1. PENDAHULUAN
1.1. TEMA KEGIATAN
Candi di Indonesia dapat ditemukan di beberapa pulau di Indonesia
diantaranya di pulau Jawa, Bali, Sumatra dan Kalimantan. Di pulau Jawa
candi yang paling banyak ditemukan khususnya di daerah Jawa Tengah
dan Jawa Timur, yang paling sering dikenal atau diketauhi secara umum
adalah seperti Candi Borobudur, Prambanan.
Candi-candi tersebut dipengaruhi oleh budaya Hindu dan Budha, sehingga
tiap candi yang didirikan memiliki karakter dan bentuk sesuai dengan
budaya pada saat didirikan. Fungsi dari candi secara merupakan tempat
ibadah, pemujaan para dewa, penyimpanan abu dari para leluhur.
Peninggalan candi ini merupakan sebuah karya cipta arsitektur yang
sangat bernilai seni tinggi sehingga pada saat ini selain fungsi utama
sebagai tempat peribadatan, juga sebagai tempat penelitian sastra, budaya
dan juga Arsitektur.
Obyek amatan dalam kegiatan Kulaih Lapangan Arsitektur ini adalah terkait
dengan Arsitektur Candi yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta
dikarenakan arsitektur candi menjadi salah satu yang berhasil dalam upaya
dilakukannya konservasi bangunan bersejarah (heritage) sekaligus menjadi
potensi pariwisata tingkat dunia. Fokus studi yang akan dilakukan adalah
arsitektur, lansekap dan urban desain sekitar candi dengan penekanan
dapat dilihat dari sejarah tata ruang, massa, fungsi, pengguna, proses
pembangunan, prinsip atau pedoman candi, konstruksi dan kearifan local,
serta pendekatan dalam proses konservasi yang dilakukan hingga saat ini.
Seperti di ketahui bahwa di Arsitektur Candi di Jawa Tengah dan
Yogyakarta saat ini masih banyak ditemukan bangunan-bangunan candi
yang secara arsitektural masih mempertahankan nilai-nilai sejarah dan
budayanya. Selain itu juga candi-candi tersebut berhasil dipugar akibat
gempa bumi Yogyakarta pada bulan Mei tahun 2006, sehingga ciri-ciri
arsitekturnya berhasil di kembalikan ke bentuk aslinya.
3TB03
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
Dr. X. Furuhitho, ST., MT Wahyu Prakosa, ST., MT
Amatan: Candi Pawon Amatan: Candi Mendut
1 AHMAD RAIHAN (Ketua) 1 MUHAMMAD FADHIL RIZKI (Ketua)
2 AHMAD ZULFIKAR ZIDAN R. 2 HIMMASULTHAN REVIANSYAH
3 ALDRIAN WIJAYA 3 IKHRAM RAIHANS
4 DIMAS BAGUS PRATAMA F. 4 ILHAM ALKISYAHPRI
5 DIMAS SANDY PRADANA 5 KEANU MAULANA SANJAYA
6 FACHRIZA DWI PURNOMO 6 MUHAIMIN
7 SATRIA DEWANGGA FIRDAUS 7 HASAN SALEHUDDIN
8 FARRAS NASYWA RAIHAN 8 MUHAMMAD FADLY
9 ADELIA KHALIFAH HANA 9 MUHAMMAD NAUFAL ADHINATA
10 ALISHA KHALIS ZULAIKHA 10 ROBI SYAFARINGGA
11 ALLISA NURULHUDA 11 LUTFAH KAMALIA PUTRI
12 AQILAH FARRASHANTY MURDIANTO 12 NADA ANDINI RAHMAH
13 AURORA MERINDA 13 NADIA VELISA KESUMA
14 DHEA INDAH PRAHASTIWI 14 SHAKILA TAHTA MULYA RIZKI BAHA
15 DEYDRA ARADEA RINALDO 15 VIVANTCITA FENDIRENI AVRIELA
16 SERIN MIRANDA
BUS 3 & 4 (GROUP B)
3TB04
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
P. Joko Slameto, ST., MT Dr. Agus Suparman, ST., MT
Amatan: Candi Prambanan Amatan: Candi Sewu
1 MOCHAMAD REZA FEBRIAN (Ketua) 1 PRADNYA ANINDYA P. (Ketua)
2 BRILLYYANDIKA OKZA TAMA PUTRA 2 MUHAMMAD HASBII MUBAAROK
3 FAISHAL TSAQIF VIERY 3 MUHAMMAD RESTU YULIANSYAH
3TB05
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
Ade Syoufa, ST., MT Agus Nugroho, ST., MT
Amatan: Candi Ratu Boko Amatan: Amphiteater Prambanan
1 DEA HARUM NUGRAHAINI (Ketua) 1 NANDA LUKDIANTO (Ketua)
2 DARRYL HENDRY ARISTO 2 DEVIN ANUGRAH RAMADHAN
3 DWIKI SATRIA 3 DHELVIA YUDHA KUSUMA
4 DZIKY HAIDAR 4 GALANG ARYA YUDHA
5 HILDEGARD SALVE REGINA SINAGA 5 HAIKAL GHIFARI
6 KEVIN FADI KHARISMA 6 MUHAMMAD FAIRUZ IKHWAN
7 MUHAMMAD RAFLY AL HAFIDZ 7 YOGA AJI PANGESTU
8 MUHAMMAD THAARIQ 8 CHANTIKA PUTRI ARIFIA
9 ANDHIKA SEBASTIAN HAKIM 9 DEWI NASTITI AHDA
10 FLADIRA ESA RESTU SUKARNO 10 AKHSYA YUSUF RIZQULLAH
11 REGA NANDA 11 RHEINA DEA KINTANA
12 NAJLA TANZIA 12 SHELLA DINDA NOVELA
13 SYAHWA ANNISA DESIANA
2. TERTIB KEGIATAN
2.1. KETENTUAN TERTIB KEGIATAN
Tata tertib berlaku bagi seluruh peserta program bertujuan untuk menunjang
kegiatan kuliah lapangan maupun perilaku, meliputi:
1) Mengikuti secara aktif seluruh kegiatan, dari pembekalan di kampus,
pelaksanaan di lapangan dan pembuatan laporan di kampus.
