Anda di halaman 1dari 15

BAB I

Matematika SMP : Bilangan Berpangkat dan


Bentuk Akar

Salah satu materi pelajaran matematik untuk kelas 9 pada kurikulum 2013 revisi 2018
adalah mengenai “Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar”. Pada postingan kali ini, akan
dibahas tentang hal tersebut secara rinci mulai dari bilangan berpangkat bilangan bulat,
bentuk akar dan bilangan berpangkat pecahan. Kedua materi ini akan dibahas secara
rinci dengan metode yang mudah untuk kamu pahami.

Bilangan Berpangkat Bilangan Bulat


Materi untuk bilangan berpangkat dan bentuk akar yang pertama adalah mengenai
bilangan berpangkat untuk bilangan bulat. Apakah maksudnya? Dan bagaimana cara
menyelesaikan soalnya?

Pengertian Perpangkatan Bilangan


Perpangkatan adalah operasi matematika untuk perkalian berulang suatu bilangan
sebanyak pangkatnya. Pangkat suatu bilangan adalah angka yang ditulis lebih kecil dan
terdapat agak ke atas. Berdasarkan semantik penulisan huruf disebut dengan
superscript, contoh: 2², 3², 4³, dan lainnya.

Bilangan berpangkat dapat diperoleh dari perkalian berulang dengan faktor-faktor yang
sama.

Bilangan Berpangkat Bilangan Bulat


Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat yang memiliki nilai positif, bilangan bulat
dengan nilai negating, dan nol. Maka dapat disumpulkan bahwa bilangan berpangkat
bilangan bulat adalah bilangan-bilangan yang berpangkat positif, negatif, dan nol.

1. Bilangan Berpangkat 0
Untuk bilangan bulat dengan pangkat 0, hasilnya adalah 1. Jadi, bilangan bulat apapun
itu baik itu nilainya negatif atau positif, jika dipangkatkan dengan 0 maka hasilnya
adalah 1, tapi ini tidak berlaku untuk bilangan bulat 0.

Untuk membuktikan n0 = 1, kita dapat menggunakan sifat operasi perpangkatan yang
nomor (2), yakni pembagian bilangan berpangkat:
na : nb = na-b atau jika dibalik
na-b = na : nb.
Jika n ≠ 0 dan a=b, maka:
na-b = na : nb
na-a = na : na ; karena a-a = 0 dan na : na = 1, maka
n0 = 1 (terbukti)
2. Bilangan Berpangkat Bulat Positif

Beberapa sifat dari bilangan berpangkat bulat positif, diantaranya adalah sebagai berikut
ini:

 amx an = am+n


 am : an = am-n , untuk m>n dan b ≠ 0
 (am)n = amn
 (ab)m = am bm
 (a/b)m = am/bm , untuk b ≠ 0
3. Bilangan Berpangkat Bulat Negatif

Untuk sifat bilangan berpangkat bulat negatif adalah:


Jika a∈R, a ≠ 0, dan n merupakan bilangan bulat negatif, maka:
a-n = 1/an atau an = 1/ a-n
Operasi Hitung yang Melibatkan Bilangan Berpangkat
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum kamu mengerjakan soal operasi
hitung yang melibatkan bilangan berpangkat, antara lain:

1. Kerjakan operasi dalam kurung terlebih dahulu


2. Lanjutkan dengan operasi perpangkatan
3. Kerjakan operasi perkalian dan pembagian
4. Kerjakan operasi penjumlahan atau pengurangan.
Oke, sekarang kita akan masuk ke dalam pembahasan operasi hitung yang ada pada
bilangan berpangkat. Ada 2 hal yang akan dibahas, yaitu perkalian dan pembagian.

Perkalian Pada Perpangkatan


Pada operasi hitung perkalian dalam bilangan berpangkat, berlaku sifat seperti di bawah
ini:

am x an = am+n

Untuk lebih memahami tentang perkalian pada perpangkatan, perhatikan contoh berikut:

63 x 62 = (6 x 6 x 6) x (6 x 6)
63 x 62 = 6 x 6 x 6 x 6 x 6
63 x 62 = 65
Sehingga dapat kita simpulkan menjadi 63 x 62 = 62+3 = 65
Namun, ada sebuah pengecualian untuk kasus bilangan pokok yang berpangkat negatif.
Ada beberapa poin yang harus kamu ketahui:

Bilangan negatif pangkat genap = Hasilnya positif

Bilangan negatif pangkat ganjil = Hasilnya negatif

Pembagian pada Perpangkatan


Untuk operasi hitung pembagian pada perpangkatan, maka akan berlaku sifat seperti di
bawah ini:

am : an = am-n

Agar dapat memahami pemahaman diatas, berikut ini adalah contoh soalnya:

66 x 63 = (6 x 6 x 6 x 6 x 6 x 6) x (6 x 6 x 6)
66 x 63 = 6 x 6 x 6 ((6 x 6 x 6) x (6 x 6 x 6))
66 x 63 = 63
Sehingga, bisa kita simpulkan menjadi 66 x 63 = 66-3 = 63
Bentuk Pangkat Sederhana
Jika terdapat suatu persamaan pangkat sederhana a f(x) = an di mana a ∊ R yang tidak
sama dengan 0, maka untuk menyelesaikan permasalahan terebut harus disamakan
ruas kiri dengan ruas kanan. Jika kurang paham, perhatikan contoh berikut:
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan-persamaan di bawah ini !

31 + x = 81
Jawab:

31 + x       = 81
31 + x       = 34
1 + x      = 4

x            = 4 – 1 = 3

Jadi, HP = {3}.

Bentuk Akar dan Bilangan Berpangkat Pecahan


Sekarang akan dibahas untuk bentuk akar dan bagaimana jika bilangan bulat namun
memiliki pangkat yang berbentuk pecahan? Apakah soal tersebut bisa diselesaikan?
Apakah sama caranya dengan perpangkatan bilangan bulat dan pangkat bilangan bulat
biasa?

Penarikan Akar Pangkat


Akar pangkat dua merupakan kebalikan dari pangkat dua. Akar pangkat dua (akar
kuadrat) dilambangkan dengan tanda √ .

92 = 81 berarti √81 = 9


Akar kuadrat suatu bilangan dapat dicari dengan cara seperti berikut.

√625 = …


o Pisahkan dua angka di sebelah kanan dengan tanda titik menjadi 6. 25.
 Carilah akar terbesar dari bilangan disebelah kiri titik (6) yaitu 2.
 22= 4, angka 4 ditulis dibawah angka 6 kemudian dikurangkan, yaitu 6 – 4 = 2.
 Turunkan angka 25 melengkapi sisa 2 menjadi 2. 25.
 Hasil penarikan akar tadi (2) kalikan 2 menjadi 4.
 Carilah bilangan n yang memenuhi 4n × n sehingga hasil kalinya 225 atau bilangan
terbesar di bawah 225. Pada contoh nilai n yang sesuai yaitu 5, sehingga 45 × 5 =
225
 Angka 5 ini diletakkan melengkapi 2 hasil penarikan akar tadi menjadi 25.
 Oleh karena 225 – 225 = 0 maka 25 merupakan hasil akhir penarikan akar kuadrat.
Bila hasil pengurangannya belum nol maka lakukan penurunan angka berikutnya
seperti langkah 4 dan 5. Jadi, √625 = 25.
Bilangan Berpangkat Bilangan Rasional
Pangkat rasional adalah bentuk pangkat pecahan. Rasio adalah perbandingan. Jadi,
pangkatnya itu berupa pecahan.

Pangkat rasional mempunyai nilai sama dengan bentuk akar.

Berikut ini adalah aturan perpangkatan:

Sifat-Sifat Operasi Bilangan Berpangkat Bilangan


Rasional
Untuk a dan b bilangan real, b≠0 dan m,n adalah bilangan rasional berlaku:

Bentuk Akar
Pada dasarnya sifat-sifat yang telah dimiliki oleh bilangan berpangkat juga dimiliki oleh
bilangan bentuk akar, yakni:

Untuk bilangan real a, b dan n, m bilangan rasional berbentuk n=p/q dan m=s/t dengan p, q, s, t
bilangan asli berlaku:

dengan a dan b tidak negatif saat p atau s genap.

Sifat-Sifat Bentuk Akar


Untuk a, b, c, dan d bilangan real, berlaku:
1. Penjumlahan dan Pengurangan bentuk akar

2. Perkalian dan pembagian bentuk akar


Operasi Aljabar Bentuk Akar
Operasi aljabar yang sangat umum adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Pembahasannya adalah sebagai berikut:

a. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar

Rumus operasi penjumlahan bentuk akar:

a√c + b√c = (a + b) √c

Rumus operasi pengurangan bentuk akar:

a√c – b√c = (a – b) √c

b. Operasi Perkalian

Untuk masing-masing a dan b adalah bilangan rasional positif, maka rumus yang berlaku
adalah:

√a x √b = √a x b

c. Operasi Pembagian

Untuk masing-masing a, b, p, dan q adalah bilangan rasional positif, maka rumus yang
berlaku adalah:
(p√a)/(q√b)= p/q √(a/b)
Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar
Cara merasionalkan penyebut pecahan dengan bentuk akar dapat dikategorikan menjadi
beberapa kategori. Di antaranya adalah:

a. Bentuk pecahan a/√b
Pada pecahan a/√b ada bilangan rasional a dan bentuk akar √b cara merasionalkannya
adalah dengan membuat perkalian antara √b/√b dengan pecahannya. Nantinya bentuk
operasi perkalian bentuk akarnya menjadi seperti ini:

b. Bentuk pecahan atau c/a-√b atau c/a+√b


Cara merasionalkan bentuk akar selanjutnya berhubungan dengan pasangan hasil kali (a
– √b) dan (a + √b), dimana bilangan rasional berupa a dan b serta bentuk akarnya
berupa √b. Kedua pasangan hasil kali ini dapat diselesaikan dengan sifat distributif
seperti (a + √b)( a – √b) = a² – a√b + a√b – b = a² – b.

Bilangan (a + √b) yang dikalikan dengan (a – √b) menghasilkan bilangan rasional. Dalam
hal ini (a – √b) merupakan sekawan dari (a + √b) dan sebaliknya atau (a – √b) dan (a +
√b) merupakan contoh sekawan bentuk akar.  Contohnya 3 – √2 sekawan dengan 3 + √2
dan 5 + √3 sekawan dengan 5 – √3.

Untuk cara merasionalkan pecahan dengan bentuk tersebut akarnya bisa menjadi
seperti ini:

Itulah tadi pembahasan untuk matematika SMP tentang bilangan berpangkat dan bentuk
akar untuk kelas 9. Semoga bermanfaat!
BAB III

Transformasi: Rotasi, Pencerminan, Translasi, Dilatasi

    
Transformasi atau yang sering kita kenal dengan perubahan. Transformasi dalam matematika juga
merupakan perubahan yang bisa menjadi lebih besar, lebih kecil, berputar dan lain sebagainya. Dalam
pelajaran matematika kelas 9 ini, teman-teman akan belajar transformasi seperti: pencerminan, rotasi,
translasi dan dilatasi. Wah, pasti kalian penasaran kan dengan transformasi ini. Mari langsung saja
kita pelajari materi trasformasi di sini ya!
Daftar Isi
 1 Pencerminan (Refleksi)
o 1.1 Pencerminan terhadap titik asal (0,0)
o 1.2 Pencerminan terhadap sumbu x (garis y = 0)
o 1.3 Pencerminan terhadap sumbu y (garis x = 0)
o 1.4 Pencerminan terhadap garis y = x
o 1.5 Pencerminan terhadap garis y = –x
o 1.6 Pencerminan terhadap garis y = h
o 1.7 Pencerminan terhadap garis x = h
 2 Pergeseran (Translasi)
 3 Rotasi
o 3.1 Rotasi dengan sudut 270ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)
o 3.2 Rotasi dengan sudut 180ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)
o 3.3 Rotasi dengan sudut 90ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)
o 3.4 Rotasi dengan sudut – 90ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)
o 3.5 Rotasi dengan sudut – 180ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)
o 3.6 Rotasi dengan sudut – 270ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)
 4 Dilatasi
 5 Contoh Soal Transformasi

