Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Maret 2015

Penyusun

1
BAB I

LATAR BELAKANG

Ilmu matematika merupakan mata pelajaran yang pasti diajarkan baik di SD, SMP,
maupun SMA. Di SMA biasanya materi yang diajarkan merupakan pengembangan dari
materi di jenjang sebelumnya, seperti halnya materi eksponen dan logaritma. Ketika
berbicara tentang matematika yang terbayang adalah bahwa matematika itu sulit. Sebab yang
terfikir adalah teori-teori dan rumus-rumus yang banyak dan merepotkan. Padahal, justru
disitulah letak daya tarik matematika, mampu mengasah kesabaran dan ketajaman logika
seseorang.

Matematika selalu dilibatkan dan dibutuhkan oleh seluruh bidang keilmuan dan segala
aspek kehidupan, termasuk ilmu kimia, fisika dan bidang ilmu lainnya. Hubungan antara
kimia, fisika dengan matematika seolah hubungan ibu dan anak. Dimana sang anak selalu
bersandar pada ibunya untuk memecahkan segala kerumitan hidupnya. Matematika selalu
dibutuhkan oleh ilmu kimia untuk menyelesaikan permasalahannya, misalnya penggunaan
logaritma dalam menentukan derajat keasaman.

Dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi maupun dalam kehidupan sehari-hari, fungsi
eksponen dan logaritma seringkali digunakan untuk mendeskripsikan suatu peristiwa
pertumbuhan. Misalnya uang yang diinvestasikan di bank, pertambahan penduduk dan lain
sebagainya. Hal ini dikarenakan logaritma merupakan invers atau kebalikan dari eksponen.
Logaritma juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah eksponen yang sulit untuk
dicari akar-akar atau penyelesaiannya

2
BAB II

ISI MATERI

A. EKSPONEN

Eksponen adalah bilangan berpangkat.

Bentuk umum
fungsi eksponen adalah dengan a ≥ 0 dan a≠1

Persamaan Eksponen

Persamaan eksponen adalah persamaan yang eksponennya memuat variabel. Atau persamaan
dimana bilangan pokok atau eksponennya memuat variabel x. Untuk menyelesaikan
persamaan eksponen, harus menggunakan sifat-sifat eksponen. Intinya, soal persamaan
eksponen bisa kita kerjakan apabila kita mengetahui sifat-sifat eksponen.J

Eksponen itu punya banyak sifat.

Sifat-sifat eksponen:

Jika a dan b adalah bilangan real (a≠0 dan b≠0) serta m dan n adalah bilangan rasional, maka:

am . an = am+n

Contoh: 23.24 = 23+4

am/an = am-n

Contoh: 36/ 32 = 36-2

(am)n = amn

Contoh: (22)2 = 22 x 2 = 24 = 16

(ab)n =anbn

Contoh: (2.3)2= 22.32 = 4.9 =36

(a/b)n = (an/bn)

Contoh: (6/2)2 = 62/22 = 36/4 = 9

3
a1 = a

Contoh: 31 = 3

a0 = 1

Contoh: 50 = 1

a-n =

Contoh: 4-2 =

9. m/n
Contoh: 4/2 = 32 = 9

Bentuk-bentuk persamaan eksponen

Jika af(x) = 1 (a>0 dan a≠1), maka f(x) = 0

Jika af(x) = ap (a>0 dan a≠1), maka f(x) = p

Jika af(x) = ag(x) (a>0 dan a≠1), maka f(x) = g(x)

Jika af(x) = bf(x) (a>0 dan a≠1, b>0 dan b≠1), maka f(x) = 0

Pertidaksamaan Eksponen

Untuk 0 < a < 1 atau a = pecahan


a. af(x) ≥ ag(x) => f(x) ≤ g(x)
b. af(x) ≤ ag(x) => f(x) ≥ g(x)

Untuk a > 1
a. af(x) ≥ ag(x) => f(x) ≥ g(x)
b. af(x) ≤ ag(x) => f(x) ≤ g(x)

B. PANGKAT BULAT NEGATIF DAN NOL

Berkembang dari pengertian pangkat sebagai suatu perkalian berulang, pangkat


suatu bilangan bisa saja bulat positif, negatif, nol bahkan bilangan pecahan. Pada
eksponen terdapat sifat a x : a y =a x− y . Sifat ini hanya mempunyai arti jika x > y .
3
a 3 5 3−5 −2
Sekarang kita perhatikan bentuk berikut 5
=a :a =a =a .
a

4
Bentuk a−2 merupakan bentuk pangkat bulat negatif. Maka apabila a (bilangan
pokok) adalah bilangan bulat positif, dan -n (eksponen / pangkat) adalah bilangan bulat
−n 1 1 n
negatif, maka bentuk umumnya dapat kita tulis a = n
atau −n =a
a a
Selanjutnya jika x dan y bilangan bulat positif, kita sudah memiliki sifat
x y x− y
a : a =a . Bagaimana jika x = y, maka a x =a y . Sehingga a x : a y =1 . Dari sisi lain, jika
x=y maka x – y = 0, sehingga a x− y =a0=1.

C. PANGKAT PECAHAN
Pangakat biasanya ditemui sebagai bilangan bulat atau bilangan asli. Satu lagi
pangkat yang mulai di pelajari di SMA, yaitu pangkat pecahan. Pangkat pecahan ini
berhubungan dengan operasi akar.
m
Pecahan adalah bilangan yang dapat dituliskan dalam bentuk dengan
n
m , n∈ bilangan bulat , n≠ 0.bilangan berpangkat pecahan secara umum dapat ditulis
m
sebagai: a n , a ∈ B , a ≠ 0.

Defenisi dari pangkat pecahan secara umum adalah sebagai berikut:


m
a =√ am , n>2 , √n a ≠ 0
n n

Dari defenisi diatas dapat dilihat bagaimana hubungan antara pangkat pecahan
dengan operasi akar. Pembilang pada pangkat pecahan merupakan pangkat dari
bilangan yang diakarkan, sedangkan penyebut pada pangkat pecahan merupakan nilai
pangkat akar.
Terdapat dua cara untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pangkat
pecahan. Yaitu:
1) Menyelesaikan pangkat pecahan dengan mengubah bentuk pangkat pecahan
menjadi operasi akar.
Berikut ini adalah beberapa cara menyelesaikan pangkat pecahan dengan mengubah
bentuk pangkat pecahan menjadi operasi akar:
 Menarik akar secara langsung dari bilangan berpangkat di dalam akar
setelah sebelumnya menghitung hasil pangkatnya. Cara ini digunakan jika
dalam menghitung pangkat dan menarik akar, keduanya mudah dilakukan.
3
Contoh : 4 2 =√2 4 3= √2 64=8

 Dengan memanfaatkan rumus perkalian pangkat.

5
( )
m 1 1 m
×m
n n n
a =a =a
1
Dari rumus pangkat tersebut, kita bisa mengubah a n menjadi operasi akar,

kemudian bilangan hasil dari menarik akar dipangkatkan oleh m. Cara ini
digunakan sebagai alternatif cara pertama, yaitu jika kesulitan dalam
menghitung pangkat dan menarik akar secara langsung dari bilangan yang
sudag dipangkatkan, misalnya karena alasan bilangan hasil pangkatnya
sangat besar.

( )
2 1 1 2
×2 2
27 3 =27 3 = 27 3 =( √3 27 ) =32=9
1
Perhatikan bahwa pangkat pecahan artinya sama dengan akar pangkat n.
n
m
Itulah alasan kenapa pangkat dipisahkan terlebih dahulu menjadi
n
1
perkalian dan m.
n
2) Mengubah bilangan yang dipangkatkan menjadi bilangan yang memiliki pangkat
yang sama dengan penyebut pada pangkat pecahan.
Dengan cara ini, bilangan berpangkat pecahan tidak perlu diubah dulu menjadi
operasi akar. Hasil pangkat pecahannya bisa diperoleh hanya dengan operasi
pangkat.
Perhatikan contoh penyelesaian pangkat pecahan berikut ini dengan mengubah
bilangan yang dipangkatkan menjadi bilangan yang memiliki pangkat yang sama
dengan penyebut pada pangkat pecahannya.
3 3 3

 4 =( 2 ) =2
2 2 2 2 3
=2 =8
2 2 2
 3
27 =3 =3
3
3

3
=32=9
Ternyata dengan mengubah bilangan yang dipangkatkan menjadi bilangan yang
memiliki pangkat yang sama dengan penyebut pada pangkat pecahannya tidak ada
lagi bentuk pangkat pecahan, sehingga dapat langsung dipangkatkan.

D. BENTUK AKAR
Dalam matematika kita mengenal berbagai jenis bilangan. Beberapa contoh jenis
bilangan diantaranya adalah bilangan rasional dan bilangan irrasional.

6
 Bilangan rasional merupakan bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk
p
dengan p , q ∈ Z ,q ≠0 . Bilangan irasional sering juga disebut dengan
q
bilangan pecahan.
 Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam
p
bentuk dengan p , q ∈ Z ,q ≠0 .
q

Bilangan √ 25 ,
√ 1
9
bukan merupakan bilangan irrasional karena dari bilangan

tersebut bisa didapatkan akarnya, yaitu suatu bilangan rasional. Sedangkan bilangan-
bilangan seperti √ 2 , √ 12 , π , √3 4 , dsb merupakan bilangan irrasional karena tidak dapat
p
dinyatakan dalam bentuk dengan p , q ∈ Z ,q ≠0 . Bilangan semacam itu disebut
q
dengan bilangan bentuk akar.
Penarikan akar suatu bilangan merupakan invers dari pemangkatan. Dari
pemangkatan a b=c didapatkan bentuk akar a=√b c .
1. Hubungan bentuk akar dan pangkat pecahan
Bilangan berpangkat memiliki hubungan erat dengan bentuk akar. Penarikan
akar suatu bilangan merupakan invers dari pemangkatan. Dari pemangkatan a b=c
didapatkan bentuk akar a=√b c .
2. Penjumlahan dan pengurangan bentuk akar
Operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk akar dapat dilakukan jika bentuk
akarnya senama. Bentuk akar yang senama adalah bentuk akar yang mempunyai
eksponen dan basis yang sama. Operasi penjumlahan dan pengurangan pada
bentuk akar dapat dilakukan dengan menggunakan sifat distributif. Untuk
a , b , dan c ∈bilangan Rasional , dan c ≥ 0 berlaku:

 a √ c +b √ c=¿ ( a+ b ) √ c
 a √ c−b √ c =¿ ( a−b ) √ c

3. Perkalian dan pembagian bentuk akar


Operasi perkalian dan pembagian bentuk akar dapat dilakukan dengan
menggunakan sifat berikut: untuk a , b , ∈ bilangan Rasional non negatif berlaku :

7
 √ a × √b=√ a ×b
 a , b , ∈ bilangan Rasional non negatif , b ≠ 0.

Berlaku:
√a = a
√b b √
4. Merasionalkan penyebut bentuk akar
Merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar artinya menjadikan penyebut
pecahan bentuk akar menjadi bilangan rasional. Merasionalkan penyebut pecahan
bentuk akar artinya mengalikan pembilang dan penyebut dengan sekawan dari
penyebut itu.
p
 Merasionalkan bentuk
√q
Caranya adalah dengan mengalikan
p
dengan
√q
√q √q
r r r r
 Merasionalkan bentuk , , ,
p+ √ q p−√ q √ p+ √ q √ p− √q
Ide dasarnya kita menggunakan sifat perkalian ( a+ b ) ( a−b )=a2−b 2 pada
bentuk akar ( √ a+ √b ).
 Menyederhanakan bentuk √ ( p +q ) ± 2 √ pq

E. LOGARITMA

Bentuk a x dikenal sebagai bilangan berpangkat dengan a disebut basis, dan x


disebut pangkat atau eksponen.
Perhatikan bentuk ekuivalen berikut :

x
a log y =x ↔ a = y

1. Logaritma hanya didefenisikan untuk a> 0 ,dan a ≠ 1 , a disebut juga basis.


2. Untuk setiap a> 0 , bilangan berpangkat a x >0, maka y >0 . Karena ruas kiri
dan ruas kanan ekuivalen maka disimpulkan bahwa a log y terdefenisi jika
y >0 , disebut juga numerus (bilangan yang dicari logaritmanya).
logaritma dengan basis a = 10 cukup dituliskan log y, tanpa perlu
menuliskan basisnya.

8
Dengan demikian logartima dapat pula dikatakan sebagai invers dari
perpangkatan, yaitu mencari pangkat dari suatu bilangan pokok sehingga hasilnya
sesuai dengan yang diketahui.

Logaritma adalah operasi matematika yang merupakan kebalikan dari pangkat atau eksponen.

Rumus dasar logaritma:

ab= c, ditulis sebagai alog c = b

penjabarannya:

ab= c , 23=8 (ini masih dalam bentuk pangkat).

Kita ubah menjadi logaritma: alog c = b, sehingga menjadi 2log 8 = 3.

Sampai disini apa sudah cukup mengerti??

Untuk lebih jelas, coba perhatikan contoh di bawah ini:

1. 23 = 8, dan 2log 8 = 3.

2. 55 = 625, dan 5log 625 = 5.

3. 104 = 10000, dan 10log 10000 = 4.

4. 92 = 81, dan 9log 81 = 2.

Sifat-sifat Logaritma

alog a = 1

alog 1 = 0

alog (c x d) = alog c + alog d

9
contoh: 2log (8) = 2log (2 x 4) = 2log 2 + 2log 4 = 1 + 2 = 3

alog (c : d) = alog c - alog d

contoh: 3log (9) = 3log (27 : 3) = 3log 27 - 3log 3 = 3 - 1 = 2

alog cd = d x (alog c)

contoh: 2log 28 = 8 x (2log 2) = 8 x 1 = 8

(alog b)(blog c) = alog c

contoh: (2log 65)(65log 8 ) = 2log 8 = 3

(alog b) : (alog c) = clog b

contoh: (7log 64) : (7log 2) = 2log 64 = 6

aa log b = b

contoh: 22 log 4 = 4

a log b = 1/blog a

contoh: 2log 8 = 1/ 8 log 2.

Selain itu, ada pula sifat logaritma yang seperti ini log x.

Artinya adalah, log x = 10log x.

Sifat-sifat logaritma sebaiknya dihafal, agar bisa mengerjakan soal di tingkat yang lebih
rumit.

Persamaan Logaritma

a log f(x) = a log p => f(x) = p

syarat: f(x) > 0

a log f(x) = a log g(x) => f(x) = g(x)

10
syarat: f(x) > 0, g(x) > 0

Pertidaksamaan Logaritma

untuk 0 < a < 1

a log f(x) ≤ a log g(x)


=> f(x) ≥ g(x)

a log f(x) ≥ a log g(x) => f(x) ≤ g(x)

syarat: f(x) > 0, g(x) > 0

untuk a > 1

a log f(x) ≤ a log g(x) => f(x) ≤ g(x)

a log f(x) ≥ a log g(x) => f(x) ≥ g(x)

syarat: f(x) > 0, g(x) > 0

Intinya, mempelajari logaritma yang harus dilakukan pertama kali adalah mengerti akan apa
itu logaritma, bagaimana logaritma, dan sifat apa saja yang ada di logaritma.

F. SIFAT-SIFAT EKSPONEN DAN LOGARITMA


Secara umum sifat-sifat eksponen dan logartima disajikan dalam kolom dibawah ini:

No Sifat Logaritma Sifat ekponen


1. a
log 1 = 0 untuk a> 0 , a ≠1 x y
a . a =a
x+ y

a x
2. log a = 1 a x− y
y
=a
a
a
3. log a x = x y
( a x ) =am . n
alog y x x x
4. a =y a .b =( a .b )

()
a
5. log xy = a log x + a log y a
x
a
x

x
=
b b
6. x a 1 −n
a
log = log x - a log y =a dan a ≠ 0
y a
n

11
x 0
7. a log b a =1 dan a ≠ 0
log b = x
log a

1
= b
log a
m
= a log b m

a =( a )
a
8. log xn = n .a log x x
y
1 x
y

( a )(a )=( a )
a
9. log x . b log y = a log y x
n
y
n
x+ y
n

( a )( a )=( a )
n
10. a
log x = a log x
n
x
m
y
n
x y
+
m n

11. m 1 x
= a y =√ a x
y
a log x .a
m log x

BAB III

SOAL DAN KUNCI PENYELESAIAN

A. SOAL – SOAL NON RUTIN

1. Sebuah modal sebesar M rupiah didepositokan denagan bunga majemuk sebesar p


% setahun. Menjadi berapakah uang tersebut selama n tahun ?
Jawab :
Setelah 1 tahun uang menjadi :
M1 = M + p %. M = M(1 + p%)
Setelah 2 tahun uang menjadi :
M2 = M (1 + p%) + p %.M(1 + p%) = M(1 + p%)2
Setelah 3 tahun uang menjadi :
M3 = M (1 + p%)2 + p %.M(1 + p%)2 = M(1 + p%)3

12
Demikian seterusnya, sehingga setelah n tahun uang menjadi :
Mn = M(1 + p %)n

2. Kadar radioaktif suatu zat meluruh secara eksponensial dengan laju peluruhan 25
% setiap jam. Tinggal berapa persen kadar radioaktif yang tersisa dari zat tersebut
setelah 5 jam ?
Jawab :
Langkah dalam menyelesaikan soal ini adalah sebagai berikut :
a. Soal memberikan informasi bahwa kadar radioaktif mula-mula po dan setelah n
jam menjadi pn . Laju peluruhan yang diketahui adalah 25 %. Kadar radioaktif
meluruh setelah 5 jam, yang ingin dicari adalah berapa % sisa kadar radioaktif
setelah 5 jam.
b. Dari langkah (a) diperoleh persamaan :
pn = po (1 – 0,25)n
c. Setelah 5 jam akan diperoleh p5 dengan nilai :
p5 = po (1 – 0,25)5
= po ( 0,75)5
= po ( 0,2373)
= 0,2373 po
Setelah 5 jam kadar radioaktif zat tersebut tertinggal 23,7 % dari kadar
radioaktif zat mula-mula (po)
3. Harga jual sebuah mobil menyusut secara eksponensial dengan laju pertumbuhan
30 % setahun. Jika harga mobil tersebut pada awal tahun 2005 adalah Rp.
100.000.000,00, hitung harga jual mobil tersebut pada awal tahun 2009.
Jawab :
Masalah ini dapat dselesaikan dengan 2 cara sebagai berikut :
Cara I :
pn = po (1 – i)n
= 100.000.000 (1 – 0,3)4
= 100.000.000 ( 0,7)4
= 10.000 (7)4
= 24.010.000
Cara II :
Pada tahun 2005 = Rp. 100.000.000,00

13
Pada tahun 2006
Susutnya = 30 % x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00
Nilai jualnya = Rp. 100.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00 = Rp. 70.000.000,00
Pada tahun 2007
Susutnya = 30 % x Rp. 70.000.000,00 = Rp. 21.000.000,00
4. Di dalam sebuah uji coba ledakan nuklir, sebagian strontium 90 terlepas ke
atmosfer. Zat ini mempunyai waktu paruh 28 tahun.
a) Nyatakan persentase P strontium 90 yang tersisa di atmosfer sebagai fungsi
dari:
(i) Berapakah waktu paruh N telah berlalu
(ii) Berapa tahun t telah berlalu sejak ledakan terjadi
b) Berapakah persentase stronium 90 yang masih tersisa di atmosfer akibat
ledakan tadi 50 tahun kemudian ?
Jawab :
a) (i) Setelah setiap kali satu waktu paruh berlalu, persentase yang tersisa
tinggal separuhnya. Karenanya, persentase yang tersisa setelah n waktu paruh

()
2
1
berlalu adalah P=100
2
(ii) Karena t = 28, maka persamaan eksponen di atas dapat kita nyatakan
t
dalam t. Kita subtitusikan ke dalam n, sehingga kita dapatkan
28

()
t
1 28
P=100
2
b) Jika t = 50, maka kita peroleh

()
50
1 28
P=100
2

()
50
1 50 1
Log P=log 100+ log 28
=2+ log
2 28 2
50
¿ 2+ (−0,3010299 )=2−(0,5377)
28
Log P=1,4624
P=29,003234

14
BAB IV

KESIMPULAN

Logaritma adalah operasi matematika yang merupakan kebalikan


dari eksponen atau pemangkatan.

Eksponen adalah nilai yang menunjukkan derajat kepangkatan (berapa kali bilangan
tersebut dikalikan dengan bilangan tesebut juga)

15

Anda mungkin juga menyukai