Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PELESTARIAN BANGUNAN SUCI PENINGGALAN SEJARAH PADA


PURA SAMUAN TIGA UBUD DALAM PERSPEKTIF AGAMA

BIDANG KEGIATAN :
PKM-AI

Diusulkan oleh :

Etika Cahya Wulan 1862122041 Angkatan 2018


Ramadhani Estu Segara Aji 1862122044 Angkatan 2018
Ady Wisnu Ambara 1662122058 Angkatan 2016

UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2020

i
PENGESAHAN PKM-GAGASAN TERTULIS

1. JUDUL KEGIATAN : Pelestarian Bangunan Suci


Peninggalan Sejarah Pada Pura
Samuan Tiga Ubud Dalam
Perspektif Agama
2. BIDANG KEGIATAN : PKM-AI
3. Ketua Pelaksana Kegiatan :
a. Nama Lengkap : Etika Cahya Wulan
b. NIM : 1862122041
c. Jurusan : Arsitektur
d. Universitas : Universitas Warmadewa
e. Alamat Rumah : Jl. Pidada No.2 B
f. No Telepon/HP : 081999005324
g. Alamat E-mail : etikawulan15@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 3 (Tiga) Orang
5. Dosen Pendamping :
Nama Lengkap dan Gelar : Ni Putu Ratih Pradnyaswari Anasta
Putri, S.T., M.Sc
a. NIDN : 230700378
b. Alamat Rumah dan No HP : Jl. Ratna No. 18, Denpasar
082227995552

Denpasar, …… ……… 2020

Menyetujui
Ketua Program Studi Arsitektur Ketua Pelaksana Kegiatan

(I Nyoman Gede (Etika Cahya Wulan)


Maha Putra. S.T., M.Sc.) NIM : 1862122041
NIK: 198105192005012002

Wakil Rektor Bidang Kemahasiwaan Dosen Pendamping

(Dr. Ir. I Wayan Parwata,M.T) (Ni Putu Ratih Pradnyaswari


NIK: 230700204 Anasta Putri, S.T., M.Sc.)
NIK. 230700378

iii
PELESTARIAN BANGUNAN SUCI PENINGGALAN SEJARAH PADA
PURA SAMUAN TIGA UBUD DALAM PERSPEKTIF AGAMA
Etika Cahya Wulan1, Ramadhani Estu Segara Aji2,Ady Wisnu Ambara3
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa
Jl. Terompong No.24, Sumerta Kelod, Kota Denpasar, Bali, Indonesia
etikawulan15@gmail.com

ABSTRAK
Bangunan suci atau peninggalan sejarah pada pura sangat terkait erat di
masyarakat Bali, namun di era modern banyak terjadi masalah-masalah atau
pergeseran di dalamnya baik dari segi sosial atau agama ketika ada pembangunan
dan pelestariannya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang termasuk
ke dalam ruang lingkup penelitian deskriptif. Data diperoleh dengan
menggunakan metode wawancara, observasi, dan kajian pustaka untuk
mendukung kegiatan pengumpulan data. Dari penelitian ini diperoleh bahwa Pura
Samuan Tiga ini adalah aset yang sangat berharga dan bersejarah bagi umat Hindu
di Bali. Pura Samuan Tiga ini merupakan patokan akan tatanan kehidupan
masyarakat Bali sampai sekarang, disisi lain Pura Samuan Tiga ini merupakan
tempat bersejarah terbentuknya konsep Tri Kayangan dan Desa Pekraman, dengan
Dewa yang di puja yaitu Brahma, Wisnu, Siwa. Pura ini juga di kenal dengan
nama Pura Gunung Goali dan Pura Batan Bawah. Maka dari itu Pura Samuan
Tiga ini merupakan tempat bersejarah terbentuk sekuat sistem Desa Pekraman dan
Tri Kayangan yang menjadi patokan kehidupan desa-desa di Bali saat ini.

Kata Kunci : Pelestarian, Desa Pekraman dan Tri Kayangan, dan Sejarah

ABSTRACT
Sacred buildings or historical relics in temples are very closely related in
Balinese society, however in the modern era there are many problems or
shifts in them both from a social or religious perspective when there is
development and preservation. This research is a quantitative research
which falls into the scope of descriptive research. Data obtained by using
the method of interview, observation, and literature review to support
data collection activities. From this research, it is found that the Samuan
Tiga Temple is a very valuable and historic asset for Hindus in Bali. Pura
Samuan Tiga is a benchmark for the life order of Balinese people until
now, on the other hand, Pura Samuan Tiga is a historic place for the
formation of the concept of Tri Kayangan and Pekraman Village, with the
gods in worship, namely Brahma, Wisnu, Shiva. This temple is also known
as Pura Gunung Goali and Pura Batan Bawah. Therefore, Pura Samuan
Tiga is a historic place formed as strong as the Pekraman Village and Tri
Kayangan systems which are the benchmark of village life in Bali today.

Keywords: Conservation, Pekraman and Tri Kayangan Villages, and


History

iii
iv
PENDAHULUAN

Di era modern seperti sekarang ini, perubahan-perubahan di segala aspek


kehidupan terus berjalan. Di sektor pariwisata yang sangat di andalkan
masyarakat tidak sedikit yang langsung terkena dampaknya, ini berpengaruh
termasuk ke arsitektur lokal masyarakat dan pelestarian tempat yang menjadi
destinasi wisatawan.
Seperti diketahui, mayoritas penduduk Bali adalah beragama Hindu
dengan tempat ibadahnya adalah Pura, sehingga tidak mengherankan pulau
kecil yang menjadi destinasi wisata dunia ini dikenal juga dengan Pulau
Seribu Pura. Sehingga pura di Bali sangat menarik untuk dikunjungi
wisatawan baik dari segi sejarahnya, arsitekturnya, atau tampilan pura itu
sendiri. Di Bali sangat banyak pura-pura besar dan terkenal seperti Pura
Besakih, Batur, Uluwatu, Batu Karu, dan masih banyak lagi. Ada salah satu
pura yang menarik yaitu pura Samuan Tiga yang terletak di desa Bedulu,
Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
Pura Samuan Tiga ini memang memiliki latar belakang sejarah yang
sangat penting dan tatanan kehidupan masyarakat Bali sampai sekarang ini.
Pura Samuan Tiga merupakan peninggalan bersejarah masa lampau yang
mana sebelumnya dikenal sebagai Pura Gunung Goah dan bahkan ada yang
menyebutnya sebagai Pura Batu Bawah. Pura Samuan Tiga ini yang
merupakan cikal bakal, asal muasal ataupun sejarah awal terbentuknya Pura
Kahyangan Tiga dan Desa Pekraman di Bali. Di pura ini terjadi pertemuan
menyepakati bahwa dewa Tri Murthi adalah Dewa Utama yang mereka puja
yaitu Dewa Brahma sebagai pencipta yang beristana di Pura Desa, Dewa
Wisnu sebagai pemelihara yang beristana di Pura Puseh, dan Dewa Siwa
sebagai pelebur yang beristana di Pura Dalem. Maka dari itu pura ini
merupakan asset bersejarah dan berharga bagi masyarakat Bali. Tapi di era
sekarang anak muda Bali tidak banyak yang tau tentang ini, sangat
disayangkan dan bagi arsitek-arsitek muda sedikit yang tau tentang ini.
Permasalahan yang muncul di era sekarang karena arus modernisasi yang
begitu dasyat, sangat minim niat masyarakat akan bangunan bersejarah untuk
pelestariannya, begitu juga generasi muda hanya segelintir yang tertarik
dengan hal-hal seperti ini, cenderung generasi muda tertarik ke tempat-tempat
mewah dan glamor. Bahkan bagi dunia arsitektur atau dunia pembangunan
tidak sedikit arsitektur muda demi mengejar tampilan bagus dan uang dari
sebuah proyek konservasi jarang memikirkan hal-hal penting atau sejarah
yang harus dijaga tersebut, banyak pergeseran yang terjadi di lapangan. Teori
atau acuan yang digunakan dalam penulisan penelitian ini asalah penelitian
yang telah dilakukan dahulu oleh Ni Ketut Menderi yang dibuat pada tahun
2017 terkait penggubaan Pura Samuan Tiga sebagai tempat aktivitas
Pendidikan Agama Hindu. Maka dari itu diharapkan generasi muda dan
penerus dunia arsitektur dapat turut melestarikan Pura Samuan Tiga dan dapat
terus mengembangkan dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Selain
melestarikannya dari segi arsitektur dan eksistensinya, adanya pemanfaatan
Pura Samuan Tiga juga sekaligus menjadi wadah menimba ilmu bagi generasi
muda. Penelitian ini juga diangkat demi kepentingan pembaca dan masyarakat
Bali sendiri.

