Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1. LATAR BELAKANG
Indonesia pernah mengalami masa kolonialisasi oleh Belanda yang
berlangsung hampir 300 Tahun. Dalam masa ini Belanda banyak memberikan
pengaruh kepada masyarakat Indonesia baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial
dan budaya bahkan hingga ke bidang arsitekturnya. Gaya khas Eropa yang cukup
melekat pada bangunan masa kolonial yang masih tersisa dan dapat dinikmati hingga
saat ini.

Perkembangan arsitektural bangunan pada masa kolonial mengalami


adaptasi seiring dengan berjalannya waktu arsitekturnya mengalami adaptasi dengan
iklim tropis Indonesia yang tentu memiliki perbedaan dengan iklim di negara Eropa.
Pengaruh kebudayaan dan keragaman arsitektur nusantara Indonesia juga dipandang
sebagai potensi dama mendesian sebuah bangunan dan akhirnya menampilkan ciri
khas kebudayaan lokal pada masa itu. Hal ini dapat dilihat dari bangunan-bangunan
pemerintahan terutama yang didirikan pada periode tahun 1920-an yang menerapkan
gaya Indische Arschitecture, yaitu sebuah perpaduan gaya arsitektur Eropa dan
Indonesia. Salah satu arsitek yang menerapkan gaya tersebut dan banyak
menghasilkan gaya arsitektural adalah Charles Prosper Wolff Schoemaker.

C.P Wolff Schoemaker adalah seorang arsitek dengan kebangsaan Belanda


yang lahir di Indonesia, tepatnya Banyu Biru, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
pada tahun 1882. Karya awalnya di dominasi dengan bangunan pemerintahan
Belanda yang tersebar di berbagai kota-kota besar di Indonesia seperti halnya di
Malang, Surabaya, Semarang, Medan, Bandung, Jakarta dan daerah-daerah lainnya.

Dalam buku berjudul “Tropical Modernity; The Life & Work of C.P. Wolff
Schoemaker” karya C.J can Dullemen (2010) Ia mencoba memetakan karakteristik
karya-karya arsitektur C.P Wolff Schomaker kedalam 3 periode waktu sejak tahun
1918 sampai dengan akhir masa kolonialisasi Belanda di Indonesia, tahun 1940-an.

Salah satu Karya C.P Wolff Schomaker adalah gedung De Majestic (1920)
dan juga Gedung Landmark (1922) yang berada pada daerah yang sama dan dalam
periode waktu pembangunan yang hampir bersamaan. Kedua bangunan ini berlokasi
di kawasan cagar budaya di Jl. Braga, Bandung. Kedua bangunan ini memiliki
keunikan yang menarik untuk dikaji lebih dalam, yaitu kedua gedung ini memiliki
kesamaan penggunaan ornamen “Kala” pada bagian fasad. Kala atau yang dikenal
sebagai “Batara Kala” merupakan tokoh mitologi kebudayaan Hindu yang
merupakan putra Dewa Siwa yang mengambil andil sebagai dewa penguasa waktu.
Figure tersebut digambarkan sebagai wajah raksasa tanpa rahang bawah.
Keunikan penempatan ornamen tradisional dan mitologis pada bangunan
dengan gaya art deco kolonial menjadi sangat menarik untuk di teliti lebih lanjut.
Bagaimana desain ini dapat terbentuk dan apa yang melatar belakangi penggunaan
ornamen ini pada kedua bangunan ini.

1. 2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa alasan C.P Wolff Schoemaker dalam mengaplikasikan ornamen “Kala”
dalam karyanya ?
2. Apa makna dari ornamen “Kala” pada karya C.P Wolff Schoemaker ?

1. 3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui alasan penggunaan ornamen “Kala” pada gedung De
Majestic dan gedung Landmark.
2. Untuk mengetahui makna oranamen “Kala” pda gedung De Majestic dan
gedung Landmar
3. Untuk memperkaya langgam arsitektural kolonial di Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai