Anda di halaman 1dari 19

BAB II

SURVEY GEOLOGI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Menurut K. M. Arsyad (2017), geologi pada umumnya membahas perihal
bentuk kerak bumi dan hubungan antara satuan-satuan batuan yang
membentuk kerak bumi. Oleh karena dalam hal hubungan antara satuan-
satuan batuan itu sangat rumit, atau bahkan seringkali tidak jelas, akibat
adanya gejala deformasi (deformation), maka ruang lingkup struktur geologi
menjurus kearah suatu usaha untuk memahami gejala-gejala geologi yang
menyebabkan terjadinya perobahan-perobahan bentuk pada batuan. Dengan
demikian, maka tujuan utama dari struktur geologi adalah mempelajari
pelenturan-pelenturan pada bumi, apa yang menyebabkan dan bagaimana
akibatnya. Banyak ahli geologi yang beranggapan bahwa struktur geologi
adalah sama atau identik dengan tektonik.

Batuan beku adalah hasil pembekuan dari suatu bahan dari lelehan pijar
bersuhu tinggi yang berasal dari bagian yang dalam dari bumi yang disebut
magma. Pada saat terbentuknya kulit bumi diduga pada waktu itu batuan
seluruhnya adalah batuan beku. Jadi batuan beku dapat dianggap nenek
moyang semua batuan. Batuan sedimen kebanyakan berasal dari
penghancuran batuan yang telah ada, diangkut dan kemudian diendapkan
sebagai lapisan-lapisan di lembah-lembah, di dataran rendah atau di dasar
samudra atau danau dan diendapkan dengan susunan yang baru pula. Batuan
metamorfosis terjadi akibat pengubahan dari batuan yang telah ada (batuan
beku atau sedimen) akibat peningkatan tekanan dan suhu, umpamanya
karena pengaruh gejala pembentukan pegunungan. Bila proses pengubahan
air cukup besar, maka batuan itu dapat di lebur kembali dan membentuk
lelehan yang pijar dan kalau mendingin akan kembali menjadi batuan beku.
Siklus demikian disebut daur dari batuan.

Berdasarkan uraian diatas, yang melatarbelakangi kuliah lapang ini yaitu


untuk memahami konsep topografi, klasifikasi batuan, stratigrafi, struktur
geologi, morfologi fisiografi dan vegetasi, cara penggunaan alat-alat survey
dan mengurangi kondisi topografi dan vegetasi desa masaiangi, kecamatan,
sindue, kabupaten donggala.

2. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang adapun rumusan masalah pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui struktur geologi/ di daerah desa masaiangi,
kecamatan, sindue, kabupaten donggala.

3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakanya penelitian ini adalah untuk mengetahui
struktur geologi di daerah desa masaiangi, kecamatan, sindue, kabupaten
donggala.

4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di lakukan di daerah panasbumi desa masaingi , kecamatan,
sindue, kabupaten donggala. Pengukuran ini hanya dilakukan di sekitar lokasi
yang terdapat manifest panas bumi
TINJAUAN PUSTAKA

1. Geomorfologi
Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman
muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya termasuk deaskripsi,
klasifikasi, genesa, perkembangan dan sejarah permukaan bumi. Kata
geomorfologi (Geomorphologgy) berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari tiga
kata yaitu Geos (Earth/Bumi), Morphos (Shape/Bentuk), Logos (Knowledge atau
ilmu pengetahuan). Berdasarkan kata-kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi
(Djauhari, 2014).

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk lahan (landfrom) yang


membentuk permukaan bumi, diatas dan dibawah permukaan laut dan
menekankan pada cara terjadinya serta perkembangannya dalam konteks
keruangannya. Bentuk lahan merupakan bagian dari permukaan bumi yang
mempunyai bentuk khas sebagai akibat pengaruh dari proses dan struktur batuan
selama periode waktu tertentu. Klasifikasi satuan geomorfologi maupun satuan
bentuklahan tidak lain adalah usaha menggolongkan bentuk-bentuk yang terdapat
di permukaan bumi atas dasar karakteritik yang dimiliki oleh masing-masing
golongan. Peranan satuan bentuk lahan berperan memiliki aspek saling
ketergantungan dan saling berhubungan keberadaan dan prosesnya. Bentuk lahan
itu sendiri memberikan batasan sebagai kenampakan medan yang dibentuk oleh
proses-proses alami yang mempunyai karakteristik fisikal dan visual dimanapun
bentuk lahan itu dijumpai. Pada saat ini geomorfologi telah menjadi ilmu terapan.
Terapannya dalam berbagai bidang muncul secara bertahap dan dianggap penting
untuk berbagai tujuan (Endarto, 2007).
Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-
benda alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan
angin. Termasuk di dalam golongan geomorphic agent air ialah air permukaan,
air bawah tanah, glacier, gelombang, arus, dan air hujan. Sedangkan angin
terutama mengambil peranan yang penting di tempattempat terbuka seperti di
padang pasir atau di tepi pantai. Kedua penyebab ini dibantu dengan adanya
gaya berat, dan kesemuanya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan
terhadap roman muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan
dalam tenaga asal luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari
permukaan bumi, sebagai lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal
dari dalam bumi. Tenaga asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak,
sedangkan tenaga asal dalam sebagai pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja
bersama-sama dalam mengubah bentuk roman muka bumi ini (K. M. Arsyad,
2017).

2. Fisiografi
Fisiografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim,
meteorologi, oceanografi, dan geografi. Fisiografi adalah ilmu yang mempelajari
tentang bentuk permukaan bumi yang dipandang dari segi genesisnya. Fisiografi
lebih ditunjukkan dengan ketinggian relief permukaan bumi. Aspek terjadinya
dan perkembangan relief muka bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
struktur, proses, dan tahapan atau waktu. Struktur berkaitan dengan tata letak
batuan pada bumi, sedangkan proses menyangkut pengerjaan oleh gaya eksogen
dan endogen, sementara tahapan atau waktu merupakan derajat atau besaran erosi
yang terjadi pada kurun waktu tertentu di suatu bentukan. Pada awalnya
fisiografi mencakup studi tentang atmosfir, hidrologi dan bentang alam dan studi
yang mempelajari ketiga objek tersebut. Dengan semakin majunya
perkembangan studi tentang atmosfir (meteorologi) dan hidrologi menyebabkan
objek studi fisiografi menjadi lebih terbatas, yaitu hanya mempelajari bentang
alam saja (Hartono, 2007).

Menurut Hasan (1973). letak fisiografi merupakan letak suatu tempat


berdasarkan segi fisiknya, seperti dari segi garis lintang dan garis bujur, posisi
dengan daerah lain, batuan yang ada dalam bumi, relief permukaan bumi, serta
kaitannya dengan laut. Letak fisiografis tersebut meliputi:
1. Letak Astronomis, yaitu letak suatu tempat atau negara ditinjau dari garis lintang
dan garis bujur.
2. Letak Maritim, yaitu letak suatu tempat atau negara dipandang dalam
hubungan dengan laut.
3. Letak Klimatologi, yaitu letak suatu tempat atau negara berdasarkan
kepada iklim.
Letak Geologis, yaitu letak suatu tempat atau negara berdasarkan kepada batu-
batuan yang terdapat di dalam tubuh bumi.

3. Stratigrafi
Stratigrafi dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang dari ilmu geologi, yang
berasal dari bahasa latin yaitu, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia
(memberikan, menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang
mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu
dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan tentang sejarah bumi. ( K. M. Arsyad, 2017).

