Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AWAL

PRAKTIKUM METODE SEISMIK

Nama : Muhammad Abdillah Budianto

NPM : 140710180050

Waktu Praktikum : Rabu, 15 April 2020

LABORATORIUM GEOFISIKA

DEPARTEMEN GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2020
MODUL 8

FLOW INTERPRETASI MANUAL

Rabu, 15 April 2020

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat membuat dan menginterpretasi time structure map
2. Dapat membuat dan menginterpretasi depth structure map

II. ALAT DAN BAHAN SERTA FUNGSINYA


1. Print Soal
Fungsi : digunakan sebagai objek yang akan dianalisa saat praktikum
2. Pensil Warna
Fungsi : digunakan untuk memberikan identitas pada saat picking pada data
seismik

III. TINJAUAN PUSTAKA


3. 1. TIME STRUCTURE MAP
Time Structure Map dapat diartikan sebagai peta yang mengidentifikasi
waktu gambar seismik dimana struktur bawah permukaan berada. Time
strucure map adalah langkah awal dalam pembuatan peta struktur
terintegrasi dari data seismik dan control sumur. Pembuatan peta struktur
waktu lapisan reservoir geologi bawah permukaan merupakan cerminan
model konfigurasi lapisan yang ada di daerah pengukuran pada horizon yang
telah dilakukan analisis. Proses pembuatan time structure map dapat
dilakukan setelah melakukan picking horizon dan kesinambungan masing-
masing seismik sudah tervalidasi dengan baik. Picking horizon dilakukan
picking dari volume gambar yang diperoleh dari migrasi waktu prestack
seismik 3-D.
Penggunaan dan penerapan migrasi waktu prestack ini tidak hanya
meningkatkan penggambaran dip yang berlwanan dengan kecepatan stacking
yang berbeda, tetapi juga memberikan penggambaran medan kecepatan rms
3-D yang berasosiasi dengan events dalam posisi migrasi. Patahan yang
teramati di setiap lintasan seismik dapat dianalisa kemenerusannya, di mana
hal ini dapat menunjukkan keseragaman fenomena geologi yang diakibatkan.
Biasanya identifikasi horizon waktu yang di-picking berasosiasi dengan
batas urutan pengendapan dan batas lapisan signifikan secara geologis dan
litologis dan beberapa unit pengendapan. Selain itu, dibahas juga seputar
model penyebaran horizon serta pola struktur yang berkembang pada
masing-masing horizon tersebut yang kemudian dipetakan dalam bentuk
peta struktur waktu dengan satuan milisecond. Pembuatan peta ini dilakukan
setelah proses well seismic tie, di mana telah didapatkan hasil korelasi cukup
baik, lalu dilakukan picking horizon, picking horizon yang didapatkan
dilakukan gridding sebagai basis pembuatan peta struktur domain waktu.

Figure 1. Contoh Time Structure Map


Namun, penggunaan peta struktur domain waktu tidak dapat dijadikan
acuan dalam pengambilan keputusan untuk program pengeboran. Hal ini
diakibatkan seringkali dihasilkan interpretasi yang sesat terutama pada zona
di bawah kecepatan tinggi seperti sub-salt ataupun sub-carbonate, di mana
dalam kondisi di bawah zona ini akan diperoleh pull up velocity anomaly
padahal pada keadaan sesungguhnya hanya berupa perlapisan datar saja atau
bahkan sinklin.

Figure 2. Contoh kesalahan yang biasa terjadi saat penafsiran dengan


domain waktu

Sebaliknya, pada zona dibawah kecepatan rendah seperti water bottom


dengan kemiringan yang tajam atau fluktuatif (canyon), loose material
overburden atau rapid sedimentation, di bawah detached listric normal
faults dan shale diapir akan diperoleh push down velocity anomaly atau
sinklin semu, padahal pada keadaan sesungguhnya adalah antiklin.
Gambar dibawah ini menunjukkan perbandingan data seismik pada
domain waktu (kiri) dan kedalaman (kanan). Perhatikan pengaruh kecepatan
air yang rendah (kemiringan water bottom yang tajam) dapat menghilangkan
prospek jika anda menginterpretasi didalam domain waktu.
Figure 3. Perbandingan data seismik pada domain waktu (kiri) dan
kedalaman (kanan)

Static problems yang buruk (topografi yang beragam dan perubahan


perlpapisan lapuk seeprti glacial tiil). Juga, permasalahan lain yang ada
adalah static problem yang cukup serius, seperti kondisi topografi yang
beragam dan perubahan lapisan lapuk yang cepat seperti glacial tiil). Dari
permasalahan yang ada, dapat disimpulkan bahwa peta struktur terintegrasi
akan baik hasilnya setelah dilakukan konversi time-depth dengan tahapan
utama melalui pemodelan. Dan, interpretasi struktur pada domain kedalaman
akan sangat mempengaruhi keputusan serta perencanaan ekplorasi.

3. 2. VELOCITY MODELLING
Velocity modelling adalah proses yang digunakan untuk menghasilkan
kecepatan yang merepresentasikan kecepatan rambat gelombang di bumi.
Proses ini dilakukan sebelum dilakukannya proses time to depth conversion.
Khususnya dalam konversi kedalaman, hasil penggambaran dalam domain
waktu tersebut dikonversikan ke dalam kedalaman asli geologi tersebut
dengan mempertimbangkan kabut yang timbul. Dalam pemodelan
kecepatan, kecepatan sebenarnya dari sub-surface dimodelkan di mana
memberikan resolusi dimensi gambar yang lebih baik ketika digunakan
untuk konversi kedalaman. Kecepatan perambatan gelombang suara
bergantung terhadap medium yang dilalui gelombang tersebut. Kecepatan
gelombang merambat pada suatu batuan dipengaruhi oleh:
• Mineral pembentuk
• Porositas
• Fluid content
Informasi yang diperoleh dari kecepatan seismik dapat digunakan untuk
mengkonversi waktu menjadi kedalaman, migrasi, interpretasi geologi dan
litologi. Kecepatan seismik, secara umum, berarti cepat rambat gelombang
seismik jarak/waktu. Satuan kecepatan diukur dalam meter per detik atau
feet per detik. Istilah kecepatan jarang diterapkan secara tunggal dalam
eksplorasi seismik, karena terdapat begitu banyak jenis kecepatan seismik,
seperti Kecepatan Sesaat (Instantaneous Velocity), Kecepaan Interval,
Kecepatan Rata-rata, Kecepatan RMS (Root Mean Square), Kecepatan
NMO, Stacking 30 Velocity, Kecepatan Migrasi, dan Apparent Velocity
(Gadallah dan Fisher, 2005).
Masalah utama dalam pengolahan data seismik adalah menentukan
konversi waktu menjadi kedalaman yang dapat dianggap sebagai titik
pertemuan antara geologi dan geofisika. Konversi data waktu tempuh
menjadi formasi kedalaman mengharuskan hubungan kecepatan dengan
setiap zona geologi yang dapat diketahui atau dapat disimpulkan sebagai
gelombang yang berkembang terhadap waktu. Perhitungan konversi waktu
menjadi kedalaman membutuhkan model kecepatan seismik diberbagai jenis
bahan. Gambar dibawah menggambarkan proses konversi waktu menjadi
kedalaman untuk satu set jejak seismik dalam elemen volume 3-D.
Pemodelan kecepatan merupakan proses membangun model kecepatan
sesungguhnya berdasarkan pengetahuan tentang daerah penelitian dari data
sumur maupun data seismik. Tujuan utama memodelkan distribusi kecepatan
adalah untuk mendapatkan horizon kedalaman. Model kecepatan pada
gambar mengandung kecepatan seismik yang dapat digunakan untuk
memetakan nilai waktu untuk nilai-nilai kedalaman (Fanchi, 2006).

Figure 4. Proses konversi waktu menjadi kedalaman (Fanchi, 2006)

Berbagai jenis model kecepatan digunakan untuk tujuan yang


berbeda (misalnya stacking, migrasi konversi kedalaman). Ketika pemodelan
kecepatan ini dilakukan secara eksplisit dengan tujuan mendapatkan sebuah
model yang kuat, secara akurat memprediksi kecepatan antara sumur vertikal
sebenarnya yang sesuai dan dengan mudah memanfaatkan pengetahuan
tentang kecepatan sebagai alat tambahan (Etris dkk, 2001). Penerapan
pemodelan kecepatan tergantung pada kondisi kecepatan terhadap
kedalaman. Tingkat yang paling sederhana adalah kecepatan rata-rata,
karena mengabaikan layering dan dapat langsung tertuju ke horizon target.
Kecepatan interval menetapkan kecepatan konstan untuk setiap lapisan
dalam suatu sumur yang diberikan. Menggunakan kecepatan rata-rata atau
interval memberi peluang terhadap variasi kecepatan spasial antara lokasi
sumur (Etris dkk, 2001).

Figure 5. Grafik kondisi kecepatan terhadap kedalaman

Terdapat banyak metode migrasi yang digunakan untuk


menghasilkan bagian seismic yang mendekati bawah permukaan struktur
geologi. Migrasi dilakukan untuk menggerakan reflector yang dimiringkan
ke posisi sebenarnya dan permukaannya bisa di deskripsikan secara detail,
contohnya, area patahan atau zona besar. Pre-Stack Time (PSTM) adalah
teknik migrasi data seismic yang diaplikasikan sebelum proses stacking.
PSTM velocity digunakan jika variasi kecepatan secara lateral cukup
gradual (smooth) , Horizon keyed velocity PSDM digunakan pada zona
dengan variasi kecepatan lateral yang kompleks seperti thrust belt, sub salt,
karbonat, dll. Dengan melakukan PSDM diharapkan bahwa efek jejak
gelombang yang out of plane (side swipe) dapat di koreksi . Data PSDM
gather akan flat (tanpa NMO), kemudian dikonversi lagi ke dalam waktu,
lalu diterapkan anti-NMO selanjutkan dilakukan velocity analisis pada data
tersebut, kecepatan yang diperoleh akan digunakan untuk time depth
conversion. Data kecepatan yang dihasilkan akan sangat akurat sehingga
dapat digunakan untuk pore pressure prediction yang bermanfaat
untuk casing design sumur bor serta penentuan mud weight.

Sesudah data kecepatan didapatkan dari seismic velocity analysis,


dilakukan integrasi dengan data well, yaitu dengan melakukan koreksi data
well terhadap data kecepatan tersebut. Karena tipikal seismic velocity akan
lebih rendah dari well velocity, hal ini terjadi karena ada efek anisotropy
(Anisotropy) yakni data pengukuran well (sonic) dilakukan secara
horizontal (sejajar dengan dengan lapisan sedimen) sedangkan gelombang
seismik akan membentuk sudut tertentu.

Figure 6. time depth curve yang dibangun berdasarkan data sonic , VSP dan pengukuran core (DSV)

Gambar diatas menunjukkan time depth curve yang dibangun


berdasarkan data sonic , VSP dan pengukuran core (DSV). Untuk
memperoleh TWT (two way time – gambar kiri), digunakan hubungan
kecepatan (Vp) dan Kedalaman (kanan). Pada gambar diatas terdapat dua
trend hubungan Time-Depth (hijau dan biru), perbedaan trend ini biasanya
mencerminkan sifat geologi tertentu. Dari gambar diatas hubungan waktu
dan kedalaman dari TWT 0 s/d 0.4s digunakan kurva hijau dan dari 0.4 s/d
1s digunakan kurva biru. Gambar dibawah ini menunjukkan 4 horizon
dalam domain waktu (TWT) dengan masing-masing kecepatan interval
(Vi).

Figure 7. Empat horizon dalam domain waktu

Untuk memperoleh kecepatan interval dari gambar diatas dapat dilakukan


dari PSTM atau PSDM velocity analysis – horizon keyed (seperti yang
dijelaskan diatas). Rumusan untuk mengkonversi dari TWT ke kedalaman
dari gambar tersebut adalah sebagai berikut :

𝑉𝑖 1 × 𝑇1
𝑍1 =
2

𝑉𝑖 1 × 𝑇1 𝑉𝑖 2 × (𝑇2 − 𝑇1)
𝑍2 = +
2 2

𝑉𝑖 1 × 𝑇1 𝑉𝑖 2 × (𝑇2 − 𝑇1) 𝑉𝑖 3 × (𝑇3 − 𝑇2)


𝑍3 = + +
2 2 2
𝑉𝑖 1 × 𝑇1 𝑉𝑖 2 × (𝑇2 − 𝑇1) 𝑉𝑖 3 × (𝑇3 − 𝑇2) 𝑉𝑖 4 × (𝑇4 − 𝑇3)
𝑍4 = + + +
2 2 2 2

Claerbout (1985) menyebtukan bahwa data seismik yang direkam tidak


memberikan gambaran optimal tentang persebaran nilai kecepatan yang
sebenarnya di bawah permukaan pada setiap titiknya sehingga dilakukan
estimasi kecepatan gelombang seismik dengan berbagai asumsi berdasarkan
constraint. Constraint atau Batasan pada masalah ini adalah asumsi yang
kita inginkan dari model kecepatan yang mungkin dari suatu perlapisan, di
mana mungkint terdapat kontras yang besar pda nilai kecepatan pada lapisan
di abwah permukaan atau tidak kontras namun meluruh secara perlahan.
Berikut merupakan tipe constraint menurut Duveneek (2004) ke dalam tiga
jenis, yaitu
1. Model kecepatan yang berupa lapisan-lapisan (layered) atau
blocky
Jenis ini memiliki asumsi model dari tiap lapisan bawah
permukaan bumi berupa lapisan-lapisan yagn berbeda sifat
batuannya sehingga kecepatan tiap lapisan atau blok adalah konstan
atau berubah sesuai dengan perubahan kecepatan yang berdasarkan
gradie keeepatan. Biasanya asumsi model kecepatan ini mungkin
akan diskontinu pada tiap lapisan atau blok. Model kecepatan ini
sanga tcocok diaplikasikan di daerah sedimen yang berlapis-lapis
dan terdapat batas lapisan.
Figure 8. Model Kcepetan Layered

2. Model kecepatan grid atau smooth


Model kecepatan smooth tidak terdapat diskontinu kecepatan
antarlapisan. Pada model ini, kecepatan didefinsikan pada sebuah
grid yang rapat (dens) dari titik bawah permukaan bumi, memiliki
variasi antargrid ke grid yang lain atau memiliki fungsi smooth pada
tiap lapisan.

Figure 9. Model Kecepatan Grid atau Smooth


3. Model kecepatan hybrid
Model kecepatan hybrid ini diasumsikan sebagai model yang
bersifat kontras maupun smooth. Model ini mengandung bentuk
tubuh yang irregular dengan kontras keecepatan yang sangat tinggi,
di antara lapisan kecepatan yang berubah secara halus di sekitarnya.
Model lapisan seperti ini biasanya digunakan dalam estimasi pada
daerah geologi yang terdapat pada struktur garam.

Figure 10. Model Kecepatan Smooth

Figure 11. Model Kecepatan Hybrid


3. 3. DEPTH STRUCTURE MAP
Depth Structure Map atau peta struktur kedalaman adalah suatu peta
yang memberikan penggambaran berupa geometri subsurface dengan
domain kedalaman. Peta ini banyak digunakan untuk keperluan pencarian
hidrokarbon dan zona reservoir lainnya akibat peta ini dapat dikatakan
memiliki keakuratan tinggi dalam memetakan suatu wilayah. Peta ini juga
dapat dikatakan sebagai peta terintegrasi akhir, dengan sajian peta dalam
produk (x,y,z) di mana peta ini terbentuk sebagai hasil konversi dari peta
domain waktu terhadap kedalaman dengan memperhatikan well-control
depth points sebagai titik acuan dan menggunakan seismic event untuk
menginterpolasi titik-titik ini.
Peta ini dihasilkan dengan melalui proses konversi waktu ke
kedalaman, di mana konversi ini merupakan tahapan yang penting dalam
mengerjakan interpretasi eksplorasi. Proses konversi yang dilakuakan
yang tidak benar atau penggunaan parameter yang salah dapat
menyebabkan gambaran geologi sepenuhnya terdistorsi. Untuk mencapai
hasil yang benar, time-section harus bermigrasi sebelum mengubahnya
menjadi depth-section. Faktor lain yang sama pentingnya adalah
kecepatan. Tidak seperti migrasi, konversi kedalaman sangat sensitif
terhadap variasi kecepatan. Oleh karena itu, kecepatan harus diterapkan
sedekat mungkin dengan data geologi yang tersedia.
Konversi kedalaman merupakan cara untuk menghilangkan ambiguitas
struktural yang melekat dalam domain waktu dan memastikan kondisi
struktur yang ada. Banyak metode yang digunakan dalam konversi
kedalaman, seperti metode kurva waktu dan kedalaman (linear
regression), metode kecepatan migrasi, metode tomografi kecepatan, dan
lainnya. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri, dan
pemilihan metode seringnya secara subjektif, atau ditentukan oleh waktu
dan kendala biaya. Salah satu metode yang sering digunakan adalah
metode kurva waktu-kedalaman, di mana dalam metode ini dilakukan
dengan mengasumsi hubungan waktu dan kedalaman dari data checkshot
atau VSP. Dari hubungan tersebut, nantinya didapatkan persamaan
konversi yang cenderung linear atau polynomial.

Figure 12. Contoh Hasil Depth Structure Map

Namun pada praktiknya, terdapat beberapa metoda yang dapat


dilakukan untuk melakukan konversi waktu ke kedalaman, diantaranya
dengan menggunakan Time Depth Curve. Kurva ini dibangun dari data
sonic, checkshot, VSP, dll. Disamping Time Depth Curve, digunakan
juga hubungan well tops-time, migration velocity, kecepatan dari PSTM
(Pre Stack Time Migration), kecepatan dari PSDM (Pre Stack Depth
Migration), velocity tomography, Horizon keyed velocity analysis (HVA)
baik dari PSTM, PSDM.
Pemilihan metoda-metoda diatas didasarkan pada keperluan serta
asumsi yang digunakan. Sebagai contoh Time Depth Curve adalah
metoda yang paling murah, cepat tetapi kurang akurat, dan hanya cocok
jika tidak ada variasi kecepatan secara lateral karena sesar, facies, dll.
Gambar dibawah ini menunjukkan contoh real HVA (Horizon keyed
Velocity Analysis). Perhatikan kecepatan interval untuk setiap formasi
serta variasi lateral kecepatan direpresentasikan dengan baik.

Figure 13. contoh real HVA (Horizon keyed Velocity Analysis)


Gambar dibawah ini menunjukkan perbandingan penampang seismik
dalam waktu (kiri) dan kedalaman (kanan) dengan mempergunakan
kecepatan HVA di atas. Pada domain kedalaman terlihat bahwa sesar
dapat terdefinisikan dengan baik demikian juga dengan reflektor-
reflektor di bawah footwall.

Figure 14. Perbandingan penampang seismik dalam waktu (kiri) dan


kedalaman (kanan) dengan mempergunakan kecepatan HVA di atas
IV. TUGAS PENDAHULUAN
Buatlah gambar kontur kedalaman pada penampang di bawah ini!
1. Penampang 1 (Reservoir Maps Problem (8-1a)

Figure 15. Peta kontur penampang 1

2. Penampang 2 (Reservoir Maps Problem 8-1)

Figure 16. Peta kontur penampang 2


3. Penampang 3 (Latihan 8-1. Konturing dengan sesar)

Figure 17. Peta kontur penampang 8.1 (dengan sesar)


DAFTAR PUSTAKA

[1] AAPGwiki. Tanpa Tanggal. Seismic Data – Creating an Integrated Structure


Map. https://wiki.aapg.org/Seismic_data_-
_creating_an_integrated_structure_map . [Diakses pada 14 April 2020].
[2] Abdullah, Agus. 2009. Time-Depth Conversion. Dapat diakses di:
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2009/06/time-depth-
conversion.html. [Diakses pada 14 April 2020].
[3] AO, Sofolabo, Dagogo T., dan Diri Ibim Jephter. 2018. Velocity Modelling
Well Data: Depth Conversion “A Case Study Of K-Field, Onshore Niger
Delta Area”. Journal of Applied Geology and Geophysiscs, 6(4), halaman
18-26.
[4] Diah, Bella. 2017. Pemodelan Kecepstsn pada Lapangan “BL” dengan
Pendekatan Well Seismic Tie dari Pseudo Sonic sebagai Data Kecepatan
Sumur. Dapat diakses di:
http://digilib.unila.ac.id/27543/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEM
BAHASAN.pdf . [Diakses pada 14 April 2020].
[5] Digilib unila. Tanpa Tanggal. Bab IV METODOLOGI PENELITIAN.
http://digilib.unila.ac.id/7394/17/17%20-
%20BAB%20IV.%BABMETODOLOGIPENELITIAN.pdf. [Diakses
pada 14 April 2020].
[6] Digilib unila. Tanpa Tanggal. Bab III TEORI DASAR.
http://digilib.unila.ac.id/6855/14/15_BAB%20III%20TEORI%20DASAR.
pdf. [Diakses pada 14 April 2020].
[7] Foum, Alan. 2019. An Introduction to Velocity Modelling and Depth
Conversion in Hydrocarbon Exploration.
https://www.linkedin.com/pulse/introduction-velocity-modelling-depth-
conversion-hydrocarbon-foum. [Diakses pada 14 April 2020].
[8] Rahman, Fahmi Aulia, Ayi Syaeful Bahri, dan Juan Pandu G. N. R. 2016.
Analisis Peta Struktur Domain Kedalam Dengan Interpretasi Seismik 3D
Dalam Studi Pengembangan Lapangan “Kaprasida”, Blok “Patala”,
Energi Mega Persada Tbk. Jurnal Geosaintek, 02/03, halaman 135 – 144.
[9] Rizqi, Fitiri. Azizah, Puguh Hiskiawan, dan Sri Hartanto. 2016. Evaluasi
Metode Time-Depth Untuk Konversi Waktu Menjadi Kedalaman Pada
Lapangan Penobcot, Nova-Scotia, Kanada. Jurnal ILMU DASAR, 17(1),
halaman 25-30.
[10] SEGwiki. Tanpa Tanggal. Depth Structure Maps.
https://wiki.seg.org/wiki/Depth_structure_maps . [Diakses pada 14 April
2020].
[11] SEGwiki. Tanpa Tanggal. Time Structure Maps.
https://wiki.seg.org/wiki/Time_structure_maps (diakses pada tanggal 14
April 2020).
[12] Sihombing, Monowati. 2019. Time Structure Map.
https://akugeofisika.blogspot.com/2019/10/time-structure-map.html.
[Diakses pada 14 April 2020].
[13] Sukmono, Sigit, 2007. Fundamental of Seismic Interpretation. Dept. of
Geophysical Engineering. Bandung: ITB
[14] PetroWiki. 2013. Time-structure maps. Dapat diakses di
https://petrowiki.org/Glossary:Time-structure_map. [Diakses pada 14
April 2020].

Anda mungkin juga menyukai