Anda di halaman 1dari 2

Kuliah 1 Latar Belakang dan Urgensi Arsitektur Berkelanjutan Auliana Khasana 2015420160

Latar Belakang dam Urgensi Arsitektur Berkelanjutan

Arsitektur berkelanjutan merupakan sebuah bentukan arsitektur yang memperhatikan aspek lingkungan dalam
jangka panjang, hal ini bertujuan untuk mempertahankan lingkungan hidup yang ada sekarang ini sehingga
tidak menciptakan kerusakan atau penurunan kualitas sumber daya yang ada. Menurut James Steele, arsitektur
berkelanjutan merupakan arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa embahayakan kemampuan
generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat
ke masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik nila ditentukan oleh masyarakat terkait. 1
Hal ini dilakukan dengan cara membuat lingkungan binaan yang memiliki dampak negatif seminim mungkin
pada lingkungan sekitar yang sudah ada, bahkan meningkatkan kualitas dari lingkungan tersebut jika
memungkinkan. Banyak faktor dapat diperhatikan dan mempengaruhi keberlanjutan suatu bentukan arsitektur
yang dapat dan harus diperhatikan oleh arsitek dalam membuta suatu rancangan, beberapa contohnya seperti;
1. Kesesuaian rancangan dengan topografi, iklim, dan kehidipan sosial di sekitar tapak;
2. Efisiensi penggunaan dan perancangan pada lahan ;
3. Penggunaan teknologi, dan material dalam rancangan;
4. Waste atau sampah dari hasil pelaksanaan pembangunan dan juga penggunaan bangunan; dst.

1. Penerapan Arsitektur Berkelanjutan


Arsitektur berkelanjutan sangat penting untuk diperhatikan dan diterapkan. Disinilah “Architect as the agent of
change” atau peran arsitek sebagai agen perubahan diperlukan. Perancangan, pembangunan, dan pola
penggunaan suatu lingkungan binaan bergantung pada perencanaan yang dilakukan arsitek, sehingga banyak
hal yang harus diperhatikan dalam perancangan agar dapat menerapkan dan memaksimalkan arsitektur
berkelanjutan.
Berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perancangan;
1. Efisiensi penggunaan lahan
1. Menggunakan seperlunya luasan lahan yang akan dijadikan bangunan atau ditutupi dengan
perkerasan, sehingga dapat memngoptimalkan jumlah ruang terbuka hijau dan area serapan
air pada lahan
2. Memaksimalkan potensi penghijauan pada rancangan dengan berbagai inovasi, seperti
penggunaan green roof, tanaman rambat, tanaman gantung, dan lainnya
3. Menggunakan desain terbuka sehingga mengintegrasikanbagian dalam dan luar bangunan
2. Efisiensi penggunaan energi
1. Memaksimalkan penggunaan sinar matahari sebagai pencahayaan dalam bangunan sehingga
dapat mengurangi penggunaan energi listrik
2. Memperbanyak ventilasi dan bukaan untuk memaksimalkan penghawaan
3. Menggunakan berbagai inovasi dalam penggunaan kembali energi seperti pemanfaatan air
hujan untuk pengairan tanaman
3. Efisiensi penggunaan material
1. Memanfaatkan penggunaan material lokal dalam perancangan sehingga memudahkan
pemindahan dan pemasangan bahan bangunan
2. Menggunakan material bekas atau daur ulang pada komponen-komponen bangunan yang bisa
digunakan
3. Menggunakan material yang kuat, tahan lama, dan minim perawatan dalam pemilihan bahan
bangunan
4. Manajemen limbah
1. Memaksimalan pengolahan limbah domestik seperti air kotor secara mandiri sehingga
meminimalkan pembuangan limbah ke lingkungan
2. Menggubakan inovasi baik dalam proses pembangunan atau perencanaan pemakaian
bangunan yang dapat meminimalisisr hasil limbah pemakaian bangunan

Menurut Cradle to Cradle2, limbah yang merupakan salah satu sumber terbesar polusi yang ada di dunia,
merupakan sebuah produk dari design yang kurang baik. SEmakin banyak limbah yang dihasilkan dari suatu

1 Steele, James. 1997. Stainable Architecture


2 Braungart, William. 2002. Cradle to Cradle

26 Agustus 2019 1
Kuliah 1 Latar Belakang dan Urgensi Arsitektur Berkelanjutan Auliana Khasana 2015420160

rancangan merupakan tanda dari makin buruknya perencanaan perancangan. Sehingga diperlukan tindakan-
tindakan antisipatif dan inovatif dari arsitek sebagai agen perubahan.

2. Jejak Ekologi

Penggunaan sumber daya dalam membangun sebuah rancangan


merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam
mewujudkan arsitektur berkelanjutan. Ecological footprint atau
jejak eklogis merupakan alat bantu untuk mengukur penggunaan
sumber daya dan kemampuan penanganan limbah oleh manusia
dengan kemampuan lahan. Jejak ekologi dapat ditentukan
dengan menelusuri berapa besarnya sumber daya yang
dikonsumsi, baik sumber daya alam atau sumber daya manusia,
serta limbah yang dihasilkan yang kemudian dibandingkan
dengan luas permuaan lahan dalam satuan hektar yang produktif
secara biologis.

Gambar 1. Sumber daya alam


Sumber daya sangat penting untuk dipertahankan, dan dijaga
kuantitas dan kualitasnya dengan demi keberlangsungan hidup
manusia di dunia. Untuk mempertahankan sumber daya yang ada, manusia perlu meminimalisir jejak ekologis
yang dihasilkan dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perubahan dalam
perilaku sehari-hari, baik secara individu ataupun kelompok, hal ini juga termasuk dalam perancangan,
pembangunan, dan pemakaian suatu bangunan. Penggunaan sumber daya yang berlebihan dan tidak
berdasarkan pemikiran dapat mempercepat penghabisan sumber daya di bumi dan menurunkan ulitas hidup
yang ada di kedepannya. Manusia harus dapat menyeimbangkan permintaan dan menyediaan dari manusia
dan lingkungan, salah satunya dengan mewujudkan arsitektur berkelanjutan.

3. Refleksi pada Obyek Studi


Bangunan ini merupakan bangunan yang terletak di Seville, Spanyol oleh Nicholas Grimshaw1. Walaupun
dengan pembangunan dan pemasangan material yang mudah,
angunan ini merespon iklim panas yang ada di Spanyol.
Berkelanjutan merupakan dasar dari perancangan yang
digunakan, dengan mengakomodasi temperatur dingin dan juga
terik matahari pada kota.

Penggunaan material dan teknologi inovatif pada rancangan ini


mendukung dan meningkatkan efisiensi dari pembangunan hingga
penggunaan bangunan sehingga dapat mengurangi pemakaian
sumber daya yang ada. Bagian fasad bangunan menggunakan
cladding yang dapat mengatasi temperatur ekstrim. Terdapat water
wall kinetik dengan bentang sepanjang 65 meter. Air yang jatuh
Gambar 2. Brirish Pavilion Expo 1992
pada dinding, selain menciptakan motif dan refleksi yang berbeda-
beda juga menciptakan pendinginan pasif pada bangunan. Pada dinding bagian barat dibuat menggunakan
kontainer yang berfungsi sebagai pelindung dari teriknya cahaya matahari agar mencegah naiknya temperatur
banginan. Bagian dinding di utara, selatan, dan juga atap bangunan menggunakan material yang dapat
memasukkan cahaya halus sehingga dapat verfungsi sebagai penerangan pada bangunan.

1 https://grimshaw.global/projects/british-pavilion-expo/

26 Agustus 2019 2

Anda mungkin juga menyukai