2) Mematuhi semua ketentuan yang dikeluarkan oleh panitia maupun tata
tertib pengelola obyek di lokasi / obyek pengamatan :
a. Menciptakan ketertiban dan suasana akrab dan kerja sama yang baik,
dengan menghindari hal-hal yang akan mengganggu jalannya
kegiatan/program ini.
b. Tidak meninggalkan rombongan tanpa seijin panitia.
c. Tidak membawa senjata tajam, senjata api, obat terlarang, dan semua
barang yang dapat merugikan kelompok dan sesama.
d. Tidak melakukan perbuatan yang negatif: mabuk, jajan tidak bayar,
mengambil tanpa ijin, dll.
3) Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan maupun hal-hal
yang tidak diinginkan selama di Jepang (contoh karena melanggar aturan),
maka pihak panitia dan travel tidak bertanggungjawab, karena pihak panitia
dan travel sudah menghimbau sebelumnya.
15) Menjaga barangnya sendiri dari segala kerusakan; barang hilang menjadi
tanggung jawab pribadi.
16) Menjaga keselamatan dan kesehatan bersama: tidak merokok di
sembarang tempat dan tidak mengeluarkan suara sia-sia yang mengganggu
sesama, dll.
17) Peserta yang mengidap penyakit khusus diharuskan mempersiapkan diri
dan membawa obat-obatan sendiri sesuai kebutuhan masing-masing.
Disarankan untuk membawa obat-obatan pribadi bagi yang mengidap
penyakit tertentu karena Anda tidak dapat membeli obat-obatan tanpa
resep dokter. Juga disarankan untuk membawa obat-obatan umum seperti
untuk flu, batuk, sakit perut, minyak angin, dsb. Serta jangan lupa untuk
membawa vitamin/food supplement.
18) Mohon menginfokan atau memberitahukan kepada Tour Leader atau Tour
Guide diawal acara jika peserta ada yang memiliki alergi makanan atau
Vegetarian.
19) Peserta diharap untuk selalu berada didalam kelompoknya, baik di
perjalanan atau pun di lapangan.
20) Jika terjadi hal-hal yang tidak dinginkan pada poin-poin diatas maka panitia
dan pihak travel tidak bertanggung jawab atas kelalaian tersebut.
21) Agent perjalanan tidak bertanggung jawab atas:
a. Kecelakaan, kehilangan koper baik selama di perjalanan dan di hotel
dan jika menggunakan jasa alat pengangkutan lainnya.
b. Kehilangan barang, penahanan, titipan barang di Hotel.
c. Biaya yang bersangkutan dengan karantina, pemogokan, force majors,
typhoon, banjir, kerusuhan dan bencana alam lainnya.
d. Keterlambatan, gangguan dan kegagalan dari pihak transportasi
sehingga tidak dapat berangkat/tiba di tempat tujuan pada hari atau
waktu yang telah ditentukan.
e. Perhentian atau perubahan saat perjalanan dan sebab-sebab lainnya di
luar kemampuan kami.
f. Peserta tour yang sedang hamil diharuskan membawa atau
melampirkan surat keterangan dokter.
2) CP Panitia
Dr. Agung Wahyudi ST., MT, Sekretaris Jurusan Arsitektur
email: agung_wyd@staff.gunadarma.ac.id, hp: 08158878339
4) HOTEL di Yogyakarta
Cakra Kusuma
Jl. Kaliurang No.25, Karang Wuni, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
(0274) 588066
KULIAH LAPANGAN ARSITEKTUR “ARSITEKTUR CANDI” 14
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR 2023
Arsitektur Candi
3. GAMBARAN UMUM
LOKASI TUJUAN AMATAN
atap candi di Jawa tengah umumnya melebar dengan puncak berbentuk ratna
atau stupa. Keterulangan bentuk pada atap tampak dengan jelas.
Di samping letak dan bentuk bangunannya, candi Jawa tengah mempunyai ciri
khas dalam hal reliefnya, yaitu pahatannya dalam, objek dalam relief digambarkan
secara naturalis dengan tokoh yang mengadap ke depan. Batas antara satu
adegan dengan adegan lain tidak tampak nyata dan terdapat bidang yang
dibiarkan kosong. Pohon Kalpataru yang dianggap sebagai pohon suci yang
tumbuh ke luar dari objek berbentuk bulat banyak didapati di candi-candi Jawa
tengah.
Candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta jumlahnya mencapai puluhan, umumnya
pembangunannya mempunyai kaitan erat dengan Kerajaan Mataram Hindu, baik
di bawah pemerintahan Wangsa Sanjaya maupun Wangsa Syailendra.
4. OBYEK PENGAMATAN
4.1 CANDI GEDONG SONGO (Kelompok 1 & 2 3TB01)
Candhi Gedhong Sanga adalah nama
sebuah kompleks bangunan candi
peninggalan budaya Hindu yang
terletak di desa Candi, Kecamatan
Bandungan, Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di
lereng Gunung Ungaran. Di kompleks
candi ini terdapat sembilan buah
candi.
Candi ini ditemukan oleh Thomas Stanford Raffles pada tahun 1804 dan
merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-
9 (tahun 927 masehi).
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi
ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu
udara di sini cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C). Adanya arca Siwa Mahakala,
Siwa Mahaguru, dan Ganesha menjadi bukti bahwa Candi Gedong Songo
digunakan sebagai tempat pemujaan terhadap Dewa.
Candi Gedong Songo berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap para dewa.
Hal ini dibuktikan dengan adanya arca Siwa Mahakala, Siwa Mahaguru, dan
Ganesha. Lokasi candi yang berada di gunung sangat berhubungan dengan
kepercayaan pemeluk Hindu. Umat Hindu percaya bahwa gunung merupakan
tempat bersemayamnya para dewa. Gunung sebagai tempat yang tinggi juga
dipercaya akan memaksimalkan saat beribadah. Orang hindu percaya, dengan
melakukan ibadah di tempat yang tinggi, seperti di gunung, akan lebih dekat
dengan kahyangan.
