Anda di halaman 1dari 19

Fungsi Eksponen

Materi Prasyarat: Pangkat/eksponen, persamaan kuadrat, penyelesaian persamaan kuadrat,


menggambar kurva suatu persamaan kuadrat, trigonometri.
Motivasi belajar fungsi eksponen: Fungsi eksponen banyak manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya dalam peluruhan radioaktif,
pertumbuhan tanaman, perhitungan bunga tabungan di
bank, dan sebagainya.

A. Fungsi Eksponen
Bentuk perpangkatan yang pangkatnya merupakan suatu fungsi disebut fungsi
eksponen. Fungsi eksponen adalah fungsi yang memuat pangkat berupa variabel. Bentuk
dasarnya adalah sebagai berikut:
𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑥 dengan 𝑎 > 0, 𝑎 ≠ 1, 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ∈ 𝑅
Keunikan dari fungsi eksponen antara lain 𝑎 𝑥 tidak pernah bernilai nol, hanya
mendekati nol pada 𝑥 = −∞. Jika 𝑥 = 0, nilai fungsi selalu satu karena (𝑓(0) = 𝑎0 = 1).
Fungsi eksponen 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑥 dengan 𝑎 > 0, 𝑎 ≠ 1, 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ∈ 𝑅 mempunyai sifat-
sifat:
 Kurva terletak di atas sumbu 𝑥 (definit positif)
 memotong sumbu 𝑦 di titik (0,1)
 mempunyai asimtot datar 𝑦 = 0 (sumbu 𝑥)
 grafik monoton naik untuk 𝑥 > 1
 grafik berbentuk monoton turun untuk 0 < 𝑥 < 1
1. Eksponen
Eksponen adalah angka yang dituls di sebelah kanan atas. Angka tersebut disebut
sebagai pangkat. Eskponen juga disebut sebagai bilangan berpangkat. Bentuk an (baca: a
pangkat n) disebut bentuk eksponensial atau perpangkatan, a disebut dengan bilangan
pokok (basis) dan n disebut eksponennya. Pangkat bilangan dapat berupa bilangan bulat
positif, nol, maupun bilangan bulat negatif. Contoh: 34 , 4−2 𝑎𝑡𝑎𝑢 70 .

2. Jenis-Jenis Eksponen
a. Pangkat Bulat Positif
1) Pengertian dan Bentuk Umum Pangkat Bulat Positif
Menurut Ayres Frank, and Philip A. Schmidt. (2004:3) jika diberikan bilangan
real 𝑎 dan bilangan positif 𝑛, berlaku:
𝑎𝑛 = 𝑎 × 𝑎 × 𝑎 × … × 𝑎 × 𝑎 × 𝑎
n faktor
Bentuk an (baca: a pangkat n) disebut bentuk eksponensial atau perpangkatan, a
disebut dengan bilangan pokok (basis) dan n disebut eksponennya.
Contoh: 34 = 3 x 3 x 3 x 3 = 81
2) Sifat-Sifat Bilangan Berpangkat Bulat Positif
a) 𝑎𝑚 × 𝑎𝑛 = 𝑎𝑚+𝑛 dengan 𝑚, 𝑛 bilangan bulat positif dan 𝑎 bilangan real.
𝑎𝑚
b) = 𝑎𝑚−𝑛 , 𝑎 ≠ 0
𝑎𝑛

c) (𝑎𝑚 )𝑛 = 𝑎𝑚×𝑛
d) (𝑎. 𝑏)𝑛 = 𝑎𝑛 . 𝑏 𝑛
𝑎 𝑛 𝑎𝑛
e) (𝑏) = 𝑏𝑛

b. Pangkat Bulat Negatif dan Nol


1) Pangkat Bulat Negatif
Jika 𝑎 adala bilangan bulat real dengan 𝑎 ≠ 0, berlaku:
1 1
𝑎−𝑛 = 𝑛
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎𝑛 = −𝑛
𝑎 𝑎
Contoh:
1 1
2−2 = 2
=
2 4
2) Pangkat Nol
Untuk sembarang bilangan real 𝑎 dengan 𝑎 ≠ 0, maka 𝑎0 = 1.
Contoh:
a. 20 = 1
b. 30 = 1
3) Sifat-Sifat Bilangan Berpangkat Bulat Negatif dan Nol
Semua sifat yang berlaku pada bilangan bulat positif juga berlaku pada bilangan
berpangkat bulat negatif atau berpangkat nol, kecuali sifat 𝑎𝑛 = 0.
1 1
Untuk 𝑛 > 0, maka0𝑛 = 0𝑛 = 0 (tidak terdefinisi)

3. Bentuk Akar
a. Pengertian Bentuk Akar
Bentuk akar adalah akar dari bilangan-bilangan yang dihasilkan bukan termasuk
bilangan rasional (bilangan yang melengkapi bilangan cacah, bilangan prima, dan
bilangan-bilangan lain yang termasuk) atau bilangan irasional (bilangan yang
dihasilkan hasilnya tidak pernah terhenti).
Bentuk akar untuk bentuk bilangan yang berpangkat. Bentuk akar termasuk
bilangan irasional yang mana bilangan irasional tidak dapat dinyatakan dengan
pecahan a / b, dan b bilangan bulat a dan b ≠ 0. Bilangan bentuk akar adalah bilangan
yang tersedia dalam tanda√ yang disebut sebagai tanda akar. Beberapa contoh
bilangan irasional di dalam bentuk akar yaitu √2, √6, √7, √11 dan lain-lain.

b. Menyederhanakan Bentuk Akar


Perhatikan bahwa (√𝑝 . √𝑞)2 = 𝑝 × 𝑞. Jika dari kedua ruas tersebut diambil akar

kuadratnya, maka diperoleh √𝑝 × √𝑞 = ±√𝑝 × 𝑞. Karena √𝑝 dan √𝑞 keduanya

bernilai positif atau nol, maka: √𝑝 × √𝑞 = √𝑝 × 𝑞.


Jadi, untuk sembarang bilangan real 𝑝 dan 𝑞 dengan 𝑝, 𝑞 ≥ 0 berlaku:
√𝑝 × √𝑞 = √𝑝 × 𝑞.
Contoh:
√96 = √16 × 6 = √16 × √6 = 4√6

c. Operasi Aljabar pada Bentuk Akar


1) Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar
Penjumlahan dan pengurangan bentuk akar dapat dilakukan apabila bentuk-
bentuk akar tersebut sejenis, yaitu bilangan-bilangan di bawah tanda akar sama
nilainya.
𝑎√𝑐 + 𝑏√𝑐 = (𝑎 + 𝑏)√𝑐
𝑎√𝑐 − 𝑏√𝑐 = (𝑎 − 𝑏)√𝑐
Contoh soal:
Sederhanakan bentuk akar berikut √8 + √50!
Jawab:
√8 + √50 = 2√2 + 5√2
= 7√2

2) Perkalian dan Pembagian Bentuk Akar


Pada operasi perkalian dan pembagian bentuk akar akan berlaku sifat-sifat
sebagai berikut:
a) √a × √b = √a × b
b) a√c × b√d = ab × √cd
√a a
c) √
√b b

d) √a(√b × √c) = (√a × √b) × √c = √abc


e) √a × √a = a
f) √a(√b + √c) = √ab + √ac
Contoh soal:
Sederhanakan bentuk akar berikut 2√3 × 4√6!
Jawab:
2√3 × 4√6 = 8√18
= 8 × 3√2
= 24√2

3) Bentuk √𝑎 + 𝑏 ± 2√𝑎𝑏
Perhatikan bahwa (𝑝 ± 𝑞)2 = 𝑝2 ± 2𝑝𝑞 + 𝑞 2
Misal 𝑝 = √𝑎 dan 𝑞 = √𝑏,
2
maka: (√𝑎 ± √𝑏) = 𝑎 ± 2√𝑎𝑏 + 𝑏 = 𝑎 + 𝑏 ± 2√𝑎𝑏

Akibatnya, √𝑎 ± √𝑏 = √𝑎 + 𝑏 ± 2√𝑎𝑏
Jadi, untuk 𝑎 > 𝑏 ≥ 0 berlaku:

√𝑎 + √𝑏 = √𝑎 + 𝑏 + 2√𝑎𝑏

√𝑎 − √𝑏 = √𝑎 + 𝑏 − 2√𝑎𝑏

Contoh soal:

Nyatakan bentuk akar √5 + √3 ke dalam bentuk √𝑎 + 𝑏 + 2√𝑎𝑏!


Jawab:

√5 + √3 = √5 + 3 + 2√5 × 3

= √8 + 2√15

d. Merasionalkan Penyebut Pecahan yang Memuat Bentuk Akar


Dalam perhitungan matematika, terdapat suatu bilangan pecahan yang penyebutnya
1
berbentuk akar, misalnya . Agar lebih mudah menentukan nilainya, pecahan-
√3

pecahan tersebut diubah bentuknya sedemikian hingga penyebut pecahan tersebut


menjadi bilangan rasional. Proses tersebut dinamakan dengan merasionalkan
penyebut pecahan yang memuat bentuk akar.
1) Pecahan berbentuk √𝑏
𝑎
Untuk merasionalkan penyebut pecahan yang berbentuk dapat dilakukan
√𝑏

√𝑏
dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengan .
√𝑏
Contoh soal:
2
Rasionalkan pecahan berikut !
√3

Jawab:
2 2 √3
= ×
√3 √3 √3
2√3 2
= = 3 √3
3

2) Pecahan berbentuk 𝑎 + √𝑏 atau 𝑎 − √𝑏


𝑐 𝑐
Untuk merasionalkan penyebut yang berbentuk atau𝑎−√𝑏 dapat dilakukan
𝑎+√𝑏

dengan cara mengalikan pembilang dan penyebut pecahan-pecahan tersebut


dengan sekawan penyebutnya.
Sekawan dari 𝑎 + √𝑏 adalah 𝑎 − √𝑏 dan sekawan dari 𝑎 − √𝑏 adalah 𝑎 + √𝑏.
𝑐 𝑐 𝑎−√𝑏 𝑐(𝑎−√𝑏)
a) = 𝑎+√𝑏 ∙ 𝑎−√𝑏 =
𝑎+√𝑏 𝑎2 −𝑏

𝑐 𝑐 𝑎+√𝑏 𝑐(𝑎+√𝑏)
b) = 𝑎−√𝑏 ∙ 𝑎+√𝑏 =
𝑎−√𝑏 𝑎2 −𝑏

Contoh soal:
4
Rasionalkan penyebut pecahan !
√3−1

Jawab:
4 4 √3 + 1
= ×
√3 − 1 √3 − 1 √3 + 1
4(√3+1)
= 3−1
4(√3+1)
= 2

= 2(√3 + 1)

3) Pecahan berbentuk √𝑎 + √𝑏 atau√𝑎 − √𝑏


𝑐 𝑐
Untuk merasionalkan pecahan berbentuk atau dapat dilakukan
√𝑎+√𝑏 √𝑎−√𝑏

dengan cara mengalikan pembilang dan penyebut pecahan-pecahan tersebut


dengan sekawan penyebutnya.
Sekawan dari √𝑎 + √𝑏 adalah √𝑎 − √𝑏 dan sekawan dari √𝑎 − √𝑏 adalah √𝑎 +
√𝑏.
𝑐 𝑐 √𝑎−√𝑏 𝑐(√𝑎−√𝑏)
a) = 𝑎+√𝑏 ∙ =
𝑎+√𝑏 √𝑎−√𝑏 𝑎−𝑏

𝑐 𝑐 √𝑎+√𝑏 𝑐(√𝑎+√𝑏)
b) = 𝑎−√𝑏 ∙ =
𝑎−√𝑏 √𝑎+√𝑏 𝑎−𝑏

Contoh soal:
2
Rasionalkan penyebut pecahan !
√5−√3

Jawab:
2 2 √5 + √3
= ×
√5 − √3 √5 − √3 √5 + √3
2(√5+√3)
= = √5 + √3
5−3

4. Pangkat Pecahan
𝟏
a. Pangkat Pecahan Berbentuk 𝒂𝒏
Untuk bilangan bulat 𝑛 sembarang dan bilangan real 𝑎 berlaku:
1
𝑎
𝑎 𝑛 = √𝑎
𝑎
√𝑎 dibaca “akar pangkat 𝑛 dari 𝑎”.
1
2
Untuk 𝑛 = 2, maka𝑎2 = √𝑎 = √𝑎 .
Contoh:
3
√−27 = −3
𝒎
b. Pangkat Pecahan Berbentuk 𝒂 𝒏
Untuk bilangan real tak nol 𝑎, bilangan bulat 𝑚 dan bilangan asli 𝑛 dengan 𝑛 ≥ 2
berlaku:
𝑚 𝑛
𝑎 𝑛 = √𝑎𝑚
Contoh soal:
4
1 3 𝑛
Nyatakan bilangan (125) dalam bentuk √𝑎𝑚 !

Jawab:
4
1 3 3 1 4
( √
) = ( )
125 125

c. Operasi Aljabar Bilangan Berpangkat Pecahan


Sifat-sifat yang berlaku pada bilangan pangkat bulat (positif, negatif, atau nol) juga
berlaku pada pangkat pecahan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
a) 𝑎𝑚 × 𝑎𝑛 = 𝑎𝑚+𝑛
𝑎𝑚
b) = 𝑎𝑚−𝑛 , 𝑎 ≠ 0
𝑎𝑛

c) (𝑎𝑚 )𝑛 = 𝑎𝑚×𝑛
d) (𝑎. 𝑏)𝑛 = 𝑎𝑛 . 𝑏 𝑛
𝑎 𝑛 𝑎𝑛
e) (𝑏) = 𝑏𝑛

Contoh soal:
Sederhanakan dan nyatakan hasilnya dalam bentuk akar!
1 1
a. 𝑎3 × 𝑎2
1 6
𝑎3
b. ( 3 )
𝑏4

Jawab:
1 1 1 1 2+3
6
a. 𝑎3 × 𝑎2 = 𝑎3+2 = 𝑎 6 = √𝑎5
1 6
1 6
(𝑎3 )
𝑎3 𝑎2 𝑎2
b. ( ) =
3 3 6
= 9 = 2
𝑏4 𝑏2 √𝑏9
(𝑏3 )

d. Persamaan Pangkat Sederhana


Persamaan pangkat sederhana merupakan persamaan dimana variabelnya terletak
pada pangkat atau eksponen suatu bilangan.
Jika 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑝 , 𝑓(𝑥) = 𝑝
Jika 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑔(𝑥) , 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥)
Contoh soal:
Tentukan nilai 𝑥 yang memenuhi persamaan 9𝑥+1 = 81!
Jawab:
9𝑥+1 = 81 ⇔ (32 )𝑥+1 = 34
⇔ 32𝑥+2 = 34
⇔ 2𝑥 + 2 = 4
⇔ 2𝑥 =2
⇔𝑥 =1

5. Persamaan Eksponen
Persamaan eksponen adalah persamaan yang pangkatnya atau bilangan pokoknya
memuat variabel 𝑥. Persamaan eksponen memiliki tiga bentuk dasar, yaitu memiliki
bilangan pokok sama, bilangan pangkat sama, dan membentuk persamaan kuadrat.
a. Persamaan Eksponen dengan Bilangan Pokok Sama
Persamaan eksponen dengan bilangan pokok sama menggunakan dasar seperti
contoh-contoh di bawah ini:
Jika 2𝑝 = 2𝑞 , 𝑝 = 𝑞
Jika 4𝑝 = 4𝑞 , 𝑝 = 𝑞
Jika 𝑎𝑝 = 𝑎𝑞 , 𝑝 = 𝑞 dengan 𝑎 > 0, 𝑎 ≠ 0
Dari bentuk-bentuk di atas dapat diperoleh sifat eksponensial berikut:
𝑎𝑝 = 𝑎𝑞 jika dan hanya jika 𝑝 = 𝑞, dengan 𝑎 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑎 ≠ 0
Untuk bentuk-bentuk persamaan eksponen yang memiliki bilangan pokok sama dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Bentuk 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑛
Penyelesaian persamaan eksponen bentuk 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑛 adalah:
Jika 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑛 , dengan 𝑎 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑎 ≠ 1, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑛.
Contoh soal:
Carilah himpunan penyelesaian dari persamaan 4−𝑥 = 32√2!
Jawab:
4−𝑥 = 32√2
1
(22)−𝑥 = 252
1
−2𝑥 = 5
2
3
𝑥 = −2
4
3
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah{−2 4}

2) Bentuk 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑔(𝑥)


Penyelesaian persamaan eksponen bentuk 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑔(𝑥) adalah:
Jika 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑔(𝑥) , dengan dengan 𝑎 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑎 ≠ 1, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥).
Contoh soal:
2 +6𝑥−42
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan 5𝑥 = 312512−𝑥 !
Jawab:
2 +6𝑥−42
5𝑥 = 560−5𝑥
𝑥 2 + 6𝑥 − 42 = 60 − 5𝑥
𝑥 2 + 11𝑥 − 102 = 0
(𝑥 + 17)(𝑥 − 6) = 0
𝑥 = −17 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 = 6
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {-17,6}

3) Bentuk {ℎ(𝑥)} 𝑓(𝑥) = {ℎ(𝑥)} 𝑔(𝑥)


Penyelesaian persamaan eksponen bentuk {ℎ(𝑥)} 𝑓(𝑥) = {ℎ(𝑥)} 𝑔(𝑥) adalah:
Jika {ℎ(𝑥)} 𝑓(𝑥) = {ℎ(𝑥)} 𝑔(𝑥) , maka kemungkinannya adalah:
1. ℎ(𝑥) = 0 asalkan 𝑓(𝑥) dan 𝑔(𝑥) keduanya positif (𝑓(𝑥) > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑔(𝑥) > 0)
2. ℎ(𝑥) = 1
3. ℎ(𝑥) = −1, asalkan 𝑓(𝑥) dan 𝑔(𝑥) keduanya ganjil atau keduanya genap
((−1) 𝑓(𝑥)−𝑔(𝑥) = 1)
4. 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥) asalkan ℎ(𝑥) ≠ 0 𝑑𝑎𝑛 ℎ(𝑥) ≠ 1
Contoh soal:
2−9
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan (𝑥 − 10)𝑥 = (𝑥 − 10)3−𝑥 !
Jawab:
2−9
Persamaan (𝑥 − 10)𝑥 = (𝑥 − 10)3−𝑥 sepadan dengan persamaan eksponen
berbentuk{ℎ(𝑥)} 𝑓(𝑥) = {ℎ(𝑥)} 𝑔(𝑥) , maka:
ℎ(𝑥) = 𝑥 − 10
𝑓(𝑥) = 𝑥 2 − 9, 𝑑𝑎𝑛
𝑔(𝑥) = 3 − 𝑥
Himpunan penyelesaiannya ditentukan oleh berbagai kemungkinan berikut:
1. ℎ(𝑥) = 0 , 𝑥 − 10 = 0 , 𝑥 = 10
Nilai 𝑥 = 10 ini harus disubtitusikan ke 𝑓(𝑥)𝑑𝑎𝑛 𝑔(𝑥)
𝑓(10) = 102 − 9 = 91 > 0
𝑔(10) = 3 − 10 = −7 < 0
Karena untuk 𝑥 = 10, 𝑓(𝑥) > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑔(𝑥) < 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑥 = 10 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎.
2. ℎ(𝑥) = 1 , 𝑥 − 10 = 1 , 𝑥 = 11
3. ℎ(𝑥) = −1 , 𝑥 − 10 = −1 , 𝑥 = 9
Nilai 𝑥 = 9 harus disumtitusikan ke 𝑓(𝑥)𝑑𝑎𝑛 𝑔(𝑥)
𝑓(9) = 92 − 9 = 72 (𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝)
𝑔(9) = 3 − 9 = −6 (𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝)
(−1)72 = (−1)−6
Karena untuk 𝑥 = 9 mak 𝑓(𝑥) 𝑑𝑎𝑛 𝑔(𝑥) 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑥 = 9
Adalah penyelesaiannya.
4. 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥)
𝑥2 − 9 = 3 − 𝑥
𝑥 2 + 𝑥 − 12 = 0
(𝑥 + 4)(𝑥 − 3) = 0
𝑥 = −4 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 = 3
Nilai-nilai 𝑥 = −4 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 3 harus disubtitusikan ke ℎ(𝑥)
ℎ(−4) = −4 − 10 = −14 ≠ 0 ≠ 1
ℎ(3) = 3 − 10 = −7 ≠ 0 ≠ 1
Karena untuk 𝑥 = −4 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 3 maka ℎ(𝑥) ≠ 0 𝑑𝑎𝑛 ℎ(𝑥) ≠ 1
Sehingga 𝑥 = −4 𝑑𝑎𝑛 𝑥 = 3 adalah penyelesaiannya.
Dari keempat kemungkinan tersebut diperoleh himpunan penyelesaiannya
adalah {-4,3,9,11}.

b. Bentuk Persamaan Eksponen dengan Pangkat Sama


Persamaan eksponen bisa memiliki bentuk dengan pangkat yang sama. Contoh
persamaannya adalah sebagai berikut:
𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑏 𝑓(𝑥)
{𝑔(𝑥)} 𝑓(𝑥) = {ℎ(𝑥)} 𝑓(𝑥)
Penyelesaian persamaan ini dapat menggunakan dasar sifat bilangan berpangkat.
Bilangan berpangkat sama akan memiliki hasil yang sama jika memenuhi dua
kemungkinan, yaitu:
a. Bilangan pokoknya sama,
b. Bilangan pangkatnya sama dengan nol.
Contoh:
20 = 1
30 = 1
100 = 1
𝑎0 = 1
𝑏0 = 1
Sehingga diperoleh syarat-syarat penyelesaian dua persamaan di atas sebagai
berikut:
Jika 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑏 𝑓(𝑥) , dengan 𝑎 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑎 ≠ 1; 𝑏 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ≠ 1; 𝑑𝑎𝑛 𝑎 ≠ 𝑏,
𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑓(𝑥) = 0
Sedangkan untuk bilangan pokok berupa fungsi dapat memenuhi:
Jika {𝑔(𝑥)} 𝑓(𝑥) = {ℎ(𝑥)} 𝑓(𝑥)
a) 𝑓(𝑥) = 0, ℎ(𝑥)𝑑𝑎𝑛 𝑔(𝑥) ≠ 0
b) 𝑔(𝑥) = ℎ(𝑥)
Contoh soal:
Carilah himpunan penyelesaian dari persamaan 52𝑥−6 = 32𝑥−6 !
Jawab:
52𝑥−6 = 32𝑥−6
2𝑥 − 6 = 0
𝑥=3
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {3}

c. Persamaan Eksponen Berbentuk Persamaan Kuadrat


Persamaan eksponen dapat memiliki bentuk yang dapat diubah menjadi bentuk
persamaan kuadrat. Bentuk umumnya dapat dituliskan sebagai berikut:
𝐴{𝑎 𝑓(𝑥) }2 + 𝐵{𝑎 𝑓(𝑥) } + C = 0
Untuk menyelesaikan persamaan eksponen diatas adalah sebagai berikut:
Misalkan 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑦 maka persamaan semula ekuivalen dengan persamaan
𝐴𝑦 2 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0
Dengan menyelesaikan persamaan kuadrat dalam y, maka maksimal akan di dapat
dua akar real dan minimalnya tidak satupun akar real. Akar real yang di terima
adalah akar real yang positif. Selanjutnya akar-akar itu disubtitusikan ke persamaan
𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑦, sehingga kita memperoleh akar-akar persamaan yang diminta.
Contoh soal:
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan 32𝑥 − 2 . 3𝑥+1 − 27 = 0!
Jawab:
32𝑥 − 2 . 3𝑥+1 − 27 = 0
Misalkan 3𝑥 = 𝑦 maka kita memperoleh:
𝑦 2 − 6𝑦 − 27 = 0
(𝑦 − 9)(𝑦 + 3) = 0
𝑦 = 9 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦 = −3
3𝑥 = 9 𝑎𝑡𝑎𝑢 3𝑥 = −3 (𝑑𝑖𝑡𝑜𝑙𝑎𝑘)
3𝑥 = 32
𝑥=2
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {2}

5. Pertidaksamaan Eksponen
Pertidaksamaan eksponen adalah pertidaksamaan yang eksponennya mengandung
variabel. Tanda pertidaksamaan yang sering dipakai meliputi >, <, ≥, 𝑎𝑡𝑎𝑢 ≤.
Sebelumnya anda telah mengetahui sifat-sifat eksponen, sebagai berikut:
1. Untuk 𝑎 > 1, fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑥 merupakan fungsi naik. Artinya untuk setiap 𝑥1 , 𝑥2 ∈
𝑅 berlaku 𝑥1 < 𝑥2 jika dan hanya jika 𝑓(𝑥1 ) < 𝑓(𝑥2 ).
2. Untuk 0 < 𝑎 < 1, fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑥 merupakan fungsi naik. Artinya untuk setiap
𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝑅 berlaku 𝑥1 < 𝑥2 jika dan hanya jika 𝑓(𝑥1 ) > 𝑓(𝑥2 ).

Contoh soal:
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan √62𝑥−1 ≤ 36𝑥−4
Jawab:
√62𝑥−1 ≤ 36𝑥−4
2𝑥−1
6 2 ≤ 62(𝑥−4)
2𝑥 − 1
≤ 2(𝑥 − 4)
2
2𝑥 − 1 ≤ 4𝑥 − 16
2𝑥 ≥ 15
1
x≥7
2
1
Jadi, HP = {x|x ≥ 7 2}

6. Grafik Fungsi Eksponensial


Pertama, kita akan menggambar grafik fungsi eksponensial dengan melakukan plot titik-
titik. Kita nanti akan melihat bahwa grafik dari fungsi semacam ini memiliki bentuk yang
mudah dikenali.
Contoh:
Gambarlah grafik masing-masing fungsi berikut.
1. f(x) = 2𝑥
1 𝑥
2. g(x) = (2)
Pembahasan: Tabel berikut mendaftar x mulai dari –3 sampai 3 dan nilai fungsi-
fungsi f dan g yang bersesuaian dengan nilai x tersebut.
Berikut ini grafik dari fungsi-fungsi f dan g pada satu bidang koordinat.

Perhatikan bahwa

Sehingga kita dapat menggambar grafik fungsi g dengan mencerminkan grafik


fungsi f terhadap sumbu-y.
Gambar 2 menunjukkan grafik dari keluarga fungsi-fungsi eksponensial f(x) = ax untuk
beberapa nilai basis a. Semua grafik ini melewati titik (0, 1) karena a0 = 1 untuk a ≠ 0.
Kita dapat melihat dari Gambar 2 bahwa terdapat dua jenis fungsi eksponensial: Jika 0
< a < 1, fungsi eksponensial tersebut akan turun. Jika a > 1, fungsi tersebut akan naik.

Sumbu-x merupakan asimtot fungsi eksponensial f(x) = ax. Hal ini dikarenakan jika a > 1,
kita mendapatkan ax akan mendekati nol ketika x mendekati –∞, dan jika 0 < a < 1, kita
mendapatkan ax akan mendekati 0 ketika x mendekati ∞. Selain itu, ax > 0 untuk
setiap x bilangan real, sehingga fungsi f(x) = ax memiliki domain bilangan real dan range
(0, ∞). Pengamatan ini dapat kita rangkum seperti berikut.

Grafik Fungsi Eksponensial


Fungsi eksponensial

memiliki domain bilangan real dan range (0, ∞). Garis y = 0 (sumbu-x) merupakan
asimtot horizontal dari f. Grafik f berbentuk salah satu dari grafik-grafik pada Gambar 3
berikut ini.

Mengidentifikasi Grafik Fungsi Eksponensial


Tentukan fungsi eksponensial f(x) = ax yang grafiknya diberikan oleh Gambar 4(a) dan
4(b) berikut.
Pembahasan: Pada Gambar 4(a), kita dapat melihat bahwa f(2) = a² = 25. Sehingga kita
mendapatkan a = 5. Jadi, fungsi eksponensial untuk Gambar 4(a) adalah f(x) = 5x.
Selanjutnya, pada Gambar 4(b) kita dapat melihat bahwa f(3) = a3 = 1/8. Sehingga a = ½.
Oleh karena itu, fungsi yang memiliki grafik seperti pada Gambar 4(b) adalah f(x) =
(1/2)x.

7. Contoh Soal Kontekstual Fungsi Eksponen

1. Sebuah amoeba berkembang biak dimana jumlahnya mengikuti fungsi At=A0.2t, t


(menit) adalah waktu yang dibutuhkan amoeba tersebut untuk berkembang biak. Bila
diketahui pada pukul 9.00 terdapat 100 amoeba. Tentukan banyaknya amoeba pada
pukul 9.10.
Jawab:
Dari pukul 9.00 hingga pukul 9.10 waktunya adalah 10 menit. t=10 menit.
Sehingga kita sesuai fungsi yang diberikan bisa ditulis,
At=A0.2t.
A10=100.210.
A10=102.400
Jadi pada pukul 9.10 amoeba yang tadinya 100 sekarang sudah menjadi 102.400
amoeba.

2. Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2010 sekitar 2.300.000 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,4%.
a. Tulis persamaan untuk memodelkan jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Utara!
b. Gunakan persamaan pada soal bagian a untuk menentukan perkiraan jumlah
penduduk Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2025!
Jawab:
a. Bentuk umum fungsi eksponensial adalah 𝑦 = 𝑏 ∙ 𝑎 𝑥 .
Diketahui pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk b = 2,3 juta jiwa, laju
pertumbuhan r = 1,4% per tahun = 0,014 per tahun, yang berarti 𝑎 = 1 + 𝑟 =
1 + 0,014 = 1,014.
Dengan demikian, jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Utara bisa dimodelkan
sebagai 𝑦 = 2,3 ∙ (1,014)𝑥 juta jiwa.
b. Pada tahun 2025 berarti 𝑥 = 2025 − 2010 = 15
𝑦 = 2,3 ∙ (1,014)15 = 2,833330006 = 2,83
Jadi, perkiraan jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2025
adalah 2,83 juta jiwa.

3. Intensitas suatu cahaya untuk setiap meternya di bawah permukaan air laut berkurang
3,5%, dengan kedalaman k. Tulis bentuk persamaannya!
Penyelesaian :
Persentase cahaya di permukaan yang menembus ke dalam laut dapat kita tulis
sebagai fungsi dari kedalaman k dengan satuan meter dalam bentuk persamaan :
p = 100(1 - 0,035)k atau p = 100(0,965)k

4. Untuk menyembukan beberapa bentuk kanker, para dokter menggunakan iodium


radioaktif l-131. Waktu paruh l-131 adalah 8 hari. Seorang pasien menerima
pengobatan 16 mCi (millicurie adalah satuan untuk mengukur aktivitas radiasi).
Berapa banyak (l-131) tertinggal di dalam tubuh pasien setelah 32 hari?
Jawab:
𝐴0 = 16 𝑚𝐶𝑖, 𝑇 = 8 ℎ𝑎𝑟𝑖, 𝑡 = 32 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑡 32 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑛= = =4
𝑇 8 ℎ𝑎𝑟𝑖
1 𝑛 1 4 1
𝐴 = 𝐴0 × ( ) = 16 × ( ) = 16 × = 1 𝑚𝐶𝑖
2 2 16
Jadi, banyak (l-131) tertinggal di dalam tubuh pasien setelah 32 hari adalah 1 𝑚𝐶𝑖.

5. Jika seseorang menabung uang di suatu Bank sebesar Rp. 200.000,- untuk jangka
waktu tertentu dengan bunga majemuk 40% per tahun. Maka jumlah uangnya setelah
t tahun adalah … (Tulis bentuk persamaannya)!
Penyelesaian :
Misalkan jumlah tabungan adalah M dengan suku bunga majemuk I pertahun, maka
jumlah uangnya setelah t tahun (Mt) adalah
Mt = M(1 + I)t.
Hal ini berarti setiap bunga yang didapat pada setiap akhir tahun digabungkan pada
tabungan semula (modal), sehingga pada akhir tahun berikutnya memberikan bunga
pula. Hal ini berarti, bahwa nilai simpanan orang tersebut dalam ribuan rupiah, pada
akhir
Tahun 1 adalah 200(1 + 0,40) = 200(194) = 280
Tahun 2 adalah 280(1,40) = 200(1,40)(1,40) = 200(1,14)2 = 3,92
Tahun 3 adalah 392(1,40) = 200(1,40)(1,40)(1,40) = 200(1,40)3 = 548,8
Tahun n adalah 200(1,40)(1,40) … (1,40) = 200(1,40)n.
Jadi secara umum tabungan orang tersebut dapat kita tulis dalam bentuk fungsi lama
simpanan n tahun dengan persamaan :
n = 200(1 + 0,40)n = 200(1,40)n

Anda mungkin juga menyukai