Sebagai contoh :
Jika a adalah bilangan real ( a € R ) dan n adalah bilangan bulat positif lebih
dari 1, maka a pangkat n (ditulis an) adalah perkalian n buah bilangan a.
1
Jika dua buah bilangan berpangkat atau lebih yang memiliki bilangan pokok yang sama
dikalikan maka pangkatnya haruslah dijumlahkan.
Contoh:
53 × 54 = 5(3+4) = 57
Bentuk umumnya:
Jika a bilangan riil dan m, n bilangan bulat positif, maka
𝒂𝒎 × 𝒂𝒏 = 𝒂(𝒎+𝒏)
Jika sebuah bilangan berpangkat dibagi terhadap bilangan berpangkat lainnya yang
memiliki bilangan pokok yang sama, maka pangkatnya haruslah dikurangkan.
Contoh:
56 ÷ 54 = 5(6−4) = 52
Bentuk umumnya:
Jika a bilangan riil dan m, n bilangan bulat positif, maka
𝒂𝒎 ÷ 𝒂𝒏 = 𝒂(𝒎−𝒏)
Sifat 3 (Perpangkatan bilangan berpangkat)
Jika sebuah bilangan berpangkat dipangkatkan terhadap bilangan yang lain, maka
pangkatnya haruslah dikalikan.
Contoh:
(33 )2 = 33×2 = 36
Bentuk umumnya:
2
Jika a bilangan riil dan m, n bilangan bulat positif, maka
(𝒂𝒎 )𝒏 = 𝒂(𝒎×𝒏)
Sifat 4 (Perpangkatan pada perkalian bilangan)
Jika perkalian dua bilangan atau lebih dipangkatkan, maka masing-masing bilangan
harus dipangkatkan.
Contoh;
(𝑥𝑦)5 = 𝑥 5 . 𝑦 5
Bentuk umumnya:
(𝒂𝒃)𝒎 = 𝒂𝒎 . 𝒂𝒎
Contoh:
1 2 1 1 1 12
( ) = × = =
6 6 6 36 62
Bentuk umumnya:
Jika a, b bilangan riil dan m bilangan bulat positif, maka
𝒂 𝒎 𝒂𝒎
( ) = 𝒎
𝒃 𝒃
dengan b≠ 𝟎 3
B. Pangkat Bulat Negatif dan Nol
1. Pangkat Bulat Negatif
Pada Sifat 2 kita ketahui bahwa 𝒂𝒎 ÷ 𝒂𝒏 = 𝒂𝒎−𝒏 . Itu hanya mempunyai arti, jika m > n.
Sekarang kita perhatikan bentuk berikut.
𝑎3 𝑎×𝑎×𝑎 1 𝑎3
= = 2 ; sedangkan = 𝑎3 ÷ 𝑎5 = 𝑎(3−5) = 𝑎−2
𝑎5 𝑎×𝑎×𝑎×𝑎×𝑎 𝑎 𝑎5
𝟏
Jadi, bentuk = 𝒂−𝟐 (bentuk pangkat bulat negatif).
𝒂𝟐
Bentuk umumnya:
Jika a bilangan riil, a≠ 𝟎 dan m adalah bilangan bulat positif, dan
–m adalah bilangan bulat negative, maka
−𝒎
𝟏 𝟏
𝒂 = 𝒎 𝒅𝒂𝒏 −𝒎 = 𝒂𝒎
𝒂 𝒂
2. Pangkat Nol
Jika Sifat 2, 𝑎𝑚 ÷ 𝑎𝑛 = 𝑎𝑚+𝑛 diperluas untuk m = n, diperoleh 𝑎𝑛 ÷ 𝑎𝑛 = 𝑎𝑛−𝑛 = 𝑎0 .
𝑎𝑛 𝑎×𝑎×…×𝑎
Karena, 𝑎𝑛 ÷ 𝑎𝑛 = = =1
𝑎𝑛 𝑎×𝑎×…×𝑎
Maka, 𝑎0 = 1
Bentuk umumnya
Jika a bilangan riil, a≠ 𝟎, maka 𝒂𝟎 = 𝟏.
C. Bentuk Akar
Sebelum membahas bentuk akar, terlebih dahulu kita ingatkan kembali pengertian
bilangan rasional dan bilangan irasional. Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat
4
𝑎
dinyatakan sebagai pecahan dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0 dan dapat
𝑏
juga dinyatakan dalam bentuk desimal berulang. Sebaliknya, bilangan irasional adalah
𝑎
bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan , 𝑎 dan b bilangan bulat
𝑏
√3 = 1,732050808
√4 = 2
Jadi, bentuk akar merupakan akar dari suatu bilangan rill positif yang hasilnya bukan
merupakan bilangan rasional. `
Dalam matematika penulisan bentuk akar biasanya ditulis dalam`bentuk yang paling
sederhana untuk memudahkan dalam operasi aljabar.
√𝟐𝟒 = √𝟒 × 𝟔 = √𝟒 × √𝟔 = 𝟐 × √𝟔 = 𝟐√𝟔
5
a. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar
operasi aljabar pada penjumlahan (+) dan pengurangan (−), yang dapat dijumlahkan
dan dikurangkan adalah bentuk-bentuk yang sejenis misalnya:
2a + 3a = (2+3)a = 5a
5b – 2b = (5-2) b = 3b
Hal ini juga berlaku untuk bentuk akar, hanya bentuk akar-akar yang sejenis yang
dapat dijumlahkan atau dikurangkan.
Contoh:
Sederhanakan bentuk berikut!
Bentuk umum:
Dalam operasi aljabar pada bilangan pecahan, penyebutnya tidak boleh berbentuk
𝑎
akar. Bentuk memiliki penyebut √𝑏 yang berbentuk akar, sehingga haruslah
√𝑏
Contoh:
1 √6
a. b.
√3 √7
Jawab:
1 1 √3 1 √6 √6 √7 1
a. = × = √3 b. = × = √42
√3 √3 √3 3 √7 √7 √7 7
𝒂 𝒂
b. Merasionalkan Penyebut Bentuk 𝒅𝒂𝒏
𝒃+𝒄√𝒅 𝒃−𝒄√𝒅
𝑎 𝑎
Cara merasionalkan penyebut 𝑑𝑎𝑛 adalah dengan mengalikan penyebut
𝑏+𝑐√𝑑 𝑏−𝑐√𝑑
dan pembilang dengan sekawan dari penyebut, dalam hal ini sekawan dari 𝑏 + 𝑐√𝑑
adalah 𝑏 − 𝑐√𝑑 dan sekawan dari 𝑏 − 𝑐√𝑑 adalah 𝑏 + 𝑐√𝑑.
7
Bentuk seperti √5 + 2√6 merupakan bentuk akar di dalam akar. Bentuk ini jika
disederhanakan menjadi √3 + √2. Ada dua cara untuk menyederhanakan bentuk
tersebut.
1. Cara Penyetaraan
Kita misalkan hasilnya adalah √𝑎 + √𝑏 dengan 𝑎 > 𝑏, maka
√5 + 2√6 = √𝑎 + √𝑏
2 2
(√5 + 2√6) = (√𝑎 + √𝑏) (Kedua ruas dikuadratkan)
5 + 2√6 = 𝑎 + 2√𝑎𝑏 + 𝑏
5 + 2√6 = (𝑎 + 𝑏) + 2√𝑎𝑏
Jadi, √5 + 2√6 = √3 + √2
2. Cara Faktorisasi
2 2
√5 + 2√6 = √3 + 2√6 + 2 = √(√3) + 2√6 + (√2)
2
= √(√3 + √2) = √3 + √2
8
berbentuk pecahan. Pada dasarnya bilangan berpangkat pecahan merupakan bentuk
lain dari bentuk akar, hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut.
𝟏
1. Pangkat Rasional Berbentuk 𝒂𝒏
Bentuk umum:
Jika a adalah bilangan riil, dan n bilangan asli dengan 𝒏 ≥ 𝟐,
𝟏
𝒏
maka 𝒂𝒏 = √𝒂.
𝑛
Bukti: Misalnya √𝑎 maka =𝑎 𝑥
𝑛 𝑛
( √𝑎) = (𝑎 𝑥 )𝑛 (Kedua ruas dipngkatkan n)
𝑎 = 𝑎𝑛𝑥
Bentuk umum:
Jika a bilangan riil, m bilangan bulat, n bilangan asli dan 𝒏 ≥ 𝟐,
𝒎
𝒏 𝒏 𝒏
√𝒂 bilangan rill dan √𝒂 ≠ 𝟎, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒂 𝒏 = √𝒂𝒎
𝑎𝑚 = 𝑎𝑛𝑥
𝑚 = 𝑛𝑥
𝑚
𝑥=
𝑛
9
𝑚
𝑛
Jadi, 𝑎 𝑛 = √𝑎𝑚
3. Mengubah Pangkat Rasional Negatif Menjadi Pangkat Rasional Positif
1
Jika pada bilangan pangkat bulat terdapat hubungan 𝑎−𝑚 = , maka pada bilangan
𝑎𝑚
pangkat rasional juga terdapat hubungan antara pangkat rasional negatif dan pangkat
rasional positif.
Perhatikan uraian berikut.
−𝑚 𝑚
𝑎 𝑛 × 𝑎 𝑛 = 𝑎0
−𝑚 𝑚
𝑎 𝑛 ×𝑎 =1
𝑛
−𝑚 𝑚
Maka diperoleh: 1 1
𝑎 𝑛 = 𝑚 atau 𝑎 =
𝑛 _𝑚
𝑎𝑛 𝑎𝑛
𝑎 𝑚 𝑎𝑚
b) 𝑎𝑚 ÷ 𝑎𝑛 = 𝑎𝑚−𝑛 e) ( ) = 𝑚
𝑏 𝑏
1
c) (𝑎𝑚 )𝑛 = 𝑎𝑚𝑛 f) 𝑎−𝑚 =
𝑎𝑚
G. Logaritma
Log adalah notasi dari logritma. Bentuk a log b dibaca sebagai logaritma b dengan
bilangan pokok a.
Secara umum:
a
log b n a bn
Contoh:
a) 52 = 25 b) 5 log 625 4
Jawab:
a) 52 = 25 5 log 25 2
b) 5 log 625 4 5 4 625
2. Sifat-Sifat Loaritma
b
a
log b
a
Sifat 2 11
a a a
Sifat 3
b
a
log a log b a log c
c
Sifat 4
a
log b n n.a log b
Sifat 5 (Mengubah bilangan pokok prima)
c
log b
a
log b c untuk 𝑎 > 0, 𝑎 ≠ 1, 𝑏 > 0, 𝑐 > 0, 𝑑𝑎𝑛 𝑐 ≠ 1.
log a
Sifat 6
a
log b.a log ca log c , untuk 𝑎 > 0, 𝑎 ≠ 1, 𝑏 > 0, 𝑏 ≠ 1, 𝑑𝑎𝑛 𝑐 > 0.
Sifat 7
a
log b c maka
am
log bm c
Sifat 8
Jika
a
log b c maka
an
log bm 𝑚 × 𝑐
𝑛
12
Nilai logaritma suatu bilangan yang lebih dari 10 dapat ditentukan dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah 1:
Nyatakan bilangan yang akan ditentukan nilai logaritma itu dalam notasi baku a x 10n
dengan 1 a 10 dan n bilangan bulat.
Langkah 2:
log a 10 n log a log 10 n
log a 10 n n log a
Langkah 3:
Oleh karena 1 a 10 maka log a dapat dicari dari tabel logaritma. Nilai log a yang
diperoleh dari table logaritma tadi dijumlahkan dengan n. Hasil penjumlahan itu
merupakan nilai logaritma dari bilangan yang dimaksudkan.
N 0 1 2 ...... 9
13
Carilah nilai logaritma dari log 67,5.
= 0,8293 + 1 = 1,8293
Jawab:
Karena karakteristiknya 1 ( didapat dari log 101, maka bilangan itu adalah
5. Penggunaan Logaritma dalam Perhitungan
a) Mengalikan dan Membagi Bilangan
Untuk memahami logaritma untuk untuk mengalikan dan mambagi bilangan-bilangan,
simaklah beberapa contoh berikut.
Dengan menggunakan logaritma hitunglah:
Jawab:
a) kita misalkan x = 4,321 x 6,517, maka: b) kita misalkan x = 0,7418 : 9,835, maka:
x = 28,16
15
Untuk memahami penggunaan logaritma untuk menghitung pemangkatan dan
penarikan akar suatu bilangan, simaklah beberapa contoh berikut.
Hitunglah.
84,3 0,345
a) (12,48)3 b)
3,64
Jawab:
x = 1.943,6 x = 2,87
Nilai Mutlak yaitu nilai suatu bilangan riil tanpa tanda plus atau minus. Sebagai contoh,
nilai absolut dari 3 adalah 3, dan nilai absolut dari –3 juga 3.
16
Pengertian Persamaan Nilai Mutlak
Persamaan Nilai Mutlak yaitu suatu nilai mutlak dari sebuah bilangan yang dapat
didefinisikan sebagai jarak bilangan tersebut terhadap titik 0 pada garis bilangan tanpa
memperhatikan arahnya.
Misalnya Nilai absolut dari 5 yaitu adalah 5 (jarak dari 0 yaitu 5 unit), Nilai mutlak dari -
5 adalah 5 (jarak dari 0: 5 unit).
Nilai mutlak dari 0 = 0, kita tidak bisa mengatakan bahwa nilai absolut tersebut adalah
dari angka positif. Nol tidak negatif ataupun positif.
Simbol untuk nilai mutlak yaitu dua garis lurus, sekitarnya jumlah atau ekspresi yang
mengindikasikan nilai mutlak.
Garis bilangan bukan hanya cara untuk menunjukkan jarak dari nol, itu juga merupakan
cara yang baik untuk menunjukan grafik nilai absolut.
Coba pikirkan | x | = 2. Untuk menampilkan x pada garis bilangan, Anda juga harus
menunjukkan setiap nomor yang nilainya mutlak adalah 2.
17
Coba sekarang pikirkan tentang | x | > 2. Untuk dapat menampilkan x pada garis
bilangan, Anda juga harus menunjukkan setiap nomor yang nilainya absolut lebih besar
dari 2. Ketika Anda membuat grafik pada garis bilangan, sebuah titik yang terbuka
menunjukkan bahwa jumlah ini bukan bagian dari grafik. Simbol > menunjukkan bahwa
jumlah yang dibandingkan tidak termasuk dalam grafik.
Secara umum, Anda bisa mendapatkan dua set nilai untuk ketidaksetaraan dengan | x |
> beberapa nomor ataupun dengan | x | =beberapa nomor.
Sekarang coba pikirkan | x | = 2. Anda akan mencari nomor yang nilai mutlaknya
kurang dari ataupun sama dengan 2. Ternyata bahwa semua bilangan real dari
negative2 melalui 2 membuat ketimpangan yang benar. Ketika Anda membuat grafik
pada garis bilangan, titik tertutup menunjukkan bahwa jumlah ini termasuk bagian dari
grafik. Simbol = menunjukkan bahwa jumlah yang dibandingkan termasuk dalam grafik.
Nilai mutlak dari suatu bilangan x dapat juga diartikan sebagai jarak bilangan tersebut
terhadap titik 0 pada garis bilangan, dengan tidak memperhatikan arahnya. Ini berarti
|x| = 5 memiliki dua selesaian, karena terdapat dua bilangan yang jaraknya terhadap 0
adalah 5: x = –5 dan x = 5.
Konsep tersebut dapat juga diperluas untuk situasi yang melibatkan bentuk – bentuk
aljabar yang berada di dalam simbol nilai mutlak, seperti yang dijelaskan oleh sifat
berikut ini :
18
Jika X adalah merupakan suatu bentuk aljabar dan k adalah merupakan bilangan real
positif, maka |X| = k akan mengimplikasikan X = –k atau X = k.
Jika A dan B adalah bentuk-bentuk aljabar, maka |AB| = |A||B|. jika A = –1 maka
menurut sifat tersebut |–B| = |–1||B| = |B|. Secara umum, sifat tersebut berlaku untuk
sembarang konstanta A.
Contoh 1 :
–5|x – 7| + 2 = –13.
Penyelesaian :
Perhatikan bahwa x – 7 yaitu merupakan “x” pada sifat persamaan nilai mutlak
tersebut, sehingga :
Jadi, Dengan mensubstitusi ke persamaan semula maka kita akan memastikan bahwa
himpunan penyelesaiannya adalah = {4, 10}.
Contoh 2 :
|5 – 2/3 x| – 9 = 8.
Penyelesaian :
19
Jadi, himpunan selesaian dari persamaan tersebut adalah = {–18, 33}.
Inilah pembahasan lengkap tentang cara menghitung rumus persamaan nilai mutlak
beserta contoh soal dan pembahasannya, semoga bermanfaat…
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)- Persamaan linear dua variabel
merupakan sebuah persamaan yang memuat dua variabel di mana pangkat atau
derajat pada masing-masing variabelnya sama dengan satu.
ax + by = c
20
Contoh Soal
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel atau yang biasa kita sebut sebagai SPLDV
merupakan dua persamaan linear dua variabel yang mempunyai hubungan diantara
keduanya serta mempunyai satu penyelesaian.
Keterangan:
Sebagai contoh ketika hendak menentukan harga pada suatu barang, mencari
keuntungan penjualan, hingga menentukan ukuran suatu benda..
1. Mengganti setiap besaran yang terdapat dalam masalah tersebut dengan variabel
(biasanya dilambangkan dengan huruf atau simbol).
2. Membuat model Matematika dari masalah tersebut. Model Matematika ini
kemudian dirumuskan dan mengikuti bentuk umum SPLDV.
3. Mencari solusi dari model permasalahan tersebut dengan cara memakai metode
penyelesaian SPLDV.
Suku merupakan suatu bagian dari bentuk aljabar yang bisa terdiri dari variabel dan
koefisien atau dalam bentuk konstanta bahwa setiap suku dipisahkan oleh suatu tanda
operasi suatu penjumlahan.
Sebagai contoh:
21
5x-y + 8,
Variabel merupakan suatu pengganti dari suatu nilai atau angka yang pada umumnya
ditunjukkan oleh huruf atau simbol.
Sebagai contoh:
Koefisien juga dapat disebut sebagai angka di depan variabel sebab menulis untuk
suku yang memiliki variabel merupakan koefisien di depan variabel.
Sebagai contoh:
Konstanta merupakan angka yang tidak diikuti oleh suatu variabel sehingga nilainya
tetap (konstan) untuk nilai variabel apa pun.
22
Sebagai contoh:
5p + 3q – 10.
– 10 merupakan konstanta sebab apa pun nilai p dan q merupakan nilai -10 tidak
terpengaruh, sehingga tetap (konstan).
1. Metode Eliminasi
Carangan yakni dengan cara menghilangkan atau mengeliminasi salah satu variabel
dari sistem persamaan tersebut.
Jika variabel dinyatakan dengan x dan y, untuk menentukan variabel x maka kita harus
mengeliminasi variabel y terlebih dahulu, begitu juga sebaliknya.
Coba perhatikan bahwa jika suatu koefisien dari salah satu variabel sama maka kita
bisa mengeliminasi atau menghilangkan salah satu variabel tersebut.
Contoh:
Penyelesaian:
2x + 3y = 6 dan x – y = 3
x – y = 3 dikalikan dengan 3.
2x + 3y = 6 × 1 2x + 3y = 6
x – y = 3 × 3 3x – 3y = 9
5x = 15
23
x = 15/5
x=3
Sama halnya pada langkah pertama, untuk mengeliminasi variabel x, maka koefisien
pada x harus sama, sehingga persamaan yang kita dapat adalah 2x + 3y = 6 dikalikan
1 dan
x – y = 3 dikalikan 2.
2x + 3y = 6 ×1 2x + 3y = 6
x – y = 3 ×2 2x – 2y = 6
5y = 0
y = 0/5
y=0
2. Metode Substitusi
Yang mana kita akan menggunakan cara menyebutkan terlebih dahulu variabel yang
satu ke dalam variabel yang lain dari suatu persamaan.
Contoh:
Penyelesaiannya:
2x + 3y = 6
ó 2 (y + 3) + 3y = 6
ó 2y + 6 + 3y = 6
ó 5y + 6 = 6
24
ó 5y + 6 – 6 = 6 – 6
ó 5y = 0
ó y=0
3. Metode Gabungan
Contoh:
Penyelesaiannya:
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah dengan menerapkan metode
eliminasi, sehingga akan kita peroleh:
2x – 5y = 2 ×1 2x – 5y = 2
x + 5y = 6 ×2 2x +10y = 12
-15y = -10
y = (-10)/(-15)
y = 2/3
25
4. Metode Grafik
Namun, sebelum menggunakan metode grafik ini, kalian perlu belajar bagaimana cara
untuk menggambar garis pada persamaan linear terlebih dahulu.
Persamaan pertama: 2x + 3y = 8
Persamaan Kedua: 3x + y = 5
Menentukan titik potong pada kedua sumbu x dan y dari kedua persamaan tersebut.
26
Reperesentasi kedua persamaan dalam bidang kartesius.
Berdasarkan gambar bisa kita ketahui bahwa titik potongnya berada pada x = 1 dan y =
2
Contoh Soal
Beriktu akan kami berikan beberapa contoh soal cerita dan juga soal yang pernah ada
di UN. Berikut ulasan selengkapnya.
Soal 1.
Putra ingin melakukan lompat tali. Misalnya, tali yang dipakai oleh Putra mempunyai
panjang 70 cm lebih pendek dari tinggi Putra.
Supaya tali tidak tersangkut di tubuh Putra, maka setidaknya tali yang digunakan harus
mempunya panjang dua kali lebih panjang dari ukuran sebelumnya.
Sehingga, jika diukur kembali, maka ukuran dua kali panjang tali akan 30 cm lebih
panjang dari tinggi Putra.
Tentukan berapa ukuran panjang tali yang digunakan serta tinggi badan Putra! Serta
tentukan berapa panjang tali yang digunakan supaya tidak tersangkut di badan Putra!
28
Jawab:
Langkah pertama yang bisa kita lakukan yaitu dengan cara mengganti seluruh
besaran yang terdapat di dalam soal dengan variabel. Disini kita misalkan seperti:
x = panjang tali (dalam cm) dan y = tinggi badan (dalam cm)
Dua kali panjang tali 30 cm lebih panjang dari tinggi Kumamon → 2x = 30 + y atau 2x –
y = 30
1. Persamaan I : -x + y = 70
2. Persamaan II : 2x – y = 30
Sampai disini kalian paham kan? Nah, setelah ini kita akan menentukan nilai dari x dan
y dengan menggunakan empat metode penyelesaian SPLDV. Simak baik-baik ya.
1. Metode grafik
29
Sehingga, akan kita dapatkan titik potong dari kedua garis yaitu (x,y) = (100,170).
Sebelumnya, kita sudah mengibaratkan panjang tali dengan variabel x dan tinggi Putra
dengan variabel y.
Maka, sudah bisa ditentukan nih berapa panjang tali dan juga tinggi si Putra itu. Yups!
Jawabannya yaitu 100 cm untuk panjang tali serta 170 cm untuk tinggi Putra.
Gampang kan? Metode grafik ini biasanya berguna apabila nilai koefisien dan nilai
konstanta dari persamaannya bukan merupakan bilangan bulat, sehingga akan
lebih baik jika digambar untuk memudahkan mencari nilai dari x dan y nya.
2. Metode eliminasi
Diketahui:
1. Persamaan I : -x + y = 70
2. Persamaan II : 2x – y = 30
-x + y = 70
2x – y = 30
Sebab koefisien y dari kedua persamaan tersebut sudah sama, maka bisa langsung
kita selesaikan dengan menggunakan operasi penjumlahan untuk menghilangkan nilai
y.
-x + y = 70
2x – y = 30
________ +
x =100
-x + y = 70 |x2|
2x – y = 30 |x1|
Suapya koefisien x dari kedua persamaan sama, maka kalikan persamaan I dengan 2
dan kalikan persamaan II dengan 1.
30
Kemudian, selesaikan dengan menggunakan operasi penjumlahan untuk
menghilangkan nilai x.
-2x + 2y = 140
2x – y = 30
_________ +
y = 170
3. Metode substitusi
Diketahui:
1. Persamaan I : -x + y = 70
2. Persamaan II : 2x – y = 30
Daro persamaan I: -x + y = 70 → y = 70 + x
2x – y = 30
→ 2x-(70+x) = 30
→ 2x-70-x = 30
→ x-70 = 30
→ x= 100
y = 70 + x
→ y = 70 + 100
→ y= 170
Berdasarkan metode substitusi, kita peroleh nilai x = 100 dan y = 170. Sehingga, bisa
kita ketahu jika tinggi badan Putra adalah sebesar 170 cm serta tali yang digunakan
oleh Putra untuk bermain lompat tali sepanjang 100 cm.
4. Metode gabungan
31
Diketahui:
1. Persamaan I : -x + y = 70
2. Persamaan II : 2x – y = 30
Misalkan, kita akan mencari nilai x terlebih dahulu dengan menggunakan metode
eliminasi. Maka untuk menentukan nilai x samakan koefisien y.
-x + y = 70
2x – y = 30
Karena koesifisien y dari kedua persamaan sudah ada, maka dapat langsung
diselesaikan dengan menggunakan operasi penjumlahan untuk menghilangkan nilai y.
x + y = 70
2x – y = 30
________ +
x =100
-x + y = 70
→ 100 + y = 70
→ y = 70 + 100
→ y = 170
Berdasarkan dari metode gabungan, didapatkan nilai x = 100 dan y = 170. Sehingga,
bisa kita ketahui jika panjang tali sepanjang 100 cm serta tinggi Putara adalah 170 cm.
Perlu kalian ketahui jika metode gabungan ini adalah metode yang paling banyak
digunkan untuk menyelesaikan masalah SPLDV.
Kemudian, kita akan mencari tahu berapa panjang tali yang dibutuhkan supaya Putra
bisa bermain lompat tali tanpa harus tersangkut di tubuhnya.
Apabila kalian baca kembali contoh soal di atas, maka bisa kita ketahui jika setidaknya,
tali tersebut harus dua kali lebih panjang dari ukuran sebelumnya (2x).
32
Sehingga, sudah bisa kita ketahui ya kalau panjang tali yang dibutuhkan supaya tidak
tersangkut di tubuh Putra yaitu 2x = 2(100) = 200 cm.
Seorang tukang parkir mendapat uang sebesar Rp17.000,00 dari 3 buah mobil dan 5
buah motor, sedangkan dari 4 buah mobil dan 2 buah motor ia mendapat uang
Rp18.000,00. Jika terdapat 20 mobil dan 30 motor, banyak uang parkir yang diperoleh
adalah….
A. Rp135.000,00
B. Rp115.000,00
C. Rp110.000,00
D. Rp100.000,00
Jawab:
Misalkan:
Model matematika:
3x + 5y = 17.000 ……(1)
4x + 2y = 18.000 ……(2)
33
3x+ 5y = 17.000
⟺ 3x + 5(1.000) = 17.000
⟺ 3x + 5.000 = 17.000
⟺ 3x = 17.000 – 5.000
⟺ 3x = 12.000
⟺ x = 12.000/3
⟺ x = 4.000
(Jawaban: C)
Di dalam kandang terdapat kambing dan ayam sebanyak 13 ekor. Jika jumlah kaki
hewan tersebut 32 2kor, maka jumlah kambing dan ayam masing-masing adalah….
A. 3 dan 10
B. 4 dan 9
C. 5 dan 8
D. 10 dan 3
Jawab:
Misalkan:
Model matematika:
x + y = 13 ……(1)
4x + 2y = 32 ……(2)
34
Eliminasi persamaan (1) dan (2) akan kita dapatkan:
x + y = 13 | x4 | 4x + 4y = 52
4x + 2y = 32 | x1 | 4x + 2y = 32 –
⟺ 2y = 20
⟺ y = 20/2
⟺ y = 10
Subtitusi nilai y = 10 ke salah satu persamaan:
x + y = 13
⟺ x + 10 = 13
⟺ x = 13 – 10
⟺x=3
(Jawaban : A)
STATISTIKA
Statistika adalah cabang dari matematika yang mempelajari cara mengumpulkan data,
menyusun data, menyajikan data, mengolah dan menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan menafsirkan parameter.
Kegiatan Statistika meliputi:
1. Mengumpulkan data
2. Menyusun data
3. Menyajikan data
4. Mengolah dan Menganalisis data
5. Menarik kesimpulan
6. Menafsirkan
Di Kelas IX Anda telah mempelajari pengertian datum dan data. Agar tidak lupa
pelajari uraian berikut.
Misalkan, hasil pengukuran berat badan 5 murid adalah 43 kg, 46 kg, 44 kg, 55 kg, dan
35
60 kg. Adapun tingkat kesehatan dari kelima murid itu adalah baik, baik, baik, buruk,
dan buruk. Data pengukuran berat badan, yaitu 43 kg, 46 kg, 44 kg, 55 kg, dan 60 kg
disebut fakta dalam bentuk angka. Adapun hasil pemeriksaan kesehatan, yaitu baik
dan buruk disebut fakta dalam bentuk kategori. Selanjutnya, fakta tunggal dinamakan
datum. Adapun kumpulan datum dinamakan data.
3. Pengumpulan Data
Penyajian data statistik dengan menggunakan diagram berbentuk garis lurus disebut
diagram garis lurus atau diagram garis. Diagram garis biasanya digunakan untuk
menyajikan data statistik yang diperoleh berdasarkan pengamatan dari waktu ke waktu
secara berurutan.
Contoh:
Berikut simulasi diagram garis, kamu dapat mengubah-ubah diagram garis yang ada:
2. Diagram Batang
Diagram batang umumnya digunakan untuk menggambarkan perkembangan nilai
suatu objek penelitian dalam kurun waktu tertentu. Diagram batang menunjukkan
keterangan-keterangan dengan batang-batang tegak atau mendatar dan sama lebar
dengan batang-batang terpisah Berikut simulasi diagram batang, kamu dapat
mengubah-ubah diagram batang yang ada
3. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan menggunakan gambar yang
berbentuk lingkaran. Bagian-bagian dari daerah lingkaran menunjukkan bagian-bagian
atau persen dari keseluruhan. Untuk membuat diagram lingkaran, terlebih dahulu
ditentukan besarnya persentase tiap objek terhadap keseluruhan data dan besarnya
sudut pusat sektor lingkaran. Perhatikan contoh berikut ini. Berikut simulasi diagram
lingkaran, kamu dapat mengubah-ubah diagram lingkaran yang ada
Penyajian Data dalam Bentuk Tabel Distribusi Histogram, Poligon dan Ogive
1. Distribusi Frekuensi Tunggal
Data tunggal seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan, namun kadangkala
dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi tunggal
merupakan cara untuk menyusun data yang relatif sedikit.
37
Langkah ke-2 menentukan banyak interval (K) dengan rumus "Sturgess" yaitu: K=
1 + 3,3 log n dengan n adalah banyak data. Banyak kelas harus merupakan
bilangan bulat positif hasil pembulatan ke bawah.
J
I = ––––
K
3. Histogram
Dari suatu data yang diperoleh dapat disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan
disajikan dalam bentuk diagram yang disebut histogram. Jika pada diagram batang,
gambar batang-batangnya terpisah maka pada histogram gambar batang-batangnya
berimpit.
4. Poligon
Apabila pada titik-titik tengah dari histogram dihubungkan dengan garis dan batang-
batangnya dihapus, maka akan diperoleh poligon frekuensi. Berdasarkan contoh di
atas dapat dibuat poligon frekuensinya seperti gambar berikut ini.
Berikut simulasi histogram dan poligon
5. Distribusi Frekuensi Kumulatif
Daftar distribusi kumulatif ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Daftar distribusi kumulatif kurang dari (menggunakan tepi atas).
b. Daftar distribusi kumulatif lebih dari (menggunakan tepi bawah).
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh data berikut ini.
6. Ogive (Ogif)
Grafik yang menunjukkan frekuensi kumulatif kurang dari atau frekuensi kumulatif lebih
dari disebut poligon kumulatif. Poligon kumulatif dibuat mulus, yang hasilnya disebut
ogif. Ada dua macam ogif, yaitu sebagai berikut.
a. Ogif frekuensi kumulatif kurang dari disebut ogif positif.
b. Ogif frekuensi kumulatif lebih dari disebut ogif negatif.
38
Median
2. Median
Xn/2 + Xn/2 +1
Untuk n genap: Me = ––––––––––––
2
Keterangan:
xn/2 = data pada urutan ke-n/2 setelah diurutkan.
Contoh:
Tentukan median dari data: 2, 5, 4, 5, 6, 7, 5, 9, 8, 4, 6, 7, 8
Jawab:
Data diurutkan menjadi: 2, 4, 4, 5, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 8, 9
Median = data ke-(13 + 1)/2 = data ke-7
Jadi mediannya = 6
Keterangan:
Kelas median adalah kelas yang terdapat data X1/2 n
L = tepi bawah kelas median
c = lebar kelas
n = banyaknya data
F = frekuensi kumulatif kurang dari sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
Modus
39
3. Modus
Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi
tertinggi. Jika suatu data hanya mempunyai satu modus disebut unimodal dan bila
memiliki dua modus disebut bimodal, sedangkan jika memiliki modus lebih dari dua
disebut multimodal. Modus dilambangkan dengan Mo.
Keterangan:
L = tepi bawah kelas modus
c = lebar kelas
d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya
Kuartil
Kuartil (Q)
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa median membagi data yang telah
diurutkan menjadi dua bagian yang sama banyak. Adapun kuartil adalah membagi data
yang telah diurutkan menjadi empat bagian yang sama banyak.
1) Kuartil data tunggal
Urutkan data dari yang kecil ke yang besar, kemudian tentukan kuartil dengan rumus
sebagai berikut:
Contoh:
40
Tentukan Q1, Q2, dan Q3 dari data : 3, 4, 7, 8, 7, 4, 8, 4, 6, 9, 10, 8, 3, 7, 12.
Jawab:
Langkah 1: urutkan data dari kecil ke besar sehingga diperoleh
3, 3, 4, 4, 4, 6, 7, 7, 7, 8, 8, 8, 9, 10, 12.
1(15+1)
Langkah 2: Letak data Q1=–––––––– = 4
4
Jadi Q1 terletak pada data ke-empat yaitu 4
2(15+1)
Langkah 3: Letak data Q2=–––––––– = 8
4
Jadi Q2 terletak pada data ke-delapan yaitu 7
3(15+1)
Langkah 4: Letak data Q1=–––––––– = 12
4
Jadi Q3 terletak pada data ke-duabelas yaitu 8
Keterangan:
Qi = kuartil ke-i (1, 2, atau 3)
L = tepi bawah kelas kuartil ke-i
n = banyaknya data
F = frekuensi kumulatif kelas sebelum kelas kuartil
c = lebar kelas
f = frekuensi kelas kuartil
41
1. Jangkauan (Range)
Ukuran penyebaran yang paling sederhana (kasar) adalah jangkauan (range) atau
rentangan nilai, yaitu selisih antara data terbesar dan data terkecil.
1) Range data tunggal
Untuk range data tunggal dirumuskan dengan:
R = xmaks – xmin
Contoh :
Tentukan range dari data-data di bawah ini.
6, 7, 3, 4, 8, 3, 7, 6, 10, 15, 20
Jawab:
Dari data di atas diperoleh xmaks = 20 dan xmin = 3
Jadi, R = xmaks – xmin
= 20 – 3 = 17
Simpangan rata-rata suatu data adalah nilai rata-rata dari selisih setiap data dengan
nilai rataan hitung.
Sebelum membahas simpangan baku atau deviasi standar, perhatikan contoh berikut.
Kamu tentu tahu bahwa setiap orang memakai sepatu yang berbeda ukurannya. Ada
yang berukuran 30, 32, 33, ... , 39, 40, dan 41. Perbedaan ini dimanfaatkan oleh ahli-
42
ahli statistika untuk melihat penyebaran data dalam suatu populasi. Perbedaan ukuran
sepatu biasanya berhubungan dengan tinggi badan manusia. Seorang ahli matematika
Jerman, Karl Ganss mempelajari penyebaran dari berbagai macam data. Ia
menemukan istilah deviasi standar untuk menjelaskan penyebaran yang terjadi. Saat
ini, ilmuwan menggunakan deviasi standar atau simpangan baku untuk mengestimasi
akurasi pengukuran. Deviasi standar adalah akar dari jumlah kuadrat deviasi dibagi
banyaknya data.
2) Ragam dan Simpangan baku data kelompok Ragam ( ) dan Simpangan baku
(s) data kelompok
dirumuskan sebagai berikut.
Soal No. 1
Diberikan data nilai ujian matematika anak kelas XI IPA-1 sebagai berikut:
7, 8, 8, 6, 8, 6, 9, 7, 6, 8, 5, 8
Pembahasan
Modus diambil dari data yang paling banyak tampil atau muncul. Dari data di atas
terlihat modusnya adalah 8.
Soal No. 2
Diberikan data sebagai berikut:
6, 7, 7, 8, 9, 8, 6, 7, 8, 5, 9, 4
Pembahasan
Terlihat yang paling banyak tampil adalah 7 dan 8, masing-masing sama sebanyak 3
kali muncul. Jadi modusnya adalah 7 dan 8.
Soal No. 3
Perhatikan data berikut:
43
7, 8, 9, 10, 5, 4, 2, 3, 1
Pembahasan
Data ini tidak memiliki modus, tidak ada suatu nilai yang muncul lebih sering dari yang
lain.
Soal No. 4
Perhatikan tabel distribusi frekuensi data tunggal berikut ini:
Nilai frekuensi (f)
5 1
6 5
7 11
8 8
9 4
Tentukan modus!
Pembahasan
Yang paling banyak muncul adalah nilai yaitu 7 sebanyak 11 kali. Jadi modusnya
adalah 7.
Soal No. 5
Perhatikan tabel berikut!
Berat (kg) Frekuensi
31 - 36 4
37 - 42 6
43 - 48 9
49 - 54 14
55 - 60 10
61 - 66 5
67 - 72 2
Modus data pada tabel tersebut adalah....
A. 49,06 kg
B. 50,20 kg
C. 50,70 kg
D. 51,33 kg
E. 51,83 kg
(Statistika - UN Matematika SMA Tahun 2007)
Pembahasan
44
Rumus menentukan modus untuk data berkelompok:
dimana:
tb = titik bawah kelas modus
d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
p = panjang kelas
Dari tabel soal diperoleh kelas modusnya adalah interval 49 - 54 (yang frekuensinya
paling banyak), data lainnya:
tb = 49 − 0,5 = 48,5
d1 = 14 − 9 = 5
d2 = 14 − 10 = 4
p = 36,5 − 30,5 = 6
Soal No. 6
Data di samping adalah data skor hasil ulangan matematika kelas XII IPS suatu SMA.
Skor Frekuensi
21 - 25 5
26 - 30 8
31 - 35 12
36 - 40 18
41 - 45 16
46 - 50 5
Soal No. 7
Perhatikan histogram berikut yang menyajikan data berat badan (dalam kg) 30 orang
siswa. Modus data tersebut adalah...
A. 47,5
B. 48,25
C. 48,75
D. 49,25
E. 49,75
Pembahasan
Perhatikan perbedaan model ini dengan soal sebelumnya, yaitu pada pengambilan
panjang interval kelas dan titik bawah kelas modus.
Untuk model soal ini tb = 45,5 (tidak perlu dikurangi 0,5 lagi, karena sudah menyajikan
titik bawah secara langsung pada datanya) dan panjang kelasnya p = 50,5 − 45,5 = 5.
46
47