Anda di halaman 1dari 11

Arsitektur

Kolonial di
Indonesia
Nama : Siti Sawdah
NRP : 142021008
Dosen Pembimbing : Reny Kartika Sari, S.T., M.T
Arsitektur Kolonial di Indonesia
Perkembangan Arsitektur kolonial
Belanda di Indonesia dibangun di
seluruh Nusantara yang dulu dikenal
sebagai Hindia Belanda. Sebagian besar
bangunan era kolonial yang lebih baik
dan permanen terdapat di Jawa dan
Sumatra, yang secara ekonomi
dianggap lebih penting selama masa
penjajahan Belanda. Akibatnya, lebih
banyak bangunan kolonial yang
bertahan masih terdapat di kedua pulau
tersebut. Banyak benteng dan gudang
era VOC lama tersebar di seluruh
Nusantara, terutama di
sekitar Kepulauan Maluku dan Sulawesi.
Arsitektur Kolonial di Indonesia
Gaya arsitektur Kolonial di Indonesia dalam perkembangannya menurut Handinoto
(2012) yaitu ;

Indische Empire style Arsitektur Transisi (1890-1915)


(Abad 18-19)
Arsitektur Kolonial di Indonesia
 Gaya Arsitektur Indische Empire style (Abad 18-19)

Gaya arsitektur Indische Empire style di Indonesia menurut Handinoto (2008), Indische
Empire Style (gaya Imperial) adalah suatu gaya arsitektur yang berkembang pada
pertengahan abad ke-18 sampai akhir abad ke-19. Gaya arsitektur Indische Empire Style
pada mulanya muncul di daerah pinggiran kota Batavia (Jakarta), munculnya gaya
tersebut sebagai akibat dari suatu kebudayaan Indische Culture yang berkembang di
Hindia Belanda.
Arsitektur Kolonial di Indonesia
 Gaya Arsitektur Transisi (1890-1915)

Menurut Handinoto (2012), arsitektur transisi di Indonesia berlangsung sangat singkat,


arsitektur transisi berlangsung pada akhir abad 19 sampai awal abad 20 antara tahun 1890
sampai 1915. Peralihan dari abad 19 ke abad 20 di Hindia Belanda dipenuhi oleh perubahan
dalam masyarakatnya. Modernisasi dengan penemuan baru dalam bidang teknologi dan
perubahan sosial akibat dari kebijakan politik pemerintah kolonial pada saat itu
mengakibatkan perubahan bentuk dan gaya dalam bidang arsitektur.
Karakteristik Arsitektur Kolonial di
Indonesia
 Gaya Arsitektur Indische Empire style (Abad 18-19)

Penggunaan gewel Penggunaan skala


(gable) pada fasade bangunan yang tinggi
bangunan yang sehingga berkesan
biasanya berbentuk megah.
segitiga.

Penggunaan dormer
pada atap bangunan
yaitu model jendela
atau bukaan lain yang Model denah yang
letaknya di atap dan simetris dengan satu
mempunyai atap lantai atas.
tersendiri.
Karakteristik Arsitektur Kolonial di
Indonesia
 Gaya Arsitektur Transisi (1890-1915)

Gaya
bangunannya khas bentuk atapnya berupa
seperti menara pelana dan perisai
serta terdapat dengan penutup
persegi delapan genting.
yang berbentuk
kubah di atas
menaranya.
Terdapat banyak pintu
ruang pada gedung
gable dan balustrade Lawang Sewu.
yang tampak dari barat
gedung
Bangunan Arsitektur Kolonial di Indonesia
 Kantor Pos, Medan
Bangunan ini berdiri tahun 1911 oleh
arsitek Belanda, Snuyf. Luasnya
mencapai 1.200 meter persegi dengan
tinggi mencapai 20 meter. Di Eropa,
desain bangunan seperti ini dikenal
dengan nama arsitektur modern
fungsional (art deco geometrik).
Salah satu ciri khas bangunan adalah
keberadaan langit-langitnya yang lebih
tinggi.
Begitu juga lampu dan kipas angin yang
terpasang dengan pegangan yang
panjang, seperti di beberapa ruangan
kantor pos.
Bangunan Arsitektur Kolonial di Indonesia
 Gedung Arsip Nasional, Jakarta

Arsitektur kolonial selanjutnya adalah


Gedung Arsip Nasional.
Bangunan yang selesai pada 1760 ini
bergaya arsitektur renaisans atau dari
langgam arsitektur yang diterapkan di
Belanda pada saat itu.
Penerapan gaya arsitektur renaisans
pada gedung ini yakni arsitektur
renaisans pada periode antara awal
abad ke-15 sampai awal abad ke 17 di
wilayah Eropa.
Bangunan Arsitektur Kolonial di Indonesia
 Villa Isola, Bandung

Arsitektur kolonial yang dibangunan


pada 1933 ini berdiri di lahan seluas
120.000 meter persegi.
Desainnya bercampur antara unsur
budaya timur dan barat.
Gedung bergaya artdeco ini memiliki
atap mendatar.
Villa Isola masuk ke dalam runag
lingkup Universitas Pendidikan
Indonesia.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai