Anda di halaman 1dari 6

ARSITEKTUR HIJAU

Arsitektur hijau merupakan konsep arsitektur yang berusaha untuk meminimalkan dampak
negatif yang ditimbulkan oleh moderasi dan efisiensi dalam pemakaian bahan bangunan,
energi, serta ruang pembangunan terhadap lingkungan alam. Konsep ini juga biasa disebut
arsitektur berkelanjutan. Di dalam konsep arsitektur hijau, pendekatan utama yang digunakan
yaitu kesadaran pada energi dan konservasi ekologi dalam pengelolaan lingkungan. Sedangkan
manfaat utama dari green architecture diharapkan bisa melestarikan lingkungan alam sekitar
sehingga tetap layak huni bagi generasi yang akan datang.

Ada dua tokoh penting dalam topik arsitektur hijau yakni Profesor Brenda Vale dan Doktor
Robert Vale. Perlu diketahui, kedua pakar ini merupakan arsitek, penulis, peneliti, sekaligus ahli
dalam bidang arsitektur berkelanjutan. Mereka mengemukakan bahwa arsitektur hijau
merupakan suatu pendekatan desain bangunan yang berfokus pada sumber daya alam yang
dipakai baik material bangunan, bahan bakar selama pembangunan, dan peran dari bangunan
tersebut. Mereka menambahkan bahwa arsitektur hijau bukan merupakan konsep yang wajib
diikuti, melainkan berguna sebagai pengingat supaya para pelaku arsitektur tidak mengabaikan
konsep ini.
Terdapat enam prinsip yang mempe
mempengaruhi arsitektur hijau, antara lain :

1. Pemanfaatan Energi
Pada arsitektur hijau, pemanfaatan energi secara cerdas menjadi prinsip yang teramat penting.
Baik sebelum maupun sesudah bangunan didirikan, bangunan tersebut harus tetap
memperhatikan pemakaian energinya. Penggunaan energi untuk pengoperasian bangunan juga
sebaiknya dilakukan dengan hemat.

2. Penyesuaian Iklim Lingkungan Setempat


Perancangan desain bangunan harus disesuaikan dengan iklim setempat. Hal ini bertujuan
agar bangunan tersebutt tetap ramah lingkungan. Dekorasi bangunan yang disesuaikan
terhadap iklim, maka bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan baik. Misalnya rumah di
daerah pantai sebaiknya berjendela cukup banyak agar tetap sejuk, sebaliknya rumah di
pegunungan harus dibuatt dari material yang cukup tebal supaya terasa hangat.

3. Pemakaian Sumber Daya Daur Ulang


Pada arsitektur hijau, konsep ini mengajak untuk meminimalkan penggunaan bahan-bahan
bahan
yang baru. Sedangkan pemakaian sumber daya daur ulang perlu digalakkan melalui reduce,
r
reuse, dan recycle. Selain itu, penggunaan sumber
sumber-sumber
sumber daya yang berisiko membahayakan
ekosistem alam hendaknya selalu dihindari.

4. Peran Bangunan Bisa Optimal


Bangunan memiliki peran yang optimal bagi penghuninya terkait faktor keamanan,
kenyamanan,
nan, dan kesehatan. Keberadaan bangunan pun menimbulkan dampak negatif bagi
siapapun. Sebaliknya, bangunan berarsitektur hijau justru memiliki pengaruh yang positif
terhadap lingkungan sekelilingnya.

5. Pemenuhan Kebutuhan Para Penghuni


Green architecture mempunyai manfaat yang baik juga bagi para penghuninya. Bahkan
bangunan ini pun sanggup memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan oleh pemiliknya. Maka
dari itu, bentuk arsitektur perlu disesuaikan pula terhadap kebutuhan masing-masing
masing pemilik
atau pengguna bangunan.

6. Penerapan Secara Keseluruhan


Maksud penerapan secara keseluruhan adalah pengaplikasian prinsip
prinsip-prinsip
prinsip di atas harus
dikerjakan secara menyeluruh. Jadi bangunan hijau tidak boleh sebatas memperhatikan
manfaat dan penghematan energi saja tanp
tanpa
a menghiraukan dampak alam dan lingkungan.
Tentu saja penerapan konsep arsitektur hijau ini bakal memiliki manfaat yang sangat besar
terhadap dunia arsitektur.
Secara terinci dapat dijelaskan sebagai berikut

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Pada arsitektur hijau, pemanfaatan energy secara baik dan benar menjadi prinsip utama.
Bangunan yang baik harus memperhatikan pemakaian energy, baik sebelum dan sesudah
bangunan bangunan didirikan.

Desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan
lingkungan, bukan merubah kondisi lingkungan yang sudah ada.

2. Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan


menghemat energy listrik.
3. Memanfaatkan energy matahari yang terpancar dalam bentuk energy thermal sebagai
sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltatic yang diletakkan di atas atap.
Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur – barat atau sejalur
dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
4. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat control pengurangan intensitas lampu secara otomatis sehingga lampu
hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
5. Menggunakan sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas
cahaya dan energy panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
6. Mengecat interior bangunan dengan warnah cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan
untuk meningkatkan intensitas cahaya.
7. Bangunan tidak menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni
dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
8. Meminimalkan penggunaan energy untuk alat pendingin (AC) dan lift.
9. Working with climate (memanfaatkan kondisi dan sumber energy alami). Pendekatan green
architecture, dimana bangunan harus beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungan sekitar ke dalam bentuk serta
pengoperasian bangunan misalnya dengan cara :
a. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari
b. Menggunakan system air pump dan cross ventilation untuk mendistribusikan udara
yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
c. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim.
d. Menggunakan jendela dan atap ya
yang
ng sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
e. Respect for site (menanggapi keadaan tapak pada bangunan). Di sini dimaksudkan
bahwa perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal
inii bertujuan agar keberadaan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan
pengoperasiannnya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara :

• Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti


bentuk tapak yang ada.
• Luas permukaan dasar ba
bangunan
ngunan yang kecil, dengan pertimbangan
mendesain bangunan secara vertical.
• Menggunakan material local dan material yang tidak merusak lingkungan.
• Respect for use (memperhatikan pengguna bangunan). Antara pemakai dan
green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan
green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang dimasukkan
dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
• Limiting New Resurces (meminimalkan sumber daya baru). Suatu bangunan
seharusnya dirancang mengoptimlkan material yang ada dengan
meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur
bangunan dapat digunakan kembali untuk membentuk tatanan arsitektur
lainnya.

10. Holistic. Disini dimaksudkan adalah memiliki pengertian mendesain bangunan dengan
menerapkan 5 point di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green
architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama
lain. Tentu secara pasrial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh
karena itu, sebanyak mungkin mengaplikasikan green architecture yang ada secara
keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

Anda mungkin juga menyukai