur dan ke barat. Jadi

utara sebenarnya bisa ditentukan dari mengkonversi antara utara magnetik dengan

utara Peta. Biasanya akan dicantumkan di setiap lembar peta.

Tujuh bagian di atas merupakan bagian pokok yang selalu ada dalam tiap lembar

peta.Bagian lain adalah merupakan bagian pelengkap.Yang biasanya berisi indeks

peta, keterangan pembuatan peta, dan yang memproduksi peta.

Peta berasal dari bahasa yunani, yaitu topos yang berarti tempat dan graphi yang

berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi

yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur,

dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada

semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau
buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu.Oleh sebab itu, dua unsur

utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran

planimetrik (ukuran permukaan bidang datar).Peta topografi menyediakan data

yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi

secara umum dan pola urbanisasi.Peta topografi juga menggambarkan sebanyak

mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.

Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan

kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia yang diperlihatkan pada

posisi yang benar.Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan

informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi,

batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.Peta topografi

mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya

menghasilkan koordinat.Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang

dan bujur.

Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam

bidang navigasi.Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur,

dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka

kompas akan lebih akurat dalam menunjukkan arah. Alat ini membantu

perkembangan perdagangan maritim dengan membuat perjalanan jauh lebih aman

dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada

kedudukan bintang untuk menentukan arah.


Saat ini banyak pula pendaki gunung yang memanfaatkan alat navigasi sistem

GPS, yang merupakan singkatan dari Geografical Position Satelite.Sistem ini

dikembangkan dengan bantuan satelit militer Amerika Serikat yang digunakan

untuk kebutuhan komersial.Sebenarnya alat ini digunakan untuk navigasi udara,

tetapi dalam perkembangannya atau kenyataannya saat ini, juga bisa digunakan

untuk navigasi darat dan laut.Secara garis besarnya bentuk alat ini kurang lebih

sebesar kalkulator.Pengoperasian alat ini dibantu oleh minimal 3 buah satelit

pengamat.

Menurut kegunaan dan fungsinya kompas dikelompokkan menjadi beberapa jenis

yang pertama adalah kompas orientasi, yaitu jenis kompas yang digunakan untuk

orientasi dalam suatu perjalanan (orientering). Contohnya, Kompas Silva.

Kompas silva sudah dilengkapi busur derajat dan penggaris. Dalam

penggunaannya akan sangat mudah karena kompas ini tidak dilengkapi alat bidik.

Akan tetapi, kecermatan bidik kompas ini agak kurang.

Jenis yang kedua adalah kompas bidik, yaitu kompas yang digunakan untuk

membidik objek serta arah yang akan kita lalui. Kompas bidik biasa digunakan

oleh militer, pramuka, dan pengembara.Kompas ini mudah didapatkan,

harganyapun relatif murah, juga penggunaannya cukup sederhana serta lengkap.

Contohnya,Kompas Prisma. Untuk menggunakan kompas bidik ini mesti

dilengkapi juga dengan penggaris, busur derajat, dan lain-lain.Jenis yang ketiga

adalah kompas geologi, yaitu kompas yang digunakan untuk menentukan arah

serta kemiringan dalam pekerjaan geologi. Contohnya, Kompas Brunton.


Adapun bagian-bagian dari kompas geologi antara lain yang pertama adalah jarum

kompas atau magnet yang dimana kedua ujung dari jarum kompas selalu

menunjuk ke arah kutub utara dan kutub selatan magnet bumi. Jarum magnet pada

kompas adalah sebuah batangan besi yang disatukan dengan batangan magnet

bagian tengahnya dan terletak diatas jarum tegak, apabila dalam keadaan

setimbang, jarum akan bergerak dengan bebas di atas jarum tegak (Pivot Needle),

ujung jarum akan diam searah dengan kutub utara magnet bumi, ujung jarum utara

ditandai dengan noktah kuning, dilengkapi pula dengan cincin penyeimbang berat

yang dapat digeser-geser untuk mengimbangi penyimpangan arah inklinasi, agar

supaya jarum kompas dapat bergerak bebas tanpa menyentuh kaca penutup

kompas.

Yang kedua yaitu, lingkaran pembagian derajat, pembagian derajat yang dikenal

ada dua yaitu kompas azimuth dan kompas kuardan. Pembagian skala derajat pada

kompas, adalah bagian kompas berupa lempengan lingkaran diluar ujung jarum

kompas, terdiri dari pembagian skala 0o – 360o yang dimana kedudukan N (utara)

pada kompas adalah kedudukan 0o berimpit dengan 360o, Kedudukan S (selatan)

pelurus N, adalah kedudukan 180o, dan kedudukan E (timur) adalah kedudukan

90o, kedudukan W (barat) adalah kedudukan 270o. Posisi pembacaan arah N – E –

S – W – N pada kompas, ditulis kebalikan arah perputaran jarum jam.Pembagian

skala 0o – 90odimana skala pembagian 0o – 90o, mempunyai sistem pembacaan

dengan kuadran. Kuadran 0o – 90o; adalah skala pembacaan kuadran N – E dan S

– E , N – W dan S – W, berarti angka 0o, terletak pada pembacaan E (timur) dan


W (barat). Tulisan arah N – E – S – W – N, terbaca terbalik arah perputaran jarum

jam.

Yang ketiga yaitu, klinometer, merupakan rangkaian alat yang gunanya untuk

mengukur besarnya kemiringan bidang. Sebuah kompas geologi, harus selalu

dilengkapi dengan seperangkat alat klinometer, yang mengukur besarnya sudut

kemiringan (sudut vertikal), untuk mengukur kedudukan sudut vertikal suatu garis

atau bidang, yang dilengkapi dengan gelembung penyeimbang (nivo tabung) yang

diletakkan sedemikian rupa sehingga kedudukan garis horizontal klinometer

sejajar dengan arah garis memanjang kompas, titik pembacaan tegak lurus garis

tersebut, skala pembacaan kemiringan dengan satuan derajat (…o) dan (%), alat

penyetel manual klinometer terletak pada bagian belakang kompas. Beberapa

jenis kompas, memiliki alat klinometer yang dapat berputar sendiri yang dikontrol

oleh gaya berat.

Yang keempat yaitu, pengukur horizontal, ada dua berupa sebuah nivo bulat dan

tabung yang bergandengan dengan klinometer berisi air dengan satu

gelembung. Yang kelima yaitu, pengatur arah, pengarah pada kompas, terdiri dari

pengarah depan dan pengarah belakang. Pengarah depan berupa lengan yang

dapat ditekuk muka-belakang secara bebas yang dilengkapi pada ujungnya dengan

Peep Sight. Pengarah belakang, berupa lempengan cermin yang juga berfungsi

sebagai penutup kompas, yang dilengkapi dengan sighting windows, axial line

dan folding sight.


Pada bagian penyusun inti kompas terdapat komponen-komponen kecil penyusun

dari kompas yaitu antara lainAdjusting Screw, berupa skrup sebagai penggerak

lingkaran pembagian derajat.Kemudian ada axial line, yang merupakan garis

sumbu penyearah objek.Pada bagian dalam kompas terdapat Bull’s Eye Level

(mata sapi), yang merupakan nivo bulat pengukur horizontal kompas. Fungsinya

digunakan dalam menentukan kedataran kompas geologi saat melakukan

pengukuran strike dan trend. Kemudian terdapat, klinometer level, sama seperti

mata sapi namun bentuknya berupa tabung. Fungsinya digunakan dalam

menentukan kedataran kompas geologi saat melakukan pengukuran dip dan

plunge. Lalu, Kompas Needle, merupakan jarum kompas penunjuk arah utara

selatan kutub magnet bumi. Skala klinometer, skala yang digunakan saat

melakukan pengukuran dip dan plunge.Index pin, penunjuk 0 derajat pada kompas

geologi. Bagian ini dapat diputar-putar sesuai kebutuhan, tetapi biasanya di

arahkan ke arah utara.Small sight dan large sight, fungsinya digunakan untuk

melakukan penembakan menggunakan kompas geologi supaya yang kita bidik

tepat lurus dengan kita.


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Cara penggunaan kompas geologi dalam menentukan arah:

a) Cek semua alat dan pastikan semua alat dapat berfungsi dengan baik dan

dalam kondisi yang tidak rusak dan siap digunakan.

b) Keluarkan Kompas dari sarungnya dan periksalah dengan baik kelincahan

gerak jarum kompas dengan gelembung Nivo (Bull eye) yang berada tepat

ditengah kompas.

c) Pegang kompas dengan kedua tangan setinggi pinggang atau dada.

d) Cermin (tutup kompas) dibuka ± 135ᴼ dan menghadap ke depan.

e) Buka kompas dengan posisi “Sighting Arm” dibuka horizontal dan “Peep

Sight” ditegakkan.

f) Putar kompas sedemikian rupa sampai ke titik yang dimaksud tampak

dalam cermin dan berimpit dengan ujung jari “Sighting Arm” dan garis

hitam cermin.

g) Bila Nivo (Bull eye) sudah berada di tengah, kunci kompas dengan lift pin,

dan baca jarum utara kompas dan catat arah yang ditunjuknya.

2. Pengukuran yang kedua kita lakukan adalah slope atau kemiringan, adapun

prosedur dalam mengukur arah antara lain:

a) Cek semua alat dan pastikan semua alat dapat berfungsi dengan baik

dan dalam kondisi yang tidak rusak dan siap digunakan.


b) Buka tutup kompas hingga membentuk sudut ± 45ᴼ. Tangan-tangan

penunjuknya dibuka dan ujungnya ditekuk 90ᴼ.

c) Pegang kompas dengan tangan yang ditekuk ± 90ᴼ dan pada posisi

vertikal.

d) Bidik titik yang dituju melalui lubang “Peep Sight” dan “Sighting

Window” dimana titik tersebut tingginya harus sama dengan mata dan

atur dengan cara menaik-turunkan kompas.

e) Gerakkan klinometer dengan memutar pengatur datar yang terdapat di

bagian belakang kompas, sehingga gelembung dalam Nivo yang

berbentuk tabung berada di tengah.

f) Baca dan catat angka yang ditunjukkan oleh klinometer.

3. Data yang diperoleh dari lapangan akan diolah terlebih dahulu dengan menggunakan

rumus-rumus hitungan untuk memperoleh koordinat X, Y, dan Z. Koordinat yang

diperoleh kemudian digambarkan di atas kertas grafik. Hubungkan setiap titik lalu

buat garis konturnya. Kemudian gambar peta topografi pada kertas grafik

dipindahkan pada kertas kalkir.

4.2 SARAN

4.2.1 SARAN UNTUK LABORATURIUM

1. Tingkatkanlah pelayanan prakttikum agar lebih baik lagi, agar

praktikum-praktikum bisa melakukan praktikum dengan

nyaman.

2. Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan diperiksa terkebih

dahulu agar praktikum yang dilakukan dapat diminimalisir

kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan.


3. Rawatlah alat-alat yang sudah ada di laboraturium .

4.2.2 SARAN UNTUK ASISTEN

1. Tetap pertahankan sifatnya yang ramah kepada praktikan.

2. sebaiknya bisa memberikan nilai kepada praktikannya dengan

baik.

3.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Leony (2018).Bab I Kompas Geologi.Dikutip 26 September 2019

dari Bab I Kompas Geologi: https://docplayer.info/72979748-Bab-i-kompas-

geologi.html

Noor, Djauhari (2012).Peta Topografi.Dikutip 26 September 2019 dari Bab 7

Peta topografi: https://www.academia.edu/12160903/Peta_Topografi

Kasjuaji, Khidot (2015).Garis Kontur: Fungsi, Karakteristik, Macam-macam

dan Contoh Soal. Dikutip 26 september 2019 dari Garis Kontur: Fungsi,

Karakteristik, Macam-macam dan Contoh Soal:

https://ilmugeografi.com/kartografi/garis-kontur

Anda mungkin juga menyukai