Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOMORFOLOGI DASAR
ACARA VI
IDENTIFIKASI BENTUKLAHAN STRUKTURAL DAN DENUDASIONAL

Dosen Pengampu :
Annisa Trisnia Sasmi, M.T.
Danardono, M.Sc.

Asisten :
Chandra Fernanda Trias Erlangga Nindi Ayu Wulandani
Putra
Dinia Izza Rianti Rifqi Riehand Ulinnuha
Hasna Afif Labiba Sri Wahyuni

Disusun oleh :
Sadam Fadhil Muhammad
E100220170
Kelompok 6, Jam 5 - 6

LABORATORIUM KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
ACARA VI
IDENTIFIKASI BENTUKLAHAN STRUKTURAL DAN DENUDASIONAL

I. TUJUAN
1. Praktikan mampu mengidentifikasi bentuklahan Struktural dan
Denudasional.
2. Praktikan mampu membedakan proses bentuklahan Struktural dan
Denudasional.
3. Praktikan mengetahui karakteristik bentuklahan Struktural dan
Denudasional.
II. HASIL PRAKTIKUM
1. Tabel Identifikasi bentuklahan Struktural
( Terlampir )
2. Tabel Identifikasi bentuklahan Denudasional
( Terlampir )
III. PEMBAHASAN

Menurut Setiawan et al (2022), bentuk lahan proses struktural


ditentukan oleh tenaga endogen yang menyebabkan terjadinya deformasi
perlapisan batuan dengan menghasilkan struktur lipatan, dan patahan,
serta perkembangannya. Bentuk lahan proses struktural pada tabel
identifikasi dicirikan oleh adanya perlapisan batuan yang mempunyai
perbedaan ketahanan terhadap erosi akibat adanya tenaga endogen
tersebut terjadi deformasisikap “attitude” perlapisan batuan yang semula
horizontal menjadi miring atau bahkan tegak dan membentuk lipatan.
Identifikasi bentuk lahan struktural ditemukan adanya hubungan dengan
perlapisan batuan sedimen yang berbeda ketahanannya terhadap erosi.
Bentuk lahan lahan struktural pada identifikasi kali ini terdapat 2 bentuk
lahan akibat proses geologi, yaitu struktur patahan dan lipatan. Beberapa
fenomena bentukan struktural yang teridentifikasi antara lain :
pegunungan blok sesar, gawir sesar, pegunungan anticlinal, perbukitan
anticlinal, perbukitan / pegunungan sinklinal, pegunungan monoklinal,
pegunungan / perbukitan kubah, pegunungan / perbukitan plato, lembah
anticlinal, dan hogback/cuesta. Pada umumnya bentukan lahan yang
proses structural memiliki kemiringan relatif tegak, ujung atasnya
meruncing dan bentuk seperti seterika yang diakibatkan oleh proses
lipatan dan patahan.

Bentuk lahan denudasional adalah suatu bentuk lahan yang terjadi


akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wasting)
dan proses pengendapan. Terdapat beberapa bentuk lahan asal
denudasional yang dapat ditemui di negara Indonesia. Identifikasi bentuk
lahan denudasional dapat diketahui dengan mencari referensi dan dapat
mendeskripsikannya secara singkat. Kenampakan bentuk lahan
denudasional yang mendominasi pada tabel identifikasi pada umumnya
merupakan area lahan dengan memiliki ketinggian, yaitu seperti
pegunungan denudasional, perbukitan denudasional, perbukitan terisolasi,
dinding terjal cliff/scarp, kerucut koluvial. Bentuk lahan denudasional di
Indonesia pada tabel identifikasi umumnya menunjukkan bahwa bentukan
lahan sebelumnya mengalami proses pelapukan, erosi, dan gerak masa
batuan. Perbukitan denudasional mmemiliki perbeddaan dengan
pegunungan denudasional yaitu memiliki ciri yang hampir sama dengan
pegunungan denudasional. Hanya saja perbukitan denudasional berada
pada ketinggian kurang dari 500meter dengan pengikisan tingkat sedang
tergantung kondisi iklim dan wilayah. Menurut Pramono dan Ashari,
(2014). disampaikan bahwa daerah dengan bebatuan lunak dan kondisi
iklim basah maka bentuk strukturalnya tidak dapat bertahan lama.

Identifikasi bentuk lahan yang terifdentifikasi pada tabel Sebagian


besar memiliki jenis tanah andisol. Tanah andisol memiliki konsistensi
gembur hingga sangat gembur dan tidak lekat, dicirikan oleh kandungan
liat rendah sampai sedang dan kandungan pasir tinggi menurut
Triwahyuni, (2017). Dengan karakteristik tanah yang tidak dapat
menahan beban air ditambah dengan curah hujan yang tinggi serta
kemiringan yang curam dapat mengakibatkan terjadinya tanah longsor
(landslide) ataupun pengikisan tanah. Bentuk lahan danudasional juga
bisa bermanfaat untuk sector pertanian, seperti kipas koluvial yang dapat
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, kipas koluvial dapat ditemukan
pada kaki lereng yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai areal
pertanian dan merupakan bentuk lahan yang relatif subur karena adanya
pengendapan bahan organik yang sebelum nya berada diatas namun
tererosi yang terbentuk karena material yang terendapkan melalui proses
gerakan massa.

IV. KESIMPULAN
1. Bentuk lahan proses struktural bisa terjadi dengan waktu yang lebih
cepat oleh fenomena geologi seperti lipatan, patahan, dan kekar.
Bentuk lahan proses denudasional membutuhkan waktu yang
cukup lama dan berangsur - angsur untuk membentuk suatu
bentukan lahan karena tenaga bersumber dari tenaga eksogen.
2. Bentuk kahan struktural terjadi karena adanya tenaga endogen dari
dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada lempeng /
kerak bumi. Sedangkan bentuk lahan denudasional terjadi karena
pengikisan permukaan bumi yang dipengaruhi oleh pelapukan
(weathering), erosi (erosion) dan gerak massa batuan (mass
wasting).
3. Karakteristik bentuk lahan Struktural terdapat bentukan proses
geologi seperti lipatan, patahan, dan juga kekar. Sedangkan
karakteristik bentuk lahan denudasional cenderung berbentuk
seperti kikisan-kikisan yang memiliki relief dan terbentuk karena
tenaga eksogen.
DAFTAR PUSTAKA
Pramono, Heru dan Ashari, Arif. (2014). Geomorfologi Dasar. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta PresSunardi Joyosuharto, 1985. Dasar-dasar
Pemikiran Klasifikasi Bentuklahan. Yogyakarta: Andy Offset.
Setiawan, A., Ritonga, D. M., & Tampubolon, G. (2022). Geologi dan Pola
Sebaran Serta Kemenerusan Lapisan Batubara Menggunakan Metode
Kontur Struktur di Desa Suo-Suo dan Sekitarnya Kecamatan Sumay
Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. JTK (Jurnal Teknik Kebumian), 8(01), 1-
20.
Triwahyuni, Lisa dkk. (2017). Analisis Spasial Wilayah Potensi Longsor dengan
Metode SINMAP dan SMORPH di Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai