Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN AKHIR

METODE SEISMIK TG3105

MODUL KE – 05
AKUISISI DATA SEISMIK AKTIF DI LAPANGAN

Oleh:
Rizka Elmi Karima 120120095

Asisten :
Anthonia Melba Putri 119120005
Dinda Selta Ewani Buulolo 119120019
Mu’amar Hafiz 119120084
Kiki Harfianza 119120111
Andika Bornardo Sipahutar 119120122
Ahmad Maulana Sidik 119120133
Anugrah Mario Tamba 119120161
Muhammad Luthfi 119120167

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2022
I. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1) Memahami cara kerja akuisisi 2D di lapangan secara sederhana
2) Memahami perilaku rekaman gelombang seismic refraksi dengan menganalisa
hubungan waktu dan jarak (T-X)
3) Membedakan antara noise yang tidak diinginkan pada perekaman dan sinyal yang
diinginkan pada rekaman gelombang seismik.
II. Dasar Teori
A. Metode Seismik
Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak dipakai
di dalam teknik geofisika. Hal ini disebabkan metode seismik mempunyai ketepatan
serta resolusi yang tinggi di dalam memodelkan struktur geologi di bawah permukaan
bumi. Dalam menentukan struktur geologi, metode seismik dikategorikan ke dalam
dua bagian yang besar yaitu seismik bias dangkal (head wave or refrected seismic)
dan seismik refleksi (reflected seismic). Seismik refraksi efektif digunakan untuk
penentuan struktur geologi yang dangkal sedang seismik refleksi untuk struktur
geologi yang dalam. (Nurdiyanto, 2011).
Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh Robert Mallet,
yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi instrumentasi. Mallet
mengukur waktu transmisi gelombang seismik, yang dikenal sebagai gelombang
permukaan, yang dibangkitkan oleh sebuah ledakan. Mallet meletakkan sebuah wadah
kecil berisi merkuri pada beberapa jarak dari sumber ledakan dan mencatat waktu
yang diperlukan oleh merkuri untuk be-riak. Pada tahun 1909, Andrija Mohorovicic
menggunakan waktu jalar dari sumber gempa bumi untuk eksperimennya dan
menemukan keberadaan bidang batas antara mantel dan kerak bumi yang sekarang
disebut sebagai Moho. Pemakaian awal observasi seismik untuk eksplorasi minyak
dan mineral dimulai pada tahun 1920an. Teknik seismik refraksi digunakan secara
intemsif di Iran untuk membatasi struktur yang mengandung minyak. Tetapi, sekarang
seismik refleksi merupakan metode terbaik yang digunakan di dalam eksplorasi
minyak bumi. Metode ini pertama kali didemonstrasikan di Oklahoma pada tahun
1921.
Dasar teknik seismik dapat digambarkan sebagai berikut. Suatu sumber gelombang
dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material bumi bersifat elastik maka
gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan ke dalam bumi dalam berbagai arah.
Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini sebagian dipantulkan dan sebagian
lain dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi. Dipermukaan bumi gelombang
tersebut diterima oleh serangkaian detektor (geophone) yang umumnya disusun
membentuk garis lurus dengan sumber ledakan (profil line), kemudian dicatat/direkam
oleh suatu alat seismogram. Dengan mengetahui waktu tempuh gelombang dan jarak
antar geophone dan sumber ledakan, struktur lapisan geologi di bawah permukaan
bumi dapat diperkirakan berdasarkan besar kecepatannya (Susilawati, 2004).
B. Metode Seismik Refraksi
Metode seismik refraksi adalah salah satu metode yan digunakan untuk mengetahui
struktur bawah permukaan tanah (Adnyawati, 2012). Metode seismic memanfaatkan
penjalaran gelombang di bawah permukaan menggunakan sumber seismic.
Berhubungan dengan hukum Huygens, yaitu sumber gelombang baru yang merambat
ke segala arah gelombang yang disebut headwaves (Suwarsono, 2006).
Metode seismik refraksi merupakan teknik umum yang digunakan dalam survai
geofisika untuk menentukan kedalaman batuan dasar, litologi batuan dasar (bed rock),
sesar, dan kekerasan batuan. Pada prinsipnya, metode seismik refraksi memanfaatkan
perambatan gelombang seismik yang merambat kedalam bumi. Pada dasarnya dalam
metoda ini diberikan suatu gangguan berupa gelombang seismik pada suatu sistem
kemudian gejala fisisnya diamati dengan menangkap gelombang tersebut melalui
geophone. Waktu tempuh gelombang antara sumber getaran dan penerima akan
menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan.
Hal tersebut akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan
berdasarkan penghitungan waktu tempuh gelombang antara sumber getaran (shot) dan
penerima (geophone). Waktu yang diperlukan oleh gelombang seismik untuk
merambat pada lapisan batuan bergantung pada besar kecepatan yang dimiliki oleh
medium yang dilaluinya tersebut. Data yang diperoleh berupa travel time dari
gelombang pada tiap-tiap geophone.Untuk mendapatkan kualitas rekaman seismik
refraksi yang tinggi dan mengandung bentuk firstbreak yang tajam, dilakukan teknik
stacking gain dan filtering.
Pada survei seismik refraksi hukum dasar yang digunakan yaitu dasar pemantulan dan
pembiasan diantaranya: hukum Snellius, azas Fermat, dan hukum Hyugens. Menurut
hukum Snellius menjelaskan hubungan antara sinus sudut datang dan sudut bias
terhadap kecepatan gelombang dalam medium. Azas Fermat yang menyatakan dalam
penjalaran gelombang dari satu titik ke titik selanjutnya yang melewati suatu medium
tertentu akan mencari suatu lintasan dengan waktu tempuh yang paling sedikit.
Sedangkan untuk hukum Huygens menyatakan bahwa suatu gelombang yang
melewati suatu titik akan membuat titik tersebut menjadi sumber gelombang baru dan
akan begitu seterusnya (Telford, 1976).
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk
menjalar pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada berbagai
jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah sinyal pertama
(firstbreak) diabaikan, karena gelombang seismik refraksi merambat paling cepat
dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali pada jarak (offset) yang relatif dekat
sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama kali gelombang diterima oleh setiap
geophone. Kecepatan gelombang P lebih besar dibandingkan dengan kecepatan
gelombang S sehingga waktu datang gelombang P yang digunakan dalam perhitungan
metode ini. Parameter jarak dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan dengan
cepat rambat gelombang dalam medium. Besarnya kecepatan rambat gelombang
tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material yang
dikenal sebagai parameter elastisitas.
Gelombang seismik refraksi yang dapat terekam oleh penerima pada permukaan bumi
hanyalah gelombang seismik refraksi yang merambat pada batas antar lapisan batuan.
Hal ini hanya dapat terjadi jika sudut datang merupakan sudut kritis atau ketika sudut
bias tegak lurus dengan garis normal (r = 90° sehingga sin r = 1). Hal ini sesuai
dengan asumsi awal bahwa kecepatan lapisan dibawah interface lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan diatas interface.
C. Tomografi Seismik
Tomografi seismik adalah proses rekontruksi suatu objek atau model dari observasi
besaran fisis interior bumi berdasarkan efek penjalaran suatu radiasi gelombang
melalui benda yang diamati. Hasil penjalaran radiasi gelombang dapat
mempresentasikan keadaan objek tersebut. Prinsip dasar tomografi seismik yaitu
mencitrakan bawah permukaan daerah penelitian dalam domain kecepatan. Untuk
mmempermudah dalam perhitungan, kecepatan gelombang lokal diganti dengan
kelambanan lokal pada tahap inversi (Indrawati, 2015).
Metode tomografi waktu tempuh terdiri dari 2 pemodelan, yaitu pemodelan kedepan
dan pemodelan kebelakang. Pemodelan kedepan dilakukan dengan menentukan
parameter terlebih dahulu kemudian periksa apakah model menghasilkan data sesuai
dengan data observasi. Pemodelan kebelakang menentukan parameter secara langsung
dari data (Hidayatunnisa, 2014).
D. Ray Tracing
Ray tracing merupakan proses yang sangat penting dalam aktivitas seismik eksplorasi
untuk keperluan desain survey, seismic modelling, 4D seismic, dan seismic
tomography. Seismic modelling bertujuan untuk memodelkan gambaran permukaan
bumi dengan menembakkan gelombang seismik kedalam suatu medium (Minalia,
2011). Ada 5 metode yang digunakan dalam ray tracing, yaitu:
1) Forward ray tracing adalah metode penelusuran cahaya yang dipancarkan dari
sumber cahaya.
2) Backward ray tracing adalah metode yang menelusuri cahaya yang dipancarkan
dari mata atau kamera.
3) Metode penembakan sinar (Shooting methods) ditentukan dengan mencoba
memasukkan sudut estimasi dalam persamaan raypath sampai berkas akhir sinar
paling mendekati sinar titik pertama.
4) Metode pseudo-bending adalah metode yang menghubungkan dua titik dengan
menggunakan garis estimasi pembengkokan sinar yang paling minimum waktu
datangnya.
5) Metode full wave equation menggunakan waktu rambat yang dihitung dari sumber
ke semua kisi-kisi (Pertiwi, 2014)
E. Metode-metode yang digunakan
1) Metode Intercept Time (ITM)
Metode Intercept Time adalah metode T-X (waktu terhadap jarak) yang
merupakan metode yang paling sederhana dan hasilnya cukup kasar, seperti yang
digambarkan pada
Gambar 1. Kurva travel time

Gambar 2. Sistem dua lapis sederhana


Untuk sistem perlapisan yang cukup homogen dan relatif rata, metode
InterceptTime mampu memberikan hasil yang memadai atau yang dapat diartikan
dengan kesalahan relatif kecil (Sismanto, 1999).
2) Metode Hagiwara
Metode Hagiwara merupakan metode waktu tunda yang berdasarkan asumsi
bahwa undulasi bawah permukaan tidak terlalu besar. Kelebihan metode ini, yaitu
menampilkan lapisan bawah permukaan dengan mengikuti kontur bawah
permukaan. Perhitungan metode Hagiwara dikembangkan untuk struktur bawah
permukaan yang terdiri dari dua lapisan. Bila kerapatan beda maka kecepatan
gelombang seismic akan berbeda sehingga arah penjalaran gelombang seimik akan
mengalami pembiasan.

Gambar 3. Lintasan gelombang bias untuk struktur dua lapis

3) Metode Plus-Minus
Metode ini menggunakan 2 jenis analisis, yaitu analisis Plus Time (menganalisis
kedalaman) dan Minus Time (menganalisis kecepatan).
a. Analisis Plus Time (+)
Digunakan untuk menganalisis kedalaman bawah permukaan dengan
menggunakan jumlah waktu rambat gelombang dari sumber forward dan
sumber reverse.

Gambar 4. Analisis plus time


b. Analisis Minus Time (T-)
Digunakan untuk mendetreminasi kecepatan refraktor yang didapatkan dari
pengurangan waktu rambatan gelombang dari sumber forward dijumlahkan
dengan pengurangan waktu rambat gelombang dari reverse.

Gambar 5. Analisis minus time


4) Metode GRM
Generalized Reciprocal Method (GRM) merupakan metode pengolahan data
seismik yang memetakan struktur bawah permukaan tanah dengan tingkat
kekerasan batuan serta undulasi refraktor yang tinggi. GRM benar-benar
mengamati pengukuran melalui prosedur analisis fungsi waktu kecepatan (Time
Velocity) dan waktu kedalaman (Time Depth). Masing-masing analisis kecepatan
refraktor dan perhitungan kedalaman waktu hanya melibatkan beberapa hal
sederhana operasi aritmatikanya (L, 2020)
III. Langkah Pengerjaan
A. Langkah Kerja
 Akuisisi data di lapangan
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Ukur panjang lintasan sepanjang 24 meter dengan meteran.
3. Tancapkan gephone ke tanah.
4. Sambungkan remote unit dengan geophone.
5. Kemudian lanjut ke pengaturan main unit.
6. Kemudian pada port line disambungkan dengan kabel remote unit.
7. Hubungkan kabel trigger dengan port main unit.
8. Hubungkan kabel LAN dengan port pada main unit dan laptop yang
digunakan.
9. Kemudian kabel remote unit dilewatkan pada celah yang ada pada masing-
masing remote unit dengan spasi 2 meter.
10. Letakkan palu dan sambungkan dengan kabel trigger pada letak sumber
getaran
11. Cek lampu pada setiap remote unit. Jika berwarna merah artinya geophone
tertancap dengan baik dan dapat membaca data dengan baik.
12. Pukul plate dengan palu pada bagian tengah agar getaran yang dihasilkan
maksimal
13. Amati hasil gelombang pada aplikasi SeiSee dan Summit-X.
14. Pilih data terbaik untuk masing-masing near, middle, dan far off-set.
 Excel
1. Metode Intercept Time (ITM)
- Masukkan nilai offset, near, dan far. Buat grafik lalu tentukan nilai near direct,
near refract, far direct , dan far refrect.
- Cari nilai gradien dan intercept dari hasil plotting. Nilai gradien digunakan
untuk mencari nilai V1, V2 dan kedalaman untuk near dan refrect.
- Tentukan kedalaman lapisan dengan nilai near direct terakhir dibagi dengan 2,
nilai V1 dan V2.
- Nilai topografi yang digunakan adalah 70, jarak yang digunakan adalah
kelipatan 5, dan untuk mencari nilai boundary menggunakan nilai topografi
dikurangkan dengan kedalaman lapisan.
- Setelah itu, membuat grafik dengan menggunakan nilai topografi dan
boundary.
2. Metode Hagiwara
- Masukkan data offset, near, dan far. Setelah itu mencari nilai Tab, Tap’ dan
Tbp’ menggunakan grafik T-x, cos i, V1 dan V2, hp, boundary.
- Buat grafik dengan menggunakan data topografi dan boundary.
3. Metode Plus-Minus
- Memasukkan data offset, near, dan far. Buat tabel TAH, TD+, TD-, TD’, Delta
TD, V2, V1, Sudut, TD+ Rata-rata, Z, Topografi dan boundary.
- Untuk mencari nilai TAH menggunakan rumus (Far awal + Near akhir)/2.
Nilai TD+ menggunakan rumus (Nilai Near + Far pada offset ke-7
ditambahkan dengan Nilai TAH). Untuk mencari nilai TD- menggunakan
rumus (Nilai Near dikurang Far pada offset ke-6 lalu dikurangkan dengan
Nilai TAH). Untuk V2 menggunakan rumus (2*5/Delta TD) dan V1
menggunakan rumus (V1 Rata-rata yang dikunci). Untuk nilai sudut
menggunakan rumus (=ASIN(V1/V2). Untuk Nilai TD+ rata menggunakan
rumus (=AVARAGE(seluruh nilai TD+). Untuk nilai topografi menggunakan
70, dan boundary menggunakan rumus (Topografi-Nilai Z).
- Buat grafik antara nilai topografi dan boundary.
4. Metode GRM
- Memasukkan data offset, near, dan far. Mencari nilai Tab dan nilai xy.
Mencari nilai xy=0 sampai dengan xy=5. Lalu buat grafik untuk mendapatkan
nilai gradien dan intercept.
- Nilai gradien dan intercept digunakan untuk mendapatkan nilai v’ dan vj. V
rata menggunakan rata-rata v1 dan v2.
- Setelah itu buat tabel TG=0 sampai dengan TG=5. Nilai topografi yang
digunakan adalah 70. Nilai boundary didapatkan dengan topografi dikurang
dengan nilai z.
- Buat grafik antara nilai topografi dan boundary.
 Seira++
- Buka Seira++, lakukan kalkulasi kedalaman dengan memasukkan dataset
seperti gambar dibawah ini
Gambar 6. Datasets depth calculation
- Lalu analis data dan view model menggunakan metode ITM dan metode plus-
minus
- Setelah itu, lakukan tomografi data dengan create model dan masukkan
parameter seperti gambar berikut

Gambar 7. Parameter Tomografi


- result %perturbation, RMS Error, dan final velocity dari hasil data yang telah
dicreat
- Dan terakhir, lakukan simulasi dengan ray tracing menggunakan parameter
setting seperti gambar berikut
Gambar 8. Parameter Simulation
Untuk anomali negatif tambahkan minus (-) pada nilai yang dimasukan
kedalam kolom velocity
- Setelah itu, view scene ray model dan Iteration vs Traveltime
B. Diagram Alir
 Akuisisi data di lapangan
Gambar 9. Diagram alir akuisisi data di lapangan
 Excel

Gambar 10. Diagram alir excel

 Seira++
Gambar 11. Diagram alir Seira++
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1) Metode ITM

