Anda di halaman 1dari 46

RANGKUMAN

CP: Bilangan

A. Eksponen
1. Pengertian Bilangan Berpangkat (Eksponen)
Bilangan eksponen atau eksponensial adalah nama lain dari bilangan berpangkat. Berikut
ini notasi bilangan eksponen:
n
a =a × a ×a × … ×a

n faktor
a disebut bilangan pokok
n disebut bilangan pangkat

2. Sifat Bilangan Berpangkat


Berikut ini sifat dari bilangan eksponen atau bilangan berpangkat. Dengan
a , b , m dan n ∈bilangan riil, berlaku sifat berikut.
a. a m . a n=a m+n
m
m n a m−n
b. a : a = n
=a
a
c. a 0=1 dan a ≠ 0
1 −n
d. n
=a dan a ≠ 0
a
n
e. ( a m ) =am × n
f. a n . b n=( ab )n

()
n
n n a
g. a :b =
b
m
h. a n =m√ an

3. Bentuk Akar
Bentuk akar adalah suatu bilangan irasional hasil pengakaran bilangan rasional. Bentuk
akar merupakan kebalikan dari bilangan berpangkat. Adapun hubungan bentuk akar dan
bilangan berpangkat didefinisikan sebagai berikut.
y=x ↔ x= √ y
2

Berikut ini sifat-sifat bentuk akar.


a. √ x y =√ x × √ y dengan x ≥ 0 dan y ≥0
b.

x √x
=
y √y
dengan x ≥0 dan y ≥ 0

c. √ x 2=x
Sama halnya seperti dengan bilangan bulat, bentuk akar juga bisa dioperasikan baik
dnegan bentuk akar lain maupun dengan bilangan riil. Adapun operasinya adalah sebagai
berikut.

a. Penjumlahan
Penjumlahan hanya bisa dilakukan jika angka yang berada dalam tanda akar nilainya
sama. Bentuk penjumlahannya adalah sebagai berikut.
p √ x +q √ x= ( p+ q ) √ x
b. Pengurangan
Konsep pengurangan sama seperti penjumlahan, yaitu hanya bisa dilakukan pada dua
bentuk akar atau lebih yang bilangan pokoknya sama. Bentuk pengurangannya
adalah sebagai berikut.
p √ x −q √ x=( p−q ) √ x
c. Perkalian
Konsep perkalian bentuk ini berbeda dengan penjumlahan dan pengurangan. Hal itu
karena perkalian bisa dilakukan antara bentuk akar dan bilangan nonakar, baik
pecahhan maupun bilangan bulat. Bentuk perkaliannya adalah sebagai berikut.
p √ x ×q=( p × q ) √ x
p √ x +q √ y =( p × q ) √ x y
d. Pembagian
Konsep pembagian hamper sama dengan perkalian. Namun, pembagian bisa
menghasilkan pecahan yang penyebutnya memuat bentuk akar. Jika berbentuk
demikian, maka pecahan harus dirasionalkan penyebutnya. Adapun bentuk
pembagiannya adalah sebagai berikut.
p √x
q ( )√ x
=
p
q

q√ y q √ y
p √x
=( )
p x
4. Merasionalkan Bentuk Akar
Salah satu cara menyederhanakan pecahan dengan penyebut bentuk akar adalah dengan
merasionalkan penyebutnya. Merasionalkan penyebut adalah mengalikan pembilang dan
penyebut pecahan tersebut dengan sekawan penyebut pecahan tersebut.
Bentuk-bentuk sekawan adalah sebagai berikut.
a. Bentuk sekawan dari √ x adalah √ x
b. Bentuk sekawan dari x + √ y adalah x−√ y dan sebaliknya
c. Bentuk sekawan dari √ x+ √ y adalah √ x−√ y dan sebaliknya

B. Barisan dan Deret


1. Barisan dan Deret Aritmatika
Barisan adalah rangkaian bilangan yang disusun menurut aturan atau pola tertentu.
Bentuk umum barisan adalah sebagai berikut.
U1 , U2, U3 , … , Un
Keterangan:
U 1 = suku pertama
U 2 = suku kedua
U n = suku ke-n

Barisan aritmetika adalah barisan bilangan yang mempunyai beda (selisih) yang
tetap/sama untuk setiap dua suku yang berurutan. Bentuk umum barisan aritmetika
adalah sebagai berikut.
U1 , U2, U3 , … , Un
a , a+ b , a+2 b , … , a+ ( n−1 ) b
Pada barisan aritmetika terdapat beberapa rumusan sebagai berikut.

Rumus beda
b=U n−U n−1

Rumus mencari suku ke- n


U n =a+ ( n−1 ) b

Keterangan:
U 1=a=¿ suku pertama
b = beda
n = banyak suku

Deret adalah penjumlahan suku-suku suatu barisan bilangan. Bentuk umum deret adalah
sebagai berikut.
Sn=U 1+ U 2+ U 3 +…+U n
Keterangan:
Sn = jumlah n suku pertama

Adapun bentuk umum deret aritmatika adalah sebagai berikut.


U 1 +U 2 +U 3 +… +U n
a+ a+b+ a+2 b+ …+a+ ( n−1 ) b
Pada deret aritmetika terdapat beberapa rumusan sebagai berikut.

Rumus mencari jumlah n suku pertama


n
Sn= ( a+U n )
2
n
Sn= ( 2 a+ ( n−1 ) b )
2

Rumus mencari suku tengah


Jika banyak sukunya ganjil maka terdapat suku Tengah ( U t ).
1
U t = ( a+ U n )
2
Sn=n× U t

2. Barisan dan Deret Geometri


Barisan geometri merupakan barisan bilangan dimana dua suku yang berurutan memiliki
perbandingan yang sama. Perbandingan pada barisan geometri disebut sebagai rasio ( r ) .
Bentuk umum barisan geometri adalah sebagai berikut.
U1 , U2, U3 , … , Un
2 n−1
a,ar ,ar ,…,ar
Pada barisan geometri terdapat beberapa rumusan sebagai berikut.
Rumus rasio
U n+1
r=
Un

Keterangan:
U 1=a=¿ suku pertama
U n = suku ke-n
r = rasio
n = banyak suku

Deret geometri merupakan hasil penjumlahan pada barisan geometri. Adapun bentuk
umum deret aritmatika adalah sebagai berikut.
U 1 +U 2 +U 3 +… +U n
2 n−1
a+ ar +a r +…+ a r
Pada deret geometri terdapat beberapa rumusan sebagai berikut.

Rumus mencari jumlah n suku pertama


a ( 1−r n )
Sn = ,r < 1
1−r
a ( r n−1 )
Sn = ,r > 1
r−1

Jika barisan geometri memiliki banyak suku yang tidak terbatas lalu setiap sukunya
dijumlahkan maka akan diperoleh deret geometri tak hingga yang biasanya dinotasikan
sebagai S∞ . Secara matematis, deret geometri tak hingga dirumuskan sebagai berikut.
S∞ =U 1 +U 2 +U 3 +…

Rumus mencari jumlah n suku tak hingga deret geometri


a
S∞ =
1−r

3. Penerapan Barisan Aritmatika dan Geometri


a. Bunga Tunggal
Bunga Tunggal adalah bunga yang diberikan berdasarkan perhitungan modal awal,
sehingga bunga hanya memiliki satu variasi saja (tetap) dari awal periode sampai
akhir periode. Contohnya saat menabung di bank, kita akan mendapatkan bunga yang
tetap tiap-tiap periodenya.

Jika modal awal sebasar M 0 mendapat bunga Tunggal sebesar b (dalam persentase)
per bulan, maka setelah n bulan besar modalnya M n menjadi:
M n=M 0 ( 1+n . b )

b. Bunga Majemuk
Bunga majemuk adalah bunga yang diberikan berdasarkan modal awal dan
akumulasi bunga pada periode sebelumnya. Bunga majemuk memiliki banyak variasi
dan selalu berubah (tidak tetap) pada tiap-tiap periode. Contohnya saat menjual
sebuah kendaraan, harga kendaraan yang dijualkan berubah setiap periode dan
perubahannya bervariasi.

Jika modal awal sebasar M 0 mendapat bunga majemuk sebesar b (dalam persentase)
per bulan, maka setelah n bulan besar modalnya M n menjadi:
n
M n=M 0 ( 1+n . b )

c. Penyusutan
Penyusutan atau depresiasi adalah pengurangan nilai dari harta tetap terhadap nilai
buku atau nilai beli awalnya. Penyusutan dilakukan secara berkala dalam rangka
pembebanan biaya pada pendapatan, baik atas penggunaan harta tersebut karena
sudah tidak memadai lagi.

Jika harga barang pada saat dibeli adalah M 0 dan mengalami penyusutan setiap
tahunnya sebesar p (dalam persentase) dari harga belinya, maka nilai barang pada
akhir tahun ke-n adalah sebagai berikut.
n
M n=M 0 ( 1− p )

d. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan kenaikan jumlah pada tiap periode waktu berdasarkan suatu
rasio pertumbuhan. Jika jumlah awal adalah J 0 dan rasio adalah r per tahun, maka
pada akhir tahun ke-n, jumlah akhirnya menjadi J n:
n
J n=J 0 ( 1+r )

e. Anuitas
Anuitas adalah rangkaian pembayaran atau penerimaan yang sama jumlahnya dan
harus dibayarkan atau yang harus diterima pada tiap akhir periode atas sebuah
pinjaman atau kredit. Jika suatu pinjaman akan dikembalikan secara anuitas, maka
ada tiga komponen yang menjadi dasar perhitungan yaitu:

 Besar pinjaman
 Besar bunga
 Jangka waktu dan jumlah periode pembayaran

Anuitas yang diberikan secara tetap pada setiap akhir periode mempunyai dua fungsi
yaitu membayar bunga atas hutang dan mengangsur hutang itu sendiri. Sehingga
konsepnya :

Anuitas = Bunga atas hutang + Angsuran hutang

Jika utang sebesar M 0mendapat bunga sebesar b per bulan dan anuitas sebesar A,
maka dapat ditentukan :

 Besar bunga pada akhir periode ke-n

 Besar angsuran pada akhir periode ke-n

 Sisa hutang pada akhir periode ke-n


CP: Aljabar dan Fungsi

A. Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel


a. Bentuk Umum
Sistem pertidaksamaan linear tiga variabel (SPLTV) adalah Kumpulan persamaan
linear yang mempunyai solusi (atau tidak mempunyai solusi) yang sama untuk semua
persamaan yang terdiri dari tiga variabel. Adapun bentuk umum system persamaan
linear tiga variabel dengan variabel x , y , dan z adalah sebagai berikut.

{
a1 x+ b1 y+ c 1 z=d1
a2 x+ b2 y+ c 2 z=d2
a3 x+ b3 y+ c 3 z=d 3

b. Metode Eliminasi dan Substitusi


Cara terbaik untuk menyelesaikan SPLTV adalah dengan metode eliminasi-substitusi
(gabungan). Kedua metode ini sama seperti menyelesaikan system persamaan linear
dua variabel (SPLDV).
Langkah-langkah menyelesaikan SPLTV dengan metode gabungan yaitu sebagai
berikut.
 Eliminasi variabel pertama dengan memasang-masangkan dua persamaan dari
ketiga persamaan sehingga diperoleh SPL baru yang sederhana.
 Dari SPL baru, eliminasi lagi sehingga diperoleh nilai dari salah satu variabel
yang ada.
 Dari nilai variabel yang telah ada, substitusikan ke persamaan sebelumnya
untuk memperoleh nilai variabel yang lainnya.

c. Aturan Cramer
Aturan Cramer adalah salah satu solusi untuk menyelesaiakn suatu system persamaan
linear. Aturan ini menggunakan matriks dan determinan untuk mencari solusi system
persamaan linear.

Misal diketahui system persamaan linear tiga variabel (SPLTV) sebagai berikut.
a1 x +b 1 y +c 1 z =d 1
a 2 x +b 2 y +c 2 z =d 2
a 3 x +b3 y +c 3 z =d 3

Dengan menggunakan aturan Cramer, penyelesaian SPLTV tersebut adalah sebagai


berikut.

| | | | | |
d 1 b1 c 1 a 1 d 1 c1 a1 b 1 d 1
d 2 b2 c 2 a 2 d 2 c2 a2 b 2 d 2
D d 3 b3 c 3 D a3 d 3 c 3 D a3 b 3 d 3
x= x = , y= y = , z= z =

| | | | | |
D a1 b 1 c 1 D a1 b 1 c 1 D a1 b1 c 1
a2 b 2 c 2 a2 b 2 c 2 a2 b2 c 2
a3 b3 c3 a3 b 3 c 3 a3 b3 c 3

B. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel


a. Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
Pertidaksamaan linear dua variabel adalah suatu pertidaksamaan yang di dalamnya
memuat dua variabel yang masing-masing berderajat satu.
Pertidaksaan linear dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk:
ax +by > c
ax +by < c
ax +by ≥ c
ax +by ≤ c
dengan x , y variabel dan a . b . c konstanta.

Berbeda dengan penyelesaian dari persamaan linear dua variabel yang berupa
himpunan pasangan titik-titik atau jika digambar grafiknya akan berupa garis lurus,
penyelesaian pertidaksamaan linear dua variabel berua daerah penyelesaian. Dalam
praktiknya penyelesaian pertidaksamaan linear dapat berupa daerah diarsir atau
sebaliknya daerah penyelesaian pertidaksamaan linear dua variabel berupa daerah
bersih.

Berikut ini Langkah-langkah menyelesaikan pertidaksamaan linear dua variabel.


 Ubahlah tanda ketidaksamaan dari pertidaksamaan menjadi tanda sama dengan
(=), sehingga diperoleh persamaan linear dua variabel
 Lukis grafik/garis dari persamaan linear dua variabel tadi. Hal ini dapat
dilakukan dengan menentukan titik potong sumbu x dan sumbu y dari
persamaan atau menggunakan dua titik sembarang yang dilalui oleh garis. Garis
akan membagi dua bidang kartesius
 Lakukan uji titik yang tidak dilalui oleh garis (substitusi nilai x dan y titik ke
pertidaksamaan). Jika menghasilkan pernyataan yang benar, artinya daerah
tersebut merupakan penyelesaiannya, namun apabila menghasilkan pernyataan
salah maka bagian lainnya lah yang merupakan penyelesaiaanya.

Contoh
Tentukan daerah penyelesaian dari pertidaksamaan linear dua variabel berikut
a. 3x + y < 9
b. 4x - 3y ≥ 24
Penyelesaian:
a. 3x + y < 9
3x + y = 9

Grafik Penyelesaian
Garis putus-putus digunakan menunjukkan tanda ketidaksamaan < atau > dengan
kata lain tanda ketidaksamaan tanpa sama dengan)
Uji titik (0, 0)
3(0) + 0 < 9
0 < 9 (benar)

Karena pernyataannya menjadi benar, maka (0, 0) termasuk penyelesaianya.


Sehingga daerah yang memuat (0, 0) merupakan penyelesaianya. Dalam hal ini yang
daerah bersih merupakan penyelesaian dari pertidaksamaan.

b. 4x - 3y ≥ 24
4x - 3y = 24

Grafik Penyelesaian

Uji titik (0, 0)


4(0) - 3(0) ≥ 24
0 ≥ 24 (salah)
Karena pernyataanya menjadi salah, maka (0, 0) bukan termasuk penyelesaianya.
Sehingga daerah penyelesainnya tidak memuat (0, 0) dan daerah bersihnya (daerah
penyelesaian) berada di bawah garis.
Untuk melakukan uji titik, tidak harus selalu menggunakkan titik (0, 0). Titik mana
saja bisa digunakan asalkan titik tersebut tidak dilalui oleh garis persamaan. Pada dua
contoh di atas, dasar pertimbangan menggunakan titik (0, 0) adalah selain tidak
dilalui oleh garis serta mempermudah perhitungan.

b. Penyelesaian Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel


Sistem pertidaksamaan linear dua variabel adalah gabungan dua atau lebih
pertidaksamaan linear dua variabel. Daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan
linear dua variabel merupakan daerah yang memenuhi semua pertidaksamaan yang
ada dalam sistem.

Contoh
Tentukan daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan dua variabel berikut!
x+y≤9

6x + 11 y ≤ 66
x≥0
y≥0
Penyelesaian:
x+y≤9
x+y=9

6x + 11 y ≤ 66
6x + 11 y = 66

x ≥ 0, gambar garisnya berimpit dengan sumbu y dengan daerah penyelesaian di


kanan sumbu y
y ≥ 0, gambar garisnya berimpit dengan sumbu x dengan daerah penyelesaian di atas
sumbu x
Grafik Penyelesaian
Uji titik (0, 0)
0+0≤9
0 ≤ 9 (benar)

Uji titik (0, 0)


6(0) + 11(0) ≤ 66
0 ≤ 66 (benar)

C. Persamaan dan Fungsi Kuadrat

1. Bentuk Umum Persamaan Kuadrat

Persamaan kuadrat adalah suatu bentuk persamaan yang dapat menghasilkan lintasan
melengkung pada setiap titiknya. Contohnya: Lintasan gerak bola yang ditendang.
Bentuk umum persamaan kuadrat adalah sebagai berikut.

2
ax +bx +c=0
Di mana:
a : koefisien x 2 , a tidak sama dengan 0
b : koefisien x
c : konstanta
x : variabel
x 1 dan x 2 disebut sebagai akar persamaan kuadrat yaitu nilai x yang memenuhi
persamaan kuadrat. Akar persamaan kuadrat sering juga disebut sebagai solusi atau
penyelesaian persamaan kuadrat.

2. Menyelesaikan Persamaan Kuadrat

Ada beberapa cara untuk menyelesaikan persamaan kuadrat di antaranya dengan cara
memfaktorkan, melengkapi kuadrat sempurna, atau menggunakan rumus kuadratik.

a. Menyelesaikan persamaan kuadrat dengan memfaktorkan


Menentukan akar-akar persamaan kuadrat daengan pemfaktoran
artinya meyelesaikan persamaan kuadrat dengan mengubahnya menjadi
bentuk perkalian.
 Untuk a = 1
x2 + bx + c = 0
(x + x1 ) (x + x2 ) = 0 dengan x1 + x2 = b dan x1 . x2 = c
x + x1 = 0 atau x + x2 = 0
x = -x1 atau x = -x2
Jadi, akar-akar dari x2 + bx + c = 0 adalah -x1 dan -x2

Contoh:
x2 – 2x – 8 = 0
(x – 4) (x + 2) = 0
x = 4 atau x = -2
Jadi, akar-akar dari x2 – 2x – 8 = 0 adalah -2 dan 4.

 Untuk a ≠ 1
ax2 + bx + c = 0
( ax + x 1 )( ax+ x2 )
=0 dengan x 1+ x2 =b dan x 1 . x 2=ac
a
ax + x1 = 0 atau ax + x2 = 0
−x 1 −x
x= atau x= 2
a a
−x1 −x 2
Jadi, akar-akar dari ax2 + bx + c = 0 adalah atau
a a
Contoh:
3x2 -2x -5 = 0
( 3 x +3 )( 3 x−5 )
=0
3
3 ( x +1 ) ( 3 x−5 )
=0
3
(x + 1) (3x – 5) = 0
3
x = -1 atau x =
5
3
Jadi, akar-akar dari 3x2 -2x -5 = 0 adalah -1 dan .
5

b. Menyelesaikan persamaan kuadrat dengan melengkapi kuadrat sempurna


Untuk menyelesaikan ax 2 +bx +c=0 dengan melengkapi kuadrat sempurna maka:
2
ax +bx +c=0
2 b c
x + x + =0
a a
2 b −c
x + x=
a a

( ) ( )
2 2
2 b b −c b
x + x+ = +
a 2a a 2a

( )
2 2
b −c +b
x+ =
2a a 4 a2

( x + 2ba ) = b −4
2 2
ac
2
4a

Berikut ini langkah-langkahnya:


 Koefisien x 2 yaitu a adalah 1 atau dibuat menjadi 1
 Persamaan dinyatakan dalam bentuk x 2+ m x=n
1
 Kedua ruas persamaan ditambah dengan ( koefisien x 2)
2
 Persamaan dinyatakan dalam bentuk ( x + p )2=q
 ( x + p )2=q ↔ x=± √ q−p
Contoh:
2
2 x +2 x−3=0
2 3
x + x− =0
2
2 3
x + x=
2

() ()
2 2
2 1 3 1
x + x+ = +
2 2 2

( )
2
1 3 +1
x+ =
2 2 4

( x + 12 ) = 74
2

1
x + =±
2
7
4 √
1 1
x 1 ,2=± √ 7−
2 2
1 1 −1 1
x 1= √ 7− atau x 2= √ 7−
2 2 2 2

c. Menyelesaikan persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus kuadratik (ABC)


Untuk menyelesaikan persamaan kuadrat dengan rumus, perlu diperhatikan hal-hal
berikut.
 Persamaan kuadrat dinyatakan dalam bentuk baku persamaan kuadrat, yaitu
2
ax +bx +c=0
 Tentukan nilai a , b , dan c
 Gunakan rumus penyelesaian persamaan kuadrat berikut.
−b ± √ b2−4 ac
x 1 ,2=
2a

3. Akar Persamaan Kuadrat


Berdasarkan rumus kuadratik tampak bahwa penyelesaian atau akar-akar suatu
persamaan kuadrat sangat ditentukan oleh nilai b 2−4 ac. Bentuk b 2−4 ac disebut
diskriminan dari persamaan kuadrat ax 2 +bx +c=0 dan dilambangkan dengan huruf D
, sehingga D=b2−4 ac .

Dari rumus ABC diperoleh hubungan berikut.


−b
 Penjumlahan akar: x 1+ x2 =
a
c
 Perkalian akar: x 1 . x 2=
a

 Selisih akar: x 1−x 2=


√D
a

Adapun jenis akar persamaan kuadrat dapat dilihat dari nilai diskriminannya, yaitu
sebagai berikut.
 D ≥ 0 ,akar-akarnya real
 D>0 , akar-akarnya real dan berlainan
 D=0 ,akar-akarnya real dan kembar
 D<0 , akar-akarnya imajiner

4. Fungsi Kuadrat dan Karakteristik Grafiknya


Fungsi kuadrat adalah fungsi polynomial yang memiliki variabel dengan pangkat
tertinggi dua. Bentuk umum dari fungsi kuadrat menyerupai bentuk persamaan
kuadrat, yaitu sebagai berikut.
f ( x )=ax 2+ bx+ c

Grafik fungsi kuadrat ditulis dengan notasi y=f ( x )=ax 2 +bx +c dan grafiknya
berbentuk parabola. Berikut ini karakteristik dari grafik fungsi kuadrat.
Berdasarkan nilai a berlaku:
 Jika a > 0 maka grafik fungsi kuadrat akan terbuka ke atas
 Jika a < 0 maka grafik fungsi kuadrat akan terbuka ke bawah

Berdasarkan nilai diskriminan (D) berlaku:


 Jika D > 0 maka grafik fungsi kuadrat akan memotong sumbu X di dua titik
 Jika D = 0 maka grafik fungsi kuadrat akan menyinggung sumbu X, di satu titik
 Jika D < 0 maka grafik fungsi kuadrat tidak memotong sumbu X

5. Menggambar Grafik Fungsi Kuadrat


Untuk melukis grafik fungsi kuadrat y=f ( x )=ax 2 +bx +c diperlukan hal-hal berikut.
a. Titik potong dengan sumbu x
Hal ini diperoleh dengan menentukan nilai x di saat y = 0
b. Titik potong dengan sumbu y
Hal diperoleh dengan menentukan nilai y di saat x = 0
c. Sumbu simetri
−b
Persamaan sumbu simetri fungsi kuadrat y=f ( x )=ax 2 +bx +c adalah x=
2a
d. Titik puncak atau titik balik

Fungsi kuadrat y=f ( x )=ax 2 +bx +c memiliki titik puncak ( −b


2a
,− ) .
D
4a
Jika a > 0 maka titik baliknya adalah titik balik minimum sedangkan jika a < 0
maka titik baliknya adalah titik balik maksimum.
6. Menyusun Persamaan Fungsi Kuadrat
Jika sketsa grafik suatu fungsi kuadrat diketahui, maka kita dapat menentukan rumus
fungsi kuadratnya. Keterangan-keterangan yang diketahui pada sketsa grafik fungsi
kuadrat seringkali mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
a. Grafik fungsi kuadrat memotong sumbu x di A(x1 , 0) dan B(x2 , 0), serta melalui
sebuah titik tertentu (x, y). Persamaan fungsi kuadratnya dapat dinyatakan
sebagai berikut.
y=f ( x )=a ( x−x 1 ) ( x−x 2 )
Dengan nilai a ditentukan kemudian
b. Grafik fungsi kuadrat menyinggung sumbu x di A(x1 , 0) dan melalui sebuah titik
tertentu (x, y). Persamaan fungsi kuadratnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
2
y=f ( x )=a ( x−x 1 )
Dengan nilai a ditentukan kemudian
c. Grafik fungsi kuadrat melalui titik puncak atau titik balik P (xp , yp) dan melalui
sebuah titik tertentu (x, y). Persamaan fungsi kuadratnya dapat dinyatakan
sebagai berikut.
2
y=f ( x )=a ( x−x p ) + y p
Dengan nilai a ditentukan kemudian

D. Persamaan dan Fungsi Eksponensial


1. Persamaan Eksponen
Persamaan eksponen adalah persamaan bilangan berpangkat yang memuat variabel di
bagian pangkatnya. Oleh karena memuat suatu variabel, maka pangkatnya bisa
dinyatakan sebagai suatu fungsi, misal f(x) atau g(x) untuk pangkat bervariabel x. Contoh
persamaan eksponen adalah 32x – 4 = 32.
Berikut ini sifat-sifat persamaan eksponen.
a. Untuk a f ( x )=1 dengan a>0 dan a ≠ 1 ,berlaku f ( x ) =0
b. Untuk a f ( x )=ak dengan a> 0 dan a ≠1 , berlaku f ( x )=k
c. Untuk a f ( x )=ag ( x ) dengan a> 0 dan a ≠ 1, berlaku f ( x )=g ( x )
d. Untuk a f ( x )=bf (x ) dengan a ,b >0 dan a , b ≠ 1 ,berlaku f ( x ) =0
e. Untuk a f ( x )=bg ( x ) dengan a , b> 0 dan a , b ≠ 1, berlaku log a f ( x )=log bg ( x )
f. Untuk f ( x ) g (x )=1, maka ada tiga langkah penyelesaianyan, yaitu:
 f ( x )=1
 f ( x )=−1, syarat g ( x ) genap
 g ( x )=0 , syarat f ( x ) ≠ 0
g. Untuk f ( x )h ( x )=g ( x )h ( x ), maka ada tiga langkah penyelesaianyan, yaitu:
 f ( x )=g ( x )
 f ( x )=−g ( x ) , syarat h ( x ) genap
 h ( x )=0 , syarat f ( x ) , g ( x ) ≠ 0
h. Untuk f ( x ) g (x )=f ( x )h ( x ), maka ada empat langkah penyelesaianyan, yaitu:
 g ( x )=h ( x )
 f ( x )=1
 f ( x )=−1, syarat g ( x ) dan h ( x ) genap/ ganjil
 f ( x )=0 , syarat g ( x ) dan h ( x ) positif
2
i. Jika p ( a x ) + q ( a x ) +r =0, maka ada 2 langkah penyelesaian, yaitu:
 Misalkan a x dengan variabel lain (selain variabel pada soal)
 Faktorkan persamaan

2. Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan eksponen adalah bentuk lain dari persamaan eksponen, namun tanda
penghubungnya menggunakan tanda pertidaksamaan seperti ¿ ,< ,≥ , atau≤ .
Berikut ini sifat-sifat pertidaksamaan eksponen.
a. Untuk bilangan pokok a> 1
 Jika a f ( x ) <a g ( x ) maka f ( x ) < g ( x )
 Jika a f ( x ) >a g ( x ) maka f ( x ) > g ( x )
b. Untuk bilangan pokok 0< a<1
 Jika a f ( x ) <a g ( x ) maka f ( x ) > g ( x )
 Jika a f ( x ) >a g ( x ) maka f ( x ) < g ( x )
c. Pertidaksamaan eksponen yang diselesaikan dengan menggunakan perstidaksamaan
kuadrat.
2
Jika p ( a x ) + q ( a x ) +r ≤ 0 maka:
 Tetapkan a> 0
 Sehingga bentuknya menjadi p x 2+ qx+r ≤ 0
 Selesaikan menggunakan konsep pertidaksamaan kuadrat
3. Fungsi Eksponen

Fungsi eksponen adalah fungsi yang variabel bebasnya berupa pangkat. Fungsi ini
memetakan setiap bilangan real x ke bilangan real a x , dengan a> 0 dan a ≠ 1.
Bentuk umum fungsi eksponen didefinisikan sebagai berikut:
x
y=f ( x )=k a , a>0 , dan a ≠ 1.

Dengan:
x adalah variabel bebas, dengan daerah asal (domain), Df = { x∨x ∈ R }
a adalah bilangan pokok atau basis eksponen, dengan ketentuan a> 0 dan a ≠ 1
y adalah variabel tak bebas, dengan daerah hasil (range), R f = { y ∨ y >0 , y ∈ R }
k adalah konstanta sembarang

Grafik fungsi eksponen y=f ( x )=k a x dikelompokkan menjadi dua macam berdasarkan
bilangan pokok a , yaitu:

a. Grafik fungsi eksponen dengan bilangan pokok a> 1.


b. Grafik fungsi eksponen dengan bilangan pokok 0< a<1.
Dari grafik di atas, dapat dituliskan sifat-sifat fungsi eksponen y=a x, yaitu sebagai
berikut.

a. Fungsi y=a x selalu memotong sumbu Y di titik ( 0 , 1 ).


b. Fungsi y=a xadalah fungsi kontinu.
c. Sumbu X tidak pernah dipotong oleh fungsi y=a x , melainkan hanya didekati. Kita
katakan bahwa sumbu X sebagai asimtot datar.
d. Fungsi y=a xadalah fungsi satu-satu dan memiliki invers. Invers dari fungsi
eksponen adalah fungsi logaritma.
e. Fungsi y=a xuntuk a> 1adalah fungsi naik.
f. Fungsi y=a xuntuk 0< a<1 adalah fungsi turun.

( ) adalah setangkup (simetris) terhadap sumbu Y.


x
1
g. Grafik fungsi y=a x dan y=
a

Perhatikan bentuk fungsi eksponen berikut.

x± m
f ( x )=a ±n

Nilai m dan n menggeser kurva eksponen y=a x dengan ketentuan sebagai berikut.

 +m menggeser kurva y=a x ke kiri


 -m menggeser kurva y=a x ke kanan
 +n menggeser kurva y=a x ke atas
 -n menggeser kurva y=a x ke bawah

E. Matriks
1. Pengertian Matriks

2. Operasi Matriks
a. Operasi penjumlahan
Dua buah matriks dapat dijumlahkan apabila keduanya memiliki ordo yang sama.
Hasil operasi penjumlahannya adalah matriks baru yang memiliki ordo yang sama
dengan matriks semula, dengan elemen-elemennya terdiri dari hasil penjumlahan
elemen-elemen pada matriks.
Secara matematis, operasi penjumlahan matriks dapat diasumsikan sebagai berikut.

[ ac bd ]+[ pr qs ]=[ a+c +rp b +q


d +s ]
b. Operasi pengurangan
Pengurangan pada matriks memiliki konsep yang sama dengan penjumlahan. Dua
buah matriks dapat dikurangkan apabila keduanya memiliki ordo yang sama. Hasil
operasi pengurangannya adalah matriks baru yang memiliki ordo sama dengan
matriks semula, dengan elemen-elemennya terdiri dari hasil pengurangan dengan
elemen-elemen pada matriks.
Secara matematis, operasi pengurangan matriks dapat diasumsikan sebagai berikut.

[ ac bd ]−[ pr qs ]=[ a−c−rp b−q


d−s ]

c. Operasi perkalian
 Perkalian matriks dengan skalar
Perkalian matriks dengan skalar dilakukan dengan cara mengalikan setiap
elemen matriks dengan skalar tersebut, dan menghasilkan matriks dengan ordo
seperti matriks yang dikalikan.

Secara matematis, operasi perkalian matriks dengan skalar dapat diasumsikan


sebagai berikut:

[ ac bd ] ×k =[ kk ac kk db]
 Perkalian dua buah matriks
Perkalian matriks dengan matriks yang kita asumsikan sebagai matriks A dan
matriks B memiliki syarat, yaitu kolom matriks A harus sama dengan baris
matriks B. Sedangkan ordo dari hasil perkalian matriks tersebut adalah
banyaknya baris matriks A dikali dengan banyaknya kolom matriks B. Secara
matematis, bentuk ordo pada perkalian matriks dengan matriks adalah sebagai
berikut.

Operasi perkalian dua matriks dapat diasumsikan sebagai berikut.

[ ac bd ] × [ pr qs ]=[ ac p+p+drbr aq +bs


cq+ ds ]
3. Determinan Matriks
Determinan matriks merupakan selisih antara perkalian elemen-elemen pada diagonal
utama dengan perkalian elemen-elemen pada diagonal sekunder. Dereminan matriks
hanya dapat dicari dengan matriks persegi. Determinan matriks dapat ditemukan dalam
matriks persegi ordo 2 ×2 dan 3 ×3 .

a. Determinan matriks ordo 2 ×2

Misalkan matriks A= [ ac bd ]
Determinan matriks A = det A=| A|=ad−bc
b. Determinan matriks ordo 3 ×3

[ ]
a11 a1 2 a 13
Misalkan matriks A= a 21 a 22 a 23
a3 1 a 32 a33

| |
a11 a12 a13 a11 a 12
Determinan matriks A = | A|= a21 a22 a23 a2 1 a22
a31 a32 a33 a3 1 a32

¿ ( a 11 . a22 . a33 ) + ( a12 . a23 . a31 ) + ( a13 . a21 . a 32) −( a13 . a22 . a31 ) −( a11 . a 23 . a32 )−( a12 . a21 . a33 )
Misalkan ada matriks A, B, dan C yang memiliki nilai determinan. Berikut beberapa sifat
determinan matriks.

a. | A t|=| A|
b. | A . B|=| A|.|B|
c. | A n|=| A|n
1
d. | A−1|=
| A|
e. |k × A m × m|=k m ×| A|

4. Invers Matriks
Invers matriks A adalah suatu matriks baru yang berkebalikan dengan matriks A dengan
notasi A-1. Jika matriks tersebut dikalikan dengan invers matriksnya, maka akan
terbentuk matriks identitas. Umumnya, penggunaan matriks ini untuk memecahkan
sistem persamaan linier (SPL). Untuk menyelesaikan invers matriks, terdapat beberapa
aturan berdasarkan ordo matriks yaitu 2 x 2 dan 3 x 3.
a. Invers matriks ordo 2 ×2

Jika A= [ ac bd ] matriks persegi berordo 2, maka invers matriks A, ditulis A −1


adalah

A
−1
=
1
[
det A −c a ]
d −b
dengan syarat bahwa det A=ad−bc ≠ 0

b. Invers matriks ordo 3 ×3

Untuk mencari invers matriks ordo nxn seperti untuk matriks 3x3 digunakan rumus
seperti berikut:

1
A -1 = . Adj(A)
det ( A )

Sedangkan untuk mengetahui matriks adjoint yang sering disingkat dengan Adj(A),
kita harus mengetahui terlebih dahulu matriks kofaktor.

Matriks Kofaktor adalah matriks yang elemennya diganti dengan nilai determinan
yang unsurnya tidak sebaris dan tidak sekolom dengan unsur asal. Kemudian
dilanjutkan dengan memberikan tanda positif negatif saling bergantian.

¿
Contoh:
Carilah invers matriks dari matriks ordo 3x3 berikut ini :

[ ]
3 1 0
A= 2 1 1
6 2 2

a. Langkah pertama mencari matriks kofaktornya :

[ ]
[12 12] −[ 26 12] +[ 26 12]
+

Kof A = −[ [ 36 02] −[ 36 12]


2 2]
1 0
+

[ 1 1] [ 2 1] [ 2 1]
+1 0 −3 0 + 3 1

[ ]
0 2 −2
Kof A = −2 6 0
1 −3 1

b. Langkah berikutnya adalah mencari matriks ADJOIN nya :

[ ]
0 2 −2
Kof A = −2 6 0
1 −3 1

Maka matriks adjoin nya menjadi :

[ ]
0 −2 1
Matriks Adj A = 2 6 0
−2 −3 1

c. Langkah ketiga mencari determinan dari matriks A:

[ ]
3 1 0 3 1
det (A) = 2 1 1 2 1
6 2 2 6 2

det (A) = (3.1.2) + (1.1.6) + (0.2.2) – (0.1.6) – (3.1.2) – (1.2.2)

=6+6+0–0–6–4
=2

d. Langkah terakhir adalah mencari invers matriksnya :

[ ]
1
0 −1
2

[ ]
0 −2 1
1 −3
-1
A = 2 6 0 Maka matriknya menjadi : A-1 = 1 3
2 2
−2 −3 1
1
−1 0
2

Misalkan ada matriks A, B, dan C yang memiliki invers serta I adalah matriks identitas.
Berikut beberapa sifat invers matriks.

−1
 ( A−1 ) = A
 −1
A . A= A . A =I
−1

 A . B=I artinya A dan B saling invers yaitu A−1=B dan B−1= A


 ( AB )−1=B−1 . A−1
 AB=C , maka A=C . B−1 dan B= A−1 . C

F. Transformasi Geometri

Transformasi geometri dapat disimpulkan sebagai perubahan bentuk dari sebuah garis, sudut,
ruang, dan bidang. Dalam kehidupan sehari-hari, transformasi geometri ini biasanya
dimanfaatkan untuk pembuatan karya-karya seni dan desain arsitektur.

1. Translasi (Pergeseran)
Translasi pada dasarnya hanya mengubah posisi, bukan bentuk dan ukuran dari

( ab)
bidangnya. Misalkan sembarang titik A ( x , y ) ditranslasikan oleh matriks translasi T =

, maka kita peroleh bayangannya yaitu A ' ( x ' , y ' ) dapat ditulis:
Cara perhitungannya:

( xy '' )=( xy )+(ba)


Sehingga jika dioperasikan menjadi:

( xy '' )=( x+y +ba)


2. Refleksi (Pencerminan)
Berikut ini beberapa sifat dari refleksi atau pencerminan, yaitu:
a. Bangun (objek) yang dicerminkan (refleksi) tidak mengalami perubahan bentuk dan
ukuran.
b. Jarak bangun (objek) dari cermin (cermin datar) adalah sama dengan jarak bayangan
dengan cermin tersebut.

Berikut ini matriks transformasi untuk reflelksi.

3. Rotasi (Diputar)
Sama halnya dengan translasi dan refleksi, rotasi juga hanya mengubah posisi, bukan
bentuk dan ukuran dari bidangnya. Berikut ini matriks transformasi untuk rotasi.

4. Dilatasi (Diperbesar/diperkecil)
Dilatasi pada transformasi geomteri mengakibatkan ukuran benda berubah. Faktor yang
menyebabkan diperbesar atau diperkecilnya suatu bangun ini disebut factor dilatasi atau
factor skala atau factor pengali. Faktor skala ini biasanya disimbolkan dengan k . Berikut
ini matriks transformasi untuk dilatasi.

5. Matriks Transformasi
Setiap jenis transformasi geometri memiliki matriks transformasi geometri tersendiri
yang biasanya berordo 2 x 2, kecuali translasi yang matriksnya berordo 2 x 1. Namun
yang akan dibahas di sini adalah khusus matriks transformasi berordo 2 x 2.
Misalkan terdapat suatu matriks transformasi yang digunakan untuk mentransformasikan
suatu titik, fungsi suatu kurva, dan bidang, sehingga diperoleh bayangannya, di mana

matriks tersebut disajikan dalam bentuk M = (ac bd ). Penulisan dan perhitungan


transformasinya dapat dituliskan:
bayangan=M × titik awal

( xy '' )=(ac bd )× ( xy )
Luas bayangan suatu bangun datar jika ditransformasi oleh matriks transformasi M yang
berordo 2 x 2, yaitu:
Luas=|M |×luas awal
Dengan |M | = determinan matriks M .
6. Komposisi Transformasi dengan Matriks
Misalkan suatu benda atau bangun dilakukan komposisi transfromasi. Pertama
ditransformasi T 1 yang bersesuaian dengan matriks M 1, dilanjutkan lagi dengan
transformasi T 2 yang bersesuaian dengan matriks M 2, dan dilanjutkan lagi dengan
transformasi T 3 yang bersesuaian dengan matriks M 3. Penulisan komposisinya yaitu:
T 3 ∘ T 2 ∘T 1=M 1 . M 2 . M 3
( penulisannyadibalik sesuai urutan pengerjaannya)

G. Fungsi Invers dan Komposisi


1. Pengertian Relasi dan Cara Penyajian Relasi
Relasi merupakan hubungan antara satu himpunan dengan himpunan lainnya. Berikut ini
cara penyajian relasi.

2. Pengertian Fungsi dan Pemetaan


Relasi dari himpunan A ke himpunan B disebut fungsi atau pemetaaan, jika dan hanya
jika setiap unsur dalam himpunan A berpasangan tepat dengan satu unsur dalam
himpunan B. Untuk mengetahui apakah suatu relasi merupakan fungsi atau bukan cukup
hanya melihat anggota A, dengan syarat A harus memiliki pasangan dan harus satu.
Yang merupakan Fungsi : 1, 2, 4
Yang merupakan Bukan Fungsi : 3, 5, 6
3. Domain, Kodomain, dan Range
Domain adalah daerah asal atau himpunan yang memuat elemen pertama himpunan
pasangan berurut relasi R.
Kodomain adalah daerah himpunan kawan, atau himpunan yang memuat elemen kedua
himpunan pasangan berurut relasi R.
Range adalah daerah hasil, atau himpunan semua anggota himpunan B yang memiliki
pasangan anggota himpunan A.
Berikut ini cara menentukan domain dari beberapa fungsi aljabar.

Bentuk fungsi Syarat terdefinisi


Fungsi Irasional f (x)≥0
y= √ f ( x )
Fungsi rasional f (x)≠0
g(x)
y=
f (x)

4. Operasi Aljabar pada Fungsi


Berikut ini operasi hitung aljabar yang berlaku pada fungsi.
a. ( f +g ) ( x ) =f ( x )+ g ( x )
b. ( f −g ) ( x )=f ( x )−g ( x )
c. ( f × g ) ( x ) =f ( x ) × g ( x )

d. ()f
g
( x )=
f (x )
g(x)
n
e. f n ( x )= { f ( x ) }

5. Komposisi Fungsi
Dari dua buah fungsi f (x) dan g (x) dapat dibentuk fungsi baru dengan menggunakan
operasi komposisi. Operasi komposisi dilambangkan dengan o (dibaca : komposisi atau
bundaran).
Diketahui f dan g dua fungsi sebarang maka fungsi komposisi f dan g ditulis g ∘ f
didefinisikan sebagai ( g ∘ f ) ( x ) =g ( f ( x ) ) dengan f dikerjakan lebih dahulu daripada g.
Berikut ini ilustrasi diagram panah untuk fungsi komposisi ( g ∘ f ) ( x ) .

Sementara untuk fungsi komposisi g dan f ditulis f ∘ g didefinisikan sebagai


( f ∘ g ) ( x ) =f ( g ( x ) ) dengan g dikerjakan lebih dahulu daripada f. Berikut ini ilustrasi
diagram panah untuk fungsi komposisi ( f ∘ g ) ( x ) .

Berikut ini sifat-sifat operasi fungsi komposisi.


a. Tidak berlaku sifat komutatif
( f ∘ g ) ( x ) ≠ ( g ∘ f )( x )
b. Jika I fungsi identitas ( I ( x ) =x ) berlaku:
( I ∘ f )( x )=( f ∘ I )( x )=f ( x )
c. Berlaku sifat asosiatif
( f ∘ ( g ∘h )) ( x )=( ( f ∘ g ) ∘ h ) ( x )

6. Menentukan komponen pembentuk fungsi komposisi


Jika diketahui fungsi komposisinya ( g ∘ f ) ( x ) atau ( f ∘ g ) ( x ) dan diketahui salah satu
fungsinya bisa fungsi f atau fungsi g, maka kita diminta menentukan fungsi yang belum
diketahui.
a. Jika ditanyakan komponen komposisi fungsi bagian kanan
Misal diketahui f dan fungsi komposisi ( f ∘ g ) ( x ) , kita diminta menentukan fungsi g.
Caranya, langsung substitusi bentuk g ( x ) ke fungsi f , maksudnya semua variabel x
pada fungsi f digantikan dengan g ( x ).

Contoh:
Diketahui f ( x )=2 x−3 dan ( f ∘ g ) ( x ) =4 x 2−6 x +5. Tentukan fungsi g ( x ).
Penyelesaian:
( f ∘ g ) ( x ) =4 x 2−6 x +5
f ( g ( x ) )=4 x −6 x +5
2

2
2. g ( x ) −3=4 x −6 x+ 5
2
2. g ( x ) =4 x −6 x +5+3
2
2. g ( x ) =4 x −6 x +8
2
( ) 4 x −6 x +8
g x=
2
2
g ( x )=2 x −3 x + 4

b. Jika ditanyakan komponen komposisi fungsi bagian kiri


Misal diketahui f dan fungsi komposisi ( g ∘ f ) ( x ) , kita diminta menentukan fungsi g.
Caranya, substitusi bentuk f ( x ) ke fungsi komposisinya, lalu misalkan agar menjadi
satu variabel.
Contoh:
Diketahui g ( x )=3 x+ 2 dan ( f ∘ g ) ( x ) =x2 + x−3 . Tentukan fungsi f ( x ) .
Penyelesaian:
( f ∘ g ) ( x ) =x2 + x−3
f ( g ( x ) )=x + x−3
2

p−2
Misal p=3 x +2 → x=
3
Substitusikan p=3 x +2
2
f ( 3 x +2 )=x + x−3

( )
2
p−2 p−2
f ( p )= + −3
3 3
2
p −4 p+ 4 p−2
f ( p )= + −3
9 3
p −4 p+ 4 3 ( p−2 ) 27
2
( )
f p= + −
9 9 9
2
p −p+ 25
f ( p )=
9
2
x −x +25
f ( x )=
9

7. Invers Fungsi

Jika fungsi f : A → B memiliki relasi dengan fungsi g :B → A , maka fungsi g merupakan


invers dari f dan ditulis f −1 atau g=f −1 .

Untuk menentukan invers suatu fungsi y=f ( x ) dapat ditempuh dengan cara berikut.
a. Ubah persamaan y=f ( x ) ke dalam bentuk x=f ( y )
b. Gantikan x dengan f −1 ( y ) sehingga f ( y )=f −1 ( y )
c. Gantikan y dengan x sehingga diperoleh invers berupa f −1.

Beriku beberapa jenis fungsi beserta inversnya.


H. Polinomial (Suku Banyak)
1. Pengertian Suku Banyak
Sistem persamaan polynomial (suku banyak) adalah system persamaan dengan pangkat
tertingginya lebih besar dari 2. Bentuk umum dari polynomial adalah sebagai berikut.
n n−1 n−2
P ( x )=a n x +an−1 x + an−2 x +…+ a1 x +a 0

Di mana:
a. Derajat ( n ) adalah pangkat tertinggi dalam suatu suku banyak
b. Variabel ( x ) adalah bilangan yang dimisalkan dengan huruf misalnya x
c. Koefisien ( a ) adalah bilangan yang mengikuti variabel

2. Operasi Suku Banyak


Suatu persamaan polinomial memiliki operasi dasar yang sama dengan sistem persamaan
kuadrat yaitu : operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian suku banyak.
Teorema nya adalah sebagai berikut : jika f(x) dan g(x) berturut-turut adalah suku
banyak berderajat m dan n, maka :
a. f(x) ± g(x) adalah suku banyak berderajat maksimum m atau n.
Contoh:

b. f(x) x g(x) adalah suku banyak berderajat (m + n).


Contoh:

3. Kesamaan Suku Banyak

Misalkan terdapat suku banyak yaitu :


Dan suku banyak yang lain adalah :

Jika f(x) ≡ g(x) maka haruslah an= bn, an-1= bn-1, ……… a1= b1

f(x) ≡ g(x) disebut dengan kesamaan polinomial.

Dua buah sistem persamaan polinomial dikatakan memiliki kesamaan jika keduanya :

 Memiliki derajat yang sama.


 Memiliki variabel dan koefisien seletak yang sama antara polinomial ruas kiri dengan
kanan.

Pada kesamaan polinomial tidak berlaku pindah ruas atau kali silang seperti yang terjadi
pada operasi aljabar.

4. Pembagian Suku Banyak

Suatu fungsi suku banyak dapat dilakukan operasi pembagian terhadap fungsi lainnya.
Ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu pembagian suku banyak dengan cara bersusun
dan dengan metode horner (bagan).

a. Pembagian suku banyak dengan strategi pembagian bersusun

Misalkan suku banyak fx= a2x2+a1x+ a0 dibagi dengan (x-k) memberikan hasil bagi
H(x) dan sisa S, sehingga diperoleh hubungan :

Untuk menentukan hasil bagi H(x) dan sisa S digunakan pembagian suku banyak
dengan cara pembagian bersusun berikut ini :
Jadi, Hasil bagi H(x) = a2x + a2k + a1 (pada bagian atas) dan sisa S (pada bagian
bawah) = a0+ a1k + a2k2

b. Pembagian suku banyak menggunakan metode horner

Aturan penggunaan metode horner pada operasi pembagian adalah sebagai berikut :

1) Letakkan seluruh koefisien dari derajat tertinggi sampai nol di bagian atas (selalu
dimulai dari pangkat tertinggi dan berurutan). Apabila terdapat suku banyak yang
tidak ada contohnya 2x4 + 3x2-5x-9 = 0. Maka koefisien untuk pangkat x3 dapat
ditulis 0.
2) Letakkan faktor pengali di samping kiri.
3) Baris bawah bagian kiri adalah hasil bagi, sedangkan bagian kanan adalah sisa.
Atau dapat ditulis sebagai berikut :

Proses pembagian menggunakan metode horner dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
Jadi, hasil bagi H(x) = a2x+a2k+ a1 dan sisa S = a2k2+a1k+ a0

5. Teorema Sisa

Teorema ini digunakan untuk menentukan nilai sisa pembagian suatu suku banyak tanpa
mengetahui suku banyak dan/atau hasil baginya. Bentuk umum dari teorema sisa adalah
adalah sebagai berikut : Misalkan suku banyak f(x) dibagi dengan P(x) memberikan
hasil bagi H(x) dan sisa S(x), maka akan diperoleh hubungan :

Jika F(x) suku banyak berderajat n dan P(x) adalah pembagi berderajat m, dengan m ≤ n,
maka diperoleh :

 H(x) adalah hasil bagi berderajat (n-m).


 S(x) adalah sisa pembagian berderajat maksimum (m-1).

Syarat pembagi menggunakan teorema sisa terdapat dengan dua cara yaitu :

a. Pembagian dengan (x-k)


Teorema Sisa bagian 1: “ jika suku banyak f(x) berderajat n dibagi dengan (x-k) maka
sisanya S=f(k), sisa f(k) adalah nilai suku banyak x=k yang dapat ditentukan dengan
strategi substitusi atau strategi skema (bagan) ”.

b. Pembagian dengan (ax+b)

6. Teorema Faktor
Teorema faktor dapat digunakan untuk menentukan faktor lain atau akar-akar rasional
dari sistem persamaan suku banyak menggunakan metode horner. Pada teorema faktor
menjelaskan 2 konsep yaitu :

a. Jika P(x) habis dibagi q(x) atau mempunyai sisa nol, maka q(x) adalah faktor dari
P(x)
b. Jika P(x) = f(x). g(x) maka f(x) dan g(x) adalah faktor dari P(x).

I. Fungsi Trigonometri
1. Pengertian Trigonometri
Fungsi trigonometri adalah suatu fungsi yang grafiknya berulang secara terus
menerus dalam periode tertentu. Pada fungsi trigonometri terdapat beberapa unsur,
yakni periode, amplitudo, nilai maksimum, dan nilai minimum.
a. Periode
Periode adalah jarak antara dua puncak atau dua lembah pada grafik fungsi
trigonometri. Atau dapat diartikan juga sebagai jarak terjadinya grafik fungsi
trigonometri tersebut berulang.
b. Amplitudo
Periode adalah jarak antara dua puncak atau dua lembah pada grafik fungsi
trigonometri. Atau dapat diartikan juga sebagai jarak terjadinya grafik fungsi
trigonometri tersebut berulang.
c. Nilai maksimum
Nilai maksimum adalah nilai tertinggi yang bisa dicapai oleh suatu fungsi
trigonometri. Pada grafik, nilai maksimum merupakan titik puncak dari bukit.
d. Nilai minimum
Nilai minimum adalah nilai terendah yang bisa dicapai oleh suatu fungsi
trigonometri. Pada grafik, nilai minimum merupakan titik terendah dari lembah.

2. Grafik Fungsi Trigonometri


Fungsi trigonometri sederhana terdiri dari tiga macam atau jenis, yaitu fungsi sinus,
fungsi cosinus, dan fungsi tangen.
a. Grafik fungsi sinus ( y=sin x )
Nilai dari sinus adalah -1 ≤ sin(x) ≤ 1. Untuk gambar grafik fungsi sinus dapat kamu
lihat pada infografik berikut.

Sudut-sudut istimewa pada fungsi sin x yaitu:

Dan apabila menggunakan lingkaran satuan fungsi sinus adalah sebagai berikut:
Pada grafik fungsi sinus berlaku:

 Nilai maksimum = 1
 Nilai minimum = -1
 Amplitudo = 1
 Periode = 360°

b. Grafik fungsi cosinus ( y=cos x )


Nilai dari cosinus adalah -1 ≤ cos(x) ≤ 1. Untuk gambar grafik fungsi cosinus dapat
kamu lihat pada infografik berikut.

Sudut-sudut istimewa pada fungsi cos x yaitu:


Dan apabila menggunakan lingkaran satuan fungsi cosinus adalah sebagai berikut:

Pada grafik fungsi sinus berlaku:

 Nilai maksimum = 1
 Nilai minimum = -1
 Amplitudo = 1
 Periode = 360°

c. Grafik fungsi tangen ( y=tan x )


Grafik tangen tidak mempunyai nilai maksimum. Untuk gambar grafik fungsi
tangen dapat kamu lihat pada infografik berikut.

Sudut-sudut istimewa pada fungsi tan x yaitu:

Dan apabila menggunakan lingkaran satuan fungsi tangen adalah sebagai berikut:

Pada grafik fungsi tangen berlaku:


 Nilai maksimum = Tidak ada
 Nilai minimum = Tidak ada
 Amplitudo = Tidak ada
 Periode = 180°

Selain itu, terdapat pula grafik tidak baku pada fungsi trigonometri yang lebih
kompleks. Grafik tidak baku ini digambar berdasarkan fungsi seperti tertera dalam
tabel berikut.

Anda mungkin juga menyukai