1
TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan permasalahan


yang ada adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji nilai sejarah pada Pura Samuan Tiga Ubud
2. Mengkaji peranan Pura Samuan Tiga dalam perkembangan budaya
dan agama hindu di Bali
3. Mempertegas arsitek muda dalam semua perancangan bangunan suci
yang bersifat konservasi maupun tidak harus mempertimbangkan
aspek sejarah khususnya di Pura Samuan Tiga

METODE

Dalam upaya mencapai tujuan penelitian dan menjawab masalah yang


telah diidentifikasi pada awal penelitian, maka metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian untuk
mengetahui suatu masalah sosial atau kemanusiaan, berdasarkan atas usaha
untuk membangun suatu gambaran yang kompleks dan menyeluruh, dibentuk
dengan kata-kata atau deskripsi, dengan memuat pandangan-pandangan rinci
dari pemberi informasi. Pelaksanaannya dilakukan dalam setting yang alamiah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Pura Samuan Tiga

Gambar 1. Pura Samuan Tiga

Dulu pura di Bali disebut Kahyangan, namun perkembangan sejarah


telah merubah Kahyangan menjadi pura. Kata pura tidak terlalu dikenal di
India karena Pura disebut Mandira, Devagrha dan Candi. Kata pura dalam
bahasa Jawa berarti: rumah raja kuno atau pejabat senior pemerintah, seperti
Mandakaripura, Pura Paku Alam, dan lain-lain.
Dari data teks terkait sejarah Bali kuno ditemukan bahwa dulunya
pernah diadakan suatu pertemuan yang melibatkan beberapa tokoh penting di

2
Bali. Pertemuan tersebut terjadi pada masa pemerintahan raja Udayana
Warmadewa dengan istrinya Gunapriyadharmapatni pada masa pemerintahan
sekitar tahun 989 – 1011 Masehi. Pada masa itu, kehidupan keagamaan
masyarakat hindu Bali bersifat sektarian. Ada 9 sekte pemujaan yang di mana
masing-masing sekte itu memuja dewa-dewi yang berbeda-beda yang mereka
yakini sebagai istadewata (Dewa utama) dengan symbol pemujaannya masing-
masing. Sekte-sekte tersebut adalah Pasupata, Bhairawa, Siwa Sidhanta,
Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya. Pola keagaaman
sektarian ini memicu munculnya kekhawatiran akan adanya perselisihan sosial
dalam hal keagamaan. Pada saat itulah Gunapriyadharmapatni mengangkat
Empu Kuturan sebagai patih senapati dan sebagai Ketua Majelis Pakira-kiran I
jro Makabehan. Melalui posisi yang dijabatnya pada saat itu, Empu Kuturan
pun mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh penting tersebut untuk
melakukan musyawarah. Pertemuan tersebut diadakan di Pura Penataran
Kerajaan. Musyawarah tersebut bertujuan untuk menyatukan pandangan ke-9
sekte tersebut terkait konsep keagamaan untuk menghindari terjadinya
perselisihan. Pada akhirnya musyawarah tersebut mampu menyatukan sekte-
sekte di Bali dan menghasilkan kesepakatan untuk melakukan penerapan
konsepsi Tri Murti yaitu kesatuan tiga manisfestasi Tuhan (Dewa Brahma,
Dewa Wisnu dan Dewa Siwa) dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Sejak saat itu, pembangunan pura didasarkan pada proyeksi konsep
Trimurti dalam wujud khayangan tiga, di setiap desa Pakraman, yaitu Pura
Desa atau Bale Agung di tengah desa, sebagai tempat pemujaan Dewa Brahma,
di Pura Puseh hulu desa sebagai tempat pemujaan Dewa Wisnu dan Pura
Dalem didirikan sebagai tempat untuk memuliakan Siva. Empu Kuturan juga
membangun Sad Khayangan dan Jagat Khayangan lainnya.
Dangghyang Niratha datang ke Bali pada 1489 M pada masa
pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel, dan dia mengembangkan
konsep pemujaan Siva Sidantha. Ia banyak membangun Pura Khayangan Jagat
di Bali. Perjalanan sakralnya atau Dharmayatra di Bali, Lombok dan Sumbawa
meninggalkan banyak kenangan sejarah Hindu di Bali dan Lombok dalam
bentuk Pura.
Menurut Soebandi (1983: 67) Ia meyakini bahwa Samuan Tiga berasal
dari dua kata, yakni Samuan yang artinya sangkep atau pertemuan dan Tiga
adalah salah satu bilangan. Oleh karena itu, Samuan Tiga berarti pertemuan
segitiga atau pertemuan di mana tiga unsur (kelompok) berpartisipasi dalam
pertemuan tersebut. Hingga saat ini tradisi tersebut masih berkembang, yang
dapat dijadikan petunjuk bahwa Bedulu saat ini merupakan hasil
perkembangan tradisi ritual keagamaan Pura Jro Agung Bedulu di zaman
Badulu kuno. Pura Samuan Tiga ini terletak di daerah Bedulu di Kecamatan
Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Lokasi pura bersejarah ini sangat dekat dengan
Pura Goa Gajah yang merupakan objek wisata terkenal di Ubud.

Bagian-bagian bangunan suci di Pura Samuan Tiga

Tempat pemujaan bagi keluarga, warga desa, profesi atau umum


meliputi beberapa bangunan utama, bangunan pelengkap dan bangunan
penyempurna. Bangunan utamanya adalah bangunan pelinggih, digunakan

3
untuk tempat menstanakan Tuhan dalam berbagai Apek-Nya yang dipuja.
Bangunan penyempurna adalah bangunan tambahan untuk menyempurnakan
seperti Candi Bentar, Kori Agung, Wantilan, dan lain-lain. Bangunan utama
berupa pelinggih yang meliputi:

a. Padma
Bentuk bangunan padma meliputi bagian kaki yang disebut tepas, badan atau
batur, dan bagian kepala disebut sari, yang berbentuk seperti kursi atau
singgasana, tanpa atap. Bentuknya lengkap dan sederhana, antara lain:
Padmasana, Padmasari dan Padmamacapah. Fungsi utama Padmasana adalah
tempat pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Fungsi utama Padmasana
pelinggih dilengkapi dengan bedawangnala, yaitu kura-kura besar yang melilit
kaki pelinggih, dengan dua atau satu ular naga terjerat. Bagian belakangnya
berisi garuda dan angsa dalam posisi terbang.

b. Meru
Meru adalah sejenis atap bertingkat yang disebut tumpeng. Tumpengnya
semakin mengecil ke atas, jumlahnya ganjil, dan komponennya antara lain
kepala, badan dan bebaturan sebagai pondasi. Fungsi Meru dalam beberapa
hal adalah sebagai tempat pemujaan dewa dan leluhur. Jenis Meru berdasarkan
tumpangnya adalah Meru Tumpang 3, 5, 7, 9 dan 11.

c. Tugu
Bentuk bangunan bidang persegi dengan luas alas kurang lebih 0,06 x 0,60 m
dan tinggi kurang lebih 2,00 m, terdiri atas kaki, badan, kepala atau tepas
batur tenggek. Mulai dari bawah mengecil kearah atas dengan hiasan-hiasan
yang serasi. Bagian kepala bidang-bidang perangan membentuk ruang tempat
sesajen. Bahan bangunan biasanya batu alam, yang banyak dipakai batu padas,
batu karang laut, batu bata atau jenis-jenis batu sejenis atau campuran lainnya.
Konstruksinya seluruh bagian dari karangan rapi dengan perekat alus. Bentuk
hiasan ukiran, pepalihan atau lelengisan. Fungsi bangunan untuk pelinggih
atau menstanakan Tuhan dalam aspeknya sebagai Bhuta-kala dan roh halus.
Letak bangunan lainnya di bagian depan atau di depan teben kelod atau kauh.
Di pekarangan ditempatkan di depan pintu pekarangan rumah atau perhyangan
untuk apit lawang. Ditempatkan di sudut pekarangan kaja kauh atau sudut
lainnya untuk penunggu karang. Ditempatkan di pekarangan perhyangan
untuk pelinggih Sedahan Ngelurah. Di tempat angker untuk pelinggih Banas
atau Banas Pati Raja.

d. Gedong
Bentuknya hampir sama dengan monumen, hanya bagian kepalanya yang
terbuat dari kayu, dan atapnya dari alang-alang, ijuk atau bahan penutup atap
lainnya yang sesuai dengan bentuk dan fungsinya. Bagian badan dan kaku
atau batur dan tepas, pasangan batu halus rapi tanpa atau sedikit perekat siar-
siar pasangan. Ikatan konstruksi pada bagian dalamnya. Denah bujur sangkar
dengan ukuran sisi-sisi daras sekitar 1 m, tinggi bangunan sekitar 3 m.
Dimansi tradisional kelipatan amusti untuk tinggi pasangan batu bebaturan
dan rai untuk konstruksi kayu rangka di bagian kepala. Perbandingan bagian-

4
bagian merupakan kelipatan ukuran dasar amusti atau rai masing-masing
dengan pengurip. Fungsi bangunan gedong ada berbagai macam sesuai dengan
tempatnya di pemerajan, di pura, di khyangan atau tempat-tempat tertentu.
Tata letak gedong, bentuk konstruksi atap dan ketentuan-ketentuan lain
menentukan atau tidak sesuai dengan fungsi gedong atau yang dipuja pada
gedong tersebut. Pemakaian bahan, penyelesaian konstruksi dan hiasannya
sesuai dengan dua ruangan atau gedung kembar. Gedong dengan tiga ruang
atau rong telu untuk kemulan di sanggah atau pemerajan. Gedong dengan atap
bertumpang disebut gedong sari untuk tempat-tempat pemujaan persinggahan
atau pemujaan yang dipuja di khyangan jagat dari suatu puja tertentu.

Struktur Pura Samuan Tiga

Disetiap mandala terdapat bangunan-bangunan lainnya kecuali pada


Mandala jaba sisi yang hanya ada bangunan untuk pemedek. Bangunan-
bangunan yang ada disetiap mandala Pura Samuan Tiga, antara lain:
1. Mandala Jaba Sisi
Mandala Jaba Sisi adalah ruang terbuka.
2. Mandala Penataran Agung
Untuk menemukan mandala ini sebelumnya melewati candi bentar dan tangga
dari arah selatan Pura. Bangunan- bangunan yang terdapat di mandala
Penataran Agung ini, antara lain: Bale Gong, terletak di sisi kiri utara Candi
Bentar, Palinggih Ratu Sedahan Pengaksia atau Peneleng di utara Bale Gong,
Bale Dana Punia (tempat umat ngaturang punia) Bale Panjang untuk Sekaa
Kidung dan Pemedek, Bale Pamiyosan yaitu tempat pemujaan oleh pendeta,
Palinggih Tirta Lanang, Bale Angklung, Bale Pasimpenan Sekar, Bale
Panggungan atau Bale Pegat, Bale Paselang untuk upacara tedun ke Paselang,
Palinggih Lima, Palinggih Ulun Danu, Meru Tumpang Pitu, Palinggih Rambut
Sedana atau Lumbung, Meru Tumpang Tiga, Palinggih Segara, Panggungan,
Bale Agung, Palinggih Ratu Tirta Empul, Pengaruman Ratu Telangu (linggih
Ratu Manca Yangioni), Pengaruman Ratu Gunung Agung (linggih Ratu
Gunung Agung), Pengaruman Ageng yaitu Pesamuan Ida Bhatara Sami (Ratu
Samuan Tiga, Penataran Sasih, dan Ratu Mancasari), Palinggih Ratu Manca
Tiga (Sempidi, Penasan, Segunung), dan Palinggih Ratu Sedana Babah.
3. Mandala Duwur Delod
Letak mandala ini berada disebelah selatan Mandala Penataran Agung.
Bangunan-bangunan mandala Duwur Delod, antara lain: Palinggih Ratu Batur
Sari, Palinggih Ratu Bintang, Palinggih Ratu Agung Sakti, dua bangunan itu
yaitu Bale Penangkilan dan Palinggih Ratu Geda Bukit Jambul (bebaturan),
Palinggih Ratu Mayun dan Ratu Alit, Palinggih Ratu Sedahan Atma, Ratu
Pande, Ratu Pasek, dan Panggungan.
4. Mandala Beten Kangin
Pada mandala ini terdapat bangunan, antara lain: Palinggih Sedahan Cora atau
Curiga, Palinggih Ratu Lingsir/ Kompyang, Palinggih Ratu Agung Panji, dan
Penggungan.
5. Mandala Beten Manggis

5
Pada sisi utara Mandala Penataran Agung terdapat mandala Beten Manggis.
Bangunan-bangunan yang ada di mandala Beten Manggis ini, antara lain:
yaitu Bale Pelik di depan Kori Agung kedua, Palinggih Sedahan Pamiakala,
Palinggih Nglurah Agung, Palinggih Sedahan Kulkul, Penggungan, dan Bale
Panitya.
6. Mandala Sumanggen
Pada sisi utara mandala Beten Manggis ini terdapat Mandala Sumanggen
dengan bangunan-bangunan sebagai berikut: Bale Kulkul, Bale Penyanggra,
Bale Piyase Sumanggen, dan Bale Pasimpenan Sarwa Mule.
7. Mandala Jeroan
Mandala ini merupakan natar yang terletak di sisi paling utara kawasan Pura
Samuan Tiga atau di sebelah utara mandala Sumanggen. Bangunan-bangunan
yang ada di Mandala Jeroan, antara lain: Bale Angklung, Pasimpenan Bhatara
Sami, Bale Pasimpenan Ratu Agung.

Budaya adat dan tradisi di Pura Samuan Tiga

Budaya-budaya adat dan tradisi yang ada di Pura Samuan Tiga adalah
sebagai berikut :
1. Tradisi Siat Sampian
Siat artinya perang, dan sampian artinya rangkaian janur sebagai
sarana sembahyang, maka dalam tradisi ini perang ini menggunakan
sampian artinya warga laki-laki dan perempuan, melalui proses
pawintenan, rangkaian pujawali Siat Sampian di Pura Samuan Tiga.
Bagian tengah dipegang oleh Pengayah (peserta) Jro Parekan jantan dan
Pengayah betina bernama Jro Permas.Selain untuk menghormati persatuan
aliran-aliran di Bali, sampian ini juga digunakan sebagai lambang senjata
cakra Dewa Wisnu yang artinya untuk perlawanan dharma (kebajikan) atas
adharma (kejahatan).Makna dari siat sampian ini adalah
memvisualisasikan pergulatan antara kekuatan jahat dan kekuatan baik
yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, bahkan itu berkaitan erat
dengan diri sendiri Yang akhirnya dimenangkan oleh kekuatan baik.
Sampian berbentuk cakra merupakan senjata Dewa Wisnu yang dulu
pernah melawan kejahatan dan membutuhkan kesehatan fisik dan mental.
Siat Sampian juga berarti merayakan persatuan sekte agama di Bali.
2. Ngober Nyambung
Ini dilakukan dengan mengikat syal putih ke permas di masing-
masing pinggang, lalu menerbangkan syal untuk menghubungkan ke baris
berikutnya. Kemudian menyusul dengan meombak-ombakan. Para
parekans ini berpegangan dan mengelilingi halaman pura sebanyak tiga
kali di halaman pura dengan diiringi teriakan layaknya orang-orang
kesurupan di antara masyarakat.Parekan ini berusaha menjaga bangunan
suci yang ada di area pura dengan diiringi tetabuhan, dan pada puncaknya
para parekan saling melempar. dan pukul menggunakan sampian.
3. Upacara Nampyog
4. Mabuak-guakan

6
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah terkumpul terkait dengan
pelestarian bangunan suci Pura Samuan Tiga Ubud yang memiliki nilai bersejarah
bagi masyarakat hindu Bali, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kehidupan keagamaan di Bali awalnya bersifat sektarian kemudian
diadakan musyawarah oleh Empu Kuturan dengan melibatkan tokoh-tokoh
penting di Bali untuk menyatukan pandangan ke-9 sekte yang akhirnya
menyepakati konsep keagamaan Tri Murti.
2. Bangunan Utama pada Pura Samuan Tiga Ubud ini terdiri dari Padma,
Meru, Tugu dan Gedong. Adapun bangunan tambahan sebagai
penyempurna seperti Candi Bentar, Kori Agung, Wantilan, dan lain-lain.
3. Disetiap mandala terdapat bangunan-bangunan lainnya kecuali pada
Mandala jaba sisi yang hanya ada bangunan untuk pemedek. Bangunan-
bangunan yang ada disetiap mandala Pura Samuan Tiga, antara lain:
Mandala Jaba Sisi, Mandala Penataran Agung, Mandala Duwur Delod,
Mandala Beten Kangin dan Mandala Beten Manggis.
5. Pura Samuan Tiga memiliki beberapa budaya adat dan tradisi turun
temurun yang masih ada hingga saat ini di antaranya : Tradisi Siat
Sampian, Ngober Nyambung, Upacara Nampyog dan mabuak-guakan.

DAFTAR PUSTAKA

Menderi, Ni Ketut. 2017. Pura Samuan Tiga Sebagai Tempat Aktivitas


Pendidikan Agama Hindu. Bali : Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gianyar.

Wirta, I Wayan. 2020. Pura Samuan Tiga : Perspektif Media Komunikasi


Hindu. Fakultas Dharma Duta, Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

7
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota, Biodata Dosen Pembimbing

Biodata Ketua

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Etika Cahya Wulan


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Arsitektur
4 NIM 1862122041
5 Tempat dan Tanggal Lahir Banyuwangi, 15 Februari 2000
6 Alamat E-mail etikawulan15@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 081999005324

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat
1
2
3

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Tahun
Penghargaan
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat di pertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak sesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Program Kreatifitas Mahasiswa – Artikel Ilmiah
dengan judul Pelestarian Bangunan Suci Peninggalan Sejarah Pada Pura Samuan
Tiga Ubud Dalam Perspektif Agama.

Denpasar, …-…-……
Ketua

(Etika Cahya Wulan)


NIM : 1862122041

8
Biodata Anggota 1

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Ramadhani Estu Segara Aji


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Arsitektur
4 NIM 1862122044
5 Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 14 Desember 1999
6 Alamat E-mail dystiramadhani@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085954125156

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat
1
2
3

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Tahun
Penghargaan
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat di pertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak sesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Program Kreatifitas Mahasiswa – Artikel Ilmiah
dengan judul Pelestarian Bangunan Suci Peninggalan Sejarah Pada Pura Samuan
Tiga Ubud Dalam Perspektif Agama.

Denpasar, …-…-……
Anggota 1

(Ramadhani Estu Segara Aji)


NIM : 1862122044

9
Biodata Anggota 2

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Ady Wisnu Ambara


2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Arsitektur
4 NIM 1662122058
5 Tempat dan Tanggal Lahir Penarungan, 4 Desember 1993
6 Alamat E-mail wisnuambaraa@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 0881037660215

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat
1
2
3

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Tahun
Penghargaan
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat di pertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak sesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Program Kreatifitas Mahasiswa – Artikel Ilmiah
dengan judul Pelestarian Bangunan Suci Peninggalan Sejarah Pada Pura Samuan
Tiga Ubud Dalam Perspektif Agama.

Denpasar, …-…-……
Anggota 2

(Ady Wisnu Ambara)


NIM : 1662122058

10

Anda mungkin juga menyukai