2, (2013) 1-11 1
daerah tersebut. Penelitian ini diambil karena peneliti ingin menonjol pada bangunan dengan gaya ini adalah dinding
mengetahui ciri khas gaya desain yang diterapkan pada kedua tebal, kokoh, terkesan kuat, massif, struktur lengkung kubah
bangunan ini yang membuat bangunan ini menarik. atau setengah kubah, dan denah segi empat. Ciri lainnya yakni
(1) denah khas berbentuk T, (2) simetris, (3) kolom
II. METODE PENELITIAN penyangga, cunduk dan salib kecil, (4) langit-langit
berlengkung, (5) silang Yunani atau silang Latin, (6) menara
Jenis penelitian kualitatif berupa studi kasus ini, dibantu tinggi, (7) orientasi ke timur. Serta mempunyai elemen
dengan studi literatur. Data yang dikumpulkan berupa literatur dekoratif berupa (1) bastion, (2) battlement, (3) lengkung kecil
tinjauan tentang gereja, pengertian gaya desain, tinjauan [12, 20].
tentang transformasi dan tinjauan tentang gaya desain selain Gaya Gothic bentukan meruncing pada hampir semua
itu untuk menemukan data fisik bangunan dan bagian bangunan, terutama bagian atas seperti puncak kolom
perkembangannya, menggunakan observasi lapangan dan dengan penuh hiasan sehingga mengacu semata-mata kepada
wawancara. Metode analisis deskriptif digunakan untuk keindahan dan kemegahan [17]. disebut arsitektur
memberikan gambaran tentang penerapan gaya desain pada vertikalisme, yang memiliki arti mengarah total pada Yang
interior GKSY dan Kapel Susteran OSF, meliputi tata letak Maha Tinggi [14]. Ciri menonjol lainnya yakni (1) flying
bangunan, orientasi bangunan, bentuk bangunan, elemen buttress, (2) rib vault, (3) stained glass. Gaya Renaissance
pembentuk ruang (lantai, dinding, plafon), elemen transisi berasal dari bahasa Perancis yang berarti kelahiran
(pintu dan jendela), elemen pengisi ruang (perabot), serta kembali/pencerahan [17]. Kebalikan dari Gothic, elemen-
elemen dekoratif. Tujuan dari penelitian ini untuk membuat elemen bangunan dan dekorasi cenderung berderet melebar.
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan Gaya Baroque merupakan suatu periode seni serta seni yang
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara mendominasinya. Gaya Baroque menggunakan gerak yang
fenomena yang diselidiki [13]. Pengumpulan data dilakukan dilebih-lebihkan juga detail yang jelas dan mudah ditafsirkan
dengan wawancara, studi literatur dan observasi lapangan. untuk menghasilkan drama, ketegangan, semangat yang hidup
Pengumpulan data dengan wawancara dilakukan untuk dan keagungan dalam seni patung, lukisan, sastra dan musik.
mendapatkan data fisik dan non fisik mengenai GKSY dan Gaya Baroque merupakan bagian akhir dari gaya Renaissance
Kapel Susteran OSF di Gedangan Semarang. Studi literatur di Perancis. Gaya Baroque ini merupakan gaya yang menolak
dilakukan dengan cara membaca dan mencatat informasi yang pemakaian aturan-aturan gaya klasik. Gaya desain pada
memuat teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, interior gereja Baroque lebih mencerminkan penggunaan
sehingga diperoleh data-data yang mendukung pemacahan lukisan dan ukiran yang dinamis di elemen pembentuk
masalah dalam penelitian, yakni sumber pustaka mengenai ruangnya. Tema dasarnya adalah bangunan yang memusat
gaya desain, gaya Colonial Belanda, agama Katolik, dan pada mahkota kubah yang digabung dengan bangunan
gereja Katolik. Observasi lapangan dilakukan dengan memanjang. Pada gaya Baroque, menyatukan tiang-tiang
pengamatan secara langsung pada interior gereja, terutama menjadi satu kesatuan yang besar dan menjadi bagian dari
ruang ibadah yang bersifat publik. Elemen interior yang keseluruhan bangunan. Ciri-ciri gaya Baroque yakni (1)
diteliti meliputi arah hadap bangunan, layout dan tampak centralization, (2) bentuk dinamis dan bentuk melingkar, (3)
bagunan, elemen pembentuk ruang, elemen transisi, elemen clear path and places (memiliki jalur yang jelas), (4)
pengisi ruang dan elemen dekoratif. Untuk menguatkan dan penggunaan teknik pencahayaan yang dramatik, (5)
meningkatkan ketepatan pengamatan maka digunakan kamera pHQJJXQDDQ RUQDPHQ GHQJDQ NRQVHS ³imitation of nature´
untuk mendokumentasikan data fisik bangunan. (6) Memiliki hirarki yang jelas [3].
Gaya Neogothic muncul karena ketidaksabaran dengan
III. KAJIAN TEORITIS TENTANG GAYA DESAIN adanya suatu aspek praktik yang lemah pada masa Greek
Gaya berasal dari bahasa Latin stilus yang berarti peralatan Revivalism. Kecenderungan masyarakat menginginkan suatu
menulis, sebagai ekspresi langsung karakter individual. Gaya gaya romantisme yang fleksibel dan lebih beragam
bersifat sadar diri,bukan tak sadar. Gaya adalah bentuk-bentuk menyebabkan lahirnya kembali gaya Gothic atau biasa disebut
konstan dan terkadang berbagai elemen, kualitas dan ekspresi dengan Gothic Revival atau Neogothic [14]. Gaya Gothic pada
konstan-dalam seni. Gaya Early Christian adalah gaya abad ke 19 memiliki dua fase. Yang pertama adalah pada
romawi yang juga berfungsi sebagai tempat pertemuan yang tahun 1830-50 dan yang kedua dimulai tahun 1870. Gaya
mempunyai konsep Rumah Allah, sehingga suasana yang Gothic yang tumbuh ini dikenal dengan sebutan Neogothic.
diciptakan harus sakral dan berwibawa (3). Gaya Early Para arsitek terkemuka menyebutkan gaya ini dengan High
Christian memiliki ciri-ciri yakni (1) kolom-kolom berjarak Gothic yang kemudian dibagi menjadi dua, yaitu Early
lebar, (2) entablature (pelenggung), (3) denah segi empat, (4) Christian Gothic dan Late Victorian Gothic. Dua hal yang
atap berbentuk pelana, (5) simetris, (6) kerangka atap dari GLEDKDV GDODP SHULRGH DZDO LDODK ³FRUUHFWQHVV´ atau ketepatan
kayu, (7) terdiri dari nave, aisle, apse, atrium, portic, (8) dan ³VWUXFWXUDO KRQHVW\´ kemurnian struktural. Early
celestory windows, (9) pointed arch, (10) stained glass, (11) Christian Gothic melakukan pendekatan seperti yang telah
kolom Korintian [17]. ditunjukan oleh Pugins dalam mendesain ulang Scariscrick
Gaya Bisantium bertumbuh dari berbagai dasar dan akar Hall. Sedangkan Late Victorian Gothic menekankan karakter
kebudayaan. Gaya Bisantium memiliki ciri-ciri yakni (1) dekorasi pada sebuah prototype yang memusatkan pada aspek
memusat, (2) berdenah poligonal atau segi empat, (3) kubah, warna dan simbolik. Periode ini banyak dipengaruhi oleh John
(4) stained glass (3). Gaya Romanesque (Abad IX), Yang Ruskin yang mengekspresikan penghargaannya terhadap
kaleidoskop Venice [7].
JURNAL INTRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-11 3
Meskipun banyak detail Gothic yang tidak dibuang dari Christian yang berbentuk persegi panjang, membentang dari
gaya Gothic lama namun secara praktiknya gaya Neogothic pintu masuk sampai ke altar dan memusat di area jemaat di
mengadopsi lebih banyak bentuk yang lebih sederhana untuk bagian tengah [17]. Pada GKSY ini terdapat pengulangan
menggantikan penggambaran detail yang terlalu berlebihan kolom sebanyak 12 buah pada area nave dan aisle. Bangunan
pada Gothic awal. Penggunaan warna serta material keramik terdiri dari pintu masuk utama, nave (panti umat), aisle
atau marmer yang berwarna-warni, selain itu juga (lorong), apse (panti imam) dan transepts (3). Pengurangan
menggunakan bata dan juga bahan kayu pada bangunan yang dimensi dimana tidak adanya penggunaan ruang atrium dan
dibuat (1). Karakterisktik gaya Neogothic yakni (1) Gaya narthex yang umumnya ada pada gereja Basilika, serta
Neogothic merupakan pengulangan dari gaya Gothic yang pengurangan dimensi dimana aisle lebih kecil daripada
mengalami penyederhanaan karena tumbuh pada saat
umumnya [5].
modernisasi, (2) Pada gaya Neogothic ornamen pada dinding
Tampak depan bangunan GKSY terlihat simetris dan
yang rumit digantikan dengan permainan molding yang lebih
kokoh, menunjukan pengaruh gaya desain Early Christian
sederhana, (3) Penghilangan flying butters, (4) Perbandingan
dimana terdapat penggunaan menara atau tower yang menyatu
1:3 untuk lebar dan tinggi bangunan, permainan cahaya yang
pada badan bangunan [3]. Selain itu bentuk bangunan GKSY
dihasilkan oleh stained glass, (5) Material lantai yang
ini mendapatkan pengaruh gaya desain Neogothic, dimana
digunakan ialah ubin atau marmer dengan warna dan pola
geometris [7].
pada bangunan GKSY ini mendapatkan pengurang putih [7]. Ketinggian plafon ini mengalami transformasi
transformasi dimensi dan juga penggunaan ukuran skala 1:3 dimensi dimana ukuran plafon lebih rendah dibandingkan
dari gereja Gothic asli. Bangunan GKSY ini berukuran lebih dengan plafon gaya Gothic umumnya yang sangat tinggi
sederhana, pendek dan serta tidak adanya penggunaan flying dengan penggunaan dimensi 1:3 untuk lebar dan tinggi [3].
butters yang umumnya digunakan sebagai struktur penopang
pada gereja Gothic, pengurangan dimensi ini sesuai dengan C. Analisis Elemen Transisi GKSY
penyesuaian iklim di Indonesia yang lembab dan tropis yang
berbeda dengan iklim di Barat yang mempunyai empat macam
musim. Penerapan gaya Neogothic pada GKSY terihat juga
dari penggunaan jendela berjajar (celestory windows),
bentukan pediment pada pintu masuk, serta penyerdehanaan
rose window yang umumnya digunakan pada gereja Gothic
umumnya menjadi tulisan IHS (Ieus Hominum Soter) atau
yang berarti Yesus Juru Selamat Manusia pada badan
bangunan GKSY [7].
B. Analisis Elemen Pembentuk Ruang GKSY (Lantai,
Dinding, Plafon)
Lantai merupakan bidang interior yang mempunyai dasar
yang rata. Lantai menjadi batas antar ruang dengan pemakaian
material yang sama atau berbeda pada tiap ruang. Lantai pada
(a). (b).
area panti umat menggunakan material granite tile dengan
kombinasi warna merah bata, krem dan hitam dengan tekstur Gambar. 2. (a) Dinding, (b) Plafon
glossy. Sedangkan lantai pada area panti imam menggunakan
material granite tile dengan krem dengan tekstur glossy. Pintu merupakan elemen bangunan yang berfungsi sebagai
Penggunaan material dan tekstur lantai ini merupakan ciri penghubung ruang satu dengan ruang yang lain. Pada pintu
khas gaya Neogothic dimana pada gaya ini penggunaan main entrance menggunakan bahan kayu yang dicat duco
material lebih beragam, penggunaan warna lebih atraktif dan glossy bewarna krem, dengan ornamen gaya Gothic serta
pola lantai lebih sederhana dibandingkan dengan gaya Gothic penggunaan lengkungan ribbed vault pada bagian luar pintu
asli dimana penggunaan lantai menggunakan bahan dan warna [3]. Pada ruang peralihan GKSY pintu dijadikan pusat
yang lebih beragam serta penggunaan ornamen yang lebih perhatian dengan adanya banyak hiasan dan ornamen dengan
sederhana [3]. nilai seni yang tinggi, ditampilkan dengan dicat dan diukir
Dinding adalah struktur padat yang melindungi suatu area, [14]. Ornamen yang digunakan adalah ornamen bunga,
membatasi suatu ruang dan menyokong struktur lainnya. bentukan ornamen diadopsi dari jendela gaya Gothic
Dinding pada area umat GKSY ini mengalami transformasi umumnya dan tekstur glossy bewarna cokelat. Sedangkan
pintu pada bagian ruang pengakuan dosa dan ruang sakristi,
dimensi dimana aisle samping yang memisahkan nave
menggunakan bentukan pola geometris dan tidak
berukuran lebih kecil daripada gereja gaya Gothic umumnya,
menggunakan ukiran rumit yang ada pada gaya Gothic
dan nave pada GKSY berbentuk lebih simple daripada gereja
umumnya. Pada bagian kedua pintu ini terdapat bentukan
gaya Gothic [5]. Pada bagian atas terdapat lukisan Triforium, pointed arch dan dekoratif daun semanggi serta penggunaan
diantara pilar pada bagian aisle atau yang disebut dengan kaca dengan simbol religius pada bagian pintunya [7]. Dari
semicircular vault dengan bentukan pointed arch. Pada analisis tersebut menunjukan gaya Gothic dimana,
sepanjang dinding di area panti umat ini juga terdapat jendela penggunaan bahan kayu, hiasan dekoratif, pola geometris pada
berjajar atau celestory windows yang berukuran lebih kecil pintu serta tekstur glossy pada pintu menunjukan kesamaan
dan rendah dibandingkan gereja gaya Gothic umumnya [7]. pada gaya Gothic umumnya [14].
Sedangkan pada dinding bagian panti imam, dinding Jendela adalah elemen bangunan yang berfungsi untuk
berbentuk setegah lingkaran yang mengikuri bentukan layout, keluar masuk udara dan cahaya alami. Pada jendela baik di
terdapat juga lima clestory window berbentuk pointed arch area panti umat maupun panti imam di GKSY ini
window yang mengeliligi dinding pada area panti imam ini menggunakan jendela berjajar atau celestory windows dengan
[14]. Kedua bagian dinding ini menggunakan bahan batu bata bentukan pointed arch windows (7, 24). Penggunaan stained
dan menggunakan warna putih serta mengalami transformasi glass dengan warna yang beraneka ragam yang melukiskan
dimensi dimana pada kedua dinding ini lebih sederhana simbol religius gereja Gothic umumnya juga diterapkan pada
dibandingkan gereja gaya Gothic yang umumnya terdapat jendela pada GKSY ini [14].
banyak ornamen dan hiasan patung pada bagian dindingnya
[14]. D. Analisis Elemen Pengisi Ruang GKSY
Plafon merupakan elemen penutup ruang, dimana sebagai Perabot yang digunakan pada GKSY ini merupakan perabot
pelindung bangunan dari sinar matahari dan hujan. Plafon asli yang sudah ada sejak dahulu. Renovasi hanya sebatas
pada GKSY menggunakan bentukan cross ribbed vault yang pada perbaikan finishing. Pada area panti umat terdapat kursi
menunjukan kerangka plafonnya dengan penggunaan warna umat dengan mengadopsi gaya Gothic dimana mengambil
JURNAL INTRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-11 5
(b).
dibandingkan gereja gaya Gothic umumnya. Sedangkan pada dicat dan diukir [14]. Pada pintu main entrance Kapel
dinding bagian panti imam, dinding berbentuk setegah Susteran OSF ini menggunakan ornamen yang digunakan
lingkaran yang mengikuri bentukan layout, terdapat juga lima adalah ornamen bunga, bentukan ornamen diadopsi dari
clestory window berbentuk pointed arch window yang jendela gaya Gothic umumnya dan tekstur glossy bewarna
mengeliligi dinding pada area panti imam ini [14]. Pada cokelat [3]. Pada bagian pintu ini juga terdapat bentukan
bagian dinding ini menggunakan dari batu bata plester yang di pointed arch serta penggunaan kaca dengan simbol religius
fishing dengan menggunakan keramik berwarna putih yang pada bagian pintunya. Sedangkan pada bagian dalam pintu
mirip dengan ciri gaya Romanesque. Serta pada bagian side entrance, pintu sakristi mempunyai bentukan geometris
dinding panti umat dan panti imam ini lebih sederhana lingkaran dengan cerukan di dalamnya, bentukan ini mirip
dibandingkan gereja gaya Gothic yang umumnya terdapat dengan pintu yang ada pada gaya Gothic umumnya. Pintu
banyak ornamen dan hiasan patung pada bagian dindingnya pada bagian ruang pengakuan dosa menggunakan bentukan
[7]. pola geometris dan tidak menggunakan ukiran yang ada pada
Plafon merupakan elemen penutup ruang, dimana sebagai gaya Gothic umumnya.
pelindung bangunan dari sinar matahari dan hujan. Plafon Jendela adalah elemen bangunan yang berfungsi untuk
pada Kapel Susteran OSF menggunakan bentukan cross keluar masuk udara dan cahaya alami. Pada jendela baik di
ribbed vault yang menunjukan kerangka plafonnya dengan area panti umat maupun panti imam di Kapel Susteran OSF ini
penggunaan warna putih [7, 15]. Ketinggian plafon ini menggunakan jendela berjajar atau celestory windows dengan
mengalami transformasi dimensi dimana ukuran plafon lebih bentukan pointed arch windows [7, 24]. Penggunaan stained
rendah dibandingkan dengan plafon gaya Gothic umumnya glass dengan warna yang beraneka ragam yang melukiskan
yang sangat tinggi dengan penggunaan dimensi 1:3 untuk simbol religius gereja Gothic umumnya juga diterapkan pada
lebar dan tinggi [4]. jendela pada Kapel Susteran OSF ini [14].
(a).
(a).
(b).
(b).
I. Analisis Elemen Pengisi Ruang Kapel Susteran OSF
Gambar. 7. (a) Lantai OSF, (b) Dinding dan Plafon Kapel OSF Perabot yang digunakan pada Kapel Susteran OSF ini
merupakan perabot asli yang sudah ada sejak dahulu.
H. Analisis Elemen Transisi Ruang Kapel Susteran OSF Renovasi hanya sebatas pada perbaikan finishing. Pada area
Pada pintu main entrance Kapel Susteran OSF pintu panti umat terdapat kursi umat dengan mengadopsi gaya
dijadikan pusat perhatian dengan adanya banyak hiasan dan Gothic dimana mengambil bentukan dan ornamen dari
ornamen dengan nilai seni yang tinggi, ditampilkan dengan bentukan alam, dari gaya Romanesque [3]. Pada area panti
JURNAL INTRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-11 8
(b).