Pencerminan (Refleksi)

Sumber: Dokumentasi penulis

Transformasi pada bangun atau objek tertentu yang direfleksi tidak berubah bentuknya dan
ukurannya. Jarak dari bangun yang direfleksi ke cermin datar akan sama dengan jarak dari hasil
bayangan ke cermin tersebut.

Baca juga: Kesebangunan dan Kekongruenan

Pencerminan terhadap titik asal (0,0)

Jika titik A (x, y) direfleksi terhadap titik asal O (0, 0) maka bayangannya adalah A’ (-x, –y).

Pencerminan terhadap sumbu x (garis y = 0)

Jika titik A (x, y) direfleksi terhadap sumbu x (garis y = 0) maka bayangannya adalah A’ (x, –y).

Pencerminan terhadap sumbu y (garis x = 0)

Jika titik A(x, y) direfleksi terhadap sumbu y (ketika garis x = 0) maka bayangannya adalah A’(-x, y).
Pencerminan terhadap garis y = x

Jika titik A (x, y) direfleksi terhadap garis y = x, maka bayangannya adalah A’ (y, x).

Pencerminan terhadap garis y = –x

Jika titik A (x, y) direfleksi terhadap garis y = –x, maka bayangannya adalah A’ (-y, -x).

Pencerminan terhadap garis y = h

Jika titik A (x, y) direfleksi terhadap garis y = h, maka bayangannya adalah A’ (x, 2h – y).

Pencerminan terhadap garis x = h

Jika titik A (x, y) direfleksi terhadap garis x = h, maka bayangannya adalah A’ (2h – x, y).

Pergeseran (Translasi)

Transformasi pada bangun yang ditranslasikan tidak berubah bentuknya dan ukurannya. Bangun yang
ditranslasikan hanya akan berubah posisinya. Contoh x, y, a, dan b merupakan bilangan real. Translasi
titik A (x, y) dengan T (a, b) menggeser absis x sejauh a dan menggeser ordinat y sejauh b, sehingga
diperoleh titik A’ (x + a, y + b).

Rotasi

Transformasi pada bangun yang diputar tidak berubah bentuknya dan ukurannya. Bangun yang
diputar hanya berubahan posisinya. Berikut adalah jenis-jenis rotasi:

Rotasi dengan sudut 270ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)

Jika sebuah titik A (x, y) diputar dengan sudut 270ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat putar O (0, 0)
maka koordinat bayangan adalah A’ (-y, –x). Ingat koordinat A’ (-y, –x).

Rotasi dengan sudut 180ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)

Jika sebuah titik A (x, y) di putar dengan sudut 180ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat putar O (0, 0)
maka koordinat bayangan adalah A’ (-x, -y). Ingat koordinat A’ (-x, -y).

Rotasi dengan sudut 90ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)
Jika sebuah titik A (x, y) di putar dengan sudut 90ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat putar O (0, 0)
maka koordinat bayangan adalah A’ (-y, x). Ingat koordinat A’ (-y, x).

Rotasi dengan sudut – 90ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)

Jika sebuah titik A (x, y) di putar dengan sudut -90ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat putar O (0, 0)
maka koordinat bayangan adalah A’ (-y, –x). Ingat koordinat A’ (-y, –x).

Rotasi dengan sudut – 180ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)

Jika sebuah titik A (x, y) di putar dengan sudut -180ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat putar O (0, 0)
maka koordinat bayangan adalah A’ (-x, -y). Ingat koordinat A’ (-x, -y).

Rotasi dengan sudut – 270ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat rotasi O (0, 0)Jika sebuah titik A (x, y) di
putar dengan sudut -270ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat putar O (0, 0) maka koordinat bayangan
adalah A’ (-y, x). Ingat koordinat A’ (-y, x).

Dilatasi

Transformasi pada bangun yang dilatasi (dikalikan) dengan skala k akan mengubah ukuran objek atau
tetap ukuran objek dan tidak mengubah bentuk objek. Jika k > 1, maka bangun akan diperbesar dan
terletak searah terhadap pusat dilatasi dengan objek tersebut. Bangun yang diperbesar dengan
skala k akan mengubah ukuran objek dan tidak mengubah bentuk objek. Jika k = 1, maka bangun
tidak mengalami perubahan ukuran objek dan juga pada letak objek.

Bangun yang diperkecil dengan skala k akan mengubah ukuran objek tetapi tidak mengubah bentuk
objek. Jika 0 < k < 1 maka bangun akan diperkecil dan terletak searah terhadap pusat dilatasi dengan
objek tersebut. Jika –1 < k < 0, maka objek akan diperkecil dan terletak berlawanan arah terhadap
pusat dilatasi dengan objek tersebut. Jika k < – 1, maka objek akan diperbesar dan terletak berlawanan
arah terhadap pusat dilatasi dengan objek tersebut. Pada dilatasi dengan pengali k berlaku seperti
berikut ini:

1. Dilatasi titik A (x, y) dengan pusat O (0, 0) dan faktor skala k, maka koordinat bayangannya adalah
A’ (kx, ky).

2. Dilatasi titik A (x, y) dengan pusat P (p, q) dan faktor skala k, maka koordinat bayangannya adalah
A’ ([kx – kp + p], [ky – kq + q]).

Contoh Soal Transformasi

Untuk lebih memahami materi transformasi mari kita lihat Contoh soal transformasi SMP kelas 9
berikut ini:

1. Gambarlah bayangan dari suatu titik A (3, 5) yang direfleksikan titik asal O (0, 0)!
Pembahasan:

Refleksi melalui titik asal O (0,0):

A (x, y) à A’ (-x, –y)

A (3, 5) à A’ (-3, -5)

Teman-teman bisa juga menggunakan titik koordinat sebagai berikut:

Jadi bayangan dari suatu titik A (3, 5) yang direfleksikan titik asal O (0, 0) adalah koordinat A’ (-3, -
5).

2. Gambarlah bayangan titik A (3, 4) yang di putar dengan sudut 90ᵒ berlawanan jarum jam dan pusat
O (0, 0)!

Pembahasan:

Rotasi dengan pusat O (0, 0) berlawanan jarum jam dengan sudut 90ᵒ : A (x, y) à A’ (-y, x)

Rotasi dengan pusat O (0, 0) berlawanan jarum jam dengan sudut 90ᵒ : A (3, 4) à A’ (-4, 3).

Teman-teman bisa juga menggunakan titik koordinat sebagai berikut:


S
umber: Dokumentasi penulis

Jadi bayangan titik A (3, 4) yang di putar berlawanan jarum jam dengan sudut 90ᵒ dan pusat O (0, 0)
adalah koordinat A’ (-4, 3).

3. Gambarlah bayangan titik A (6, 3) yang dilatasi dengan pusat P (1, 7) dan faktor skala 2!

Pembahasan:

Dilatasi dengan pusat P (p, q) dan faktor skala k : A (x, y) à A’ ([kx – kp + p], [ky – kq + q])

Dilatasi dengan pusat P (1, 7) dan faktor skala 2 : A (6, 3) à A’ ([(2 × 6) – (2 × 1) + 1], [(2 × 3) – (2 ×
7) + 7])

A’ (11, -1)

Teman-teman bisa juga menggunakan titik koordinat sebagai berikut:


Jadi bayangan titik A (6, 3) yang dilatasi dengan pusat P (1, 7) dan faktor skala 2 adalah koordinat A’
(11, -1).

Demikianlah penjelasan materi transformasi. Mulai dari reflesi, rotasi dilatasi dan translasi. Semoga
dapat membantu dalam belajar.

Daftar Pustaka:

Subchan dkk. 2018. Matematika Kelas IX. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
   

Artikel Terbaru

Anda mungkin juga menyukai