Kompleks bangunan
Candi Gedong Songo terdiri atas lima gedong atau kumpulan candi, di mana dua di
antaranya terletak di sisi timur bukit, dua di utara, dan satu di sisi barat. Berikut
ini bangunan yang berada di kompleks Candi Gedong Songo.
1. Candi I
Candi ini berada di ketinggian 1.208 mdpl, yang di
dalamnya terdapat yoni tanpa lingga, yang merupakan
simbol kejantanan dan kesuburan, dengan puncak yang
sudah terlihat rusak.
2. Candi II
Berada di ketinggian 1.297 mdpl dengan bangunan yang
masih utuh. Di depan candi terdapat bangunan yang
diduga oleh para ahli sebagai bangunan candi perwara
atau candi kecil yang berada di depan candi induk.
3. Candi III
Berada di ketinggian 1.297 mdpl, dengan tiga candi
yang masih utuh dan terdapat candi perwara. Selain
memiliki hiasan stupa di atapnya, candi ini juga
menjadi satu-satunya candi yang menggunakan
makara atau arca yang berbentuk kepala gajah.
4. Candi IV
Berada di ketinggian 1.295 mdpl, dengan satu candi
yang masih utuh dengan dikelilingi reruntuhan candi.
5. Candi V
Candi terakhir berada di ketinggian 1.308 mdpl
dengan satu bangunan candi yang masih utuh dan
beberapa reruntuhan candi.
kaki candi ini banyak dihiasi ornamen-ornamen, seperti bunga dan sulur-suluran.
Bagian tubuh candi dihiasi arca-arca Bodhisattva, dan bagian atap candi dihiasi
stupa. Pintu masuk candi terletak di sebelah barat, pada anak tangga pintu masuk
dihiasi makara, dan pada ambang atas pintu masuk terdapat hiasan kala. Atap
candi berbentuk persegi bersusun dengan hiasan berupa stupa-stupa kecil di
masing-masing sisinya dan puncaknya dihiasi dengan sebuah stupa yang lebih
besar.
Pada dinding bagian depan candi, di atas pintu masuk candi (bawah relief kala),
terdapat relief yang menggambarkan Kuwera (Dewa Kekayaan) dalam posisi
berdiri. Pada dinding utara dan selatan candi terdapat relief yang sama, yaitu yang
menggambarkan Kinara dan Kinari (mahluk setengah manusia setengah
burung/berkepala manusia berbadan burung), sepasang burung berkepala
manusia, berdiri mengapit pohon kalpataru yang tumbuh dalam sebuah
jambangan. Di sekeliling pohon terletak beberapa pundi-pundi uang. Di bagian
atas tampak sepasang manusia yang sedang terbang. Di bagian atas dinding juga
terdapat sepasang jendela kecil yang berfungsi sebagai ventilasi. Di antara kedua
lubang ventilasi tersebut terdapat pahatan kumuda. Relief di Candi Pawon
merupakan relief dekoratif, tidak terdapat relief cerita pada candi ini.
Sejarah Candi
Diperkirakan usia Candi Mendut lebih tua dari Candi Borobudur atau paling tidak,
sejaman dengan Candi Borobudur. Ini berdasarkan temuan tulisan pendek
(inskripsi) yang diduga berasal dari bagian atas pintu masuk. Dari segi paleografis,
tulisan tersebut ada persamaan dengan tulisan-tulisan pendek yang tertera pada
bagian atas panel relief Karmawibhangga Candi Borobudur. Setelah kurang lebih
satu abad, bangunan ini menjadi tempat jiarah bagi para penganut Buddha. Candi
ini kemudian terabaikan bersamaan dengan keruntuhan Kerajaaan Mataran Kuno,
tertimbun tanah dan pasir akibat letusan Gunung Merapi, gempa bumi, dan
Bentuk Bangunan
Candi Mendut terbuat dari batu andesit pada bagian luar dan bata pada bagian
dalam bangunan (tidak terlihat). Candi Mendut menghadap ke barat laut,
berlawanan dengan Candi Borobudur yang menghadap ke Timur. Denah candi
berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 33,80 m x lebar 25 m dan
tinggi bangunan 18,95 m. Tinggi batur (bagian kaki candi) setinggi 3,7 m dan
terdapat tangga masuk yang terdiri dari 14 anak tangga. Bangunan candi berbilik
satu, dengan tangga di sisi Barat Laut. Di atas kaki candi terdapat langkan setinggi
1 m dan selasar selebar 2,48 m. Bangunan candi secara arsitektural dibagi menjadi
3 bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap.
Pangkal pipi tangga dihiasi makara, yaitu bentuk kepala naga berbelalai gajah
yang mulutnya sedang terbuka lebar. Makara ini berjumlah 2 buah (sepasang). Di
dalam mulut naga terdapat seekor singa. Di bawah kepala naga terdapat panil
berbentuk makhluk kerdil (Gana).
Relief
Dinding pipi tangga dihiasi dengan beberapa panil berpahat yang menggambarkan
berbagai cerita yang mengandung ajaran Buddha (relief-relief cerita Pañcatantra
dan Jataka). Pañcatantra adalah sebuah karya sastra dunia yang berasal
dari Kashmir, India dan ditulis pada abad-abad pertama Masehi.
Pañcatantra ini mengisahkan seorang brahmana bernama Wisnusarma yang
mengajari tiga pangeran putra Prabu Amarasakti mengenai kebijaksanaan duniawi
dan kehidupan, atau secara lebih spesifik disebut ilmu politik atau ilmu
ketatanegaraan. Ilmu pelajarannya terdiri atas lima buku, itulah sebabnya disebut
Pañcatantra yang secara harfiah berarti “lima ajaran”. Lima bagian ini merupakan
lima aspek yang berbeda dari ajaran sang brahmana ini. Bagian-bagian tersebut di
dalam buku bahasa Sanskerta yang berjudulkan Tantrakhyāyika dan dianggap
sebagai Pañcatantra yang tertua, adalah sebagai berikut:
1. Mitrabheda (Perbedaan Teman-Teman)
2. Mitraprāpti (Datangnya Teman-Teman)
3. Kākolūkīya (Peperangan dan Perdamaian)
4. Labdhanāśa (Kehilangan Keberuntungan)
5. Aparīkṣitakāritwa (Tindakan yang Tergesa-Gesa )
Ciri khas Pañcatantra ini terutama ialah bahwa ceritanya dikisahkan dalam bentuk
cerita bingkai dan banyak mengandung fabel–fabel. Cerita bingkai ini juga disebut
dengan istilah kathāmukha dan cerita-ceritanya semua dirangkai menjadi satu
dengan yang lain. Setelah setiap cerita yang biasanya dalam bentuk prosa, moral
cerita diringkas dalam bentuk seloka. Cerita-cerita fabel Pañcatantra banyak yang
berdasarkan cerita-cerita jataka.
Hiasan relief-relief pada Candi Mendut merupakan cerita berupa ajaran moral
dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemerannya. Terdapat 31
buah panel yang memuat relief cerita pada bagian dasar tubuh candi, di antaranya
relief cerita “Brahmana dan Kepiting”, “Angsa dan Kura-Kura”, “Dua Burung Betet
yang berbeda” dan “Dharmabuddhi dan Dustabuddhi”.
Pada bagian di depan pintu masuk dijumpai penampil candi. Bagian penampil
candi memiliki pahatan relief cerita yang posisinya berada persis di kanan dan kiri
pintu masuk menuju ruang utama candi. Dinding dalam bilik penampil dihiasi
dengan relief Kuwera atau Avataka dan relief Hariti. Relief Kuwera terpahat di
dinding utara, relief Hariti terpahat di dinding selatan.
Elemen-Elemen Candi
1. Arca
Di dalam bilik candi terdapat tiga arca Buddha yaitu arca Cakyamuni
dengan posisi duduk bersila bersikap sedang melakukan khotbah, arca
Avalokitesvara sebagai bodhisattva penolong manusia, dan arca Maitreya
sebagai Bodhisatva pembebas manusia kelak di kemudian hari.
2. Stupa
Berdasarkan draft rekonstruksi, atap candi mendut terdapat stupa-stupa
berjumlah 48 buah, yang terdiri dari 24 buah pada tingkat pertama, 16 buah
pada tingkat kedua, dan 8 buah pada bagian teratas. Hingga kini bagian atap
candi ini tidak sempurna seluruhnya. Terdapat pula bentuk-bentuk stupa
memanjang ke atas seperti silinder. Namun stupa-stupa ini masih
direkonstruksi di sebelah utara Candi Mendut dan belum dapat dipasang
pada candi.
3. Jaladwara
Di beberapa tempat di sepanjang dinding luar langkan terdapat jaladwara
atau saluran untuk membuang air dari selasar. Jaladwara terdapat di
kebanyakan candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Jaladwara di Candi
Mendut lebih ramping dan lebih kecil dibandingkan dengan jaladwara pada
Candi Borobudur.
Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha
(bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha
(ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter,
dikarenakan aliran Syaiwa yang mengutamakan pemujaan dewa Siwa di candi ini.
Kompleks percandian Prambanan secara keseluruhan terletak di Daerah Istimewa
Yogyakarta, tetapi pintu administrasinya terletak di Jawa Tengah. Hal ini yang
membuat Candi Prambanan terletak di 2 tempat yakni di Bokoharjo, Prambanan,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan di Tlogo, Prambanan, Klaten, Jawa
Tengah, atau kurang lebih 17 kilometer timur laut dari kota Jogja, 50 kilometer
barat daya dari kota Surakarta dan 120 kilometer selatan dari kota Semarang,
persis di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar
di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur
bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada
umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai
47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih
kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan
menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar
tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas
oleh Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram.
Arsitektur candi Prambanan berpedoman
kepada tradisi arsitektur Hindu yang
berdasarkan kitab Wastu Sastra/Kitab
Silpastra. Denah candi megikuti
pola mandala, sementara bentuk candi
yang tinggi menjulang merupakan ciri
khas candi Hindu. Prambanan memiliki
nama asli Siwagrha dan dirancang
menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk gunung suci Mahameru, tempat
para dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam
semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa lapisan
ranah, alam atau Loka.
Seperti Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai dari
yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun berbeda nama, tiap
konsep Hindu ini memiliki sandingannya dalam konsep Buddha yang pada
hakikatnya hampir sama. Baik lahan denah secara horisontal maupun vertikal
terbagi atas tiga zona:
Candi Pengapit
Di tepi garis terluar Candi Perwara adalah 8 Kuil Pengapit. Di mana Temple of the
Clamming adalah pintu gerbang ke candi utama. Candi penjepit juga terletak di 4
sisi kompas, yaitu ke timur, selatan, barat dan utara. Dan mempunyai ketinggian
sekitar 1 meter.
Candi Perwara
Dipelataran kompleks candi sewu terdapat Candi perwara yang terdiri atas 240
buah dengan bentuk yang hampir sama atau mirip. Dilihat dari bagian terdalam
(tengah), deret satu terdiri atas 28 candi, dan deret kedua terdiri atas 44 candi
yang tersusun dengan interval jarak tertentu. Dua deret terluar, deret ketiga
terdiri dari 80 candi, sedangkan baris deret yang terluar terdiri atas 88 candi-candi
kecil yang disusun berdekatan.
Corak ornamen hiasan dalam Candi Perwara yaitu dipuncak candi terdapat hiasan
keben dan stupa. Penempatan keben diletakkan pada tingkatan paling bawah,
sedangkan stupa diletakkan pada tingkatan paling atas. Pada bagian atap
penampin ornamen hiasa yang terlihat ialah lereng bangku dan kumis militer.
