Anda di halaman 1dari 4

V.

AKUISISI DATA PENGUKURAN LAPANGAN METODE MAGNETIK

A. Data Pengamatan

Adapun data kuliah lapangan geofisika 2022 menggunakan metode magnetik dimana data
magnetik yang terdiri dari koordinat di setiap tititk pengukuran dan nilai anomali total daerah
pengukuran yang terukur pada alat magnetometer yang setelahnya harus dilakukannya
pengolahan lebih lanjut.

Gambar 1. Titik Pengukuran data geomagnetic kuliah lapangan geofisika 2022

B. Prosedur Akuisisi Data

Proses Akuisisi dilakukan pada daerah administrasi Padang Cermin, Pesawaran, Lampung.
Pada Pada akuisis data yang dilakukan menggunakan alat proton processing magnetometer
(PPM GSM-19T) yang digunakan sebagai rover dan base station. Total terdapat 80 titik
pengukuran dimana setiap titik pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pengukuran.
Prosedur Pengoprasian PPM GSM-19T:
1) Mengeluarkan alat dari kotak penyimpanan.
2) Menghubungkan sensor di tiang penyangga
3) Mengubungkan kabel konektor dari sensor ke alat
4) Menghidupkan alat dengan menekan tombol B, pilih tombol A untuk memilih survey mode
(A-Mobile atau B-Base)
5) Menyetel Konfigurasi waktu (Time), urutan penulisan waktu pengukuran hari ke, tahun,
bulan, tanggal, jam, dan detik. Lalu tekan tombol F
6) Cycline (untuk dibase, mengatur jangka waktu perekaman data)
7) Melakan Tuning untuk mengambil sinyal kuat (signal strength) yang paling kuat sesuai
dengan medang di daerah survey, lalu tekan tombol A
8) lalu tekan tombol A dilanjut tekan tombol 1 untuk memulai perekaman data magnetik,
lakukan 3 kali perekaman dan catat data bacaan alat dan QC (Quality Control)
9) Perekaman data magnetik selesai
10) Lepaskan kabel konektor dari sensor alat dan lepaskan sensor di tiang penyangga
11) Pindah ke daerah titi penelitian selanjutnya dan lakukan semua prosedur diatas

C. `Pengolahan Data
1. Koreksi Harian dan IGRF
Dari pengukuran lapangan yang telah dilakukan didapatkan data megnet total yang telah
terekam pada alat yang kemudian dilakukan serangkaian pengolahan data untuk
menghilangkan efek-efek anomali dari medan magnet luar dan anomali medan magnet
utama. Koreksi yang dilakukan 35 yakni koreksi harian (diurnal correction) dan koreksi
IGRF (IGRF correction). Koreksi harian (diurnal correction) dilakukan untuk
mengurangi efek-efek variasi harian yang menyebabkan bervariasinya medan magnet
bumi di permukaan karena aktivitas suar matahari dan efek badai matahari yang ada
pada lokasi berbeda di bumi. Pada koreksi IGRF akan menghilangkan efek medan
magnet utama bumi terhadap nilai medan magnet total yang telah terkoreksi harian pada
setiap titik pengukuran.

2. Koreksi Harian
Medan magnet bumi memiliki nilai yang bervariasi untuk setiap waktu dan tempat yang
berbeda. Hal itu dikarenakan adanya pengaruh dari medan magnet luar. Faktor yang
paling mempengaruhi dari hal tersebut adalah perputaran arus listrik didalam lapisan
ionosfer. Adanya arus listrik tersebut diakibatkan oleh proses ionisasi gas oleh partikel
elektromagnetik yang berasal dari matahari. Variasi harian juga dipengaruhi oleh
aktivitas matahari dan bulan lain seperti siklus pasang surut serta badai matahari.
Dalam proses akuisisi data, pengambilan data variasi harian diperoleh dari rekaman
medan magnet Base Station di daratan. Pengambilan data ini dilakukan pada waktu yang
bersamaan dengan dengan pengambilan data di laut. Data medan magnet variasi harian
dapat bernilai positif dan negatif. Jika variasi harian bernilai positif maka proses koreksi
harian dilakukan dengan cara data yang telah melalui tahap koreksi IGRF dikurangi oleh
data variasi harian. Tapi jika variasi harian bernilai negatif maka proses koreksi harian
dilakukan cara data yang telah melalui tahap koreksi IGRF ditambahkan dengan nilai
variasi harian.

3. Upward continuation
Pada proses pemisahan anomali regional dan resdual menggunakan proses kontinuasi ke
atas (upward continuation). Proses kontinuasi ke atas (upward continuation) akan
merubah data yang diukur pada level permukan menjadi seolah-olah terukur pada level
permukaan yang lebih tinggi. Proses ini juga akan mereduksi gangguan yang disebabkan
bendabenda yang terdapat di dekat permukaan topografi. Untuk menentukan ketinggian
pada proses kontinuasi dilakukan secara trial and error menyesuaikan target yang ingin
dihilangkan dan ditampilkan.

4. Pseudogravity
Data magnetik total yang telah dilakukan proses upward continuation dilakukan proses
transformasi pseudogravity. Dilakukannya transformasi pseudogravity digunakan untuk
menentukan hubungan antara medan magnet dan medan gravitasi yaitu kesamaan antara
nilai potensial magnetik dengan gaya gravitasi dimana keduanya memiliki besar yang
berbanding terbalik dengan jarak sumbernya (Baranov, 1964). Nilai anomali
pseudogravity yang tinggi menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang
dangkal. Sedangkan pada nilai yang rendah menandakan bahwa daerah tersebut
merupakan daerah yang dalam.
5. Reduksi ke kutub (Reduce to Pole)
Data anomali magnetik yang di proses sampai pada tahapan pemisahan anomali residual
dan regional masih berbentuk dipole (bermuatan positif dan negatif). Untuk
memudahkan proses interpretasi dilakukan reduksi ke kutub. Proses ini akan
mentransformasi nilai anomali dalam bentuk dipole menjadi monopole. Sehingga akan
memposisikan nilai anomali medan magnet tepat berada diatas objek target penyebab
anomali magnetik.

6. Analisis Sinyal
Untuk memperkirakan kedalaman rata-rata pada lintasan anomali magnetik dilakukan
analisis sinyal menggunakan metode analisis power spectrum. Proses ini dilakukan
dengan menggunakan data hasil dari proses reduksi ke kutub, kemudian dibuat empat
lintasan yang dapat dilihat pada Gambar 25 dimana lintasan 1,2, dan 3 berarah timur
barat dan lintasan 4 berarah tenggara- barat laut. Kemudian dihitung nilai kedalaman
rata-rata anomali magnetik nilai magnetik dari setiap lintasan menggunakan software
Matlab. Selanjutnya akan dihasilkan grafik diskontinuitas. Dari grafik tersebut, sehingga
dapat diperkirakan kedalaman rata-rata anomali magnetik dari masing-masing lintasan.

7. Forward Modeling Metode Peters


Perhitungan kedalaman anomali metode Peters didasarkan pada setengah kemiringan
slop respon anomali. Perhitungan kemiringan slop dilakukan menggunakan persamaan
linier. Selanjutnya dilakukan pembuatan dua buah garis sejajar dengan sudut setengah
dari slop kemiringan respon anomali. Kedua buah garis berada pada nilai maksimum dan
minimum respon anomali. Selanjutnya diukur nilai x yang merupakan jarak horizontal
antara dua buah garis sejajar tersebut.

8. Forward Modeling 2,5D


Forward Modeling adalah salah satu metode yang digunakan untuk menggambarkan
bentuk di bawah permukaan bumi. Metode ini memanfaatkan bentuk sederhana (simple
geometry) untuk menentukan perhitungan yang diperlukan untuk mendekati bentuk
bawah permukaan bumi. Proyek pemograman ini menganalogikan bentuk anomaly dyke,
slope, dan resevoir dengan bentuk yang sederhana seperti kotak, dan jajaran genjan.
Dalam aplikasinya secara kasar seperti mencocokkan data magnetik yang didapat dari
lapangan dengan data yang didapat dari forward modeling yang dibentuk, dengan seperti
itu akan diketahui model mana yang mendekati data lapangan tersebut. tetapi pembaca
juga harus tahu bahwa metode ini hanya pendekatan. Jadi harus dikombinasikan dengan
pendekatan metode geofisika yang lain agar model yang didapat lebih akurat.
9. Invers Modeling 3D
Pemodelan inversi (inverse modeling) dilakukan dengan menerapkan optimasi agar
perbedaan nilai pengukuran dan perhitungan bisa diminimalkan.

Anda mungkin juga menyukai