Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

MATEMATIKA

Di susun oleh :

Rahma Aulia

Kelas :

XII IPK

MAN 1 SOLOK SELATAN


TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Padang, 1 Februari 2023

2
Daftar isi

JUDUL

KATA PENGANTAR

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan pembahasan

BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pangkat Bulat Positif

2. Bentuk Akar

3. Logaritma

4. Persamaan linear dua ariable

5. Pertidaksamaan linear dua ariable

6. Barisan dan deret aritmetika

7. Barisan dan deret geometri

BAB lll

PENUTUP

Saran

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kemampuan matematika yang perlu dicapai oleh siswa adalah
kemampuan pemahaman matematis. Kemampuan ini adalah kemampuan matematika
yang paling mendasar sebagai fondasi dalam mencapai kemampuan matematika yang
lebih tinggi. Kemampuan matematis menurut KTSP adalah kemampuan untuk
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara fleksibel, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
Adapun salah satu materi ajar matematika yang penting untuk dipahami oleh
siswa adalah bentuk akar, pangkat, logaritma, perssamaan linear dua variable,
pertidaksamaan linear dua variable, baarisan dan deret aritmatika, barisan dan deret
geometri pada jenjang Sekolah Menengah ke Atas kelas Xll. Kemampuan pemahaman
matematis yang terdiri dari kemampuan conseptual understanding dan fluengcy,
diperlukan untuk menguasai materi ajar yang memuat banyak rumus ini supaya siswa
dapat memahami konsep-konsep dalam materi tersebut, serta terampil menggunakan
berbagai prosedur di dalamnya secara fleksibel, akurat, efesien, dan tepat.
Maka dari itu, makalah ini akan membahas tentang sifat-sifat dan aturan tentang
pangkat rasional, bentuk akar, logaritma dll secara terperinci guna membantu
memahami materi ajar tersebut sehingga memiliki kemampuan matematis yang lebih
tinggi.

B. Rumusan Masalah
Apa saja sifat-sifat dan aturan tentang pangkat, akar, logaritma Persamaan linear
dua ariable, Pertidaksamaan linear dua ariable, Barisan dan deret aritmetika, Barisan
dan deret geometri.

4
C. Tujuan pembahasan
Dapat mengetahui dan menggunakan sifat-sifat dan aturan tentang pangkat,
akar, dan logaritma dalam pemecahan masalah. Serta melakukan manipulasi aljabar
dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan pangkat, akar, logaritma dll.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pangkat Bulat Positif
Perkalian bilangan-bilangan yang sama disebut sebagai perkalian berulang. Setiap
perkalian berulang dapat dituliskan secara ringkas dengan menggunakan notasi bilangan
berpangkat atau notasi eksponen.
Sebagai contoh :
Perkalian berulang 2 x 2 x 2 ditulis secara ringkas dengan notasi bilangan berpangkat atau
notasi eksponen sebagai 23. Jadi, 2 x 2 x 2 = 23.
3 3
2 disebut bilangan berpngkat, 2 disebut bilangan pokok, dan 3 disebut pangkat. 2 dibaca:
dua pangkat tiga.
Berdasarkan paparan di atas, bilangan pangkat bulat positif dapat didefinisikan sebagai
berikut.
Definisi pangkat bulat positif

Jika a adalah bilangan real ( a € R ) dan n adalah bilangan bulat positif lebih
dari 1, maka a pangkat n (ditulis an) adalah perkalian n buah bilangan a.

Difinisi ini dituliskan secara sederhana sebagai


Bentuk an adalah bilangan berpangkat dengan pangkat bulat positif, a disebut bilangan
a basis
pokok atau = a xdan
n
a x na(bilangan
x . . . x a asli
x a >x 1)
a (perkalian n buahatau
disebut pangkat bilangan)
eksponen.
Sifat-Sifat Bilangan Pangkat Bulat Positif
Sifat 1 (perkalian bilangan berpangkat)
Jika dua buah bilangan berpangkat atau lebih yang memiliki bilangan pokok yang sama
dikalikan maka pangkatnya haruslah dijumlahkan.
Contoh:
53 ×5 4=5( 3+4 )=57
Bentuk umumnya:

Jika a bilangan riil dan m, n bilangan bulat positif, maka


m n (m +n)
a × a =a

6
Sifat 2 (Pembagian bilangan berpangkat)
Jika sebuah bilangan berpangkat dibagi terhadap bilangan berpangkat lainnya yang
memiliki bilangan pokok yang sama, maka pangkatnya haruslah dikurangkan.
Contoh:
6 4 (6−4 ) 2
5 ÷ 5 =5 =5
Bentuk umumnya:

Jika a bilangan riil dan m, n bilangan bulat positif, maka


Sifat 3 (Perpangkatan bilangan berpangkat)
m n (m−n)
Jika a ÷ adipangkatkan
sebuah bilangan berpangkat =a terhadap bilangan yang lain, maka
pangkatnya haruslah dikalikan.
Contoh:
(3¿¿ 3)2=33 × 2=36 ¿
Bentuk umumnya:

Jika a bilangan riil dan m, n bilangan bulat positif, maka


¿¿

Sifat 4 (Perpangkatan pada perkalian bilangan)


Jika perkalian dua bilangan atau lebih dipangkatkan, maka masing-masing bilangan harus
dipangkatkan.
Contoh;
5 5 5
(xy ) =x . y
Bentuk umumnya:

Jika a,b bilangan riil dan m bilangan bulat positif, maka

(ab)m =am . am
Sifat 5 (Perpangkatan dari hasil bagi dua bilangan)
Jika pembagian dua bilangan dipangkatkan, maka masing-masing bilangan harus
dipangkatkan.
Contoh:

7
()
2 2
1 1 1 1 1
= × = = 2
6 6 6 36 6
Bentuk umumnya:

Jika a, b bilangan riil dan m bilangan bulat positif, maka

b ()
a m am
= m
b
B. Pangkat Bulat Negatif dan Nol
1.dengan
PangkatbBulat
≠ 0 Negatif

Pada Sifat 2 kita ketahui bahwa a m ÷ a n=a m−n. Itu hanya mempunyai arti, jika m > n.
Sekarang kita perhatikan bentuk berikut.
a3 a × a ×a 1 a3 3 5 (3 −5 ) −2
= = ; sedangkan =a ÷ a =a =a
a a ×a × a ×a × a a
5 2
a 5

1 −2
Jadi, bentuk 2
=a (bentuk pangkat bulat negatif).
a
Bentuk umumnya:
Jika a bilangan riil, a≠ 0 dan m adalah bilangan bulat positif, dan –
m adalah bilangan bulat negative, maka
−m 1 1 m
a = m
dan −m =a
a a

2. Pangkat Nol
Jika Sifat 2, a m ÷ a n=a m+n diperluas untuk m = n, diperoleh a n ÷ a n=an−n =a0 . Karena,
n
n a a ×a × …× a
n
a ÷a = n= =1
a a ×a × …× a
Maka, a 0=1

Bentuk umumnya
Jika a bilangan riil, a≠ 0, maka a 0=1.

C. Bentuk Akar

8
1. Pengertian Bilangan Rasional dan Irasional
Sebelum membahas bentuk akar, terlebih dahulu kita ingatkan kembali pengertian bilangan
rasional dan bilangan irasional. Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan
a
sebagai pecahan dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0 dan dapat juga dinyatakan
b
dalam bentuk desimal berulang. Sebaliknya, bilangan irasional adalah bilangan yang tidak
a
dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan , adan b bilangan bulat dengan b ≠ 0 ,atau
b
merupakan desimal tidak berulang.
2. Pengertian Bentuk Akar
Perhatikan akar dari dua bilangan berikut!
√ 3=1,732050808
√ 4=2
√ 4 merupakan bilangan rasional dan √ 3 bilangan irasional. Khusus √ 3 disebut juga sebagai
bentuk akar.
Jadi, bentuk akar merupakan akar dari suatu bilangan rill positif yang hasilnya bukan
merupakan bilangan rasional. `

3. Menyederhanakan Bentuk Akar


Dalam matematika penulisan bentuk akar biasanya ditulis dalam`bentuk yang paling
sederhana untuk memudahkan dalam operasi aljabar.
Contoh menyederhanakan bentuk akar.
√ 24=√ 4 × 6 = √ 4 × √ 6=2 × √6=2 √6
√ 8 x3 =√ 4 × 2× x2 × x= √4 . √ x 2 . √ 2 x =2 x √2 x , x ≥0
4. Operasi Aljabar Bentuk Akar
a. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar
operasi aljabar pada penjumlahan (+) dan pengurangan (−¿), yang dapat dijumlahkan dan
dikurangkan adalah bentuk-bentuk yang sejenis misalnya:

2a + 3a = (2+3)a = 5a

5b – 2b = (5-2) b = 3b
9
Hal ini juga berlaku untuk bentuk akar, hanya bentuk akar-akar yang sejenis yang dapat
dijumlahkan atau dikurangkan.
Contoh:
Sederhanakan bentuk berikut!

a. 3√ 2+5 √ 2 b. √ 128+ √ 98− √50


Jawab:
a. 3√ 2+5 √ 2=( 3+5 ) √ 2=8 √ 2
√ 128+ √ 98− √50=√ 64 ×2+ √ 49 × 2−√ 25× 2
Bentukb.umum:
8 √ 2+ 7 √ 2−5 √ 2
Jika a, b, c bilangan riil dan a≥ 0 ,¿maka:
1. b √ a+ c √ a=( b+c ) √ a ¿ ( 8+7−5 ) √ 2=10 √ 2

2. b √ a−c √ a=( b−c ) √ a


b. Perkalian Bentuk Akar
Jika a, b bilangan riil dan a ≥ 0 , b ≥ 0 , maka berlaku sifat sebagai berikut:
1. √ a . √ a= √a 2=a
2. √ a2 . √ b=a √ b
3. √ a . √ b= √a × b

D. Merasionalkan Bentuk Akar


a
a. Merasionalkan Penyebut Bentuk dengan b¿ 0
√b
Dalam operasi aljabar pada bilangan pecahan, penyebutnya tidak boleh berbentuk akar.
a
Bentuk memiliki penyebut √ b yang berbentuk akar, sehingga haruslah dirasionalkan
√b
dengan cara pembilang dan penyebut sama-sama dikalikan dengan √ b
Contoh:

1 √6
a. b.
√3 √7
Jawab:

1 1 √3 1 √6 = √6 × √7 = 1 √ 42
a. = × = √3 b.
√3 √ 3 √ 3 3 √ 7 √7 √ 7 7
10
a a
b. Merasionalkan Penyebut Bentuk dan
b+c √ d b−c √ d
a a
Cara merasionalkan penyebut dan adalah dengan mengalikan penyebut
b+c √ d b−c √ d
dan pembilang dengan sekawan dari penyebut, dalam hal ini sekawan dari b+ c √ d adalah
b−c √ d dan sekawan dari b−c √ d adalah b+ c √ d .

a a b−c √ d a (b−c √ d )
= × =
b+c √ d b+ c √ d b−c √ d b2−¿ ¿

E.
a Akar daria Bentuk
b+ c √Akar
d a(b +c √d ) ab+c √ d
= × = 2 = 2
b−c √ d seperti
Bentuk b−c √√d5+2b+√6c √ dmerupakan
b −(c √ d)
2
b −dc
bentuk
2
akar di dalam akar. Bentuk ini jika
disederhanakan menjadi √ 3+ √ 2. Ada dua cara untuk menyederhanakan bentuk tersebut.
1. Cara Penyetaraan
Kita misalkan hasilnya adalah √ a+ √b dengan a> b, maka

√ 5+2 √6=√ a+ √b
2
( √ 5+2 √ 6 ) =( √ a+ √ b )2 (Kedua ruas dikuadratkan)

5+2 √ 6=a+2 √ ab+b


5+2 √ 6= ( a+b ) +2 √ ab
Ambil a+b = 5 dan 2√ ab=2 √ 6 → keduanya dikuadratykan , sehingga
2 2
a +2 ab+ b =25 dan 4 ab=24
Eliminasikan: a 2+2 ab+ b2=25 dengan 4 ab = 24
2 2
Sehingga diperoleh a −2 ab+b =1
( a−b )2 =1
( a−b ) =±1 , karena a>b maka diambil yang positif ( a−b ) =1
Sehingga dari a+ b=5 dan a−b=1 , diperoleh b=2 dan a=3
Jadi, √ 5+2 √6=√ 3+ √ 2
2. Cara Faktorisasi

11
√ 5+2 √6=√ 3+2 √ 6+2= √( √ 3 ) +2 √ 6+ ( √ 2 )
2 2

√ 2
¿ ( √ 3+ √ 2 ) =√ 3+ √ 2

F. Pangkat Rasional [Pecahan]


Sebelumnya kita sudah membahas tentang bilangan berpangkat bulat, sekarang kita akan
memperluas membahas bilangan berpangkat rasional, yaitu pangkatnya berbentuk
pecahan. Pada dasarnya bilangan berpangkat pecahan merupakan bentuk lain dari bentuk
akar, hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut.
1
1. Pangkat Rasional Berbentuk a n

Bentuk umum:

Jika a adalah bilangan riil, dan n bilangan asli dengan n ≥ 2, maka


1
a =√n a .
n

Bukti: Misalnya√ a maka =a


n x

n n
( √n a ) =( ax ) (Kedua ruas dipngkatkan n)
nx
a=a
1=nx (Karena bilangan pokoknya sama)
1
x=
n
1
Jadi, a n = √n a
m
2. Pangkat Rasional Berbentuk a n

Bentuk umum:

Jika a bilangan riil, m bilangan bulat, n bilangan asli dan n ≥ 2, √n a


m
bilangan rill dan √n a ≠ 0 , makaa n =√n am
Perhatikan uraian berikut.
√n am =a x
n
( √n a m ) =( a x ) n
a m=a nx
m=nx

12
m
x=
n
m
Jadi,a n = √n am

3. Mengubah Pangkat Rasional Negatif Menjadi Pangkat Rasional Positif


−m 1
Jika pada bilangan pangkat bulat terdapat hubungan a = m , maka pada bilangan pangkat
a
rasional juga terdapat hubungan antara pangkat rasional negatif dan pangkat rasional
positif.
Perhatikan uraian berikut.
−m m
n 0
a × a n =a
−m m
n n
a × a =1
Maka diperoleh: −m m
n 1 n 1
a = m
n
atau a = ¿m
a an
4. Sifat-Sifat Bilangan Pangkat Rasionl [Pecahan]
Sifat-sifat bilangan yang berlaku pada bilangan pangkat bulat (positif, negtif, atau nol), juga
berlaku pada pangkat rasional (pangkat pecahan).
Sifat-sifat adalah sebagai berikut.

a) a m × an=am +n d) ( a × b )m=am ×a m

b) a ÷ a =a
m n m−n
()
a m am
e) b = m
b

−m 1
f) a = m
n
c) ( a m ) =amn
a
G. Logaritma
Pada awal pembahasan, kita telah mempelajari bilangan berpangkat, misalnya 23=8 dengan
2 adalah bilangan pokok, 3 adalah pangkat, dan 8 adalah hasil dari perpangkatan. Hasil dari
perpangkatan dapat ditentukan, jika bilangan pokok dan pangkatnya diketahui. Sekarang
bagaimana kalau kita dihadapkan pada persoalan mencari pangkat jika diketahui bilangan

13
pokok dan perpangkatan, misalnya 2 x =8, maka berapakah nilai x? Untuk menjawab
persoalan tersebut ada salah satu cara dalam matematika yang dapat kita gunakan yaitu
logaritma disingkat dengan log.
1. Pengertian Logaritma
Logaritma adalah invers dari perpangkatan, yaitu mencari pangkat dari suatu bilangan
pokok sehingga hasilnya sesuai dengan yang telah diketahui.
2
n
Dalam matematika, 1=2 ⇒ n=0 ditulis sebagai log1=0
a
Log adalah notasi dari logritma. Bentuk log b dibaca sebagai logaritma b dengan
bilangan pokok a.
Secara umum:

a n
log b=n⇔ a=b
Dengan: a disebut bilangan pokok, a> 0 dan a ≠ 1

Contoh: b disebut numerous, b> 0

n disebut
Nyatakan hasil logaritma
tiap bentuk eksponen dengan memakai notasi logaritma
atau sebaliknya.