Perbedaan bentuk atap diikuti dengan perbedaan pola hiasnya juga. Bentuk atap
lereng bangku memiliki kala yang diapit oleh dua makhluk kahyangan. Hiasan pada
atap yang berbentuk kumis militer terdapat kala yang menggigit kumpulan bunga
yang diapit oleh dua makhluk kahyangan.
Dalam badan candi terdapat ornamen hiasan dengan bentuk kala dan makara.
Kara disebut kirtimekha atau pancavakrta, digambarkan wajah singa yang sedang
membuka mulutnya. Sedangkan Makara merupakan hewan mitologi yang
merupakan wahana dari Dewa Varuna. Selain itu hal yang menarik ialah adanya
hiasan bunga padma yng dibawa oleh kedua tokoh motologi. Bunga padma
dianggap sebagai simbol dari kelahiran dan penciptaan.
Ornamen selanjutnya ialah tokoh pengiring laki-laki yang terdapat pada Candi
Perwara II dan III, sedangkan tokoh pengiring wanita terdapat pada Candi Perwara
I dan IV. Relief tokoh pengiring laki-laki digambarkan digambarkan dengan seorang
laki-laki yang memegang tangkai padma di tangan kiri dan memegang camara
ditangan kanannya. Relief pengirim perempuan digambarkan posisi berdiri lurus
mengenakan mahkota yang berbentuk Jatamakuta ( rambut yang digelung dan
dibentuk seperti mahkota) kemudian memakai hiasan antara dahi dan mahkota,
menggunakan anting, hiasan lengan, gelang tangan dan menggunakan hiasan
badan yang berbentuk menyilang. Pakaian yang digunakan terdapat hiasan
urudana (sampur yang pinggang).
Relief permpuan ini diagmbarkan memegang tangkai padma ditangan kiri
dan camara ditangan kanan. Terdapat perbedaan pendapat antara para ahli
mengenai makna relief tersebut, salahsatuya menurut O’Brien bahwa keduanya
memiliki unsur saling melengkapi juga merupakan rangkaian proses pencerahan
yang dikenal dengan pranja dan upaya. Pranja memiliki arti kebijksanaan dan
merupana simbol feminim. Upaya jalan mencari pencerahan yang
menggambarkan sifat maskulin laki-laki. menjuntai ke bangian depan dan
udarabhanda (hiasan).
Komposisi Geometrik
Bentuk geometris merupakan bentuk dasar (basic type) yang signifikan dan
dominan digunakan pengolahan desain suatu candi termasuk Prambanan dan
Sewu. Komposisi geometrik merupakan bentuk yang ideal untuk menggambarkan
alam surgawi karena dianggap sebagai bentuk yang jelas (untuk membedakan
dengan bentuk- bentuk alam-duniawi yang dinamis/tidak teratur seperti daun,
batu, dsb). Secara umum candi dapat digambarkan sebagai bentuk geometris baik
dalam pengolahan sosok, ekspresi tampak-fasad bangunan, denah dan
perletakannya. Pola geometrik kartesian (siku-siku) digunakan dalam wujud
cruciform pada denah, pengolahan sosok dan fasad. Secara umum komposisi
geometrik cartesian merupakan karakter yang khas di dalam desain percandian.
Memahami ruang candi tidak hanya pada ma5sa solid (ruang dalam) saja
melainkan juga berkaitan dengan void (ruang luarnya). Perlu dikaji pemahaman
antara tentang ruang eksterior dan interiomya.
Desain candi Prambanan dan Sewu disusun dengan pendekatan volumetrik.
Pengolahan sosok masif-volumetrik candi menggunakan pendekatan substraktif
dan aditif. Kesan volumetrik tersebut mendukung ekspresi kekokohan dan
kestabilan sebagai representasi konsep surgawi. Ekspresi volumetrik ini sangat
berkaitan dengan penggunaan teknologi dan material yang digunakan yakni batu.
Batu merupakan material yang masif, berat, dan berkesan volum (meskipun di
India, material batu dapat digunakan sebagai tiang-tiang).
Efek Perspektifis
Bagia:n kepala pada suatu candi memiliki ornamen-ornamen yang disusun
dengan perbandingan tertentu sehingga menimbulkan kesan perspektif. Pada
bagian kepala. elemen-lemennya disusun semakin ke atas semakin mengecil. Hal
ini merepresentasikan kesan menjauh, lalu menghilang sebagai gambaran dari
dunia dewa yang tinggi dan jauh. Sebaliknya dari atas ke bawah komposisi
demikian pada candi Hindu bisa dihubungkan dengan konsep menyebarnya atman
dari Brahman ke dunia. Kesan perspektif ini dapat ditampilkan dalam wujud sosok
tiga dimensi elemen maupun omamentasi.
Kesimetrisan
Keseimbangan berhubungan dengan kualitas gerakan mata ketika mata melihat
sebuah objek secara keseluruhan. Pada candi tersebut hal ini nampak jelas dan
didukung oleh adanya beberapa elemen yang menonjol pada bagian kanan, kiri,
dan tengah untuk menunjukkan kesimetrisan. Pengolahan ini merupakan
penerapan dari keseimbangan yaitu adanya kesimetrisan antara bagian kiri dan
kanannya. Hal ini memberikan kesan stabil pada bangunan.Keseimbangan yang
simetris juga nampak pada semua komposisi elemen estetikanya, seperti
omamentasi, elemen atap, dan sebagainya. Dapat dikatakan secara vertikal
bahwa bagian kiri merupakan cerminan dari bagian kanannya, demikian pula
sebaliknya. Komposisi keseimbangan dapat dilihat pada tiga titik (pada kepala
dengan elemen simbar, pada badan elemen pintu dan relung area, dan pada kaki
pada elemen tangga dan omamen bingkai) di semua bagiannya.
perulangan berupa bentuk mahkota ataupun elemen dalam sosok candi itu sendiri
baik
pada kepala, badan, kaki tersebut. Perulangan juga ditunjukkan oleh elemen
simbar, bingkai/ pengapit/pelipit pada bagian. peralihan bidang vertikal maupun
horisontal berupa : elemen garis (kolom semu-vertikal, pelipit-horisontal) yang
selalu membingkai bidang jendela semu dan relung-relung pada badan. Fenomena
demikian juga ditemukan pada kaki, serta bagian atap yang ditunjukk:an oleh
pengolahan dudukan elemen penghias kepala. Irama dan ritme serta perulangan
diciptakan pada pemberian elemen pelipit pada setiap bagian peralihan bidang.