Menurut K. M. Arsyad (2017) prinsip dasar stratigrafi adalah sebagai berikut:


a. Pada awalnya perlapisan/strata diendapkan secara horizontal. Meskipun azas
ini dengan mudah dapat diakui kesahihannya, namun ketika diterapkan di
lapangan tidak langsung benar. Sebagai contoh, dalam lingkungan non-marin,
pengendapan sedimen berbutir kasar dapat terjadi pada suatu lereng yang
miring hingga 300. Endapan marin juga dapat terakumulasi dengan
kedudukan yang hampir sama. Kedua contoh di atas merupakan pengecualian
dari azas datar asal. Karena itu, kita harus merevisi pertanyaan azas tersebut
sehingga dapat diterapkan pada seluruh bentuk endapan sedimen.
b. Azas superposisi yang menyatakan bahwa dalam suatu longgokan vertikal
batuan berlapis, lapisan yang ada di bawah diendapkan lebih dahulu daripada
lapisan yang ada diatasnya. Sekali lagi azas ini ada pengecualiannya,
misalnya endapan gua. Namun, endapan yang merupakan pengecualian itu
umumnya hanya bersifat lokal. Penerapan azas ini memerlukan kehati-hatian
karena dapat menyebabkan timbulnya penafsiran yang salah sama sekali.

4. Klasifikasi Batuan
Menurut Chaerul (2007), batuan adalah benda padat bentukan alam yang
merupakan agregasi atau kumpulan dari mineral baik sejenis maupun tak sejenis
dalam perbandingan tertentu. Batuan merupakan bahan padat alamiah berupa
agrerat dari mineral atau mineraloid (seperti batubara, glass, opal, dll). Sebagian
besar batuan terdiri dari berbagai macam mineral yang memiliki sifat fisik dan
kimia yang berbeda. Secara umum batuan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1). Batuan beku
Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari hasil pembekuan magma
atau hasil kristalisasi mineral dalam bentuk agregasi yang saling interlocking.
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses
sedimentasi baik secara mekanik, kimia maupun organik. Sedangkan batuan
metamorf merupakan batuan yang terbentuk sebagai hasil dari proses
metamorfisme dari batuan yang telah ada sebelumnya, sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan secara fisik dan kimia. Klasifikasi batuan beku
didasarkan pada tempat terbentuknya batuan beku itu sendiri.
Pengklasifikasiannya berdasarkan pada ginetik batuan beku, yang merupakan
pembagian awal sebelum dilakukkan penggolongan batuan lebih lanjut.
Pembagian batuan beku secara ginetik, yaitu:
a. Batuan Beku Intrusif

Terbentuknya batuan ini berasar dari bawah permukaan bumi, sehingga


disebut dengan batuan beku plutonik atau batuan beku dalam. Karakteristik
batuan beku intrusif antara lain proses terbentuknya hingga sempurna
menjadi tubuh batuan beku intrusif membutuhkan waktu pendinginan yang
sangat lama hingga jutaan tahun dan memungkinkan untuk kristal-kristal
besar tumbuh. Ukuran dan bentuk dari tubuh batuan beku intrusif
berdasarkan kedudukannya tehadap perlapisan batuan yng diterobosnya
dibagi menjadi dua yaitu diskordan dan konkordan.

Gambar 1. Batuan beku intrusif (Sholichin, 2018)

b. Batuan Beku Ekstrusif

Proses pembentukan batuan ekstrusif berlangsung di ataw permukaan


bumi. Batuan ini memiliki berbagai struktur yang dapat memberi petunjuk
bagaimana proses pembentukan lavanya terjadi, contoh sruktur ini yaitu:
a) Masif, pada batuan ini tidak menunjukkan adanya lubang-lubang
adanya fragmen lain yang terdapat dalam tubuh batuan beku, sperti
sifat aliran, jejak gas dsb.
b) Sheeting Joint, struktur ini ditandai dengan adanya kekar-kekar yang
secara teratur tegak lurus yang tersusun sesuai arah aliran.
c) Columnar Joint, yaitu sruktur yang menampakkan batuan terpisah
polligonal mirip dengan batang pensil.
d) Pillow Lava, yaitu struktur yang terbentuk gumpalan menyerupai
bantal.
e) Vesicular, yaitu struktur pada batuan beku yang memperlihatkan
lubag-lubang.
f) Amigladoidal, yaitu struktur vesicular yang terisi oleh mineral-mineral
sekunder.
g) Srtuktur Aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.