5
a) 52 = 25 b) log 625=4

Jawab:

5
a) 52 = 25 ⇔ log 25=2
2. Sifat-Sifat
5 Loaritma4
b) log 625=4 ⇔5 =625
Sifat 1 (Perluasan dari definisi Logaritma)
a
log b
a =b
Sifat 2

Jika a, b, dan c bilangan rill positif dan a ≠ 1, maka:

a a a 14
log bc= log b+ log c
Sifat 3

Jika a, b, dan c bilangan rill positif dan a ≠ 1, maka:

()
b Bilangan Lebih dari 10
3. Logaritma
a a a
log = log b− log c
c suatu bilangan yang lebih dari 10
Nilai logaritma
Langkah 1:
Sifat 4
Nyatakan bilangan yang akan ditentukan nilai logaritma itu dalam notasi baku a x 10n
Jika b > 0 dan n rasional, maka:
dengan 1≤a <10 dan n bilangan bulat.
a n a
Langkah
log b =n. log b
2:
Gunakan sifat logaritma (sifat 1)
Sifat 5 (Mengubah bilangan pokok prima)
log ( a×10 )=log a+log 10
n n

c n
logb
a ⇔ log ( a×10 )
log b=c =n+log a a> 0 , a ≠1 , b>0 , c >0 , dan c ≠ 1.
Langkah 3: log a untuk

Oleh karena 1≤a <10 maka log a dapat dicari dari tabel logaritma. Nilai log a yang
Sifat 6
diperoleh dari table logaritma tadi dijumlahkan dengan n. Hasil penjumlahan itu merupakan
a a a
log b. log c= log c a> 0 , a ≠1 , b>0 , b ≠ 1 ,dan c >0
nilai logaritma dari bilangan yang dimaksudkan.
, untuk .
N 0 1 2 ...... 9
Sifat 7

a1.0 0.0000 0.0043m 0.0086 .... 0.0374

1.1
log 0.4140
b=c maka
0.0453
a m
log b =c
0.0492 .... 0.0756

.... 8
Sifat .... .... .... .... ....

2.4 a 0.3802 an
0.3820 m 0.3838
m .... 0.3962
log b=c logb = n
×c
Jika maka
.... .... .... .... .... ....

9.9 0.9956 0.9961 0.9965 .... 0.9996

15
Carilah nilai logaritma dari log 67,5.

Jawab: log 67,5 = log (6,75 x 101)

= log 6,75 + log 101

= log 6,75 + 1, dari tabel logaritma log 6,75 = 0,8293

3. Logaritma Bilangan antara


= 0,8293 + 1 =01,8293
dan 1
Nilai logaritma bilangan-bilangan antara 0 dan 1 dapat ditentukan dengan menggunakan
Jadi, log 67,5 = 1,8293.
langkah-langkah yang sama seperti dalam hal menentukan nilai logaritma bilangan-
bilangan yang lebih dari 10.

Carilah nilai dari log (0,000124)

Jawab:

log (0,000124) = log (1,24 x 10-4)

= log 1,24 + log 10-4

= log 1,24 -4 ; dari table logaritma diperoleh log 1,24 = 0,0934

Jadi, log (0,000124) = 0,0934 – 4 = -3,9066

4. Menentukan Antilogaritma Suatu Bilangan


Pada bagian ini, kita akan mempelajari cara menentukan antilogaritma suatu bilangan yang
nilainya lebih dari 1 atau yang kurang dari 0.

Tentukan bilangan yang logaritmanya 1,6.

Jawab: Dari tabel logaritma diperoleh antilog 0,6 = 3,981.

Karena karakteristiknya 1 ( didapat dari log 101, maka bilangan itu adalah
3,981 x 101 = 39,81. Jadi, bilangan yang
16 logaritmanya sama dengan 1,6
adalah 39,81
5. Penggunaan Logaritma dalam Perhitungan
a) Mengalikan dan Membagi Bilangan
Untuk memahami logaritma untuk untuk mengalikan dan mambagi bilangan-
bilangan, simaklah beberapa contoh berikut.

Dengan menggunakan logaritma hitunglah:

Jawab:
a) 4,321 x 6,517 b) 0,7418 : 9,835
b) kita misalkan x = 0,7418 : 9,835, maka:
a) kita misalkan x = 4,321 x 6,517, maka:
log x = log 0,7418 – log 9,835
log x = log (4,321 x 6,517)
log x = (0,8703 – 1) – 0,9928
log x = log 4,321 + log 6,517
log x = -0,1225 -1
log x = 0,6356 + 0,8140
log x = 0,8775 – 2
log x = 1,4496
log x = log 7,542 + log 10-2
log x = 1 + 0,4496
log x = log (7,542 x 10-2)
log x = log 101 + log 2,816 (antilog 0,4496 = 2,816)
log x = log 0,07542
log x = log (101 x 2,816)
x = 0,07542
log x = log 28,16

x = 28,16
\

b) Pemangkatan dan Penarikan Akar Bilangan


Untuk memahami penggunaan logaritma untuk menghitung pemangkatan dan
penarikan akar suatu bilangan, simaklah beberapa contoh berikut.

17
Hitunglah.

a) (12,48)3 b) √
84 ,3×0,345
3,64

Jawab:

a) misalkan x = (12,48)3

log x = log (12,48)3

log x = 3 x log 12,48

log x = 3 x (1,0962)

log x = 3,2886

log x = 3 + 0,2886

log x = log 103 + log 1,9436

log x = log (103 x 1,9436)

log x = log 1.943,6

x = 1.943,6

b) misalkan x = √ 84 ,3×0,345
3,64 , maka:

log x = log
( 84 ,3×0,345
3,64 ) 2

1
( log 84 , 3+log 0 , 345−log3 , 64 )
log x = 2

1
( 1 ,9258+ ( 0 ,5378−1 )−0 , 5611 )
log x = 2

log x = 0,4513

log x = log 2,827

18
x = 2,87
I.    Pengertian Persamaan Dua Variabel
            Sebelum mempelajari Persamaan Dua Variabeltentunya kita sudah ingat tentang
persamaan Linier Satu Variabel (PLSV). PLSV adalah persamaan yang memuat satu
variabeldan pangkat dari variabelnya adalah satu.
Nah sekarang coba kita ingat kembali bahwa persamaan garis lurus pada bidang
cartesiusdapat dinyatakan dalam bentuk ax + by = c dengan a, b, c konstanta real dengan a,
b   0 dan  x, y adalah variabel pada himpunan bilangan real.
Sekarang perhatikan persamaa x + 4y = 8, memiliki dua variabel yaiti x dan y serta masing-
masing variabel berpangkat satu.
Jadi kesimpulannya adalah Persamaan Linier Dua Variabel adalah suatu persamaan yang
mempunyai dua variabel dan masing-masing variabel berpangkat satu, dan dapat
dinyatakan dalam bentuk : ax + by = c dengan a, b, c  R, a, b  0 dan x, y suatu variabel.
Beberapa contoh PLDV
1.      3x + 6y = 12
2.      5p – 3q + 30 = 0
II. Menentukan Penyelesaian Persamaan Linier Dua Variabel
Perhatiakan persamaan x + y = 7. Persamaan x + y = 7 masih merupakan kalimat terbuka ,
artinya belum mempunyai nilai kebenaran. Jika x diganti bilangan 2, maka nilai y yang
memenuhi adalah 5, karena pasangan bilangan (2,5) memenuhi persamaan tersebut, maka
persamaaan x + y = 7 menjadi kalimat yang benar. Dalam hal ini dikatakan bahwa (2,5)
merupakan salah satu penyelesaian dari persamaan x + y = 7.
Untuk mencari nilai x dan y yang memenuhi persamaan x + y = 7 akan lebih mudah dengan
membuat table seperti berikut :

X 0 1 2 3 4 5
Y 7 6 5 4 3 2
(x,y) (0,7) (1,6) (2,5) (3,4) (4,3) (5,2)

19
Jadi HP dari persamaan x + y = 7  adalah (0,7), (1,6), (2,5), (3,4), (4,3), (5,2). Gambar
grafik persamaan x + y = 7 pada bidang cartesius tampak seperti gambar grafik lihat
lampiran gambar grafik 1.1
      

Contoh
1.   Tentukan himpunan persamaan dari 2x + 3y = 6 dengan x  (0,1,2,3) dan y  (bilangan bulat).
Untuk x = 0 maka                                           Untuk x = 2 maka                                       
2x + 3y = 6                                                      2x + 3y = 6
2.0  + 3y = 6                                                     2.2 + 3y = 6
3y    = 6                                                              3y = 6 - 4
    y  = 2                                                              3y = 2                                        
Jadi HP (0,2)                                                              y = 2/3 
                                                      Jadi HP untuk x = 2 tidak memenuhi syarat.
                                                   
     Untuk x = 1 maka                                            Untuk x = 3 maka
     2x + 3y = 6                                                       2x + 3y = 6
     2.0 + 3y = 6                                                      2.3 + 3y = 6
              3y = 6  2                                                         3y = 6  6
                y = 4/3                                                              y = 0
    Jadi HP untuk x = 1 tidak                          Jadi HP (3,0)   
    Memenuhi syarat.

Dari contoh diatas jika x dan y  (bilangan real), maka ada tak terhingga banyak pasangan
berurutan dalam himpunan penyelesaian.

III.    Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

20
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) terdiri atas dua persamaan linier
dua variabel, yang keduanya tidak berdiri sendiri, sehingga kedua persamaan hanya
memiliki satu penyelesaian.
      Berikut ini beberapa contoh SPLDV :
1.      x + y = 3 dan 2x  3y = 1
2.      5x + 4y + 7 = 0 dan -3x  2y = 4

Menentukan Himpunan Penyelesaian SPLDV


Himpunan penyelesaian SPLDV dapat di selesaikan dengan 3 cara, yaitu :
1.      Dengan cara metode grafik.
2.      Dengan cara metode substitusi.
3.      Dengan cara metode eleminasi.

Himpunan penyelesaian SPLDV dengan metode grafik


Pada metode grafik, himpunan penyelesaian dari SPLDV adalah koordinat titik
potong dua garis tersebut. Jika garis-garisnya tidak berpotongan di satu titik, maka
himpunana penyelesaiannya adalah himpunan kosong.
Untuk menentukan himpunan penyelesaian SPLDV dengan cara metode grafik langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut :
1.      Menggambar garis dari kedua persamaan pada bidang cartesius.
2.      Koordinat titik potong dari garis merupakan himpunan penyelesaian, jika kedua garis
tidak berpotongan (sejajar), maka SPLDV tidak mempunyai penyelesaian.
Contoh :
Tentukan himpunan penyelesaian dari system persamaan 2x + 3y = 12 dan 4x  3y  6 = 0
Jawab !
2x + 3y = 12                                                          4x  3y  6 = 0  4x  3y = 6
Titik potong dengan sumbu x, y =0                      titik potong dengan sumbu x, y = 0
2x + 3.0 = 12                                                         4x  3y = 6
        2x = 12                                                          4x  3.0 = 6
          x = 6                                                                       x = 1 ½

21
 Jadi HP (6,0)                                                        jadi HP (1 ½,0)

Titik potong dengan sumbu y, x = 0                     titik potong dengan sumbu y, x = 0


      2x + 3y = 12                                                          4x  3y = 6
      2.0 + 3y = 12                                                         4.0  3y = 6
         3y = 4                                                                  3y =                                            Jadi
HP (0,4)                                                   jadi HP (0, -2)                                              
 Apabila di gambar grafiknya, tampak akan seperti pada lampiran grafik di 1.2
Jadi HP (3,2)

Himpunan Penyelesaian SPLDV dengan Metode Substitusi


Pada metode substitusi terlebih dahulu kita menyatakan variabel yang satu kedalam
variabel yang lain dari suatu persamaan, kemudian menggantikan variabel itu dalam
persamaan yang lain.
Untuk menentukan himpunan penyelesaian SPLDV dengan cara metode substitusi langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut :
1.      Menyatakan variabel dalam variabel lain, misal menyatakan x dalam y atau sebaliknya.
2.      Mensubstitusikan persamaan yang sudah kita rubah pada persamaan yang lain.
3.      Mensubstitusikan nilai yang sudah ditemukan dari variabel x atau y ke salah satu
persamaan
Contoh :
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan x + 2y = 4 dan 3x + 2y = 12
x + 2y = 4 kita nyatakan x dalam y, diperoleh : x = 4  2y
substitusikan x = 4  2y ke persamaan 3x + 2y = 12
3 ( 4  2y ) + 2y = 12
12  6y + 2y = 12
          4y = 12  12
              y = 0
Substitusikan y = 0 ke persamaan x = 4  2y
x = 4  2y

22
x = 4  2 . 0
x=4
Jadi HP ( 4, 0 )

Himpunan Penyelesaian SPLDV dengan metode Eleminasi


Pada metode eleminasi untuk menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV,
caranya dengan menghilangkan salah satu variabel dari system persamaan tersebut. Pada
cara eleminasi koefisien dari variabel harus sama atau dibuat menjadi sama.
Untuk menentukan himpunan penyelesaian SPLDV dengan cara metode eleminasi langkah-
langkahnya sebagai berikut :
1.   Nyatakan ke dua persamaan ke bentuk ax + by = c
2.   Samakan koefisien dari variabel yang akan di hilangkan, melalui cara mengalihkan dengan
bilangan yang sesuai.
3.   Jika koefisien dari variabel bertanda sama ( sama positif atau negative ) maka kurangkan ke
dua persamaan tersebut.
4.   Jika koefisien dari variabel yang di hilangkan tandanya berbeda ( positif atau negative )
maka jumlahkan kedua persamaan tersebut.
Contoh :
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan x + y = 4 dan x  y = 2
Mengeleminasi x
x + y = 4       (  koefisien x sudah sama dan tandanya sama positif, maka kita kurangkan ke
x - 2y = 2         dua persamaan tersebut )
    2y  = 2
       y = 1
Catatan : x – x = 0
               y – ( -y ) = 2y
Mengeleminasi y
x + y = 4       ( koefisien y sudah sama dan tandanya berbeda, maka kita jumlahkan kedua
per 
x  y = 2          samaan )

23
2x     = 6
  x    = 3
Catatan : x + y = 2x
               y + ( -y ) = 0
Jadi HP ( 3,1 )
           

Soal-soal model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan SPLDV


1.   Donny membeli 2 penggaris dan 2 buku dengan harga Rp. 14.000,00, sedangkan Darma
membeli 1 penggaris dan 3 buku dengan harga Rp. 17.000,00. Berapa harga sebuah
penggaris dan sebuah buku ?
Jawab :
Misalkan harga sebuah penggaris = p
                harga sebuah buku        = b
diperoleh model matematika : 2p + 2b = 14.000     x 1  2p + 2b = 14.000
                                                  p + 3b  = 17.000     x 2  2p + 6b = 34.000
                                                                                             -4b = - 20.000
                                                                                                      b = 5.000
Substitusikan b = 5.000 ke p + 3b         = 17.000
                                           p + 3. 5000 = 17.000
                                           p + 15.000  = 17.000
                                                         p   = 2.000
Jadi harga sebuah penggaris adalah Rp. 2.000,00 dan harga sebuah buku adalah Rp. 5.000
2.   Uang Agus Rp. 150.000,00 lebihnya dari uang Bambang. Jika tiga kali uang Agus
ditambah dua kali uang Bambang jumlahnya Rp. 950.000,00. Tentukan besar masing-
masing uang Agus dan uang Bambang !
Jawab :
Misalkan uang Agus        = a
                uang Bambang = b
diperoleh model matematika a = b + 150.000

24
                                              3a + 2b = 950.000
Kita selesaikan dengan metode substitusi
a = b + 150.000 kita substitusikan pada 3a + 2b = 950.000
                                                                3 (b + 150.000) + 2b = 950.000
                                                                3b + 450.000 + 2b    = 950.000
                                                                                  5b = 500.000
                                                                                  5b = 100.000
Kita substitusikan b = 100.000 ke a = b + 150.000
                                                       a = 100.000 + 150.000
                                                       a = 250.000
Jadi besar uang Agus adalah Rp. 250.000,00 dan besar uang Bambang adalah Rp. 100.000
3.      Wawan membeli 2 kg mangga dan 1 kg apel dan ia harus membayar Rp. 150.000,00
sedangkan Risa membeli 1 kg  mangga dan 2 kg apel dengan harga Rp. 18.000,00.
Berapakah harga 5 kg mangga dan 3 kg apel ?
Jawab :
Misalkan harga 1 kg mangga   = x
                harga 1 kg apel         = y
diperoleh model matematika 2x + y = 15.000    x 1  2x + y   = 15.000
                                               x + 2y = 18.000   x 2   2x + 4y = 36.000
                                                                                         y – 4y = 15.000 – 36.000
                                                                                             -3y  = - 21.000
                                                                                                y  = 7.000
kita substitusikan y = 2x + y = 15.000
                                   2x + 7.000 = 15.000
                                   2x = 15.000 – 7.000
                                   2x = 8.000
                                     x = 4.000
Jadi harga 1 kg mangga adalah Rp. 4.000 dan harga 1 kg apel adalah Rp. 7.000
Jadi harga 5 kg mangga dan 3 kg apel adalah
5x + 2y = (5 x Rp. 4.000,00) + (3 x Rp. 7.000)

25
             = Rp.20.000 + Rp. 21.000
             = Rp. 41.000
4.      Marwan menggendarai sepeda motor dari Denpasar ke Gilimanuk dengan kecepatan rata-
rata 60 km/jam. Untuk menempuh jarak kedua tempat itu jika dikehendaki lebih cepat satu
jam, maka kecepatan rata-ratanya diubah menjadi 80 km/jam. Tentukan dua persamaan
dalam soal tersebut dan tentukan jarak kedua tempat tersebut.
Jawab :
Misalkan jarak kedua tempat itu  = x
               Waktu yang diperlukan = t
Dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam, maka jarak = kecepatan . waktu
                                                                             x   = 60 t
dengan kecepatan rata-rata 80 km/jam, maka jarak  = kecepatan . waktu
                                                                           x     =  80 ( t – 1 )
                                                                           x     = 80t – 80
                                                        jadi ada dua persamaa yaitu x = 60t dan x = 80t - 80
Dari system persamaan diatas kita selesaikan dengan substitusi
60t                 =  80t – 80
60t – 80t       = -80                           
             -20t  = -80
                  t  = 4
Waktu yang di perlukan pada kecepatan 60 km/jam adalah 4
Jadi, jarak kedua tempat = 60 km/jam . 4 jam
                                        = 240 km
5.      Harga 4 ekor kambing dan 2 ekor sapi adalah Rp. 8.000.000,00. Harga 1 kambing dan 3
ekor sapi adalah Rp. 8.250.000,00. Tentukan harga 5 ekor kambing dan seekor sapi !
Jawab :
Misalkan kambing  = k
               Sapi          = p
Diperoleh model matematika 4k + 2p = 8.000.000
                                                        k + 3p = 8.250.000

26
Kita selesaikan system persamaan diatas dengan mengeleminasi k
4k + 2p = 8.000.000    1  4k + 2p   = 8.000.000
  k + 3p = 8.250.000    4  4k + 12p = 33.000.000
                                             -10p = -25.000.000
                                                  p = 2.500.000
Jadi harga 1 sapi Rp. 2.500.000,00

Substitusikan p = 2.500.000 ke k + 3p = 8.250.000   


                                                         k + 3 (2.500.000) = 8.250.000  
                                                         k + 7.500.000 = 8.250.000
                                                         k = 8.250.000 – 7.500.00
                                                         k = 750.000
Jadi harga 1 kambing adalah Rp. 750.000,00 dan harga 1 sapi adalah Rp. 2.500.000,00
Jadi harga 5 kambing dan 1 sapi adalah : 5k + p = 5 . Rp.750.000 +Rp. 2.500.000
                                                                             =Rp. 3.750.000 +Rp. 2.500.000
                                                                             =Rp. 6.250.000,00

Contoh soal dengan persamaan


1.      Tentukan himpunan penyelesaian dari system persamaan x + y = 4 dan x – y =
2                                
x + y = 4                                                       x – y = 2
titik potong dengan sumbu x, y = 0              titik potong dengan sumbu y, x = 0
x + y = 4                                                        x – y = 2
x + 0 = 4                                                        0 – y = 2
      x = 4                                                              y = 2
Jadi diperoleh titik (4,0)                                Jadi diperoleh titik (0,2)

Titik potong dengan sumbu y, x = 0             titik potong dengan sumbu y, x = 0


x + y = 4                                                        x – y = 2

27
0 + y = 4                                                        x – 0 = 2
      y = 4                                                              x = 2
Jadi diperoleh titik (0,4)                                 Jadi diperoleh titik (2,0)
Gambar grafik lihat di lampiran 1.3
Jadi HP (3,1)

2.      Tentukan himpunan penyelesaian dari system persamaan 2x – 3y = 6 dan 3y – 2x = 3


Titik potong dengan sumbu x, y  = 0              Titik potong dengan sumbu x, y = 0
2x – 3y = 6                                                      3y – 2x = 3
2x – 3.0 = 6                                                     3.0 – 2x = 3
 2x - 0 = 6                                                       -2x = 3
        x = 3                                                          x = 3/-2
Jadi diperoleh titik (3,0)                                 Jadi diperoleh titik (-3/2,0)

Titik potong dengan sumbu y, x = 0              Titik potong dengan sumbu y, x = 0


2x – 3y = 6                                                     3y – 2x = 3
2.0 – 3y = 6                                                    3y – 2.0 = 3
         3y = 6                                                            3y = 3
           y = 2                                                              y = 1
Jadi diperoleh titik (0,2)                                 Jadi diperoleh titik ( 0,3)
Gambar grafik lihat di lampiran 1.4
Jadi HP (

3.      Tentukan himpunan penyelesaian dari system persamaan x – 3y = 5 dan 3x + 2y = -7


x – 3y = 5 kita nyatakan x dalam y diperoleh x = 5 + 3y
Substitusikan x = 5 + 3y ke persamaan 3x + 2y = -7
3 (5 + 3y) + 2y = -7
15 + 9y + 2y = -7
          11y = -7 (-15)
          11y = 22

28
              y = 11
Substitusikan y = 11 ke persamaan x = 5 + 3y
                                                        x = 5 + 3.11
                                                        x = 5 + 33
                                                        x = 38
                             Jadi HP (38,11)

4.      Tentukan himpunan penyelesaian dari system persamaan 2x + 3y = 6 dan x – y = 3


dengan metode eleminasi
2x + 3y = 6   x 1  2x + 3y = 6
  x +   y = 3   x 3  3x – 3y = 9
                                2x + 3x = 15
                              5x         = 15
                                       x  = 3
2x + 3y = 6   x 1  2x + 3y = 6
  x +  y = 3    x 2  2x – 2y = 6
                               3y – (-2y) = 0
                                  3y + 2y = 0
                                          5y = 0
                                            y = 0
Jadi HP (3.0)
5.      Tentukan himpunan penyelesaian dari system persamaan 2x = 3y + 17 dan 3x + y – 9 = 0
Jawab :
Kita nyatakan persamaan dalam bentuk ax + by = c
2x – 3y = 17 dan 3x + y = 9
Mengeleminasi x. karena koefisien x belum sama , maka harus di samakan
2x – 3y = 17   x 3  6x – 9y = 51
3x + y  = 9      x 2  6x + 2y = 18
                                      -11y  = 33
                                           y = -3

29
mengeleminasi y.
2x – 3y = 17    x 1  2x – 3y = 17
3x + y  = 9       x 3  9x + 3y = 27
                                  11x        = 44
                                             x = 4
Jadi HP (4, -3)

Sistem persamaan linear 3 variabel, merupakan himpunan 3 buah persamaan dengan


variabel sebanyak 3. Bentuk ini satu tingkat lebih rumit dibandingkan sistem persamaan
linear 2 variabel
Metoda meyelesaikan persamaan
1. Metoda Eliminasi
2. Metoda subtitusi
3. Metoda determinan
4. Metoda matriks
5. Metoda operasi baris elementer
Metoda Eliminasi
Supaya lebih mudah langsung saja kita masuk ke contoh-contoh
Contoh soal 1 :
2x + 3y – z = 20
3x + 2y + z = 20
x + 4y + 2z = 15
Jawab :
Ketiga persamaan bisa kita beri nama persamaan (1), (2), dan (3)
2x + 3y – z = 20 ………………………..(1)
3x + 2y + z = 20 ………………………..(2)
x + 4y + 2z = 15 ………………………..(3)
Sistem persamaan ini harus kita sederhanakan menjadi sistem persamaan linear 2 variabel.
Untuk itu kita eliminasi variabel z
Sekarang persamaan (1) dan (2) kita jumlahkan

