Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Metode Inversi

Metode seismik inversi merupakan suatu metode untuk membuat model bawah

permukaan dengan menggunakan data seismik sebagai data masukan dan data sumur

sebagai kontrol. Metode inversi dapat dianggap sebagai kebalikan dari metode

pemodelan ke depan dimana dihasilkan penampang seismik sintetik berdasarkan model

bumi. Pada metode seismic inversi penampang seismic dikonversi kedalam bentuk

impedansi akustik yang merepresentasikan sifat fisis batuan sehingga lebih mudah

untuk diinterpretasi menjadi parameter-parameter petrofisik misalnya untuk

menentukan litologi dan penyebarannya. Namun tingkat akurasi penggambaran litologi

metode yang digunakan. Juga dipengaruhi oleh penelitian menggunakan metode

sesmik inversi model based dapat menggambarkan impedansi akustik Dengan baik

karena didapat dari membangun model geologi dan mencocokan secara iteratif untuk

mendapat hasil yang optimal mendekati model riilnya (Tabah dkk, 2010).

Perambatan gelombang seismik, perambatan gelombang elektromagnetik di bawah

tanah dan juga aliran muatan (arus listrik) ataupun arus fluida pada batuan berpori

adalah contoh-contoh proses geofisika. Data lapangan tak lain merupakan refleksi dari
kompleksitas sistem geofisika yang sedang diamati, yang dikontrol oleh distribusi

parameter fisis batuan berikut struktur geologinya. (Supriyanto, 2007)

Tujuan utama dari kegiatan eksplorasi geofisika adalah untuk membuat model bawah

permukaan bumi dengan mengandalkan data lapangan yang diukur bisa pada

permukaan bumi atau di bawah permukaan bumi atau bisa juga di atas permukaan bumi

dari ketinggian tertentu. Untuk mencapai tujuan ini, idealnya kegiatan survey atau

pengukuran harus dilakukan secara terus menerus, berkelanjutan dan terintegrasi

menggunakan sejumlah ragam metode geofisika. (Supriyanto, 2007)

Seringkali –bahkan hampir pasti– terjadi beberapa kendala akan muncul dan tak bisa

dihindari, seperti kehadiran noise pada data yang diukur. Ada juga kendala

ketidaklengkapan data atau malah kurang alias tidak cukup. Namun demikian, dengan

analisis data yang paling mungkin, kita berupaya memperoleh informasi yang relatif

valid berdasarkan keterbatasan data yang kita miliki. Dalam melakukan analisis,

sejumlah informasi mengenai kegiatan akuisisi data juga diperlukan, antara lain:

berapakah nilai sampling rate yang optimal? Berapa jumlah data yang diperlukan?

Berapa tingkat akurasi yang diinginkan? Selanjutnya –masih bagian dari proses

analisis– model matematika yang cocok mesti ditentukan yang mana akan berperan

ketika menghubungkan antara data lapangan dan distribusi parameter fisis yang hendak

dicari. Setelah proses analisis dilalui, langkah berikutnya adalah membuat model

bawah permukaan yang nantinya akan menjadi modal dasar interpretasi. Ujung dari

rangkaian proses ini adalah penentuan lokasi pemboran untuk mengangkat sumber

daya alam bahan tambang/mineral dan oil-gas ke permukaan. Kesalahan penentuan


lokasi berdampak langsung pada kerugian meteril yang besar dan waktu yang terbuang

percuma. Dari sini terlihat betapa pentingnya proses analisis apalagi bila segala

keputusan diambil berdasarkan data eksperimen (Supriyanto, 2007).

II.1.1 Klasifikasi masalah inversi

Dalam masalah inversi, kita selalu berhubungan dengan parameter model (M) dan data

(N); yang mana jumlah dari masing-masing akan menentukan klasifikasi permasalahan

inversi dan cara penyelesaiannya. Bila jumlah model parameter lebih sedikit

dibandingkan data observasi (M < N), maka permasalahan inversi ini disebut

overdetermined. Umumnya masalah ini diselesaikan menggunakan pencocokan (best

fit ) terhadap data observasi. Dalam kondisi yang lain dimana jumlah parameter yang

ingin dicari (M) lebih banyak dari pada jumlah datanya (N), maka masalah inversi ini

disebut underdetermined. Dalam kasus ini terdapat sekian banyak model yang dapat

sesuai kondisi datanya. Inilah yang disebut dengan masalah non-uniqness. Bagaimana

cara untuk mendapatkan model yang paling mendekati kondisi bawah permukaan?

Menurut Meju, 1994 persoalan ini bisa diselesaikan dengan model yang parameternya

berbentuk fungsi kontinyu terhadap posisi. Kasus yang terakhir adalah ketika jumlah

data sama atau hampir sama dengan jumlah parameter. Ini disebut evendetermined.

Pada kasus ini model yang paling sederhana dapat diperoleh menggunakan metode

inversi langsung. Pada bab ini, saya mencoba menyajikan dasar teknik inversi yang

diaplikasikan pada model garis, model parabola dan model bidang. Uraian aplikasi

tersebut diawali dari ketersediaan data observasi, lalu sejumlah parameter model
(unknown parameter) mesti dicari dengan teknik inversi. Mari kita mulai dari model

garis. (Supriyanto, 2007).

II.1.2 Pemodelan Geofisika

Dalam geofisika, model dan parameter model digunakan untuk mengkarakterisasi

suatu kondisi geologi bawah-permukaan. Pemmodelan merupakan proses estimasi

model dan parameter model berdasarkan data yang diamati model dan parameter model

berdasarkan data yang diamati di permukaan bumi. Dalam beberapa referensi istilah

model tidak hanya menyatakan representasi kondisi geologi oleh besaran fisis tetapi

mencakup pula hubungan matematik atau teoritik antara parameter model dengan

respons model. (Grandis, 2009)

Gambar 2.1 Ilustrasi hubungan antara model, parameter model dan respons model

dalam pemodelan anomaly gravitasi


Pemodelan Geofisika terdiri atas dua yaitu pemodelan ke depan dan pemodelan inversi

(Grandis, 2009):

a. Pemodelan ke depan

Pemodelan ke depan (forward modelling) menyatakan proses perhitungan “data”

yang secara teoretis akan teramati di permukaan bumi jika diketahui harga

parameter model bawah-permukaan tertentu (Gambar 2.2). Perhitungan data

teoritis tersebut menggunakan persamaan matematik yang diturunkan dari

konsep fisika yang mendasari fenomena yang ditinjau. Dalam pemodelan data

geofisika, dicari suatu model yang menghasilkan respons yang cocok atau fit

dengan data pengamatan atau data lapangan. Dengan demikian, model tersebut

dapat dianggap mewakili kondisi bawah-permukaan di tempat pengukuran data.

b. Pemodelan Inversi

Pemodelan inversi (inverse modeling) sering dikatakan sebagai “kebalikan”

dari pemodelan ke depan karena dalam pemodelan inversi parameter model

diperoleh secara langsung dari data. Menke (1984) mendefinisikan teori inversi

sebagai sesuatu kesatuan teknik atau metode matematika dan statistika untuk

memperoleh informasi yang berguna mengenai suatu system fisika berdasarkan

observasi terhadap system tersebut. Sistem fisika yang dimaksud adalah

fenomena yang kita tinjau, hasil observasi terhadap system adalah data

sedangkan informasi yang ingin diperoleh dari data adalah model atau

parameter model.
Gambar 2.2a Proses pemodelan ke depan (forward modeling) untuk

menghitung respons (data teoritik atau data perhitungan) dari suatu model

tertentu

Gambar 2.2b Teknik pemodelan dengan cara mencoba-coba dan memodifikasi

parameter model hingga diperoleh kecocokan antara data perhitungan dan data

lapangan
II.1.3 Metode Inversi Berdasarkan Model (Model Based)

Pada metode ini langkah yang pertama dilakukan adalah membangun model geologi,

kemudian model tersebut dibandingkan dengan data seismik, diperbarui secara iteratif

sehingga didapatkan kecocokan yang lebih baik dengan data seismik. Semakin banyak

iterasinya maka koefisien korelasi antara seismic sintetik dan seismik riilnya semakin

besar dan error semakin kecil. Hasil keluarannya berupa model yang sesuai dengan

data masukan. Hubungan antara model dengan data seismik dapat dijelaskan dengan

metode Generalized Linear Inversion (GLI). Jika terdapat sebuah data observasi

geofisika, metode GLI akan menurunkan model geologi yang paling sesuai dengan data

observasi. GLI menganalisis deviasi kesalahan antara model keluaran dan data

observasi, kemudian parameter model diperbaharui untuk menghasilkan keluaran

dengan kesalahan sekecil mungkin. Metode ini membutuhkan suatu model impedansi

akustik awal yang biasanya diperoleh dari hasil perkalian antara data log kecepatan

dengan data log densitas. (Tabah dkk, 2010)

𝐼𝐴 = 𝑝 𝑣 (1)

Dengan,

IA = Impedansi Akustik (m/s.g/cm3)

p = Densitas (g/cm3)

v = Kecepatan (m/s)
Impedansi Akustik tersebut kemudian diturunkan untuk memperoleh harga koefisien

refleksinya dengan persamaan :


𝑝2 𝑣2−𝑝1 𝑣1
𝐾𝑅 = 𝑝2 𝑣2+𝑝1 𝑣1 (2)

Sehingga
𝐼𝐴2−𝐼𝐴1
𝐾𝑅 = 𝐼𝐴2+𝐼𝐴1 (3)

Dengan,

KR = Koefisien Refleksi bernilai -1 sampai +1

IA1 = Harga impedansi akustik pada lapisan pertama

IA2 = Harga impedansi akustik pada lapisan kedua

harga koefisien refleksi ini dikonvolusikan dengan wavelet untuk mendapatkan

seismogram sintetik yang sama dengan jejak seismik berdasarkan harga impedansi

model dengan rumusan:

𝑠(𝑡) = 𝑤(𝑡) ∗ 𝑟(𝑡) (4)

Dengan,

s(t) = seismogram sintetik

w(t) = wavelet

r(t) = deret koefisien refleksi

Kelebihan metode inversi model based adalah hasil yang didapatkan memiliki

informasi yang lebih akurat dan jelas karena memasukkan komponen frekuensi rendah

(dari data log), dan nilai impedansi akustik yang didapat rata-rata memiliki harga

impedansi akustik yang kontras sehingga mempermudah dalam penentuan batas atas
(top) dan batas bawah (bottom) suatu lapisan reservoar. Hasil akhir dari suatu proses

inversi data seismic adalah berupa data impedansi akustik yang memiliki informasi

lebih lengkap dibandingkan data seismik. Perubahan amplitude pada data seismic

hanyalah mencenninkan suatu bidang batas antar lapisan batuan sehingga bisa

dikatakan bahwa data seismik adalah attribute dari suatu bidang batas lapisan batuan.

Sedangkan impedansi akustik mencerminkan sifat fisis dari batuan. Secara matematis

impedansi akustikbatuan adalah hasil perkalian antara harga kecepatan dengan harga

densitas suatu batuan. Impedansi akustik merupakan sifat fisis Batuan yang dengan

mudah dapat langsung dikonversikan menjadi karakter suatu batuan (reservoar) seperti

ketebalan, litologi, maupun fluida pengisi batuan (Tabah dkk, 2010).

II.1.4 Aspek – aspek Pemodelan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemodelan secara umum merupakan

representasi suatu fenomena atau system oleh suatu model melalui pendekatan fisika

dan matematika dengan tujuan untuk menyederhanakan permasalahan dan

memudahkan pemahaman fenomena atau sistem tersebut. Pemahaman sistem

merupakan bagian penting untuk dapat melakukan prediksi “kelakuan” sistem yang

melandasi bekerjanya suatu fenomena. Hal tersebut merupakan salah satu kajian dalam

berbagai bidang ilmu dan rekayasa secara umum. Dalam bidang ilmu kebumian sistem

yang ditinjau adalah sistem atau fenomena alam.

Dalam tataran yang lebih umum pemodelan secara lebih komprehensif mencakuo

beberapa aspeek berikut:


 Representasi

Dalam representasi dirumuskan hubungan antara parameter hasil observasi

(observed parameter) atau data dari suatu sistem dengan parameter yang

mengkarakterisasi sitem tersebut (model parameter). Hasilnya berupa

formulasi matematis yang diturunkan dari teori fisika yang mendasari

fenomena atau sistem tersebut. Model matematis sebagai representasi sistem

memungkinkan prediksi data atau respons sistem jika parameter model

diketahui. Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka aspek representasi

mencakup pemodelan ke depan atau forward modeling. Di samping itu,

representasi dapat pula diartikan sebagai penyederhanaan kondisi bawah-

permukaan yang direpresentasikan oleh model.

 Pengukuran

Salah satu cara untuk mengkaji apakah representasi fenomena atau sistem oleh

suatu model telah sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya maka dilakukan

pengukuran data. Data merupakan respons dari fenomena atau sistem yang

sebenarnya.

 Estiimasi

Dalam aspek estimasi diperkirakan parameter model yang dapat

mengkarakterisasi fenomena atau sistem yang ditinjau. Perkiraan dapat

didasarkan pada informasi awal yang relevan, misalnya dari data pendukung

(geologi, geofisika). Dalam aspek estimasi diperkirakan pula modifikasi


parameter model untuk mencapai kesesuaian antara respons model dengan data

lapangan.

 Validasi

Validasi dilakukan untuk menguji apakah parameter model yang dipilih dapat

“menjelaskan” data hasil observasi. Apabila data hasil prediksi (berdasarkan

representasi fisika dan parameter model yang diperkirakan) belum sesuai

dengan data yang diukur di lapangan maka parameter model harus dimodifikasi.

Proses validasi dan modifikasi parameter model dapat diulang hingga diperoleh

kesesuaian antara data teoritis dengan data lapangan.

Dalam proses yang melibatkan aspek-aspek pemodelan di atas, modifikasi terutama

dilakukan terhadap perkiraan awal harga parameter model dengan asumsi bahwa

representasi fisika dari fenimena atau sistem telah dianggap benar. Dengan demikian

ketidak-sesuaian data teoritis dengan data lapangan lebih disebabkan oleh kesalahan

estimasi parameter model. Hal tersebut merupaka asumsi dasar yang menjadi landasan

utama pemodelan dalam geofisika.

II. 2 Metode Potensial Diri (self potential/SP)

Metode potensial diri (self potential/SP) pertama kali ditemukan oleh Robert Fox

ketika berusaha menemukan endapan tembaga sulfida di Cornwall, Inggris pada tahun

1830. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan elektroda plat tembaga yang

dihubungkan dengan suatu galvanometer. Metode SP ini mulai digunakan sejak 1920
sebagai salah satu metode untuk eksplorasi logam dasar, lebih khusus lagi untuk

mendeteksi adanyha suatu badan bijih. Beberapa mineral yang mungkin di prospeksi

dengan metode SP adalah Pirit, Pirhotit, Grafit, Kalkopirit, Kovelit, Bornit, Kalkosit,

Antrasit, dan Galena karena mineral-mineral tersebut dapat berfungsi sebagai

konduktor. Sedangkan Sfalerit karena bersifat nonkonduktor maka mineral ini tidak

dapat diprospeksi dengan metode SP.

Tabel 2.1 Respon Mineral dan Karakternya ( Tambunan, 2015).

Baik Sedang Rendah

Pirit Kalkopirit Galena (Kadang-

kadang)

Pirhotit Kovelit Sphalerit (Tidak

Pernah)

Grafit Kalkosit

Antrasit

Potensial alami dapat terjadi akibat adanya perbedaan material, konsentrasi larutan

eletroktrolit dan atau adanya suatu aliran fluida. Beberapa kejadian lain adalah

terbentuknya potensial spontan (spontaneous potentials) seperti akibat adanya


perbedaan mineralisasi, reaksi elektrokimia, aktivitas geotermal, dan bioelektrik yang

dihasilkan oleh tumbuhan. Interpretasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan

memetakan potensial spontan tersebut. Metode SP adalah metode yang pasif, beda

potensial alami yang dihasilkan oleh suatu material geologi di suatu daerah survey

diukur diantara dua titik elektroda di permukaan tanah. Beda potensial yang terukur

mulai dari beberapa milivolt hingga lebih dari satu volt. Positif dan negatif harga beda

potensial adalah faktor yang penting di dalam interpretasi anomali SP. (Tambunan,

2015).

Potensial diri umumnya berhubungan dengan perlapisan tubuh mineral sulfide

(weathering of sulphide mineral body), perubahan dalam sifat-sifat batuan (kandungan

mineral) pada daerah kontak - kontak geologi, aktifitas bioelektrik dari material

organik, korosi, perbedaan suhu dan tekanan dalam fluida di bawah permukaan dan

fenomena-fenomena alam lainnya.

II.2.1 Potensial Diri Alam

Aktivitas elektrokimia dan mekanik adalah penyebab dari Potensial Diri (SP) di

permukaan bumi. Faktor pengontrol dari semua kejadian ini adalah air tanah. Potensial

ini juga berhubungan erat dengan pelapukan yang terjadi pada tubuh mineral, variasi

sifat batuan (kandungan mineral), aktivitas biolistrik dari bahan organik, karatan

(proses korosi), gradien tekanan, panas dalam permukaan cairan, serta fenomena lain

dari alam yang proses kejadiannya mirip.


Prinsip mekanisme yang menghasilkan potensial diri ini adalah proses mekanik serta

proses elektrokimia. Pertama adalah proses mekanik yang menghasilkan potensial

elektrokinetik atau disebut dengan streaming potential. Sedang yang lainnya adalah

proses elektrokimia, proses ini menghasilkan potensial liquid junction, potensial serpih

dan potensial mineralisasi

II.2.2 Potensial elektrokinetik

Potensial Elektrokinetik (electrofiltration atau streaming atau electromechanical

potential) yang bernilai kurang dari 10 mV dibentuk sebagai akibat adanya sebuah

elektrolit yang mengalir melalui medium yang berpori atau kapiler. Besarnya resultan

beda potensial antara ujung gayanya adalah:

𝜀𝜉𝛿𝑃𝜌
𝐸𝑘 = (5)
4 𝜋𝜂

Dengan ε adalah konstanta dielektrik dari elektrolit ( farad/m), ρ resistivitas dari

elektrolit (Ωm), η viskositas dinamik dari elektrolit (Ns/m2), δP perbedaan tekanan

(Nm2), dan ξ potensial zeta (potensial yang muncul pada lapisan padat dan cair) (volt).

II.2.3 Potensial Difusi

Jika konsentrasi elektrolit dalam tanah bervariasi secara lokal, maka perbedaan

potensial akan muncul sebagai akibat perbedaan mobilitas anion dan kation dalam

larutan yang konsentrasinya berbeda. Potensial ini disebut potensial difusi (liquid

juntion atau difision potential).

Besarnya potensial ini dalah :


𝑅𝑇 ( 𝐼𝑎 − 𝐼𝑐 ) 𝑐
𝐸𝑑 = ln( 𝑐1 ) (6)
𝑛𝐹 ( 𝐼𝑎 + 𝐼𝑎 ) 2

Dengan Ia dan Ic adalah mobilitas anion (+ve) dan kation (-ve), R kostanta gas (8,314

JK-1 mol-1), T temperature absolut (K), n ion valensi, F kostanta Faraday (96487 Cmol-
1
), c1 dan c2 kosentrasi larutan (mol).

II.2.4 Potensial Nernst

Potensial nerst (shale) terjadi ketika muncul perbedaan potensial antara 2 logam identik

yang dicelupkan dalam larutan yang homogen dan konsentrasi larutan masing-masing

elektroda berbeda. Besarnya potensial ini diberikan oleh interpretasi bawah permukaan.

Persamaan potensial difusi dengan syarat bahwa Ia = Ic.


𝑅𝑇 𝑐
𝐸𝑠 = ln(𝑐1 ) (7)
𝑛𝐹 2

Kombinasi antara potensial difusi dan potensial nerst disebut potensial elektrokimia

atau diri atau potensial statik.

II.2.5 Potensial Mineralisasi

Bila 2 macam logam dimasukkan dalam suatu larutan homogen, maka pada logam

tersebut akan timbul beda potensial. Beda potensial ini disebut sebagai potensial kontak

elektrolit. Pada daerah yang banyak mengandung mineral, potensial kontak elektrolit

dan potensial elektrokimia sering timbul dan dapat diukur dipermukaan dimana

mineral itu berada, sehingga dalam hal ini kedua proses timbulnya potensial ini disebut

juga dengan potensial mineralisasi. Potensial mineralisasi bernilai kurang dari 100 mV.

Elektron ditransfer melalui tubuh mineral dari agen pereduksi di bawah muka air tanah

menuju agen pengoksidasi di atas muka air tanah (dekat permukaan). Tubuh mineral
sendiri tidak berperan secara langsung dalam reaksi elektrokimia, tetapi bertindak

sebagai konduktor untuk mentransfer elektron.

Jadi prinsip dasarnya adalah potensial mineralisasi timbul jika kondisi lingkungan

didukung oleh adanya proses elektrokimia sehingga dapat menimbulkan potensial

elektrokimia di bawah permukaan tanah. Pada sedimen air laut mempunyai potensial

diri antara -100 mV sampai dengan -200 mV.

Secara umum, peralatan yang digunakan pada metoda potensial diri ini

terdiri darielektroda, kabel, dan voltm eter. Elektroda yang digunakan

terbuat seperti tabung panjang yang diisi dengan larutan CuSO4 dengan porosnya

terbuat dari dari tembaga. T i p e l a i n n ya d i k e n a l d e n g a n e l e k t r o d a C a l o m e l

yang diisi o l e h K C l - H g C l 2. Voltmeter digunakan sebagai penghubung

elektroda-elektroda. (Aguztina, 2011).

Ada dua alternative dalam melakukan pengukuran metode potensial diri yaitu

(Aguztina, 2011) :

1. Cara yang pertama adalah salah satu elektroda tetap, sedangkan yang satu lagi

bergerak pada lintasannya.

2. Cara yang kedua adalah kedua elektroda bergerak bersamaan secara stimultan,

katakanlah dengan interval 50 meter.


II.3 Pengertian Regresi Linier

Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan

penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih. Dalam

analisis regresi dikenal 2 jenis variabel yaitu:

1. Variabel Respon disebut juga variabel dependen yaitu variabel yang keberadaannya

dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan variabel .

2. Variabel Prediktor disebut juga dengan variabel independen yaitu variable yang

bebas (tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya) dan dinotasikan dengan x.

Untuk mempelajari hubungan – hubungan antara variabel bebas maka regresi linier

terdiri dari dua bentuk, yaitu:

a. Analisis regresi sederhana (simple analysis regresi)

b. Analisis regresi berganda (Multiple analysis regresi).

Analisis regresi sederhana merupakan hubungan antara dua variabel yaitu variabel

bebas (variable independen) dan variabel tak bebas (variabel dependen). (Repositori

USU, 2011).

Sedangkan analisis regresi berganda merupakan hubungan antara 3 variabel atau lebih,

yaitu sekurang-kurangnya dua variabel bebas dengan satu variabel tak bebas. Tujuan

utama regresi adalah untuk membuat perkiraan nilai suatu variabel (variabel

dependen) jika nilai variabel yang lain yang berhubungan dengannya (variabel lainnya)

sudah ditentukan.
II.3.1 Analisis Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana digunakan untuk mendapatkan hubungan matematis dalam

bentuk suatu persamaan antara variabel tak bebas tunggal dengan variable bebas

tunggal. Regresi linier sederhana hanya memiliki satu peubah yang dihubungkan

dengan satu peubah tidak bebas. Bentuk umum dari persamaan regresi linier untuk

populasi adalah (rufii, 2012):

𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥 (8)

Di mana:

Y = Subyek dalam variable dependen yang diprediksikan (Variabel tak bebas)

x = Subyek pada variable independen yang mempunyai nilai tertentu (Variabel

bebas). Secara teknis harga b merupakan tangen dari (perbandingan) antara

panjang garis variable independen dengan variable dependen, setelah

persamaan regresi ditemukan.

a = Parameter Intercep (harga Y jika x=0)

b = Parameter Koefisisen Regresi Variabel Bebas yang menunjukkan

peningkatan atau penurunan variable dependen yang didasarkan pada variable

independen. Bila b (+) maka naik, b (-) maka terjadi penurunan.

Menentukan koefisien persamaan a dan b dapat dengan menggunakan metode kuadrat

terkecil, yaitu cara yang dipakai untuk menentukan koefisien persamaan dan dari
jumlah pangkat dua (kuadrat) antara titik-titik dengan garis regresi yang dicari yang

terkecil. Dengan demikian, dapat ditentukan:

(9)

(10)

Perhatikan gambar berikut:

Gambar 2.3 Garis Regresi Y karena pengaruh X, persamaan regresinya Y=2,0 + 0,5x
Jadi harga b merupakan fungsi dari koefisien korelasi. Bila koefisien korelasi tinggi,

maka harga b juga besar, sebaliknya bila koefisiennya rendah maka nilai b kecil. Selain

itu jika koefisien bernilai negative maka nilai b juga bernilai negative, begitupun

sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/55599191/Laporan-Self-Potensial-Mbuhh-
Repaired Gede Agustina, 2011

http://geofisika.net/wp-content/uploads/2015/03/buku_inversi.pdf

http://geofisika.net/wp-content/uploads/2015/03/buku_inversi.pdf

http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/sm/article/viewFile/2950/2636

http://personal.fmipa.itb.ac.id/utriweni/files/2011/08/11.-Regresi-Linear-Andat-Nov-
11.pdf
https://rufiismada.files.wordpress.com/2012/02/analisis-regresi.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26987/Chapter%20II.pdf;jsess
ionid=39C5F4DC7533328EB619A9209818AE5D?sequence=4

http://www.fia.unipdu.ac.id/download/modul-korelasi-dan-regresi-2014-01-04.pdf
INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF
POTENTIAL DAERAH BLEDUG KUWU KRADENAN GROBOGAN, Rina Dwi
Indriana, M. Irham Nurwidyanto, Kurnia W. Haryono Laboratorium Geofisika,
Jurusan Fisika, Universitas Diponegoro 2017

Pusat pengembangan sumber daya manusia geologi, mineral dan batubara, judul:
Metode Geofisika potensial diri (Self Potential), CHARLES TAMBUNAN 2015

Anda mungkin juga menyukai