Gambar 12. TX Curve dan Depth Model ITM


Gophone Offset near far Topography Boundary
0 2 2.5 90.625 103 100.4202017
1 3 13 89.5 104 101.4202017
2 4 21.5 87.75 104 101.4202017
3 5 32.75 86 103 100.4202017
4 6 45.25 84.375 103 100.4202017
5 7 55.25 83.75 102 99.42020172
6 8 64 82.25 103 100.4202017
7 9 65.25 81.75 103 100.4202017
8 10 68.25 80.5 104 101.4202017
9 11 69.75 78.875 101 98.42020172
10 12 72.5 77 102 99.42020172
11 13 74.75 75.75 102 99.42020172
12 14 75.75 73.25 102 99.42020172
13 15 78.25 72.5 103 100.4202017
14 16 79.75 70.75 101 98.42020172
15 17 81 69 103 100.4202017
16 18 83.25 67.5 103 100.4202017
17 19 83.875 65.5 101 98.42020172
18 20 85.75 55.75 103 100.4202017
19 21 87.125 44.5 103 100.4202017
20 22 87.5 32.75 101 98.42020172
21 23 88.75 24 101 98.42020172
22 24 89.5 13 102 99.42020172
23 25 91 2.75 102 99.42020172

Tabel 1. Topography dan Boundary ITM

Gambar 13. Kurva TX

Gambar 14. Model penampang ITM


Near offset Far offset
a1 b1 a2 b2 a1 b1 a2 b2
10.455 18.813 1.5637 53.534 10.509 265.23 1.4213 93.691
v1 v2 v1 v2
0.095648015 0.639508857 0.095156532 0.703581228
v1 rata-rata v2 rata-rata
0.095402274 0.671545043
kedalaman
2.579798279

Tabel 2. Kecepatan dan Kedalaman ITM

2) Metode Hagiwara
Stasiun A 1 2 3 4 5 6 87 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 B Stasiun
Jarak dari stasiun A 2 3 4 5 6 7 98 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jarak dari stasiun A
(a) Tap 2.5 13 21.5 32.75 45.25 55.25 64
65.25 68.25 69.75 72.5 74.75 75.75 78.25 79.75 81 83.25 83.875 85.75 87.125 87.5 88.75 89.5 91 (a) Tap
(b) Tbp 90.625 89.5 87.75 86 84.375 83.75 82.25
81.75 80.5 78.875 77 75.75 73.25 72.5 70.75 69 67.5 65.5 55.75 44.5 32.75 24 13 2.75 (b) Tbp
(c) = a + b 147 148.75 148.625 149.5 150.5 149 150.75 150.5 150 150.75 (c) = a + b
(d) = c - Tab 56.1875 57.9375 57.8125 58.6875 59.6875 58.1875 59.9375 59.6875 59.1875 59.9375 (d) = c - Tab
(e) = d / 2 24.9176 25.5649 25.5872 25.6095 25.7568 26.9041 27.1764 28.0938 28.9688 28.9063 29.3438 29.8438 29.0938 29.9688 29.8438 29.5938 29.9688 28.6403 28.743 28.3457 26.9484 26.4261 25.4038 25.1315 (e) = d / 2
(f) Tap' = (a) - (e) 37.1563 39.2813 40.8438 43.1563 44.9063 46.6563 48.2813 49.9063 51.4063 53.2813 55.2347 57.007 58.7793 60.5516 62.3239 64.0962 65.8685 (f) Tap' = (a) - (e)
(g) Tbp' = (b) - (e) 65.7074 63.9351 62.1628 60.3905 58.6182 56.8459 55.0736 53.6563 51.5313 49.9688 47.6563 45.9063 44.1563 42.5313 40.9063 39.4063 37.5313 (g) Tbp' = (b) - (e)
(h) hp = (e) x v1/cos i 2.40155 2.46394 2.46609 2.46824 2.48244 2.59301 2.61926 2.70767 2.792 2.78598 2.82814 2.87633 2.80405 2.88838 2.87633 2.85224 2.88838 5.32351 5.49432 5.66514 5.83595 6.00677 6.17758 6.34839 (h) hp = (e) x v1/cos i
Topografi 103 104 104 103 103 102 103 103 104 101 102 102 102 103 101 103 103 101 103 103 101 101 102 102 topografi
Boundary 100.598 101.536 101.534 100.532 100.518 99.407 100.381 100.292 101.208 98.214 99.1719 99.1237 99.196 100.112 98.1237 100.148 100.112 95.6765 97.5057 97.3349 95.164 94.9932 95.8224 95.6516 boundary

Tabel 3. Topography dan Boundary Hagiwara

Gambar 15. Kurva Tap’ VS Tbp’

Gambar 16. Model Penampang Hagiwara


Near offset Far offset
a1 b1 a2 b2 a1 b1 a2 b2
10.455 18.813 1.5637 53.534 10.509 265.23 1.4213 93.691
v1 v2 v1 v2
0.095648015 0.639508857 0.095156532 0.703581228
v1 rata-rata v2 rata-rata
0.095402274 0.671545043
kedalaman
2.579798279

Tabel 4. Tap’, Tbp’, Gradient, Intercept

3) Metode Plus-Minus

Gambar 17. TX Curve dan Depth Model


TAH TD+ TD- TD' Delta TD V2 V1 Sudut TD+ Rata-rata Kedalaman Topografi Boundary
90.8125 56.1875 -107.313 -84.0625 1.75 5.714286 0.095402 0.016696174 58.725 2.679834105 103 100.3201659
89.5 57.9375 -103.063 -82.5625 -0.125 -80 0.095402 -0.00119253 58.725 2.763682657 104 101.2363173
88.25 57.8125 -99.9375 -82.8125 0.875 11.42857 0.095402 0.008347796 58.725 2.757625896 101 98.2423741
86.75 58.6875 -95.3125 -81.8125 1 10 0.095402 0.009540372 58.725 2.799333078 102 99.20066692
85.75 59.6875 -91.8125 -80.3125 -1.5 -6.66667 0.095402 -0.01431083 58.725 2.846870087 102 99.15312991
84.75 58.1875 -88.3125 -81.8125 1.75 5.714286 0.095402 0.016696174 58.725 2.775223084 102 99.22477692
83.0625 59.9375 -85.0625 -80.5625 -0.25 -40 0.095402 -0.00238506 58.725 2.859078764 103 100.1409212
82.5 59.6875 -81.8125 -80.9375 -0.5 -20 0.095402 -0.00477013 58.725 2.84712922 101 98.15287078
80.75 59.1875 -78.8125 -81.3125 0.75 13.33333 0.095402 0.007155232 58.725 2.823238772 103 100.1767612
79.3125 59.9375 -75.0625 -80.3125 -1.375 -7.27273 0.095402 -0.01311819 58.725 2.858840908 103 100.1411591

Tabel 5. Topography dan Boundary Hagiwara

Gambar 18. Model Penampang Hagiwara


4) Metode GRM
Tab XY
90.8125 0
89.5 1
88.25 2
86.75 3
85.75 4
84.75 5

Tabel 6. Tab dan XY


X XY=0 XY=1 XY=2 XY=3 XY=4 XY=5
40 37.1563 36.5 35.875 35.125 34.625 34.125
45 39.2813 38.625 38 37.25 36.75 36.25
50 40.8438 40.1875 39.5625 38.8125 38.3125 37.8125
55 43.1563 42.5 41.875 41.125 40.625 40.125
60 44.9063 44.25 43.625 42.875 42.375 41.875
65 46.6563 46 45.375 44.625 44.125 43.625
70 48.2813 47.625 47 46.25 45.75 45.25
75 49.9063 49.25 48.625 47.875 47.375 46.875
80 51.4063 50.75 50.125 49.375 48.875 48.375
85 53.2813 52.625 52 51.25 50.75 50.25
90 53.9375 53.3125 52.5625 52.0625 51.5625
95 59.125 58.375 57.875 57.375
100 64.6875 64.1875 63.6875
105 70.25 69.75
110 74.75
115
120
Tabel 7. XY
X TG=0 TG=1 TG=2 TG=3 TG=4 TG=5 G HG W Z Topografi Boundary
40 21.5078 22.2804 23.0162 23.8991 24.4877 25.0763 40 8.324958148 0.651704399 13.592 103 89.40798769
45 22.0061 22.7787 23.5145 24.3974 24.9861 25.5747 45 8.517850492 0.651704399 13.9168 104 90.08321488
50 21.6667 22.4393 23.175 24.058 24.6466 25.2352 50 8.386459441 0.651704399 13.6956 101 87.30443797
55 21.6943 22.4669 23.2027 24.0856 24.6742 25.2628 55 8.397146115 0.651704399 13.7136 102 88.28644482
60 21.8841 22.6567 23.3925 24.2754 24.864 25.4527 60 8.470616241 0.651704399 13.8373 102 88.16274318
65 20.8239 21.5965 22.3323 23.2152 23.8038 24.3925 65 8.060252808 0.651704399 13.1463 102 88.85367204
70 21.4109 22.1835 22.9193 23.8022 24.3908 24.9794 70 8.287448952 0.651704399 13.5289 103 89.47114192
75 20.9979 21.7704 22.5062 23.3892 23.9778 24.5664 75 8.127578248 0.651704399 13.2597 101 87.7403162
80 20.482 21.2546 21.9903 22.8733 23.4619 24.0505 80 7.927900138 0.651704399 12.9235 103 90.07651421
85 20.5246 21.2972 22.033 22.9159 23.5046 24.0932 85 7.944410958 0.651704399 12.9513 103 90.04871495
90 20.3771 21.1129 21.9958 22.5844 23.173
95 16.1451 17.028 17.6167 18.2053
100 10.9716 11.5603 12.1489
105 4.79819 5.38681
110 0.75056
115
120

Tabel 8. TG
Gambar 19. Kurva X

Gambar 20. Model Penampang GRM


Near Offset Far Offset
a1 b1 a2 b2 a1 b1 a2 b2
10.455 18.813 1.5637 53.534 10.509 265.23 1.4213 93.691
v1 v2 v1 v2
0.095648015 0.639508857 0.095156532 0.703581228
v1 rata-rata v2 rata-rata
0.095402274 0.671545043
Kedalaman
2.579798279
V' V' Rata-rata V' J
2.820874471 0.383473658 0.387066847

Tabel 9. V’, V rata-rata, dan V’J


5) %Perturbation
Gambar 21. %Perturbation
6) RMS Error

Gambar 22. RMS Error


7) Final Velocity

Gambar 23. Final Velocity


8) Anomali Positif

Gambar 24. Anomali Positif


9) Anomali Negatif

Gambar 25. Anomali Negatif


10) Ray Model
Gambar 26. Ray Model
11) Iteration VS Traveltime

Gambar 27. Iteration dan traveltime


B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini data sintetik yang telah dibuat ketika praktikum sebelumnya,
diolah menggunakan 4 metode yakni metode ITM, metode Hagiwara, metode Plus-
Minus, dan metode GRM. Metode yang pertama digunakan yakni metode Plus-Minus,
pada metode ini kecepatan rata-rata yang didapatkan sebesar 0.09 untuk v1 dan 0.6
untuk v2 dengan kedalaman sebesar 2.6 m pada pengolahan MS. Excel. Hasil pada
pengolahan menggunakan Seira++ dan excel hampir sama. Jika dilihat dari model
kedalaman Plus-Minus lapisan pertama mempunyai kecepatan sebesar 0.09 m/ms dan
lapisan kedua kecepatannya sebesar 0.6 m/ms, dan pada metode Plus-Minus hasil
pada pengolahan menggunakan Seira++ pun juga hampir sama dengan excelnya.
Selanjutnya, metode yang kedua digunakan yaitu metode GRM, jika diperhatikan
pada tabel pengolahan data MS. Excel pada tabel XY nilai yang dihasilkan semakin
lama semakin kecil, sebaliknya pada tabel TG nilai yang dihasilkan semakin lama
semakin besar. Dan metode yang terakhir digunakan yaitu metode Hagiwara, pada
metode ini menghasilkan kurva yang berpotongan antara TAP’ dan TBP’. Dengan
plot berwarna biru sebagai TAP’ atau gelombang direct dan plot warna oranye sebagai
TBP’ atau gelombang refract. Pada metode ini terdapat perbedaan kedalaman tiap
offsetnya, hal ini berarti adanya undulasi pada lapisan.
Pada % perturbasi kurva yang dihasilkan dari inversi tomografi menunjukan adanya
anomali kecepatan yang rendah pada kedalaman 0 – 5 m, warna biru mewakili
anomali positif dan warna merah mewakili anomali negatif. Dan pada warna biru
merupakan rasio nilai tertinggi, sebaliknya warna merah merupakan rasio nilai
terendah. Berbeda pada % perturbasi, pada RMS Error kurva yang dihasilkan
menurun kebawah dengan sumbu X mewakili nilai RMSE dan sumbu Y mewakili
nilai iterasi. Jika dilihat dari kurva yang dihasilkan semakin besar nilai iterasi maka
nilai RMSE akan semakin kecil, begitu pun sebaliknya semakin kecil nilai kedalaman
maka nilai iterasi akan semakin besar. Jadi, semakin besar nilai iterasi maka nilai
RMS Errornya akan semakin kecil, berlaku sebaliknya. Hal ini terjadi karena nilai
iterasi dapat meredam noise-noise yang ada. Dan terakhir pada final velocity, jika
dilihat dari tomografi final velocity yang dihasilkan dapat diketahui terdapat 5 lapisan
yang masing-masing memiliki nilai kecepatan yang berbeda, pada lapisan pertama
dengan kedalaman 0 – 5 m memiliki % velocity sebesar 0.2 m/ms dengan indeks
warna biru tua, lapisan kedua dengan kedalaman 5 – 10 m memiliki % velocity
sebesar 0.4 m/ms dengan indeks warna biru muda hingga kehijauan, lapisan ketiga
dengan kedalaman 10 – 15 m memiliki % velocity sebesar 0.6 – 1.4 m/ms dengan
indeks warna biru kehijauan hingga merah terang, lapisan keempat dengan kedalaman
15 – 25 m memiliki % velocity sebesar 1.4 – 1.6 m/ms dengan indeks warna oranye
hingga merah terang, dan lapisan kelima dengan kedalaman 20 – 25 m memiliki %
velocity sebesar 1.6 m/ms dengan indeks warna merah gelap.
V. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dijabarkan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1) Nilai kecepatan yang dihasilkan dengan menggunakan excel dan Seira++ memiliki
nilai yang hampir sama pada metode ITM maupun Plus-Minus.
2) Model penampang yang dihasilkan pada metode ITM dan Plus-Minus memiliki
kemiripan pada pengolahan menggunakan excel dan Seira++.
3) Pada metode Hagiwara dan GRM memiliki model penampang yang berbeda lebih
kasar dibandingkan model penampang ITM dan Plus-Minus, hal ini karena ada nilai
Boundary yang melebihi nilai Topografinya.
4) Nilai iterasi yang digunakan sangat berpengaruh dengan nilai RMSE yang akan
dihasilkan, semakin banyak nilai iterasi yang digunakan maka nilai RMSE yang akan
dihasilkan semakin kecil.
5) Metode sismik refraksi digunakan untuk permukaan bawah tanah yang dangkal.

Daftar Pustaka

Adnyawati, N. K. (2012). Analisis Struktur Bawah Permukaan dengan Menggunakan


Metode Seismik Refraksi di Universitas Tadulako. Jurnal Natural Science Vol.
1. (1), 17. (Hidayatunnisa, 2014)

Aissa, A. (2008). Prediksi Penyebaran Batu Pasir pada Lapangan Boonsville dengan
Menggunakan Metode Inversi Geostatistik Bayesian. Depok: Universitas
Indonesia.
Hudha, S. N. (2014). Penentuan Struktur Bawah Permukaan dengan Menggunakan
Metode Seismik Refraksi di Lapangan Panas Bumi Diwak dan Derekan,
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Youngster Physics Journal Vol. 3,
No. 3, 265.
Kartika, A. U. (2007). Penentuan Struktur Bawah Permukaan dengan Menggunakan
Metode Seismik Refraksi di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Sari, L. (2020). Interpretasi Struktur Bawah Permukaan Bumi Menggunakan Seismik
Refraksi dengan Metode
Generalized Reciprocal Method (GRM). Bandung: Perpustakaan Digital ITB.
Setiawan, B. (2008). Pemetaan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode
Seismik Refraksi. Depok: Universitas Indonesia.
Suwarsono, R. (2006). Hubungan Aktivitas Gempa Tektonik Daerah Suduction Indo-
Australia Eurasia Segmen Enggano Tahin 2000 dengan Aktivitas Gempa
Vulkanik Gunung Api Kaba dan Dempo. Jurnal Gradien Vol. 2. No 2.
N. K. Adnyawati, et. Al. 2012. Analisis Struktur Bawah Permukaan dengan
Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Universitas Tadulako.
Nurdiyanto, Boko dkk. 2011. Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan
Metode Seismik Refraksi. Jurnal Meteorologi dan geofisika.
Priyantari, Nurul. 2009. Penentuan Kedalaman Bedrock Menggunakan Metode Seismik
Refraksi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jurnal
Ilmu Alam.
Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Sumatera Utara :
USU Digital Library
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, & Keys, D.A. 1976. Applied geophysics,
New York: Cambridge University Press.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai