Anda di halaman 1dari 9

Penentuan Struktur Kecepatan Dangkal dengan Metode Seismik Tomografi

Refraksi Pada Data 2D

Rizfi Zainurandriana, Dr.rer.nat R. Moh. Rachmat Sule, Ruhul Firdaus, ST,MT


Teknik Geofisika, Jurusan Sains, Institut Teknologi Sumatera.
Email : rizfizar@gmail.com

Abstrak. Dalam perkembangan teknologi geofisika terkini, geotomografi adalah salah satu
metode yang mudah, akurat, dan murah, yang dapat digunakan di dalam penyelidikan
struktur batuan/tanah di bawah permukaan bumi. Berdasarkan beberapa penerapan di
bidang eksplorasi sumber daya kebumian dan geoteknik, metode seismik tomografi
terbukti mampu merekonstruksi model kecepatan bumi dari data seismik. Masih sedikit
aplikasi metode seismic tomografi di bidang geoteknik, karena metode seismic refraksi
konvensional seringkali memberikan gambaran bawah permukaan yang kurang
representatif, sehingga aplikasi metode seismic tomografi refraksi perlu diperkenalkan
dengan lebih luas. Metode seismik tomografi refraksi pada penelitian ini menggunakan
perangkat lunak FAST (First Arrival Seismic Traveltime) untuk melakukan pemodelan
sintetik dan rekonstruksi. FAST merekonstruksi model kecepatan di bawah permukaan
bumi berdasarkan data waktu tempuh. Tes resolusi checker-board dilakukan juga untuk
menilai bagian mana dari bawah permukaan bumi yang dapat diinterpretasi.
Pengaplikasian dilakukan pada data lapangan dengan panjang 120 m, jumlah receiver 24
dengan inverval 5 meter, dan jumlah shot sebanyak 15. Berdasarkan hasil tes resolusi
checker-board menunjukan daerah yang dapat diinterpretasi sampai dengan kedalaman 15
meter, jadi untuk data lapangan bagin yang dapat dipercya untuk di interpretasi hingga
kedalaman 15 meter. Dari hasill inversi terdapat sebuah anomali tinggi dengan nilai
pertubasi sebesar 20% dari kecepatan model pada kedalaman 15 meter.
Kata kunci : seismic 2D, tomografi, checker-board, resolusi

1. Pendahuluan interpretasi karena hasil akhirnya


dipresentasikan secara visual dalam bentuk
Pada saat ini perkembangan teknologi
citra (image) dan terutama adalah
geofisika mengalami kemajuan yang sangat
geotomografi yang telah menjadi suatu alat
pesat. Hail ini dapat terlihat dari
yang penting untuk penyelidikan secara
kemudahannya dalam akuisisi data yang jauh
detail tentang distribusi sifat fisik
lebih mudah, akurat, dan murah serta
tanah/batuan atau objek tak dikenal yang
pemrosesan data yang sederhana, interaktif
terletak dibawah permukaan.
dapat langsung diproses seketika dilapangan,
serta kemampuannya yang akurat dalam
Tomografi biasa disebut juga seimik inversi, inversi local wave speed signifikan dengan
merupakan salah satu metode geofisika yang local slowness untuk memudahkan
telah terbukti dapat menggambarkan keadaan perhitungan, hal ini disebabkan oleh
bawah permukaan bumi secara akurat. persamaan inversi menjadi linear ketika
Seismic tomografi merupakan suatu metoda berada dalam kawasan slowness.
untuk merekonstruksi model kecepatan bumo Motede ini telah cukup luas digunakan untuk
dari data seismic. Prinsip untama dalam melakukan investigasi mengenai variasi
seismic tomografi adalah menyajikan lateral dari kecepatan gelombang seismic
gambaran bawah permukaan dalam kawasan pada bagian bawah permukaan bumi. Salah
kecepatan. satu keunggulan dari tomografi dibandingkan
Pekerjaan seismik eksplorasi meliputi dengan metoda seismic permukaan lainnya
tahapan-tahapan sebagai berikut: akuisisi adalah jejak sinyal gelombang yang
data, pengolahan data dan interpretasi. digunakan menjalar pada satu arah dan
Pemodelan gelombang seismik atau “seismic memiliki waktu tempuh yang lebih pendek,
modeling” dilakukan oleh geophysicist untuk karena sinyal gelombang tersebut hanya
merekonstruksi penjalaran gelombang menjalar dari satu lubang bor ke lubang bor
seismik yang melewati model geologi lainnya., dibandingkan jika sinyal gelombang
tertentu. Pemodelan gelombang seismik yang menjalar dari permukaan menuju ke
terdiri dari dua macam yaitu pemodelan fisik bawah kemudian kembali lagi ke permukaan.
dan pemodelan numerik. Dengan melakukan Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa
pemodelan gelombang seismik secara permukaan yang beresolusi tinggi dan
numerik kita dapat mengetahui bagaimana memperkecil terjadinya sinyal yang hilang
gelombang tersebut dapat menjalar melalui dalam proses transmisinya. Keunggulan
model geologi yang kompleks sekalipun. lainnya daripada metode tomografi adalah
Setelah melakukan pemodelan, bentuk- tipe transmisi data akuisisi bersifar
bentuk dari beberapa jenis gelombang sederhana, tertutup terhadap target bawah
seismic dari setiap tahapan waktu dapat permukaan, algoritma inversinya memiliki
diestimasi. Gambaran tersebut dikenal kesamaan inheren, hasilnya memiliki presisi
dengan sebutan snapshot. Sedangkan sintetik dan akurasi yang tinggi.
seismogram dihasilkan sebagai produk
samping (by product) dari pemodelan
gelombang seismik tersebut. Pemodelan 2. Metodologi
seperti ini disebut pemodelan kedepan atau pada eksplorasi seismic terdapat rekaman
forward modeling. gelombang refleksi dan refaksi, kedua
Data sintetik seismogram yang dihasilkan gelombang ini memiliki karakteristik yang
dari proses forward modeling tersebut berbeda pada penampang seismic survey.
kemudian digunakan untuk megujicobakan Gelombang refraksi diindentifikasi oleh
suatu algoritma pengolahan data seismic waktu kedatangan pertama atau yang dikenal
tertentu dalam hal ini adalah seismik dengan istilah first arrival time. Data first
tomografi refraksi. Proses ini disebut juga arrival time yang diperoleh dari penampang
dengan inversion modeling. Tujuan utama seismic digunakan untuk memodelkan bawah
dalam seismik tomografi adalah menyajikan permukaan dangkal dengan teknik
gambar bawah permukaan dalam kawasan pemodelan seismic refraksi. Dalam
kecepatan. Gambar ini ditampilkan sebagai pemelakukan pemodelan seismic refraksi
sel-sel yang mana satu sel dianggap konvensional dan pemodelan seismic
merupakan satu local wave speed. Pada tahap tomografi refraksi.
Konsep dasar pada pemodelan seismic Dimana 𝛿𝑡 = 𝑡 − 𝐺(𝑚 ⃗⃗ ) adalah vector data
tomografi refraksi yaitu melakukan residual; 𝑚
⃗⃗ adalah vekor model; 𝐶𝑑 adalah
pemodelan kedepan (forward modeling) dan matriks kovarian data, dengan matriks
pemodelan kebelakang (inverse modeling). diagonal dan terdiri dari informasi
Pemodelan kedepan dilakukan untuk ketidakpastian picking; 𝐶ℎ dan 𝐶𝑣 adalah
mengetahui waktu tempuh gelombang dari kekerasan matriks arah horizontal dan
sumber ke penerima, kemudian data waktu vertical dan 𝜆 adalah parameter trade-off.
tempuh ini dibandingkan dengan data Untuk tujuan penggambaran tomografi 2D.
pengukuran untuk mengetahui kecocokan 𝐶ℎ dan 𝐶𝑣 adalah matriks band-diagonal -
data. Apabila kecocokan data terlalu jauh , yang mana elemen non-zero menyatakan
maka dilakukan kembali perhitungan nilai skema beda-hingga orde kedua dari operator
waktu tempuh dengna merubah bentuk model Laplace. Parameter 𝜔 adalah parameter yang
awal (inverse modeling). Proses ini dilakukan mengontrol skema inversi.
berulang hingga didapatkan tingkat
3. Data dan Parameter model
kecocokan yang baik antara data waktu
tempuh model dengan data lapangan. Pda Data seismic yang digunakan pada penelitian ini
penelitian ini dilakukan pemodelan seismic adalah daa survey seismic refraksi 2D darat
tomografi refraksi menggunakan program lapangan dengan panjang line pada saar survey
FAST yang dikembangkan oleh Zelt dan mencapai 800 meter, dimana pengambilan data
Barton (1998). Perangkat lunak ini dilakukan dengan dibagi menjadi 7 lokasi yang
mengggunakan peyelesaian persamaan panjang setiap lokasi 115 meter. Sumber yang
eikonal dengan metode finite difference dipakai adalah palu dan dilakukan shot di 15 – 16
dalam menentukan waktu tempuh pada titik disetiap line. Dari keseluruhan data yang
proses forward modeling dan menggunakan ada, data yang akan di gunakan pada penelitian
regularized inversion pada tahap inverse ini hanya satu line saja dengan panjang 115,
modeling. Persamaan eikonal yang dengan total shot sebanyak 15 titik dan jumlah
digunakan ditunjukann oleh persamaan 1, penerima 24 yang memiliki inverval 5 meter.
dan persamaan yang menjelaskan tentang Data yang digunakan pada penelitian ini
regularized inversion diperlihatkan oleh merupakan data yang paling bagus diantara 6 data
persamaan 2. Dan kecocokan data dihitung lainnya. Kualitas data seismic merupakan salah
berdasarkan uji chi-squared (persamaan 3), satu factor yang sangat penting untuk
dengan hasil uji yang baik adalah nilai mendapatkan hasil picking waktu tempuh dari
mendekati satu (Zelt dan Barton, 1998). penampang data seismic. Data waktu tempuh
gelombang refraksi ditandai oleh waktu
𝜕𝑇 𝜕𝑇 1
kedatangan gelombang yang pertama kali muncul
= 𝑐 2 (1) pada penampang seismic. Waktu kedatangan
𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑥𝑖
gelombang ini dikenal dengan istilah first arrival
time. Data first arrival time merupakan data yang
𝜙(𝑚) ⃗⃗⃗⃗⃗⃗𝑇 𝐶𝑑−1 𝛿𝑡 + 𝜆[𝑚
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝛿𝑚 ⃗⃗ 𝑇 𝐶ℎ−1 𝑚⃗⃗ + akan menjadi input.
𝜛𝑚⃗⃗ 𝑇 𝐶𝑣−1 𝑚⃗⃗ ] (2) Penenuan parameter model merupakan tahap
penting yang harus dilakukan sebelum
2 menjalankan pengolahan data inversi
1 𝑇𝑜𝑏𝑠𝑗 −𝑇𝑐𝑎𝑙𝑗
𝜒 2 = 𝑁 ∑𝑁
𝑗=1 ( ) (3) tomografi. Parameterisasi pada pemodelan
𝜎𝑗
kedepan dan inversi berbeda, dimana
pemodelan kedepan membutuhkan lebih
banyak parameter pada spasi model yang kecepatan 1661.96 m/s. Kemudian untuk
sama. Namun parameter yang sama dengan menentukan model inisial dilakukan trial dan
pemodelan kedepan juha dapat digunakan error sehingga kevepatan yang digunakan pada
dalam inversi. Secara prinsip, parameterisasi model inisial bergradasi dari 500 m/s sampai
dengan 2000 m/s dengan kedalam 50 meter dapat
model akan berdampak pada lama proses
dilihat pada Gambar 1.
komputasi dan resolusi dari tomogram.
Untuk inversi, model harus dibagi-bagi menjadi
sel-sel kecil. Tidak seperti pemodelan kedepan ,
ukuran sel pada model inversi dapat bervariasi
pada arah x, y, dan z nya, tapi harus tetap konstan
pada masing-masing arah. Hal ini juga
memungkinkan kita untuk membuat ukuran sel
yang lebih besar untuk mengurangi waktu
komputasi dan parameter yang tidak diketahui.
Ukuran grid digunakan untuk proses inversi
adalah 0.5 m. Jumlah grid yang digunakan juga
harus sama dengan jumlah sel ditambah satu sel
pada masing0masing arah. Karena pada Gambar 1. Model awal
penelitian ini hanya pencitraan tomografi 2D,
Pemodelan sintetik dilakukan untuk mengetahui
maka pada arah y hanya ada 1 grif sehingga
resolusi pada ruang model 2D. pemodelan
jumlah grid total untuk inversi adalah 431 x 1 x
sintentik ini meliputi tes cheker-board yang
41 = 17671 grid.
merupakan tes sintetik dengan membetikan
variasi nilai berseling positif dan negated
terhadap model inisial. Anomali kecepatan yang
4. Pemodelan sintetik diberikan pada model dibentuk dengan dimensi
Untuk melakukan pemodelan seismic refraksi yang bervariasi.
tomografi, perlu ditentukan terlebih dahulu Dilakukan dua pemodelan sintentik untuk
model inisial yang digunakan. Model inisial checkerboard, pemodelan pertama variasi dari
merupakan model kecepatan yang menjadi latar nilai kecepatan sebesa r± 25% dari nilai
belakang yang di bentuk sekedemikian rupa kecepatan model inisial, dengan dimensi 4 m x 4
supaya memiliki kemiripan dengan keadaan m (Gambar 2a). Pemodelan kedua variasi nilai
bawah permukaan dari daerah penelitian. Model kecepatan sebesar ± 25% dari nilai kecepatan
inisial dibangun dari nilai hasil first break picking model inisial, dengan dimensi 10 m x 10 m
yang di rata-ratakan terhadap jarak tempuh (Gambar 2b). Pemodelan berseling diberi warna
gelombang dari sumber penerima. Nilai yang merah dan biru, dimana anomaly berwarna biru
didapatkan yaitu gradient dari hasil regrasi linier memiliki nilai relative lebih tinggi sebesar 25%
dari kurva waktu tempuh terhadap jarak. Nilai dari nilai kecepatan model. Untuk yang berwarna
gradient tersebut berbanding terbalik terhadap merah memiliki nilai relative lebih rendah
nilai kecepatan. Perkiraan kedalaman dari nilai sebesar 25% dari nilai kecepatan model.
kecepatan dilakukan dengan metode intercept
time, sehingga diharapkan model inisial dapat
menggambarkan keadaan bawah permukaan
sebenarnya.
Hasil dari perhitungan nilai kecepatan
berdasarkan data gradient didapatkan nilai
Hasil pemodelan diperlihatkan pada Gambar 3a
dan Gambar 3b. hasil dari Gambar 3a merupakan
hasil inversi dari pemodelan 4 m x 4m, dan
Gambar 3b merupakan hasil dari pemodelan 10
m x 10 m.

(a)

(a)

(b)
Gambar 2. (a) Checkerboard dengan dimensi
4m x 4m, (b) Chevkerboard dengan dimensi
10m x 10m
Dengan menggunakan konfigurasi data yang
(b)
sebenarnya, dilakukan proses pemodelan keepan
engggunakan solusi persamaan eikonan dengan Gambar 3. (a) hasil inversi Checkerboard
metode beda hingga pada model kecepatan dengan dimensi 4m x 4m, (b) hasil inversi
checkerboard yang telah di definisikan. Hasil Chevkerboard dengan dimensi 10m x 10m
yang didapatkan berupa waktu tempuh tercepat
gelombang diantara sumber dan penerima. Data Dari kedua gambar memperlihatkan resolusi
dihasilkan dari perhitungan waktu tempuh pada kedalam yang memberikan hasil yang bagus
model checkerboard digunakan untuk sampai dengan 15 meter. Pada pemodelan 4 m x
mereonstruksi data tersebut mnjadi model 4 m memerikan hasil inversi yang cukup serupa
kembali. Pemodelan data pengukuran model dengan model checkerboard hanya saja dimensi
checkerboard dilakukan menggunakan metode yang dihasilkan kurang mirip dengan model
regularized inversion pada perangkat lunak checkerboard. Sedangkan untuk hasil dari
FAST. jumlah iterasi yang dilakukan pada pemodelan checkerboard 10 m x 10 m
masing masing data hasil model checkerboard memberikan hasil yang serupa dengan model
adalah 10 kali iterasi. chekckerboard dan dimensi yang dihasilkan
hamper serupa dengam model checkerboardnya.
Hasil tomogram inversi dari data lapangan berupa
5. Pembahasan pertubasi diperlihatkan pada gambar 4, mampu
merekonstruksi samapi dengan 40 meter.
Tresidual model-
sebenarnya
60.000

waktu tempuh
40.000

20.000

0.000
0 50 100 150
Gambar 4. Hasil inversi data lapangan -20.000
Jarak
Berdasarkan hasil gambar diperhatkan pada jarak
70 sampai dengan 150 meter, dan kedalaman 0
(a)
sampai dengan 20 meter terdapat sebuah anomaly
berwarna biru yang bernilai positif. Nilai yang
didapat anomaly tersebut sekitar 20 – 25 % dari Tresidual inversi-
kecepatan model awal. Dan nilai Trms sebanyak
10 iterasi diberikan pada gambar 5.
sebenarnya
20.000

kurva Trms
waktu tempuh
10.000
15000.00000
0.000
Trms (ms)

10000.00000 0 50 100 150


5000.00000 -10.000

0.00000 -20.000
0 5 10 15 Jarak
Iterasi
(b)
Gambar 5. Kurva Trms
Gambar 6. (a) hasil T-residual T model awal
Untuk memvalidasi hasil inversi dapat dilakukan terhadap T data palangan, (b) hasil T-residual T
dengan cara melihat data sebaran T-residual inversi terhadap T data lapagan.
terhadap jarak antara sumber gelombang dengan
kurva T-residual merupakan kurva yang dibentuk
penerima (Gambar 6).
dari dari plotting selisih antara data lapangan
(Tobs) terhadap data sintetik model (Tcalc).
Kurva diatas menunjukan penyimpangan data
yang menunjukan penyimpangan data cukup
besar pada saat sebelum di iterasi. Hal ini
disebabkan oleh model awal yang sangat berbeda
dengan model sebenarnya. Pada iterari ke-10 data
T-residual sudah milai terpusat menuju 0, yang
berarti tingkat kecocokan model dengan keadaan
sebenarnya cukup tinggi atau model sudah dapat
dipresentasikan kondisi bawah permukaannya.
6. Kesimpulan hasil inversi. Semakin banyak
sumber dan penerima yang
Pada dasarnya, ada dua pekerjaan yang
digunakan, semakin banyak pula
dilakukan dalam tugaas akhir ini. Pekerjaan
jejak sinar yang diperoleh serta
yang pertama yaitu melakukan / membuat
semakin baik tomogram yang
simulasi penjalaran gelombang seismic pada
dihasilkan.
suatu model geologi sederhana. Simulasi
penjalaran gelombang seismic diperoleh Dari hasil studi seismic tomografi refraksi
menggunakan model yang memiliki 2 buah yang diaplikasikan untuk merekonstruksi
anomaly yang mana masing masing berupa data seismic refraksi bojonegoro disimpulkan
high velocity anomaly dan low velocity beberapa hal berikut, yaitu:
anomaly. Simulasi penjalaran gelombang
 Rekonstruksi yang dilakukan pada
seismic diperoleh dengan solusi persamaan
differensial yang berubah terhadap waktu. data lapangan mengindikasikan
Selanjutnya, pekerjaan yang kedua yaitu adanya anomali tinggi di kedalaman
merekonstruksi ulang pemodelan kedepan hingga 20 meter, dan namun sesuai
yang telah dibuat sebelumnya dengan dengan tes resolusi yang diperoleh
menggunakan data first arrival time. Hasil bahwa hanya sampai kedalaman 15
dari rekonstruksi / inverse modeling berupa meter hasil inversi dapat
sebuat tomogram yang didapat dari proses diinterpretasikan dengan baik.
 Kualitas dari data seismic merukapan
inversi tomografi. Tomogram dapat
mepresentasikan kondisi bawah permukan salah satu factor yang mempengaruhi
bumi yang sebenarnya. kesuksesan dan resolusi dari proses
inversi tmografi. Data seismic dengan
Dari hasil penelitian merekonstruksi model tingkat noise yang minimum akan
awal menggunakan FAST, yaitu: memudahkan dalam proses picking
first arrival travel time, sehingga data
 Proses rekonstruksi dengan metode
yang diperoleh lebih akurat dan dapat
seismic tomografi refaksi yang
memberikan tomogtam yang lebih
hanya menggunakan data
representatif.
gelombang datang pertama (first
arrival time) dapat memeperlihatkan
hasil rekonstruksi yang halus.
Daftar Pustaka
 Rekonstruksi yang dilakukan
metode seismic tomografi refraksi Audebert, F., et al., 2001, Review of
masih memiliki keterbatasan dalam Traveltime Computation Methods,
hal resolusi. Kemampuan metode ini
dalam merekonstruksi bawah Stanford Exploration Project, 80:1-
permukaan bumi terbatas pada 48.
kedalaman tertentu saja tergantung
model kecepatan awal yang Bording et al ., 1987, Application of Seismic
digunakan dan panjang medium Travel-time Tomography, Kyklos,
yang direkonstruksi. Selain itu
52:285 303.
banyaknya sumber dan peneruma
juga menentukan baik atau tidaknya
Delliansyah, R., 2009, “Aplikasi Seismik Wave Propagation, SEISCOPE
Tomografi Waktu Tempuh Tercepat Consortium.
Antar Lubang Bor untuk Paige, C.C., Saunders, M.A., LSQR: An
Mendekteksi Anomali Low Velocity Algorithm for Sparse Linear
Zone di Daerah Seisnfeld, Distrik Equations and Sparse Least Squares,
Kohlenz, Jerman”, Tugas Akhir, ACM Transactions on Mathematical
Institut Teknologi Bandung. Software (TOMS), USA.
Dani, I., 2009, “Aplikasi Seismik Tomografi Phillips, W.S. and Fehler, M.C., 1991,
Refraksi untuk Mengidentifikasi Traveltime Tomography: A
Zona Rawan Longsor; Studi Kasus: Comparison of Popular Methods.
Di Desa Seling, Kabupaten Geophysics, 10:1639-1649.
Kebumen, Jawa Tengah”, Tugas Rawlinson, N., and Sambridge, M., Seismic
Akhir, Institut Teknologi Bandung. Traveltime Tomography of the Crust
Ha, W, et al., Aplication of Refraction and the Lithosphere, Advances in
Tomography Algorithms to Real Geophysics, 46:81-197.
Data, Seoul National University, Ritter, J.R.R., Evans, J.R., 1997, Deep
Reserch and Development Institute. Structure Medicine Lake Volcano,
Hatton, L., Worthington, M.H., Makin, J., California, Tectonophysics, 275:221-
1986, Seismic Data Processing - 241.
Theory and Practice, Blacwell Stefani, J.P., 1995, Turning Ray
Scientific Publications, Oxford. Tomography, Geophysics, 6:1917-
Henley et al., 2002, Near-surface Seismic 1929.
Imaging: Refraction Tomography Sule, M.R., 2004, Seismic Travel Time
and Reflection Imaging, Crewes Tomography and Elastic Waveform
Research Report, v.14. Modeling Application to Ore-Dyke
Operto, S., Brossier, R., Virieux, J., 2007, Characterizations, dissertation,
Documentation of FWM2DPSV Logos Verlag Berlin.
Program: 2D P-SV Finite-difference Taib, M.I.T., 2000, Seismik Refraksi, Institut
Time-domain Modeling of Elastic Teknologi Bandung.
Vidale, J., 1988, Finite-difference
Calculation of Traveltimes, Bull.
Seism.Soc.Am., 78:2062-2076.

Anda mungkin juga menyukai