Anda di halaman 1dari 6

MASA 4 (1920-1940)

Pada tahun 1920 an terjadi diskusi mengenai perkembangan arsitektur di Indonesia . Dalam
diskusi itu, Berlage dan Van Romont berpendapat bahwa arsitektur Indonesia harus berasal dan
datang dari pikiran kita sendiri. Arsitektur Belanda hanya berperan untuk membantu dan
memberi pengantar saja. Pertanyaan mengenai arsitektur modern mulai muncul setelah para
arsitek datang ke Hindia Belanda. Akibat pertumbuhan perusahaan swasta di Indonesia
menyebabkan terjadinya perubahan gaya bangunan. Gaya Neo-Klasik yang diwakili oleh gaya
arsitektur tersingkir oleh kegairahan terhadap gaya neo-gotik dan rasionalisme Belanda. Salah
satu contoh bangunan yang mencerminkan nuansa arsitektur baru tersebut adalah kantor
Javaasche di Bandung, Medan, Surabaya.

Pada akhir abad ke-19 terjadi berbagai perubahan di dunia politik dan otonomi dari Hindia
Belanda dan pemerintahan sendiri. Berkembangnya nasionalisme tersebut membawa pengaruh di
dalam dunia arsitektur. Arsitektur kala itu berusaha mencerminkan jati diri budaya kawasan.
Terdapat dua aliran arsitek yang menanggapi kecenderungan ini. Aliran pertama menganut
prinsip fungsionalis ketat yang sejalan dengan Gerakan Modernisme di Eropa. Tokoh yang
termasuk dalam aliran ini adalah A.F.Aalbers. sedangkan aliran kedua mencoba mengimbangi
etos Modernis dengan memasukkan arsitektur asli setempat, dengan harapan dapat
memunculkan arsitektur modern Indonesia yang khas . Pelopor aliran ini adalah Maclaine Pont
dan Karsten.

Kedatangan para arsitek tersebut membawa dampak yang baik yaitu peningkatan kualitas karya
arsitektur dan diskusi di Hindia Belanda. Wolf Schoemaker dan Maclaine Pont mempertanyakan
mengenai sifat dasar dari arsitektur Indonesia. Menurut Wolf Schoemaker dan Maclaine Pont,
perbedaan iklim antara Indonesia dan Belanda merupakan sebuah tantangan baru. Wolf
Schoemaker berpendapat bahwa arsitektur tradisional tidak dapat dijadikan patokan arsitektur
modern. Sama halnya dengan Wolf Schoemaker , Maclaine Pont juga memiliki pendapat dan
keraguan yang sama. Maclaine Pont meyakini tradisi arsitektur Jawa dan berkeinginan untuk
menjadikannya patokan dalam menciptakan sebuah arsitektur modern.

Gaya arsitektur neo-klasik di abad ke -19 digunakan untuk mengungkapkan kemegahan. Namun
pada abad ke-20 gaya ini menjadi usang karena arsitek-arrsitek dari Belanda melakukan
pendekatan baru untuk memunculkan rancangan arsitektur baru. Tujuan pendekatan ini adalah
untuk menciptakan gaya arsitektur yang sesuai iklim tropis dan mencerminkan identitas Hindia
Belanda. Desain arsitektur yang dimunculkan merupakan desain tanggap iklim dengan melihat
intensitas cahaya matahari dan hujan lebat tropis. Pembaharuan yang sangat penting adalah
diperkenalkannya dinding muka ganda yang diterapkan pada bangunan modern. Gaya arsitektur
tersebut disebut dengan Gaya Tropis

Pada tahun 20-an dan 30-an terjadi percampuran unsur arsitektur tradisional dari Indonesia
dengan unsur arsitektur modernis dari Eropa. Banyak terjadi perpaduan gaya Eropa dan
Indonesia dalam teknik-teknik bangunan. Perpaduan tersebut menghasilkan Gaya arsitektural
hindia baru yang memadukan unsur struktural modernis dengan ragam hias kedaerahan.

Tokoh dan Karya

1. Henri Maclaine Pont ( 1884 – 1971)

https://i2.wp.com/media.tumblr.co https://yukpigi.com/wp-content/uploads/2018/12/gereja-
pohsarang2-min.jpg
m/73455374bb94adec657d2d2ac10
21604/tumblr_inline_mmfn6zBBfQ1
qz4rgp.jpg

Henri Maclaine Pont merupakan pelopor dari percampuran arsitektur kolonial dan
arsitektur Indonesia. Lahir di Jatinegara pada 21 Juni 1884, beliau merupakan arsitek dan
arkeolog asal Belanda yang melakukan penelitian tentang arsitektur asli Indonesia. Berkat
idenya melakukan asimilasi arsitektur kolonial dan Indonesia , menghasilkan karya-karya
arsitektur yang indah dan unik. Salah satu karyanya adalah Gereja Pohsarang yang berada
di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Kediri, Jawa Timur. Bangunan ini berbentuk
sebuah komplek dengan satu bangunan utama. Gereja ini didirikan pada tahun 1936. G.H
Wolters yang merupakan seorang pastor meminta Maclain Pont untuk membangun
sebuah gereja di Pohsarang.
Gereja Pohsarang melambangkan hubungan yang serasi dan selaras antara agama
katholik dengan lingkungan. Hal ini dikarenakan Gereja Pohsarang memiliki banyak arti
stau makna (symbol) yang kuat. Lokasi gerja ini berada di atas bukit denga nada lembah
di sebelah utara. Bangunan induk memiliki bentuk yang unik menyerupai gunung. Hal ini
sesuai dengan kepercayaan Jawa yang mengagungkan dan mensucikan gunung, tempat
manusia bisa bertemu dengan sang pencipta.
Bangunan induk ini merupakan bangunan yang paling sacral. Tempat khusus bagi jamaat
yang sudah dibaptis. Di dalam nya terdapat altar dan sakramen mahakudus, bejana baptis,
sakristi, dan tempat pengkuan dosa. Bangunan ini memiliki atap berbentuk kubah yang
memiliki lambang salib di atasnya. Pada puncak atap terdapat empat bagian atap yang
mengkerucut ke empat sisi dan mengarah ke empat mata angin, sebagai simbolis dari
keempat pengarang injil. Selain bangunan induk, juga terdapat pendapa. Pendapa ini
diperuntukkan untuk jemaat yang belum atau calon baptis. Gereja Pohsarang dibangun
dengan bahan-bahan lokal. Atap bangunan yang berbentuk kubah menggunakan struktur
atap kayu yang dikunci dibagian ujung.

2. Charles Prosper Wolff Schoemaker ( 1882 – 1949 )

https://upload.wikimedia.
org/wikipedia/id/2/21/CP
W_Schoemaker.jpg

Charles Prosper Wolff Schoemaker merupakan seorang arsitek berkebangsaan Belanda


yang lahir di Banyubiru, Semarang. Beliau dijuluki sebagai “The Frank Lloyd Wright of
Indonesia”. Karya-karyanya yang terkenal
a. Villa Isola

https://asset-
a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x0/photo/2018/08/14/1
390833345.jpg

Villa Isola dibangun pada tahun 1993 di Bandung. Menggunakan gaya bangunan art
deco yang banyak dijumpai di Bandung. Awalnya bangunan ini merupakan bangunan
mewah milik Dominique Willem Berretty. Bangunan ini kemudian digunakan
menjadi kantor rektorat Universitas Pendidikan Indonesia. bangunan ini telah
disesuaikan dengan kondisi iklimtropis di Indonesia berupa penggunaan jendela
ventilasi dan gang-gang yang berfungsi sebagai isolasi panas matahari.Villa Isola
merupakan gabungan antara arsitektur klasik dengan filsafat arsitektur tanah Jawa.

Fasad bagian ujung-ujung villa dibuatmelengkung seperempat lingkaran. Sisi utara


dan selatan dibuat sebagai area kamar tidur, ruang keluarga, dan ruang makan,
masing-masing ruangan dilengkapi dengan jendela besar . Atapnya yang berbentuk
datar dimanfaatkan sebagai rooftop
b. Bioskop Majestic ( 1925)

https://illeycebrous.files.wordpress.com/2018/04/
majestic-cinema.jpg?w=723

Bioskop majestic dibangun sebagai bangunan bioskop yang terletak di Jalan Braga
Bandung. Bangunan ini didirikan untuk melengkapi pusat perbelanjaan di Jalan Braga
pada pertengahan 1920-an. Biro yang bertanggung jawab atas pembangunan dan
perancangan bisokop ini adalah Technisch Bureau Soenda. Pada perancangan nya C.
P. Wolff Schoemaker menggunakan aliran gaya Indo Europeeschen Architectuur
Stijl, yang dapat dilihat dari ukiran ukiran dan ornamen yang ada pada bagian depan
bangunan ini. Aliran tersebut adalah aliran yang menggabungkan unsur unsur
arsitektural tradisional Indoesia yang digabungkan dengan arsitektur modern yang
dibawa oleh Belanda ke Indonesia.
3. Cosman Citroen

https://upload.wikimedia.o https://medium.com/@nevinko28/balai-kota-surabaya-simbol-
rg/wikipedia/commons/f/ surabaya-sebagai-kotamadya-556011b1bfc1
fb/Citroen%2C_Cosman.jpg
Cosman Citroen berperan dalam pembangunan balaikota Surabaya pada tahun 1923.
Bangunan utama balaikota memiliki luas 1938 m2. Konstruksinya menggunakan tiang
pancang beton yang ditanam. Sedangkan dindingnya terbuat dari bata dan semen.
Material atapnya terbuat dari rangka berbahan besi yang ditutup dengan sirap. Namun
kemudian atapnya diganti dengan genteng supaya lebih tahan cuaca. Selain perubahan
genteng, bangunan ini tidak mengalami perubahan lagi. Fungsinya pun tidak berubah
sejak masa colonial yaitu sebagai kantor walikota Surabaya

Anda mungkin juga menyukai