Abstrak. Dalam perkembangan teknologi geofisika terkini, geotomografi adalah salah satu
metode yang mudah, akurat, dan murah, yang dapat digunakan di dalam penyelidikan
struktur batuan/tanah di bawah permukaan bumi. Berdasarkan beberapa penerapan di
bidang eksplorasi sumber daya kebumian dan geoteknik, metode seismik tomografi
terbukti mampu merekonstruksi model kecepatan bumi dari data seismik. Masih sedikit
aplikasi metode seismic tomografi di bidang geoteknik, karena metode seismic refraksi
konvensional seringkali memberikan gambaran bawah permukaan yang kurang
representatif, sehingga aplikasi metode seismic tomografi refraksi perlu diperkenalkan
dengan lebih luas. Metode seismik tomografi refraksi pada penelitian ini menggunakan
perangkat lunak FAST (First Arrival Seismic Traveltime) untuk melakukan pemodelan
sintetik dan rekonstruksi. FAST merekonstruksi model kecepatan di bawah permukaan
bumi berdasarkan data waktu tempuh. Tes resolusi checker-board dilakukan juga untuk
menilai bagian mana dari bawah permukaan bumi yang dapat diinterpretasi.
Pengaplikasian dilakukan pada data lapangan dengan panjang 120 m, jumlah receiver 24
dengan inverval 5 meter, dan jumlah shot sebanyak 15. Berdasarkan hasil tes resolusi
checker-board menunjukan daerah yang dapat diinterpretasi sampai dengan kedalaman 15
meter, jadi untuk data lapangan bagin yang dapat dipercya untuk di interpretasi hingga
kedalaman 15 meter. Dari hasill inversi terdapat sebuah anomali tinggi dengan nilai
pertubasi sebesar 20% dari kecepatan model pada kedalaman 15 meter.
Kata kunci : seismic 2D, tomografi, checker-board, resolusi
(a)
(a)
(b)
Gambar 2. (a) Checkerboard dengan dimensi
4m x 4m, (b) Chevkerboard dengan dimensi
10m x 10m
Dengan menggunakan konfigurasi data yang
(b)
sebenarnya, dilakukan proses pemodelan keepan
engggunakan solusi persamaan eikonan dengan Gambar 3. (a) hasil inversi Checkerboard
metode beda hingga pada model kecepatan dengan dimensi 4m x 4m, (b) hasil inversi
checkerboard yang telah di definisikan. Hasil Chevkerboard dengan dimensi 10m x 10m
yang didapatkan berupa waktu tempuh tercepat
gelombang diantara sumber dan penerima. Data Dari kedua gambar memperlihatkan resolusi
dihasilkan dari perhitungan waktu tempuh pada kedalam yang memberikan hasil yang bagus
model checkerboard digunakan untuk sampai dengan 15 meter. Pada pemodelan 4 m x
mereonstruksi data tersebut mnjadi model 4 m memerikan hasil inversi yang cukup serupa
kembali. Pemodelan data pengukuran model dengan model checkerboard hanya saja dimensi
checkerboard dilakukan menggunakan metode yang dihasilkan kurang mirip dengan model
regularized inversion pada perangkat lunak checkerboard. Sedangkan untuk hasil dari
FAST. jumlah iterasi yang dilakukan pada pemodelan checkerboard 10 m x 10 m
masing masing data hasil model checkerboard memberikan hasil yang serupa dengan model
adalah 10 kali iterasi. chekckerboard dan dimensi yang dihasilkan
hamper serupa dengam model checkerboardnya.
Hasil tomogram inversi dari data lapangan berupa
5. Pembahasan pertubasi diperlihatkan pada gambar 4, mampu
merekonstruksi samapi dengan 40 meter.
Tresidual model-
sebenarnya
60.000
waktu tempuh
40.000
20.000
0.000
0 50 100 150
Gambar 4. Hasil inversi data lapangan -20.000
Jarak
Berdasarkan hasil gambar diperhatkan pada jarak
70 sampai dengan 150 meter, dan kedalaman 0
(a)
sampai dengan 20 meter terdapat sebuah anomaly
berwarna biru yang bernilai positif. Nilai yang
didapat anomaly tersebut sekitar 20 – 25 % dari Tresidual inversi-
kecepatan model awal. Dan nilai Trms sebanyak
10 iterasi diberikan pada gambar 5.
sebenarnya
20.000
kurva Trms
waktu tempuh
10.000
15000.00000
0.000
Trms (ms)
0.00000 -20.000
0 5 10 15 Jarak
Iterasi
(b)
Gambar 5. Kurva Trms
Gambar 6. (a) hasil T-residual T model awal
Untuk memvalidasi hasil inversi dapat dilakukan terhadap T data palangan, (b) hasil T-residual T
dengan cara melihat data sebaran T-residual inversi terhadap T data lapagan.
terhadap jarak antara sumber gelombang dengan
kurva T-residual merupakan kurva yang dibentuk
penerima (Gambar 6).
dari dari plotting selisih antara data lapangan
(Tobs) terhadap data sintetik model (Tcalc).
Kurva diatas menunjukan penyimpangan data
yang menunjukan penyimpangan data cukup
besar pada saat sebelum di iterasi. Hal ini
disebabkan oleh model awal yang sangat berbeda
dengan model sebenarnya. Pada iterari ke-10 data
T-residual sudah milai terpusat menuju 0, yang
berarti tingkat kecocokan model dengan keadaan
sebenarnya cukup tinggi atau model sudah dapat
dipresentasikan kondisi bawah permukaannya.
6. Kesimpulan hasil inversi. Semakin banyak
sumber dan penerima yang
Pada dasarnya, ada dua pekerjaan yang
digunakan, semakin banyak pula
dilakukan dalam tugaas akhir ini. Pekerjaan
jejak sinar yang diperoleh serta
yang pertama yaitu melakukan / membuat
semakin baik tomogram yang
simulasi penjalaran gelombang seismic pada
dihasilkan.
suatu model geologi sederhana. Simulasi
penjalaran gelombang seismic diperoleh Dari hasil studi seismic tomografi refraksi
menggunakan model yang memiliki 2 buah yang diaplikasikan untuk merekonstruksi
anomaly yang mana masing masing berupa data seismic refraksi bojonegoro disimpulkan
high velocity anomaly dan low velocity beberapa hal berikut, yaitu:
anomaly. Simulasi penjalaran gelombang
Rekonstruksi yang dilakukan pada
seismic diperoleh dengan solusi persamaan
differensial yang berubah terhadap waktu. data lapangan mengindikasikan
Selanjutnya, pekerjaan yang kedua yaitu adanya anomali tinggi di kedalaman
merekonstruksi ulang pemodelan kedepan hingga 20 meter, dan namun sesuai
yang telah dibuat sebelumnya dengan dengan tes resolusi yang diperoleh
menggunakan data first arrival time. Hasil bahwa hanya sampai kedalaman 15
dari rekonstruksi / inverse modeling berupa meter hasil inversi dapat
sebuat tomogram yang didapat dari proses diinterpretasikan dengan baik.
Kualitas dari data seismic merukapan
inversi tomografi. Tomogram dapat
mepresentasikan kondisi bawah permukan salah satu factor yang mempengaruhi
bumi yang sebenarnya. kesuksesan dan resolusi dari proses
inversi tmografi. Data seismic dengan
Dari hasil penelitian merekonstruksi model tingkat noise yang minimum akan
awal menggunakan FAST, yaitu: memudahkan dalam proses picking
first arrival travel time, sehingga data
Proses rekonstruksi dengan metode
yang diperoleh lebih akurat dan dapat
seismic tomografi refaksi yang
memberikan tomogtam yang lebih
hanya menggunakan data
representatif.
gelombang datang pertama (first
arrival time) dapat memeperlihatkan
hasil rekonstruksi yang halus.
Daftar Pustaka
Rekonstruksi yang dilakukan
metode seismic tomografi refraksi Audebert, F., et al., 2001, Review of
masih memiliki keterbatasan dalam Traveltime Computation Methods,
hal resolusi. Kemampuan metode ini
dalam merekonstruksi bawah Stanford Exploration Project, 80:1-
permukaan bumi terbatas pada 48.
kedalaman tertentu saja tergantung
model kecepatan awal yang Bording et al ., 1987, Application of Seismic
digunakan dan panjang medium Travel-time Tomography, Kyklos,
yang direkonstruksi. Selain itu
52:285 303.
banyaknya sumber dan peneruma
juga menentukan baik atau tidaknya
Delliansyah, R., 2009, “Aplikasi Seismik Wave Propagation, SEISCOPE
Tomografi Waktu Tempuh Tercepat Consortium.
Antar Lubang Bor untuk Paige, C.C., Saunders, M.A., LSQR: An
Mendekteksi Anomali Low Velocity Algorithm for Sparse Linear
Zone di Daerah Seisnfeld, Distrik Equations and Sparse Least Squares,
Kohlenz, Jerman”, Tugas Akhir, ACM Transactions on Mathematical
Institut Teknologi Bandung. Software (TOMS), USA.
Dani, I., 2009, “Aplikasi Seismik Tomografi Phillips, W.S. and Fehler, M.C., 1991,
Refraksi untuk Mengidentifikasi Traveltime Tomography: A
Zona Rawan Longsor; Studi Kasus: Comparison of Popular Methods.
Di Desa Seling, Kabupaten Geophysics, 10:1639-1649.
Kebumen, Jawa Tengah”, Tugas Rawlinson, N., and Sambridge, M., Seismic
Akhir, Institut Teknologi Bandung. Traveltime Tomography of the Crust
Ha, W, et al., Aplication of Refraction and the Lithosphere, Advances in
Tomography Algorithms to Real Geophysics, 46:81-197.
Data, Seoul National University, Ritter, J.R.R., Evans, J.R., 1997, Deep
Reserch and Development Institute. Structure Medicine Lake Volcano,
Hatton, L., Worthington, M.H., Makin, J., California, Tectonophysics, 275:221-
1986, Seismic Data Processing - 241.
Theory and Practice, Blacwell Stefani, J.P., 1995, Turning Ray
Scientific Publications, Oxford. Tomography, Geophysics, 6:1917-
Henley et al., 2002, Near-surface Seismic 1929.
Imaging: Refraction Tomography Sule, M.R., 2004, Seismic Travel Time
and Reflection Imaging, Crewes Tomography and Elastic Waveform
Research Report, v.14. Modeling Application to Ore-Dyke
Operto, S., Brossier, R., Virieux, J., 2007, Characterizations, dissertation,
Documentation of FWM2DPSV Logos Verlag Berlin.
Program: 2D P-SV Finite-difference Taib, M.I.T., 2000, Seismik Refraksi, Institut
Time-domain Modeling of Elastic Teknologi Bandung.
Vidale, J., 1988, Finite-difference
Calculation of Traveltimes, Bull.
Seism.Soc.Am., 78:2062-2076.