30
2x + 3y – z = 20
3x + 2y + z = 20_____   +
5x + 5y = 40
x + y = 8 ………………….(4)
Selanjutnya persamaan (2) dikali (2) dan persamaan (3) dikali (1) sehingga diperoleh
6x + 4y + 2z = 40
x + 4y + 2z = 15____  _
5x = 25
x=5
Nilai x ini kita subtitusi ke persamaan (4) sehingga
x+y=8
5+y=8
y=3
selanjutnya nilai x dan y yang ada kita subtitusikan ke persamaan (2)
3x + 2y + z = 20
3.5 + 2.3 + z = 20
15 + 6 + z = 20
z = -1
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {(5, 3, -1)}
 
Contoh soal 2 :
Tentukan himpunan penyelesaian dari
3x + 4y – 3z = 3
2x – y + 4z = 21
5x + 2y + 6z = 46
Jawab :
Agar lebih mudah, ketiga persamaan kita beri nama (1), (2), dan (3)
3x + 4y – 3z = 3  …………………………….(1)
2x – y + 4z = 21  …………………………….(2)
5x + 2y + 6z = 46 …………………………….(3)

31
Selanjutnya persamaan (1) dikali 1 dan persamaan (2) dikali 4, sehingga diperoleh
3x + 4y – 3z = 3    |1| → 3x + 4y – 3z = 3
2x – y + 4z = 21    |4| → 8x – 4y+16z = 84    +
.                                  11x + 13z = 87 ……………..(4)
Berikutnya persamaan (3) dikali 1 dan persamaan (2) dikali 2, sehingga diperoleh
5x + 2y + 6z = 46    |1| → 5x + 2y + 6z = 46
2x – y + 4z = 21      |2| → 4x – 2y + 8z = 42     +
.                                    9x + 14z = 88 …………..(5)
Sekarang persamaan (5) dikali 11 dan persamaan (4) dikali 9 sehingga diperoleh
9x + 14z = 88   |11|   99x +154z = 968
11x + 13z = 87  |9|    99x + 117z=783       _
.                                      37z = 185
.                                          z = 5
Nilai z=5 kita subtitusi ke persamaan (4)
11x + 13z = 87
11x + 13.5 = 87
11x + 65 = 87
11x = 22
x=2
Nilai x=2 dan z=5 kita subtitusikan ke persamaan (3) sehingga
5x +2y +6z = 46
5.2 +2y +6.5 = 46
10 + 2y + 30 = 46
2y = 6
y=3
Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {(2, 3, 5)}
 
Metoda subtitusi
Contoh soal 3
Himpunnan penyelesaian sistem persamaan

32
2x + 5y + 4z = 28
3x – 2y + 5z = 19
6x + 3y – 2z = 4
adalah …
Jawab :
Sekarang setiap persamaan kita beri nama (1), (2), dan (3)
2x + 5y + 4z = 28 ……………………………………..(1)
3x – 2y + 5z = 19……………………………………….(2)
6x + 3y – 2z = 4…………………………………………(3)
Persamaan (1) bisa kita ubah sebagai berikut
2x + 5y + 4z = 28
4z = 28 – 2x – 5y

 ………………………………………..(4)
Selanjutnya persamaan (4) kita subtitusikan ke persamaan (2) sehingga
3x – 2y + 5z = 19

Jika kedua ruas dikali dengan 4 maka diperoleh


12x – 8y + 140 – 10x – 25y = 76
2x -33y = -64 ……………………………………….(5)
Sekarang persamaan (4) kita subtitusikan ke persamaan (3) sehingga
6x + 3y – 2z = 4

Jika kedua ruas dikali 4 maka


24x + 12y – 56 + 4x + 10y = 16
28x + 22y = 72
14x + 11y = 36
11y = 36 – 14x

…………………………………………(6)
Sekarang persamaan (6) kita subtitusikan ke persamaan (5) sehingga

33
2x -33y = -64

2x – 108 + 42x = -64


44x = 44
x=1

Jadi, himpunan penyelesaiaannya adalah {(1, 2, 4)}


Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (SPtLDV)

Berbeda dengan penyelesaian dari SPLDV (Sistem Persamaan Linear Dua Variabel)
yang berwujud himpunan titik – titik. Atau jika kita gambar grafiknya akan berupa garis
lurus. Penyelesaian dari pertidaksamaan linear dua variabel adalah daerah penyelesaian.
Dalam praktiknya penyelesaian pertidaksamaan linear bisa berwujud daerah yang
diarsir atau pun daerah penyelesaian pertidaksamaan linear dua variabel berupa daerah
yang bersih.
Untuk menentukkan daerah penyelesaiannya, kita bisa melakukan langkah – langkah
seperti yang ada di bawah ini.
 Ubah tanda ketidaksamaan dari pertidaksamaan menjadi tanda sama dengan (=), sehingga
kita mendapatkan persamaan linear dua variabel.
 Gambar dari grafik atau pun garis dari persamaan linear dua variabel tadi. Hal tersebut bisa
kita lakukan dengan cara menentukan titik potong sumbu x dan sumbu y dari persamaan.

34
Atau juga bisa menggunakan 2 (dua) titik sembarang yang dilewati oleh garis. Garis akan
membagi 2 (dua) bidang kartesius.
 Lakukan uji titik yang tidak dilewati oleh garis (substitusi nilai x dan substitusi nilai y ke
pertidaksamaan). Jika menghasilkan pernyataan yang benar, artinya daerah tersebut adalah
penyelesaiannya. Tapi jika menghasilkan  pernyataan salah maka bagian lainnya yang
merupakan penyelesaiaannya.
Apabila anda ingin memahami juga tentang pertidaksamaan satu variabel, kita juga sudah
pernah membahasnya.

Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel

Pertidaksamaan linear merupakan pertidaksamaan yang peubah bebasnya berbentuk linear


(pangkat satu). Pasti kalian masih ingatkan beberapa kalimat matematika seperti berikut ini,
 4x ≥ 8; pertidaksamaan linear yang memiliki satu peubah
 3x + y < 0; pertidaksamaan linear yang memiliki dua peubah
 x – 2y ≤ 3; pertidaksamaan linear yang memiliki dua peubah
 x + y – 2z > 0; pertidaksamaan linear yang memiliki tiga peubah
Dan pada kesempatan kali ini, pintarnesia akan membahas mengenai pertidaksamaan linear
yang memiliki dua peubah. Gabungan dari 2 (dua) atau lebih pertidaksamaan linear 2 (dua)
peubah disebut sebagai sistem pertidaksamaan linear 2 (dua) peubah.
Berikut ini adalah contoh dari sistem pertidaksamaan linear 2 (dua) peubah, antara lain:
 3x + 8y ≥ 24,
 x + y ≥ 4,
 x ≥ 0,
 y ≥ 0.

35
1. Daerah Himpunan Penyelesaian Pertidaksamaan Linear Dua Peubah
Penyelesaian suatu pertidaksamaan linear dua peubah merupakan pasangan berurut
(x, y) yang bisa memenuhi pertidaksamaan linear tersebut. Himpunan dari penyelesaian
tersebut bisa dinyatakan dengan sebuah daerah pada bidang kartesius (bidang XOY) yang
diarsir.
Untuk lebih jelasnya daerah himpunana dari penyelesaian pertidaksamaan linear dua
peubah. Berikut ini akan kamu berikan contohnya.
Contoh
Tentukan nilai himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan linear di bawah ini.
a. 2x + 3y ≥ 12
Jawab
a. Langkah pertama adalah menggambar garis 2x + 3y = 12 dengan cara menghubungkan
titik potong garis dengan sumbu x dan garis sumbu y. Titik potong garis dengan sumbu X
mempunyai arti sebagai y = 0, dan diperoleh x = 6 (titik (6, 0)).
Titik potong garis dengan sumbu Y artinya x = 0, di peroleh y = 4 (titik (-,4)).
Garis 2x + 3y = 12 tersebut kemudian akan membagi bidang kartesius menjadi 2 (dia)
bagian. Untuk menentukan daerah yang berupa himpunan penyelesaian, maka dilakukan
dengan cara mengambil salah satu titik uji dari salah satu sisi daerah.
Contohnya disini kita ambil titik (0, 0). Lalu substitusikan ke pertidaksamaan sehingga
akan didapatkan:
2 x0 + 3x 0 < 12
0 < 12
Sehingga, jawaban 0 ≥ 12 adalah salah, yang berarti tidak dipenuhi sebagai daerah
penyelesaiannya. Jadi daerah penyelesaiaannya adalah daerah yang tidak masuk dalam titik
(0, 0). Yaitu daerah yang diarsir pada gambar di bawah ini.

36
2. Daerah Penyelesaian Sistem Pertidaksamaan Linear
Himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear 2 (dua) peubah adalah
himpunan titik – titik pasangan berurut (x, y) dalam bidang kartesius yang bisa memenuhi
seluruh pertidaksamaan linear dalam sistem tersebut.
Sehingga daerah himpunan penyelesaiannya adalah irisan dari beberapa himpunan
penyelesaian dari pertidaksamaan dalam sistem pertidaksamaan linear 2 (dua) peubah
tersebut.
Supaya kalian lebih paham memahami daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan
linear 2 (dua) peubah, perhatikan contoh soal di bawah ini.
Contoh
Tentukan daeraah himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan di bawah ini.
a. 3x + 5y ≤ 15
x≥0
y≥0
y≥2
Jawab
a. Langkah yang pertama adalah menggambar garis 3x + 5y = 15, x = 0, dan y = 0.
Untuk 3x +5y ≤ 15
Setelah itu pilih titik (0, 0), lalu kita substitusikan ke pertidaksamaan sehingg kita
mendapatkan nilai,
3x 0 + 5x 0 ≤ 15
0 ≤ 15 (benar), yang berarti dipenuhi
Sehingga daerah penyelesaiannya adalah daerah yang memuat titik (0,0)

37
Untuk ≥ 0, kita memilih titik (1,1) lalu substitusikan ke pertidaksamaan sehingga
kita peroleh:
1 ≥ 0 (benar), yang berarti dipenuhi.
Sehingga, himpunan penyelesaian dari soal itu adalah daerah yang memuat titik
(1,1).
Daerah himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan merupakan irisan dari ketiga
daerah himpunan penyelesaian pertidaksamaan di atas.

1. Barisan dan Deret Aritmatika


3.1. Baris Aritmatika
Baris Aritmatika adalah suatu barisan bilangan yang memiliki selisih dua suku yang
berurutan(beda) selalu tetap.
Jika suku pertama(U1) dinyatakan dengan a , selisih(beda)antara dua suku berurutan
diberi notasi b, dan suku barisan ke n dilammbaangkan dengan Un, maka bentuk
umum barisan aritmtika adaalah sebagai berikut:
U 1=a ¿ a+ 0 b=a+ ( 1−1 ) b

U 2=U 1+ b=a+b ¿ a+ b=a+ ( 2−1 ) b

U 3=U 2+ b=(a+ b)+ b ¿ a+2 b=a+ (3−1 ) b

U 4 =U 3 +b=( a+2 b )+ b ¿ a+3 b=a+ ( 4−1 ) b



U n =a+bn−b
Sehingga diperoleh bentuk umunya :

U n =a+ ( n−1 ) b
Keterangan :
a=suku pertama
b=beda ( U n −U n−1 )
Contoh :
1. Carilah rumus suku ke n dari baris 1,3,5,7,9,….

38
Penyelesaian :
Diket a = 1, dan b = 3 – 1 = 2
U n =a+ ( n−1 ) b=1+ ( n−1 ) 2=1+2 n−2=2n−1
2. Hitung nilai suku ke 8 dari baris 2 ,5, 8,…
Penyelesaian :
Diket : a = 2, dan b = 5 – 2 = 3
U n =a+ ( n−1 ) b
U 8 =2+ ( 8−1 ) 3=23
3. Jika diketahui barisan Aritmatika 3,7,11,15,….,carilah rumus ke-n dan suku ke – 30 !
Penyelesaian :
Nilai a = 3 dan b = 7- 3 = 4
Suku ke-n U n =a+( n−1)b
= 3 + (n-1)4
= 3 + 4n-4 = 4n -1
Suku ke -30 U 30 = 3 + 4(30) -1
=119
Suatu barisan Aritmatika dengan banyak suku ganjil . Maka dapatlah suku tengah dari
barisan Aritmatika itu dengan :
U 1+ U n 1 1
Ut= atau U t= ( U 1 +U n ) dengan t= ( n+1)
2 2 2
Contoh
Jika barisan Aritmatika 3,8,13,…,283. Tentukanlah suku tengahnya dan suku
keberapakah suku tengah tersebut !
Penyelesaian :
Dik : U 1=3 ; U n =283
U 1+ U n
Maka U t =
2
3+283
= = 143
2
Dan untuk, U t = 143

39
a + (t-1)b = 143
3 + 5t – 5 = 143
5t = 145
t = 29
Namun bila dalam sebuah barisan disisipkan k buah bilangan antara x dan y maka beda
barisan yang terbentuk :
y−x
b=
k +1
Dengan keterangan :
k adalah banyak bilangan
x adalah bilangan ke -1
y adalah bilangan ke -2

Contoh soal
1. Jika antara bilangan 21 dan 117 disisipkan 11 bilangan yang berakibat terbentuklah
barisan Aritmatika. Tentukan beda dan suku ke-10 !
Penyelesaian :
y−x 117+ 21 96
b= = = =8
k +1 11+1 12
Maka didapat , U 10 =a+( n−1)b
= 21 + (10-1) 8
= 93
2. Tiga bilangan diantara 8 dan 60 .
Penyelesaian :
y−x 60−8 52
b= = = =13
k +1 3+1 4
Maka barisan Aritmatika yang terbentuk adalah 8,21,34,47,60.
1.2. Barisan Aritmatika Tingkat Banyak
Barisan aritmatika tingkat x adalah sebuah barisan aritmatika yang memiliki selisih
yang sana tiap suku yang berurutan setelah x tingkatan. Rumus umum suku ke-n untuk
barisan tingkat banyak adalah :

40
( n−1 ) ( n−2 ) c ( n−1 ) ( n−2 ) ( n−3 ) d
U n =a+ ( n−1 ) b+ + +…
2! 3!
Dimana : a = suku ke 1 barisan mula – mula
b = suku ke 1 barisan tingkat satu
c = suku ke 1 barisan tingkat dua
d = suku ke 1 barisan tingkat tiga
dst
1.3. Deret Aritmatika
Adalah penjumlahan dari suku pada barisan aritmatika , secara umum ditulis
sebagai berikut:
a+ ( a+b )+ ( a+2 b ) + ( a+3 b ) +…+{a+ ( n−1 ) b }
Bentuk umum deret dinyatakan sebagai : U 1 +U 2 +U 3 +…+U n
Deret aritmatika adalah suatu barisan aritmatika yang suku – sukunya dijumlahkan.
Apabila jumlah n suku barisan aritmatika yang berurutn dinyatakan sebagai Sn , maka:
Sn=U 1+U 2+U 3+ …+U n−1 +U n
Sn=a+ ( a+ b ) + ( a+2 b )+ …+ ( a+ ( n−1 ) b ) … … . ( 1 )
Jika penulisan suku – suku dibalik , maka diperoleh :
Sn=U n+ ( U n−b ) + ( U n −2 b ) +…+ ( a+b )+ a … … ( 2 )
Dengan menjumlahkan persamaan (1) dan (2) maka diperoleh :
2 S n=( a+U n ) + ( a+U n ) + ( a+U n ) +…+ ( a+U n)
2 S n=n ( a+U n )
1
Sn= n ( a+U n )
2
Jadi , secara umum jumlah n suku pertama dari deret aritmatika dapat dinyatakan
dengan rumus berikut
1
Sn= n ( a+U n )
2
Atau
1
Sn= n { 2a+ ( n−1 ) b }
2