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan dalam Bahan Analisis Dasar Gaya Desain
Pertimbangan
E K/ G R R B N
bentuk tabel yang ada dibawah ini C IE s q g
Tabel 1 : Rekapitulasi Gaya Desain GKSY Kursi Umat Dilihat dari ¥
bentuk, bahan dan
Bahan Analisis Dasar Gaya Desain ornamen yang
Pertimbangan digunakan
E K G R R B N
C s q g Mimbar Dilihat dari ¥
Orientasi Dilihat dari lokasi ¥ bentuk, bahan dan
Bangunan dan arah hadap ornamen yang
bangunan digunakan
Tata Letak Dilihat dari lokasi ¥ Elemen Dasar Gaya Desain
bangunan dan arah hadap Dekoratif Pertimbangan
bangunan Pilar / Kolom Dilihat dari ¥
Bentuk Dilihat dari tahun ¥ ¥ bentuk dan
Bangunan pembuatan, ornamen dekoratif
bentuk, ketinggian, Masswerk / Dilihat dari ¥
dan perbandingan Triforium bentuk, dan bahan
1:3 untuk lebar dan yang digunakan
tinggi bangunan Relief Jalan Dilihat dari ¥
Salib bentuk, bahan dan
Layout Dilihat dari bentuk ¥
ornamen dekoratif
Elemen Dasar Gaya Desain
Pembentuk Pertimbangan Total 1 3 5 1 - - 9
Ruang
Lantai Dilihat dari warna, ¥
Keterangan :
motif dan
keanekaragaman EC = Early Christian, K = Colonial, IE = Indische Empire , G = Gothic,
bahan Rs = Renaissance, Rq = Romanesque, B = Baroque, Ng = Neogothic
Dinding Dilihat dari bentuk ¥
dan ornamen Tabel 2 : Rekapitulasi Gaya Desain KSO
dekoratif Bahan Analisis Dasar Gaya Desain
Plafon Dilihat dari bahan ¥ Pertimbangan
B K/ G R R B N
dan bentuk
Z IE s q g
Elemen Dasar Gaya Desain Orientasi Dilihat dari lokasi ¥ ¥
Transisi Pertimbangan Bangunan dan arah hadap
Ruang bangunan
Pintu Dilihat dari ¥ Tata Letak Dilihat dari lokasi ¥
bentuk, bahan dan bangunan dan arah hadap
ornamen dekoratif bangunan
Jendela Dilihat dari ¥
Bentuk Dilihat dari tahun ¥ ¥ ¥
bentuk, bahan dan
Bangunan pembuatan,
ornamen yang
bentuk, ketinggian,
digunakan
dan perbandingan
Elemen Dasar Gaya Desain 1:3 untuk lebar dan
Pengisi Ruang Pertimbangan tinggi bangunan
Tabernakel Dilihat dari ¥ Layout Dilihat dari bentuk ¥
bentuk, bahan dan
ornamen yang Elemen Dasar Gaya Desain
digunakan Pembentuk Pertimbangan
Altar Dilihat dari ¥ Ruang
bentuk, bahan dan Lantai Dilihat dari warna, ¥ ¥
ornamen yang motif dan
digunakan keanekaragaman
Kursi Sedilia Dilihat dari ¥ ¥ bahan
bentuk, bahan dan Dinding Dilihat dari bentuk ¥ ¥
ornamen yang dan ornamen
digunakan dekoratif
Keterangan : Keterangan :
EC = Early Christian, K = Colonial, IE = Indische Empire , G = Gothic, BZ = Byzantium, K = Colonial, IE = Indische Empire , G = Gothic, Rs =
Rs = Renaissance, Rq = Romanesque, B = Baroque, Ng = Neogothic Renaissance, Rq = Romanesque, B = Baroque, Ng = Neogothic
JURNAL INTRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-11 10
Tabel Lanjutan Rekapitulasi Gaya Desain KSO yang dominan Neogothic yang merupakan sebuah gaya yang
Bahan Analisis Dasar Gaya Desain berkembang di Eropa pada tahun yang berdekatan dengan
Pertimbangan tahun dimana gereja dan kapel didirikan. Bukan hanya dari
B K/ G R R B N
Z IE s q g tahun pembangunan saja, gaya Neogothic juga dapat dilihat
Elemen Dasar Gaya Desain dari beberapa faktor, yaitu adanya penyesuaian terhadap iklim
Pembentuk Pertimbangan sekitar tempat gereja dan kapel ini dibangun yang
Ruang menyebabkan adanya perubahan yang mencolok pada material
Plafon Dilihat dari bahan ¥ pembangunan jika dibandingkan dengan material asli dari
dan bentuk
gaya Gothic yang sesungguhnya. Hal ini jelas terlihat dengan
Elemen Dasar Gaya Desain adanya sistem dimana penggunaan flying butters tidak lagi
Transisi Ruang Pertimbangan
ada dan digantikan dengan batu alam yang lebih efisien dan
Pintu Dilihat dari ¥
bentuk, bahan dan
ringan, menara yang seharusnya menggunakan bahan kayu
ornamen digantikan dengan batu alam dan konstruksi besi yang lebih
dekoratif kuat, bahan kayu pada plafon digantikan dengan batu alam
Jendela Dilihat dari ¥ untuk mengantisipasi gempa.
bentuk, bahan dan Gaya Neogothic juga diaplikasikan pada layout gereja dan
ornamen yang
digunakan kapel yang berbentuk salib, pemilihan material lantai yang
Elemen Pengisi Dasar Gaya Desain beraneka ragam, ornamen dekoratif yang lebih sederhana,
Ruang Pertimbangan main entrance dan side entrance yang tidak menggunakan
Tabernakel Dilihat dari ¥ ornamen dekoratif, perabotan, dan dekoratif yang lebih
bentuk, bahan dan sederhana yang digunakan secara seperlunya untuk efisiensi.
ornamen yang Penggambaran diatas menunjukan bahwa kedua bangunan
digunakan
tersebut secara garis besar dibangun dengan menggunakan
Altar Dilihat dari ¥
bentuk, bahan dan gaya Neogothic. Namun, tidak dapat dipungkiri masih terdapar
ornamen yang beberapa gaya lain yang mempengaruhi yaitu Early Christian,
digunakan Gothic, Romanesque, Renaissance, Byzantium, dan Colonial.
Kursi Sedilia Dilihat dari ¥ ¥ Penerapan gaya Colonial nampak pada orientasi dan arah
bentuk, bahan dan
ornamen yang
hadap bangunan serta tata letak bangunan. Penerapan gaya
digunakan Colonial ini karena pengaruh lokal di Indonesia yaitu di Jawa,
Kursi Umat Dilihat dari ¥ dimana mempunyai iklim tropis lembab dan penerapan unsur
bentuk, bahan dan arsitektur Jawa. Penerapan gaya Early Christian nampak pada
ornamen yang
digunakan
bentukan layout gereja. Untuk penerapan gaya Gothic nampak
pada bentukan tabernakel dan kursi umat gereja, sedangkan
Mimbar Dilihat dari ¥
bentuk, bahan dan untuk bentukan kaki kursi sedilia gereja terpengaruh oleh gaya
ornamen yang Renaissance. Penerapan gaya desain Byzantium nampak pada
digunakan penggunaan motif pada lantai di kapel Susteran OSF dan
Elemen Dasar Gaya Desain penerapan gaya Romanesque nampak pada bentuk bangunan,
Dekoratif Pertimbangan arah orientasi bangunan, bentukan perabot, pilar struktur pada
Pilar / Kolom Dilihat dari ¥ ¥ kapel Susteran OSF.
bentuk dan
ornamen Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun
dekoratif kedua bangunan tersebut dibangun pada masa dimana gaya
Struktur Dilihat dari ¥ ¥ Neogothic sedang berkembang, namun ada beberapa gaya lain
Dekoratif bentuk, dan bahan yang mempengaruhi kedua bangunan tersebut. Namun
Dinding yang digunakan
identitas gaya Neogothic nampak jelas pada kedua bangunan
Relief Jalan Dilihat dari ¥
Salib bentuk, bahan dan
tersebut serta penerapan gaya Colonial dengan penyesuaian
ornamen iklim tropis lembab di Jawa.
dekoratif Perpaduan dari berbagai gaya yang ada ini membuat Gereja
Tempat Air Suci ¥ Katolik Santo Yusuf dan Kapel Susteran OSF di Gedangan
Total 1 3 2 - 1 - 7 Semarang menjadi menarik dan menjadi bangunan suci tertua.
2
Hasilnya, kedua bangunan ini memiliki nilai keindahan dan
keagungan yang sangat tinggi. Kedua bangunan ini juga
Keterangan : menggambarkan sebuah kemisteriusan karena dari luar tidak
BZ = Byzantium, K = Colonial, IE = Indische Empire , G = Gothic, Rs = mencerminkan apa yang ada di dalamnya. Banyaknya jendela
Renaissance, Rq = Romanesque, B = Baroque, Ng = Neogothic dengan bahan stained glass menyebabkan cahaya masuk
kedalam ruangan yang menggambarkan Tuhan sebagai
Gereja Katolik Santo Yusuf dan Kapel Susteran OSF di ³&DKD\D .XGXV´ \DQJ PHUXSDNDQ VXPEHU GDUL VHJDOD hal dan
Gereja Gedangan Semarang yang dibangun pada tahun memberikan sebuah ilusi tentang luas dan tinggi yang tidak
1800an, merupakan sebuah bangunan suci dan cagar budaya terbatas.
dan penanda penting dalam tatanan kota Semarang. Dilihat
dari tahun pembangunan gereja tersebut menggunakan gaya
JURNAL INTRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-11 11
UCAPAN TERIMA KASIH [7] Fletcher, Sir Banister. A History of Architecture on The Comparative
Method. London : The Whitefriars Press, 1928.
³Leonardo Setiabudi sebagai penulis, mengucapkan terima [8] Handinoto. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di
kasih kepada Universitas Kristen Petra yang memberikan Surabaya (1870±1940). Yogyakarta: Penerbit Andi dan Universitas
Kristen Petra Surabaya, 1996.
kesempatan penulis untuk melakukan penelitian ini demi [9] +DQGLQRWR ³$UVLWHN * & &LWURHQ GDQ 3HUNHPEDQJDQ $UVLWHNWXU
meraih gelar S1. Ucapan terima kasih juga kepada Romo Colonial di Surabaya (1915- ´ $Justus 1993. 15 April 2010.
Arko, seketariat Paroki GKSY dan Suster yang membantu <http://porfolio.petra.ac.id/user_file/81-005/CITROEN.pdf>
[10] Handinoto, Paulus H. Soehargo. Perkembangan Kota dan Arsitektur
dalam memberikan ijin dalam penelitian ini, informasi sejarah,
Kolonial Belanda di Malang. Yogyakarta: Penerbit Andi, 1996.
layout dan keterangan lain yang diperlukan. Selain itu ucapan [11] Harwood, Buie, May, Bridget & Sherman, Curt. Architecture and
terima kasih diberikan kepada dosen pembimbing Lakmsi Inetrior Design Throught The 18th Century. New Jersey : Prentice Hall.
Kusuma Wardani dan Vivi Hendry yang sangat membantu 1999.
[12] Mangunwijaya, Y.B. Wastu Citra. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
proses penulisan penelitian ini. Serta teman-teman lain yang Utama, 1992.
membantu dalam penulisan ini´. [13] Nazir, Mohammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.
[14] Pile, John. F. A History of Design Interior. New York. Harry N. Abrams,
Inc, 1998.
DAFTAR PUSTAKA [15] Pile, John. F. Interior Design, Third Edition. New York. Harry N.
Abrams, Inc, 1998.
[1] Ball, Victoria. Architecture and Interior Design-Fom Colonial Era to [16] Soekiman, Djoko. Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat
Today. New York: Interscience Publication, 1980. Penduduknya di Jawa. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000.
[2] Ball, Victoria Kloss. Architecture and Interior Design : A Basic History [17] Sumalyo, Yulianto. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia.
Through The Seventeen Century. US of America: John Wiley& Sons, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993
Inc. 1980. [18] Tim Kerja Komunikasi Sosial. Bersukaria Mengembangkan Gereja: 100
[3] Boediono, Endang. Sejarah Arsitektur 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, Tahun Gereja Katolik Santo Yusuf Semarang. Semarang, 1991.
1997. [19] Walker, John A., Desain, Sejarah Budaya Sebuah Pengantar
[4] Boediono, Endang. Sejarah Arsitektur 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra Cetakan 1, 2010.
1997.
[5] Ching, Framcis D. K. Interior Design Illustrated. New York: Van
Nostrand Reinhold, 1996.
[6] Davies, J.G. Temples, Church, and Mosques : A Guide to the
Appreciation of Religious Architecture. England : Basil Blackwell
Publisher Limited. 1982.