ARTIKEL RISET
Ringkasan
Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan dalam kajian geofisika dekat
permukaan. Metode ini masih memiliki ambiguitas dalam penggambaran model kecepatan bawah permukaan,
terutama untuk model geologi yang kompleks dan kasus low velocity layer. Pemodelan dengan inversi tomografi
pada metode seismik refraksi dapat digunakan sebagai solusi. PROFIT (Profile Forward and Inverse Tomographic
modelling ) telah dikembangkan dengan kombinasi inversi dan forward modelling tomografi 2D yang dapat
diaplikasikan pada data seismik aktif di laut dan dan di darat dengan kondisi geologis yang kompleks. Pada
penelitian ini, kode PROFIT digunakan untuk pemodelan maju (forward modelling ) dan pemodelan balik data
sintetik dengan fitur low velocity layer, yaitu model goa dan model intrusi. Posisi goa sintetik dapat direkonstruksi
cukup baik yaitu pada jarak 160 m hingga 270 m dari bagian awal lintasan dan elevasi 80 m hingga 30 m, namun
nilai kecepatan yang dihasilkan berbeda dengan model sintetiknya, yaitu 1, 2 km/s sampai 1, 6 km/s. Pada model
intrusi, tubuh intrusi batuan tipe dyke dapat direkontruksi cukup baik yaitu pada jarak 250 m hingga 500 m
dari bagian awal lintasan dengan elevasi 170 m serta memiliki kecepatan yang sama dengan model sintetik yaitu
4 km/s. Setengah tubuh intrusi tipe sill dapat direkontruksi pada posisi yang cukup tepat yaitu pada jarak
1100 m sampai 1350 m dengan elevasi 90 m dan kecepatan yang tepat yaitu 4 km/s. Hasil inversi tomografi
menggunakan PROFIT sangat dipengarui oleh rentang kecepatan model awal dan nilai SM(Smooothing Matrix)
dan AM(Amplitude Matrix).
Kata Kunci : seismik refraksi; PROFIT; low velocity layer ; pemodelan maju; inversi; tomografi.
Abstract
Seismic refraction method is one of the geophysical methods used in near surface geophysics studies. This method
still has ambiguity in describing the subsurface velocity model, especially for complex geological models and cases
of low velocity layer. Tomographic inversion on the seismic refraction method can be used as a solution. PROFIT
(Forward and Inverse Tomographic Modelling) has been developed with a combination of inversion and forward
modelling 2D tomography which can be applied to active seismic data on the sea and on land with complex
geological conditions. In this study PROFIT code is used for forward modellin and inverse modelling synthetic
data with low velocity layer features, namely cave models and intrusion models. The position of synthetic caves
can be reconstructed quite well at a distance of 160 m to 270 m from the beginning of line and elevations of
80 m to 30 m. But the velocity value produced is di↵erent from the synthetic model, which is 1.2 km/s to
1.6 km/s. In the instrusion model, the intrusion body type dyke can be reconstructed quite well, namely at a
distance of 250 m to 500 m from the beginning of line with an elevation of 170 m and has the same velocity as
the synthetic model of 4 km/s. Half the body intrusion type still can be reconstructed in a sufficiently precise
position, namely at a distance of 1100 m to 1350 m with an elecation of 90 m, and the right speed is also 4
km/s. Tomographic inversion results using PROFIT are strongly influenced by the initial model velocity range
and the value of SM (Smoothing Matrix) and AM (Amplitude Matrix)
Keywords: refraction seismic; PROFIT; low velocity layer; forward modelling; inversion; tomography.
*
Correspondence: diva.alfiansyah@mail.ugm.ac.id
Laboratorium Geofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Sekip Utara, Bulaksumur, Full list of author information is available at the end of the article
†
Sinduadi, Mlati, Yogyakarta, Indonesia Equal contributor
Diva Alfiansyah and Eddy Hartantyo Page 16 of 36
antara sumber dan penerima. Nilai B disesuaikan dengan A adalah matriks utama turunan pertama, dV
untuk mendapatkan kurva B yang memberikan nilai adalah parameter model kecepatan yang akan dicari,
integral minimum dari dT adalah vektor data, AM adalah Amplitude Matrix
Z Z (nilai skalar), I adalah matriks identitas diagonal
ds (dengan hanya satu elemen di setiap baris) yang
t= = S(s)ds (2)
B V (s) B mengontrol solusi amplitudo, SM adalah Smoothing
Matrix (nilai skalar) dan C adalah blok matriks yang
dengan V (s) adalah distribusi kecepatan sepanjang mengontrol solusi smoothing. Setiap baris blok ini
ray atau sinar, ds adalah dstep. Nilai B bervariasi terdiri dari dua elemen bukan nol 1 dan -1 yang sesuai
dari maksimal ke minimum, S(s) adalah slowness dengan semua kombinasi nodes di sekitarnya. Vektor
atau kelambatan yang merupakan kebalikan dari nilai data pada kedua blok ini bernilai nol, seperti yang
kecepatan. ditunjukkan persamaan 5.
ada tahap selanjutnya, simpangan yang lebih jauh Mengubah nilai amplitudo redaman AM dan
dari jalur antara sumber dan penerima dilakukan smoothing redaman SM mengontrol amplitudo dan
secara iteratif dengan Persamaan 3.
kehalusan anomali yang diturunkan. Peningkatan
! nilai pada AM menyebabkan berkurangnya amplitudo
S1 S2
B s 2 1 dari anomali kecepatan yang diturunkan. Sedangkan
A = cos 2⇡ + (3)
2 (S1 S2 ) 2 peningkatan nilai SM menyebabkan berkurangnya
perbedaan antar solusi pada nodes di sekitarnya
dengan S1 dan S2 sesuai dengan panjang di sepanjang (Koulakov, dkk. 2010)[6]. Inversi pada seluruh matriks
jalur di awal dan akhir segmen. Pada iterasi pertama, A dihitung menggunakan algoritma LSQR secara
bending dilakukan untuk seluruh segmen dengan iterasi [Paige dan Saunders,1982[7]; Van der Sluis dan
pendekatan pertama, namun menggunakan persamaan van der Vorst,1987 dalam (Koulakov, dkk. 2010)[6]].
3. Iterasi kedua, jalur dibagi menjadi dua segmen Sebelum dilakukan inversi tomografi, terlebih dahulu
dengan panjang sama dan masing-masing dihitung dilakukan pengkajian parameter model tebakan awal
dengan persamaan 3. Setelah menentukan waktu dan parameter damping (SM dan AM ) agar diperoleh
minimum, seluruh jalur dibagi menjadi tiga segmen. hasil yang mendekati model sintetik tersebut. Proses
Kemudian prosedur ini berulang untuk jalur yang yang dilakukan adalah dengan trial and error dalam
dibagi jadi 4,5 atau lebih segmen. Bending berakhir penentuan rentang kecepatan pada nilai SM dan
ketika panjang section menjadi lebih kecil dari nilai
AM yang digunakan. Model tebakan awal untuk trial
segmen minimum yang kita tentukan.
and error model goa terdiri dari tiga model awal
Data waktu penjalaran gelombang dari model
dengan rentang kecepatan berbeda. Model tebakan
sintetik yang telah dibuat kemudian digunakan
awal I mulai pada rentang 0,3 hingga 3,5 km/s. Model
pada tahap inversi tomografi. Tahap ini merupakan
tebakan awal II mulai pada rentang 0,5 hingga 3,5
kelanjutan dari perhitungan matriks turunan pertama
km/s. Model tebakan awal III mulai pada rentang 1
yang dilakukan dengan menggunakan jalur sinar yang
hingga 3,5 km/s. Schon (2011)[9] menjelaskan bahwa
dihitung berdasarkan ray tracing dalam model 2D
rentang kecepatan batuan beku adalah 4 hingga 6
yang telah dijelaskan. Setiap elemen dari matriks
km/s, sehingga rentang kecepatan model tebakan
@ti awal untuk trial and error model intrusi batuan
Aij = (4) beku ditentukan berdasarkan rentang nilai ini. Model
@Vj
tebakan awal I untuk model intrusi memiliki rentang
sama dengan deviasi waktu sepanjang sinar ke i yang kecepatan 1 hingga 4 km/s. Model tebakan awal II
dihasilkan dari perubahan kecepatan dalam nodes untuk model intrusi memiliki rentang kecepatan 1
ke j. Elemen-elemen dari matriks ini dihitung secara hingga 6 km/s. Berbeda dengan trial and error nilai
numerik. SM dan AM tidak ditentukan jumlahnya dan akan
Inversi dari matriks A yang overdetermined dengan berhenti ketika menemukan parameter paling cocok.
vektor data tidak stabil pada awalnya. Oleh karena Model kecepatan gelombang P bawah permukaan
itu, inversi ini harus diatur atau diregularisasi dengan yang dihasilkan dari inversi tomografi menggunakan
menambahkan dua matriks blok: PROFIT, kemudian dibandingkan dengan model
2 3 2 3 sintetik yang telah dibuat. Jika model kecepatan
A dT hasil inversi sudah mendekati model sintetik, maka
4A M I 5 dV = 4 0 5 (5) menunjukkan bahwa parameter yang dimasukkan
S M C 0 pada kode PROFIT sudah tepat.
Diva Alfiansyah and Eddy Hartantyo Page 18 of 36
DAFTAR GAMBAR