41
Keterangan , Sn= jumlah n suku pertama
Contoh :
1. Tentukan jumlah 10 suku dari deret aritmatika 11 + 16 + 21 + …
Penyelesaian :
a = U1 = 11
b = 16 – 11 = 5
1
Sn= n { 2a+ ( n−1 ) b }
2
1
S10= 10 { 2 .11+ (10−1 ) 5 }=5 ( 67 )=335
2
2. Diketahui deret bilangan 10 + 12 + 14 + 16 + ….+ 98 dari deret bilangan itu jumlah
bilangan yang habis dibagi 2 dan tidak habis di bagi 5 adalah…
Penyelesaian :
n
U n = a + (n-1)b Sn= ( a+U n )
2
45
98 = 10 + (n-1)2 S45= (10+ 98)
2
45
98 = 10 + 2n -2 = (108)
2
n = 45 = 2430
Bila yang dimaksud adalah 10,20,30,40,50,….90.
n
U n =a+ ( n−1 ) b Sn= ( a+U n )
2
9
90 = 10 + (n - 1)10 S9 = (10+ 90)
2
90 = 10 + 10n -10 = 9(50)
n =9 = 450
Maka, jumlah bilangan yang dimaksud pada soal adalah
Sn=S 45−S9 = 2430 – 450 = 1980

3. Bila diketahui suatu deret Aritmatika adalah 12 +15 +18 +… maka S10 ?
Penyelesaian :

42
n
Sn= ( a+(n−1)b)
2
10
S10= (12+(10−1) 3)
2
= 5 (51) = 255

2. Barisan dan Deret Geometri


4.1. Barisan Geometri
Adalah suatu barisan bilangan yang memiliki perbandingan (ratio) antara dua buah
suku terdekat berturut – turut selalu tetap. Secara umum ditulis
U 1 ,U 2 , U 3 ,U 4 , ...U n
Nilai r diperoleh dari :
U2 U3 U 4 Un
r= = = =…=
U1 U2 U3 U n−1

Dimana r (rasio antara dua suku yang berurutan) merupakan bilangan konstan
Bentuk umum barisan geometri dengan suku pertama a dan rasio r adalah sebagai
berikut.
0 1−1
U 1=a=ar =ar
1 2−1
U 2=U 1 r =ar =ar
2 3−1
U 3=U 2 r =ar =ar
.
.
.
(n−1)
U n =a r
Barisan Geometri dibagi menjadi 3 yaitu :
i. Geometri naik yaitu r > 1 disebut dengan barisan devergen. Contoh: 2,4,8,16,32,64
memiliki r = 2.
ii. Geometri turun yaitu r < 1 disebut jugabarisan konvergen. Contoh: 96,48,
1
24,12,6,3,3/2,…, memiliki r= .
2

43
iii. Geometri bergoyang yaitu suku – sukunya bergantian positif dan negative , jika r < 0
yang disebut alternate.
Contoh :
Diketahui barisan geometri 2, 4,8, 16, …
Tentukan rumus suku ke n dan nilai suku ke 7 dari baris tersebut
Penyelesaian :
a = 2, dan r = 4/2 = 2
(n−1)
U n =a r
( n−1)
U n =2.2
1+n−1 n
¿2 =2
( 7−1)
U 7 =2.2 =128

a
Bila Barisan Geometri memiliki banyak suku ganjil n sebagai suku pertama dan
U1
dan suku akhir U n makaU t adalah :
2 1
U t =√ U 1 . U n atau U t =a. U n , dengan t = (n+1)
2

Contoh:
1
Barisan bilangan ,1,2,4,….,128 merupakan barisan geometri dengan banyak suku
2
ganjil. Tentukan suku tengahnya dan suku keberapakah suku tengah tersebut?
Penyelesaian :
U t =√ U 1 . U n

¿
√ 1
2
.128 ¿ √ 64=8

maka U t =8 → t-1 = 4
t −1
ar =8 t =5
1 t−1
. 2 =8
2

44
t −1
2 =16
t −1 4
2 =2
Dan apabila diantara x dan y disipkan k buah bilangan , maka x,xr,xr 2 , …xr k , y dan

dapat dirumuskan r =

k+1 y
x
.

Contoh:
1. Sisipkan beberapa bilangan dibawah ini agar menjadi barisan geometri!
a. Tiga bilangan diantara 6 dan 48.
Penyelesaian :

r=
3+1

√ 48
6
= √4 8
= 2
Maka barisan Geometri yang terbentuk 6 , 12 , 24 ,48.
1
Hasil perkalian suku – suku barisan Geometri adalah P = a n r 2 (n −1) Dapat

dibuktikan dengan
Barisan Geometri : a , ar , ar 2 , … , ar n−1
2 n−1
P=a ×ar × ar × … ×ar
= a n r 1 +2+3+ …+(n−1)
n
= a n r 2 (n−1 )

4.2. Deret Geometri


Adalah jumlah suku – suku dari barisan geometri yang berurutan, seperti pada deret
aritmstika , deret geometri juga dinyatakan dengan Sn , yaitu :
Sn=U 1+U 2+U 3+ …+U n−1 +U n
2 3 n−1
Sn=a+ar + ar + ar +…+ ar … ( 1)
Jika persamaan (1) dikalikan dengan r, maka diperoleh :
2 3 n−1 n
r S n=ar +ar +ar + …+ ar +ar … ( 2 )
Dengan mengurangkan (1) dan (2) diperoleh :

45
2 3 n−1
Sn=a+ar + ar + ar +…+ ar
Sn=ar +ar 2 +ar 3+ …+ar n−1 +ar n−¿
n
Sn−r S n=a−ar

Sn ( 1−r ) =a ( 1−r n )
Sehingga , untuk r < 1, berlaku :
a ( 1−r )
n
Sn =
( 1−r )
Untuk r > 1
n
a (r −1)
Sn=
( r −1 )
Contoh:
Jumlah n suku pertama dari barisan Geometri adalah Sn=2n+1−2. Tentukan rumus
suku ke –n dan nilai suku ke – 7.
Penyelesaian :
Sn=2n+1−2. Maka, U n =S n−Sn−1
= ¿
= 2. 2n +2
= 2n
Maka , U 7 =27=128

4.3. Deret Gometri Tak Hingga


Deret geometri tak hingga adalah deret geometri yang banyk suku – sukunya tak
hingga. Deret geometri tak hingga terdiri dari 2 jenis , yaitu konvergen dan dirvergen.
Jika -1< r < 1, maka jumlah deret geometri tak hingga tersebut mempunyai limit
jumlah ( konvergen ).
a (1−r n )
Sn=
1−r
Untuk n=∞ ( tak hingga ) , r n mendekati nol.

46
Sehingga
a
S∞ =
1−r
Dengan :
S∞ : jumlah deret geometritak hingga
a : suku pertama
r : rasio
Jika r ≤−1 atau r ≥ 1 ,
maka deret geometritak terhingganyaakan divergen , yaitu juml ah suku−sukunya tidak terbatas atau tidak
karena perbedaan nilai rasionya(r )
Contoh soal
1. Tentukan nilai deret Geometri berikut !
a. 24 + 12 + 6 +…
2
b. 1 + +¿
3
Penyelesaian :
a. 24 + 12 + 6 + …
Diperoleh:
1
a = 24 dan r =
2
Jadi nilai jumlah tak hingga suku – suku nya adalah
24
a
S∞ = = 1 = 48
1−r 1−
2
2
b. 1 + +¿
3
Diperoleh :
2
a = 1 dan r =
3
a 1
S∞ = = =3
maka , 1−r 2
1−
3

47
48
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Bentuk akar merupakan akar dari suatu bilangan rill positif yang hasilnya bukan
merupakan bilangan rasional.
 Pada dasarnya bilangan berpangkat merupakan bentuk lain dari bentuk akar,
1
hubungannya dapat dinyatakan sebagai pangkat rasional berbentuk a n dan pangkat
m
rasional berbentuk a n .

 Logaritma adalah invers dari perpangkatan, yaitu mencari pangkat dari suatu
bilangan pokok sehingga hasilnya sesuai dengan yang telah diketahui.

B. Saran
Disarankan agar murid memilki Kemampuan pemahaman matematis yang terdiri
dari kemampuan conseptual understanding dan fluengcy, supaya pengetahuan
mengenai konsep-konsep tersebut lebih tertanam dalam pemikiran siswa.

49
DAFTAR PUSTAKA

 Kastolan, dkk.2006.Kompetensi Matematika 1A.Jakarta:Yudistira.

50

Anda mungkin juga menyukai