Gambar 2. Proses pembentukan batuan beku ekstrusif (Sholichin,


2018)

2). Batuan sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi
yang kemudian mengalami pembatuan. Batuan sedimen terbentuk dari hasil
pengendapan yang kemudian mengalami pembatuan dan diagnesa. Jais batuan
umum seperti batu gamping, batu pasir dan batu lempeng termasuk dalam
batuan sedimen. Batuan sedimen menempati 75% dari luas bumi. Berdasarkan
tekturnya batuan sedimen terbagi menjadi batuan sedimen klasik dan
nonklasik. Batuan sedimen klasik adalah batuan sedimen yang terbentuk
sebagai hasil perombakan dari batuan yang sudah ada. Proses perombakan ini
meliputi pelapukan, erosi, transportasidan kemudian pengendapan kembali.
Batuan sedimen nonklasik adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai
hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material yang ditempat itu
juga. Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapar secara
kimiawi, biologi/organik dan kombinasi diantara keduanyai (Sholichin, 2018).

Gambar 3. Batuan sedimen (Sholichin, 2018).

3). Batuan metamorf

Sering juga disebut sebagai batuan malihan yang secara umum merupakan
kelompok batuan hasil ubahan atau tranformasi baik secara fisik maupun
kimia dari tipe batuan lain yang sudah ada (Protolith). Protolith atau batuan
asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, atau batuan metamorf yang
lebih tua. Faktor yang mempengaruhi perubahannya adalah suhu yang tinggi,
tekanan yang kuat dan waktu yang lama. Selain itu batuan metamorf dapat
diartikan sebagai batuan yang direformasi atau dipisahkan dengan bentuk-
bentuk metamorf dari bentuk-bentuk baru yang berbeda dari jenis batu
sebelumnya. jumlah batu di bumi cukup besar dan sangat sangat efektif karena
sangat diperlukan untuk lingkungan yang sangat rendah atau sangat tinggi
(Chaerul, 2007).

5. Struktur Geologi
Menurut K. M. Arsyad (2017), geologi pada umumnya membahas perihal bentuk
kerak bumi dan hubungan antara satuan-satuan batuan yang membentuk kerak
bumi. Oleh karena dalam hal hubungan antara satuan-satuan batuan itu sangat
rumit, atau bahkan seringkali tidak jelas, akibat adanya gejala deformasi
(deformation), maka ruang lingkup struktur geologi menjurus kearah suatu usaha
untuk memahami gejala-gejala geologi yang menyebabkan terjadinya perobahan-
perobahan bentuk pada batuan. Dengan demikian, maka tujuan utama dari
struktur geologi adalah mempelajari pelenturan-pelenturan pada bumi, apa yang
menyebabkan dan bagaimana akibatnya. Banyak ahli geologi yang beranggapan
bahwa struktur geologi adalah sama atau identik dengan tektonik. Sebenarnya
tidak demikian halnya, kedua istilah ini harus dibedakan satu sama lainnya.
Struktur batuan adalah bentuk dan kedudukannya yang nampak pada singkapan.
Kenampakan tersebut adalah hasil pembentukan dari dua proses, yaitu :
a. Proses yang berhubungan dengan saat pembentukan batuan tersebut, dimana
akan dijalin struktur-struktur primair.
b. Proses-proses yang bekerja kemudian setelah batuan terbentuk, yaitu baik
yang berupa deformasi mekanis ataupun pengubahan secara kimiawi yang
mempengaruhi batuan tersebut.

Umumnya rekahan batuan adalah merupakan hasil kekandasan akibat tegangan


(stress), karena itu mereka akan mempunyai sifat - sifat yang mengikutiti hukum-
hukum fisika. Hampir tidak ada suatu singkapan dimuka bumi ini yang tidak
memperlihatkan gejala rekahan. Kekar adalah sebutan untuk struktur rekahan
dalam batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali mengalami pergeseran.
Rekahan yang telah bergeser disebut sesar. Struktur kekar merupakan gejala
umum yang sering dijumpai dan dipelajari secara luas, karena hubungannya yang
erat dengan masalah-masalah:

a. Geologi Teknik
b. Geologi minyak, terutama dengan masalah cadangan dan produksi.
c. Geologi Air - Tanah.
d. Geologi untuk pertambangan, baik dalam hal sistem penambangannya
maupun pengerahan terhadap bentuk-bentuk mineralisasi dan lain-lain.

Menurut Hasan (1973), first order Shear Joints biasanya parallel dengan sesar,
karena pembentukannya disebabkan oleh pola tegangan yang sama. Bedanya
adalah bahwa pada gejala sesar salah satu pasangan akan berkembang lebih
menonjol dari komplemennya, sedangkan pada kekar kedua-duanya akan kita
lihat berkembang dengan sama. Sifat-sifat khas yang dijumpai pada kekar gerus
yaitu:
a. Biasanya bidangnya rata (licin), dan memotong seluruh batuan. Sukar dikenal
(artinya dibedakan dari kekar lainnya). Bila ada gores - goaris pada
bidangnya, maka ini berarti bahwa telah terjadi pergeseran oleh pergerakan-
pergerakan sesudahnya.
b. Dalam beberapa hal dianggap bahwa kekar oleh tekanan (shear joints) akan
memotong langsung melalui butir-butir komponen pada konglomerat, jadi
tidak mengelilingi butir-butir seperti yang diakibatkan oleh tarikan.

6. Sesar
Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan,
dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. Pergeseran pada sesar bisa
terjadi sepanjang garis lurus yang disebut sesar translasi atau terputar yang
dinamakan sesar rotasi.

Pergeseran-pergeseran ini mempunyai demensi berkisar antara beberapa cm


sampai mencapai ratusan km. Bahan yang hancur akibat pergeseran yang terdapat
pada jalur sesar, dapat berupa “gouge” yaitu suatu bahan yang halus karena lumat
akibat gerusan dan “breksi sesar” yaitu zona hancuran yang memperlihatkan
orientasi fragmen akibat gerusan.

Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif
pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka
konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan
kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.
 Dip Slip Faults adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined)
dan pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset
terjadi disepanjang arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita
melihat pergeseran pada setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi yang
sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua sisinya bergerak,
semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk setiap
bidang patahan yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan
bahwa blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging wall block” dan blok
yang berada dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”.
 Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional
horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah
mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”.
 3. Horsts & Gabens dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai
akibat dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang
berpasang pasangan dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam kasus
yang demikian, maka bagian dari blok-blok yang turun akan membentuk
“graben” sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat sebagai “horst”.
Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan tensional yang bekerja pada kerak
bumi pada saat ini adalah “East African Rift Valley” suatu wilayah dimana
terjadi pemekaran benua yang menghasilkan suatu “Rift”. Contoh lainnya
yang saat ini juga terjadi pemekaran kerak bumi adalah wilayah di bagian
barat Amerika Serikat, yaitu di Nevada, Utah, dan Idaho.
 Half-Grabens adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk
lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian
bawah sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.
 Reverse Faults adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal
pada batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif
kearah atas terhadap “footwall block”.
 A Thrust Fault adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang
patahannya lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat
mencapai hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang
lebih tua dijumpai menutupi batuan yang lebih muda.
 Strike Slip Faults adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah
horisontal mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser
yang bekerja di dalam kerak bumi. Patahan jenis “strike slip fault” dapat
dibagi menjadi 2(dua) tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan
mengamati pada salah satu sisi bidang patahan dan dengan melihat kearah
bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang pada salah satu sisi
bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan “left-lateral strike-slip fault”.
Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka kita
namakan sebagai “right-lateral strike-slip fault”. Contoh patahan jenis “strike
slip fault” yang sangat terkenal adalah patahan “San Andreas” di California
dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.
 Transform-Faults adalah jenis patahan “strike-slip faults” yang khas terjadi
pada batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya
secara horisontal. Jenis patahan transform umumnya terjadi di pematang
samudra yang mengalami pergeseran (offset), dimana patahan transform
hanya terjadi diantara batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari
kedua batas pematang tidak terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya
karena blok tersebut bergerak dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal
sebagai zona rekahan (fracture zones). Patahan “San Andreas” di California
termasuk jenis patahan “transform fault”.
Berikut beberapa contoh patahan/sesar:

Gambar 4. Reverse Fault (Bidang Sesar < 45°)

7. Panas bumi
Panas bumi adalah bentuk energi terbarukan yang menghasilkan sedikit emisi gas
rumah kaca dan dapat memberikan kestabilan dan keamanan energi. Energi
panas bumi, bahkan meskipun kecil, dapat menjadi solusi nyata untuk
masyarakat luas yang membutuhkan listrik di masa depan. Energi panas bumi
juga dapat memberikan kontribusi untuk kemandirian energi masyarakat pada
desa-desa terpencil juga untuk melindungi masyarakat pedesaan terhadap
tingginya harga minyak bumi. Energi panas bumi juga bisa memfasilitasi peluang
ekonomi dalam menyediakan energi untuk keperluan alternatif seperti produksi
pangan. Panas bumi memainkan peran yang semakin penting dalam penyediaan
energi dunia (Wawancara dengan Yunus Saefulhak).
METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian
Penelitian survei geologi dilakukan di Desa Masaingi, Kecamatan Sindue,
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia.

Gambar 3.1 Peta lokasi praktek lapang

2. Alat dan Bahan


1. Kompas geologi berfungsi untuk menentukan arah mata angin
2. Plastik sampel berfungsi sebagi tempat untuk meletakan sampel batuan
3. Palu geologi berfungsi sebagai pembanding dan alat untuk memecahkan atau
memperkecil ukuran sampel batuan yang akan kita ambil
4. Kamera berfungsi untuk mengambil dokumentasi sampel
5. Alat tulis menulis berfungsi untuk mencatat kondisi geologi daerah penelitan
dan mencatat hasil pengukuran dan penelitian
3. Metode pengambilan data
Klasifikasi batuan
1. Menentukan jenis batuan
2. Mengambil gambar menggunakan aplikasi timestamp camera free
3. Mengambil sampel menggunakan palu geologi dan menaruhnya di
plastik sampel

3.3.1 Stratigrafi
1. Mengambil gambar menggunakan aplikasi timestamp camera
free
2. Mengukur lebar tiap lapisan
3. Mencatat lebar tiap lapisan

3.3.2 Morfologi
1. Mencari elevasi pada titik pengabilan data beserta koordinatnya
2. Mencatat keadaan lingkungan sekitar titik pengukuran
3. Mengitung beda tinggi

4. Metode pengolahan data


3.4.1 Klasifikasi batuan
1. Mendeskripsikan batuan yang telah diperoleh dilapangan
2. Menentukan jenis dan nama batuan
3. Membuat peta geologi detail yang berpatokan dengan batuan yang
didapat dilapangan

3.4.2 Stratigrafi
1. Mengumpulkan foto stratgrafi yang diperoleh dilapangan
2. Foto yang diperoleh merupakan patokan dalam membuat
stratigrafi
3. Membuat kolom stratigrafi dengan cara menentukan umur batuan
beserta formasinya
3.4.3 Morfologi
1. Untuk mengitung beda tinggi rumus yang digunakan yaitu posisi
akir dikurang dengan posisi awal
2. Setelah mendapatkan beda tinggi, dapat dibandingkan dengan
klasifikasi relief menurut Van Zuidam (1983)
3. Membuat kontur dengan memasukkan koordinat dan elevasi di
surfer

Anda mungkin juga menyukai