Keteraturan pada pemberian elemen ini menyebabkan bangunan menjadi tidak
monoton.
tiga. Dua gapura pengapit yang kecil tidak dihubungkan dengan tangga. Tangga
naik dilengkapi dengan pipi tangga dengan hiasan ‘ukel’ (gelung) di pangkal dan
kepala raksasa di puncak pipi tangga. Dinding luar pipi tangga juga dihiasi dengan
pahatan bermotif bunga dan sulur-suluran.
Candi Batukapur
Sekitar 45 m dari gerbang pertama, ke arah timur laut, terdapat fondasi
berukuran 5×5 m2 yang dibangun dari batu kapur. Diperkirakan bahwa dinding
dan atap bangunan aslinya tidak terbuat dari batu, melainkan dari bahan lain yang
mudah rusak, seperti kayu dan sirap atau genteng biasa.
Candi PemBokoran
Candi pemBokoran berbentuk teras tanah berundak setinggi 3 m. Letaknya sekitar
37 m ke arah timur laut dari gerbang utama. Bangunan ini berdenah dasar bujur
sangkar dengan luas 26 m2. Teras kedua lebih sempit dari teras pertama, sehingga
membentuk selasar di sekeliling teras kedua. Permukaan teras atas atau teras
kedua merupakan pelataran rumput. Dinding kedua teras berundak tersebut
diperkuat dengan turap dari susunan batu kali. Di sisi barat terdapat tangga batu
yang dilengkapi dengan pipi tangga. Di tengah pelataran teras kedua terdapat
semacam sumur berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 4X4 m2 yang digunakan
sebagai tempat pemBokoran mayat.
Di sudut tenggara candi pemBokoran terdapat salah satu sumur tua yang konon
merupakan sumber air suci.
Paseban
Paseban merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti tempat untuk
menghadap raja (seba = menghadap). Bangunan ini terletak sekitar 45 m ke arah
selatan dari gapur. Paseban merupakan teras yang dibangun dari batu andesit
dengan tinggi 1,5 m, lebar 7 m dan panjang 38 m, membujur arah utara-selatan.
Tangga naik ke lantai paseban terletak di sisi barat. Di berbagai tempat di
permukaan lantai ditemukan 20 umpak fondasi tempat menancapkan tiang
bangunan) dan 4 alur yang diperkirakan bekas tempat berdirinya dinding
pembatas.
Pendapa
Sekitar 20 m dari paseban, arah selatan dari gapura, terdapat dinding batu
setinggi setinggi 3 m yang memagari sebuah lahan dengan ukuran panjang 40 m
dan lebar 30 m. Di sisi utara, barat dan selatan pagar tersebut terdapat jalan
masuk berupa gapura paduraksa (gapura beratap). Di beberapa tempat di bagian
luar dinding terdapat saluran pembuangan air, yang disebut jaladwara. Jaladwara
ditemukan juga di candi Banyuniba dan Borobudur. Dalam bahasa Jawa, pendapa
berarti ruang tamu atau hamparan lantai beratap yang umumnya terletak di
bagian depan rumah.
Di luar dinding pendapa, arah tenggara, terdapat sebuah teras batu yang masih
utuh. Di ujungnya terdapat 3 buah candi kecil yang digunakan sebagai tempat
pemujaan. Bangunan yang di tengah, yang berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua candi pengapitnya, adalah tempat untuk memuja Dewa Wisnu.
Kedua candi yang mengapitnya, masing-masing, merupakan tempat memuja
Syiwa dan Brahma.
Keputren
Keputren yang artinya tempat tinggal para putri letaknya di timur pendapa.
Lingkungan keputren terbagi dua oleh tembok batu yang memiliki sebuah pintu
penghubung. Dalam lingkungan pertama terdapat 3 buah kolam berbentuk
persegi. Dalam lingkungan yang bersebelahan dengan tempat ketiga kolam
persegi di atas berada, terdapat 8 kolam berbentuk bundar yang berjajar dalam 3
baris.
Gua
Di lereng bukit tempat kawasan Ratu Boko berada, terdapat dua buah gua, yang
disebut Gua Lanang dan Gua Wadon (gua lelaki dan perempuan). Gua Lanang
yang terletak di timur laut ‘paseban’ merupakan lorong persegi. Di dalam gua,
masing-masing di sisi kiri, kanan dan belakang, terdapat relung seperti bilik. Pada
dinding gua terdapat pahatan berbentuk semacam pigura persegi panjang.
Gua Wadon yang terletak sekitar 20 m ke arah tenggara dari ‘paseban’ lebih kecil
ukurannya dibandingkan dengan Gua Lanang. Di bagian belakang gua terdapat
relung seperti bilik.
sekitar 1000 buah. Panggung tersebut kini disebut dengan panggung Ramayana
Open Air Stage. Sesuai dengan namanya yakni Open Air Stage, panggung ini
dibuat dengan konsep area terbuka. Luas panggung terbuka berukuran sekitar
19x24 meter. Latar belakang panggungnya berupa Candi Prambanan. Yang
menarik dari panggung ini adalah dapat melihat tiga buah candi utama yang ada
di kompleks Candi Prambanan secara jelas. Ini disebabkan karena adanya sorotan
lampu yang mengarah ke badan candi, sehingga ketika pementasan berlangsung
candi ini terlihat sangat megah.
Kemegahan Candi Prambanan juga
didukung dengan konsep tata panggung
pertunjukan yang inovatif. Salah satunya
adalah pemanfaatan panggung yang
tidak hanya memusatkan pada satu
bagian saja. Tetapi dengan
memanfaatkan bagian panggung lain
yang keberadaannya mungkin kurang disadari oleh penonton jika pertunjukannya
belum dimulai. Seperti misalnya dengan memanfaatkan panggung bagian atas
yang digunakan untuk adegan Anoman Obong. Semula, jika pertunjukan belum
dimulai, penonton mungkin tidak sadar akan adanya panggung tersebut. Tetapi
ketika adegan tersebut muncul, panggung rupanya dimanfaatkan untuk
membakar dami atau padi kering yang berbentuk seperti rumah (diibaratkan
kerajaan Alengka) dengan menggunakan api yang benar-benar nyata.
Panggung Ramayana Open Air Stage hanya dapat digunakan pada saat musim
kemarau saja, atau sekitar bulan Mei sampai Oktober. Sementara untuk bulan
November sampai April, yakni pada saat musim penghujan, pementasan
Ramayana Ballet Prambanan diselenggarakan di panggung trimurti atau panggung
tertutup atau Ramayana Trimurti Indoor Theatre.
Panggung trimurti terletak di sebelah selatan panggung Ramayana Open Air Stage.
Model panggung ini berbentuk teater arena dengan ukuran sekitar 14x15 meter.
Jika dilihat dari ukuran panggungnya, panggung trimurti berukuran lebih kecil dari
panggung terbuka Ramayana Open Air Stage. Panggung ini bahkan hanya dapat
menampung sekitar 330 penonton.
Ukuran panggung trimurti lebih kecil, jumlah penari yang tampil pun akan lebih
sedikit. Hal ini tentunya berbeda dengan jumlah penari yang ditampilkan untuk
pementasan di panggung terbuka, yang melibatkan banyak penari. Sementara itu,
untuk adegan-adegan yang membutuhkan area terbuka, seperti adegan Anoman
Obong kemudian disiasati dengan menggunakan smoke dan permainan lighting,
serta tambahan properti api buatan.
Meskipun aura pertunjukan Ramayana Ballet Prambanan yang ditampilkan di
panggung tertutup berbeda dengan yang ditampilkan di panggung berbeda, Kn
tetapi ada sisi lain yang menarik yaitu dapat melihat penari dengan jarak yang
lebih dekat. Hal tersebut setidaknya bisa mengamati gerak dan ekspresi dari para
penari secara detail dengan lebih saksama dan dapat ikut hanyut dalam sajian
pertunjukannya.
Panggung lain yang juga digunakan sebagai tempat pertunjukan Ramayana Ballet
Prambanan adalah panggung kinara-kinari (Ramayana Kinara-Kinari Stage).
Panggung ini merupakan panggung yang paling baru diantara kedua panggung
lainnya. Pembangunannya pun baru dimulai sekitar tahun 2000-an. Panggung
kinara-kinari berukuran 20x13 meter. Panggung ini tidak memiliki tempat duduk
yang paten karena konsepnya sendiri adalah panggung di area restoran.
Panggung kinara-kinari merupakan panggung outdoor yang juga mengandalkan
Candi Prambanan sebagai latar belakang panggungnya. Yang berbeda dari
panggung ini dengan kedua panggung lainnya adalah fungsi panggungnya.
Panggung kinara-kinari hanya difungsikan untuk pementasan Ramayana Ballet
yang sudah dipesan oleh pihak tertentu secara khusus, sementara panggung
terbuka dan tertutup digunakan untuk pementasan secara regular (sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan dan perlu membayar tiket).
Meskipun begitu, tidak memungkiri bahwa panggung terbuka dan tertutup juga
digunakan untuk menggelar pertunjukan Ramayana Ballet secara khusus. Hanya
saja waktu pelaksanaan dan penggunaan panggung berbeda dengan jadwal
pentas yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen.
Pemilihan lokasi dan model panggung Ramayana Ballet Prambanan agaknya tidak
hanya berdasar pada faktor ketersediaan lahan kosong belaka, tetapi juga dengan
mempertimbangkan suasana yang nyaman bagi wisatawan. Seperti dengan
membangun panggung yang lokasinya strategis, yakni yang berada di area Candi
Prambanan. Berkaitan dengan adanya perbedaan musim yang ada di Indonesia,
panggung kemudian dibuat dalam dua jenis, yakni indoor dan outdoor.
Selanjutnya demi dapat menambah income negara, pihak manajemen
membangun panggung baru di area restoran.
5. OBSERVASI LAPANGAN
DAN PEREKAMAN DATA
5.1. OBSERVASI LAPANGAN
Observasi lapangan (field Research) dalam studi ekskursi ini dibagi berdasarkan 3
sub-tema yaitu
• Urban
• Lanskap
• Architecture
Masing-masing sub-tema tersebut memeliki prosedur dan variabel pengamatan
sendiri-sendiri seperti diuraikan berikut:
A) Materi Study Lapangan
MATERI PENEKANAN
No
PENGAMATAN PENGAMATAN
1 Arsitektur(Old & New)
Kulit bangunan ⎯ fasade
/2D/3D ⎯ Interior Ket :
⎯ detail Focus kajian ini dilakukan oleh smua
group. Dengan pembagian masing2
2 Lanskap/mikro/makro
group ada 4 kelompok kecil. Materi
Danau ⎯ hard material
pengamatn di bagi tiap kelompok
⎯ soft material
kecil
3 Urban/kawasan
⎯ street funiture
⎯ pedestrian
⎯ rg terbuka
B) Materi Pengamatan
NO. LINGKUP KAJIAN PENEKANAN DETAIL OBYEK AMATAN
AMATAN PENGAMATAN
01 URBAN Street Furniture ⎯ Denah layout
Lingkungan yang ⎯ Penerangan, publik kotak
meliputi : panggilan, seni instalasi
⎯ tata ruang luar ⎯ Pohon, zebracross, plazza, Mall,
⎯ fasilitas subway bawah
lingkungan tanah,skyway,bangku
KULIAH LAPANGAN ARSITEKTUR “ARSITEKTUR CANDI” 49
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR 2023
Arsitektur Candi
DATA FISIK :
Menginformasikan tentang bangunan, lingkungan perkarangan fisikal tentang
kontruksi, bangunan pola dan bentuk bangunan, interior bagunan dan
eksetriornya, kejelasan lebih lanjut akan diberikan contoh dengan kasus rumah
tinggal.
⎯ Fungsi bangunan saat ini .
Kegiatan apa saja yg berlangsung waktu pagi,siang, malam hari dan kegiatan
yang bersifat temporer maupun permanan
⎯ Dimensi bangunan
Berapakah demensi ruang , bangunan besarnya elemen-elemen bangunan
apakah setiap jenis banguaan terdapat atau perbedaaan
⎯ Organisasi ruang
Bagimana hubungan antar ruang, bagaimanan hubnungan anatara ruanag
dalam dan runag luar
⎯ Material bangunan
Bahan apa yg digunakan saaat ini untuk fondasi, rangka badan dan atap
⎯ System struktur
Dimensi samabungan ,sisitem sambungan, teknik pembuatan dan
pemasangan ,Jumlah kolom dan luas bangunan
⎯ Penghawaan dan pencahayaan
KULIAH LAPANGAN ARSITEKTUR “ARSITEKTUR CANDI” 51
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR 2023
Arsitektur Candi
skala manusia.
⎯ Lebih mengekspresikan aktifitas PKL mampu menyajikan
kualitas udara.
Pendukung Kegiatan Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-
(Activity Support ) kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota.
Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus
akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan
kegiatan-kegiatannya. Penciptaan kegiatan pendukung aktifitas
tidak hanya menyediakan jalan, pedestrian atau plaza, tetapi juga
harus mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-
elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas, misalnya: pusat
perbelanjaan, taman rekreasi, pusat perkantoran, perpustakaan dan
sebagainya.
Signage + Landmark Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk :
⎯ Menciptakan kesesuaian.Mengurangi dampak negatif visual.
⎯ Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta
persaingan dengan tanda lalu lintas atau tanda umum yang
penting.
⎯ Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter
pada fasade bangunan dan menghidupkan street space dan
memberikan informasi bisnis.
Bentuk dan Massa Bentuk dan massa bangunan tidak semata - mata ditentukan oleh
Bangunan (Building ketinggian atau besarnya bangunan, penampilan bentuk maupun
Form and Massing) konfigurasi dari massa bangunannya, akan tetapi ditentukan juga
oleh besaran selubung bangunan (building envelope), BCR (KDB)
dan FAR (KLB), ketinggian bangunan, sempadan bangunan, ragam
arsitektur, skala, material, warna dan sebagainya.
Daftar Pustaka
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210303153001-31-613235/sejarah-candi-borobudur-dan-
fakta-fakta-unik.
Balai Konservasi Borobudur. 2012. “160 Panel Relief Karmawibhangga.” In Adegan Dan Ajaran Hukum
Karma Pada Relief Karmawibhangga, edited by Isni Wahyuningsih and Winda Dyah Puspita Rini,
1st ed., 1–113. Magelang, Yogyakarta, Indonesia
Balai Konservasi Borobudur 2022 Evaluasi Dampak Pemanfatan Candi Borobudur Sebelum Dan Pasca
Pandemi : Journal Borobudur https://doi.org/10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v16i2.301
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/candi-mendut/
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi
https://history1978.wordpress.com/pengetahuan-candi/candi-di-jawa-tengah-dan-yogyakarta/
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Gedong_Songo
https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/28/110000279/candi-gedong-songo--sejarah-fungsi-dan-
kompleks-bangunan?page=all
http://www.merbabu.com/candi/candi_gedong_songo.php
https://www.merdeka.com/jateng/dibangun-di-lereng-gunung-ini-sisi-keunikan-candi-gedong-songo-
yang-eksotis.html
https://mytrip123.com/candi-gedong-songo/
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Pawon
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/candi-pawon/
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan#:~:text=Arsitektur%20candi%20Prambanan%20berped
oman%20kepada,merupakan%20ciri%20khas%20candi%20Hindu.
https://prambanan.slemankab.go.id/candi-ratu-boko/
https://borobudurpark.com/temple/ratu-boko/
https://ksmtour.com/informasi/tempat-wisata/yogyakarta/candi-ratu-boko-peninggalan-purbakala-di-
yogyakarta.html
Widowati, K. Melihat Panggung Pertunjukan Ramayana Ballet Prambanan,
https://www.coretanzone.id/2020/06/melihat-panggung-pertunjukan-ramayana-ballet-
prambanan.html
Aldriyanto Trimaryanto, Candi-Candi Bersejarah di Indonesia, Yogyakarta, Sentra Edukasi Media, 2019,
hlm. 2
Fakhruddin Mustofa, Atlas Budaya (Edisi Candi) Meneropong Candi dari Aspek Geospasial Tahun 2015,
Jakarta, Badan Informasi Geospasial, 2016, hlm. 2
T.M. Rita Istari, Ragam hias Candi-Candi diJawa Motif dan Maknanya, Yogyakarta, Kepel Press, 2015,
hlm. 2
Rahadhian PH, Candi Prambanan dan Candi Sewu dalam Perspektif Arsitektur, Diskusi dan Pameran di
Bentara Budaya Jakarta, 2010, hlm. 3
https://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/7965/Maklh_Rahadhian_Candi%20Pramba
nan%20dan%20Candi%20Sewu-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/candi-sewu-candi-dengan-sembilan-struktur/
https://saveprambanan.wordpress.com/about/
https://id.pinterest.com/pin/601160250245631676/
https://guruakuntansi.co.id/candi-sewu/
KULIAH LAPANGAN ARSITEKTUR “ARSITEKTUR CANDI” 58
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR 2023
Arsitektur Candi
LAMPIRAN
ROOM LIST HOTEL CAKRA KUSUMA DI YOGYAKARTA