DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena atas karunia dan rahmat-nya, kegiatan p5
yang bertema "KEARIFAN LOKAL" dapat terlaksana dengan baik. Setelah melalui proses yang
membutuhkan pemikiran, kekompakan dan kerjasama dari semua pihak dan dalam waktu yang cukup
singkat akhirnya kegiatan kunjungan ini dapat terlaksana sebagai bentuk unjuk kerja sekaligus sebagai bukti
kesungguhan dan keseriusan kami dalam belajar terutama dalam penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila.
Dengan adanya projek ini memberikan ruang bagi seluruh anggota satuan pendidikan untuk dapat
mempraktikkan profil pelajar pancasila. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memiliki manfaat yang
berbeda-beda bagi setiap pihak. Manfaat yang kami rasakan antara lain yakni memberi ruang dan waktu
untuk peserta didik mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter dan profil pelajar pancasila,
serta merencanakan proses pembelajaran projek profil dengan tujuan akhir yang jelas.
Proses kreatif ini membutuhkan kerjasama, kesadaran dan rasa tanggung jawab yang baik. Di tema
yang ke-3 ini yaitu “KEARIFAN LOKAL” mengenai sejarah Masjid Agung Nur Sulaiman ini tidak dapat
terwujud tanpa adanya dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan
hati kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Nastiti Rahayu, M.Pd. selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Baturraden
2. Ibu Wiwiek Widiyanti, S.Pd,.M.Pd. selaku waka kurikulum SMA Negeri 1 Baturraden
3. Ibu Dewi Rorowulan, S.Pd. selaku wali kelas X-5
4. Ibu Titiek Nurhajati, S.Pd. selaku guru pembimbing kelas X-5 serta
5. Teman-teman kelompok 4 yang telah bekerja sama dengan baik.
Kami mohon maaf apabila dalam pelaksanaan kunjungan ini, terdapat banyak kekurangan
karena kami masih dalam taraf belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran dari guru dan teman-teman
yang bersifat membangun, selalu kami harapkan guna bekal kami untuk masa yang akan datang.
Kata Pengantar……………………………………………………………………2
Daftar Isi………………………………………………………………………….3
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………..4
A. Latar Belakang……………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………...5
C. Tujuan…………………………………………………………………….6
Bab II Pembahasan………………………………………………………………..7
A. Pengertian………………………….……………………………………...7
B. Sejarah…………………………………………………………………….8
A. Kesimpulan……………………………………………………………….15
B. Saran……………………………………………………………………...15
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….16
Dokumentasi Kegiatan…………………………………………………………...17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era 4.0 ini, penting bagi kami sebagai siswa untuk memahami dan
menghargai nilai-nilai kearifan lokal. Salah satu cara untuk mencapai hal ini
adalah melalui penguatan profil pelajar Pancasila. Dalam hal ini, kita akan
menjelajahi latar belakang dari proyek penguatan profil pelajar Pancasila dan
bagaimana hal ini dapat membantu membangun kearifan lokal di kalangan
siswa.
Latar belakang dari proyek ini berasal dari kebutuhan untuk memperkuat
identitas nasional dan membangun kearifan lokal di kalangan siswa. Dalam
era globalisasi ini, siswa sering kali terpapar oleh budaya asing dan nilai-nilai
yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, penting bagi
siswa untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai Pancasila agar
dapat tetap teguh pada identitas dan kearifan lokal di Indonesia.
Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas adalah salah satu masjid terbesar
dan terpenting di wilayah Banyumas. Masjid ini memiliki peran yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat setempat.
Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga berperan dalam memperkuat
hubungan antarwarga di masyarakat. Setiap hari, masjid ini menjadi tempat
berkumpulnya umat Muslim dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi.
Di sini, mereka dapat saling bertemu, berinteraksi, dan saling mengenal satu
sama lain. Hal ini membantu memperkuat rasa persaudaraan dan solidaritas
di antara umat Muslim di Banyumas. Selain itu, masjid ini juga menjadi
tempat untuk mengadakan berbagai kegiatan sosial seperti bakti sosial,
penggalangan dana, dan kegiatan amal lainnya. Melalui kegiatan-kegiatan ini,
masjid ini berperan dalam membantu masyarakat yang membutuhkan dan
memperkuat ikatan sosial di antara warga Banyumas.
C. TUJUAN KEGIATAN
Dalam proses penelitian ini, kami akan belajar tentang metode penelitian
sejarah, seperti pengumpulan data, analisis sumber, dan interpretasi hasil
penelitian. Kami juga akan diajak untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam
menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan. Selain
itu, penelitian ini juga akan melibatkan komunitas lokal dan tokoh masyarakat
setempat. Hal ini bertujuan untuk memperkuat keterlibatan siswa dalam
kegiatan kearifan lokal dan membangun hubungan yang lebih baik antara
sekolah dan masyarakat sekitar.
Dalam penelitian sejarah masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas,
diharapkan kami dapat belajar untuk mengembangkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang nilai-nilai Pancasila dan kearifan lokal. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi siswa lainnya
untuk melakukan penelitian sejarah tentang tempat-tempat bersejarah lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Masjid Agung Nur Sulaiman atau yang kerap disebut Masjid Agung
Banyumas yang letaknya berada di sebelah barat Alun-Alun Kabupaten
Banyumas, merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Jawa. Menurut Babad
Banyumas oleh Oemarmadi dan Poerbosewojo, masjid ini didirikan setelah
Balai Si Panji (pendopo Kabupaten Banyumas) dibangun pada 1743. Banyak
penutur sejarah yang menyebut masjid ini dibangun pada tahun 1755 di akhir
masa pemerintahan Raden Tumenggung Yudanegara II yang mendirikan
pendopo Si Panji.
B. SEJARAH
Masjid Agung Nur Sulaiman memiliki nilai historis yang cukup panjang
dan beranekaragam. Sejak masjid ini berdiri ciri khasnya tidak ada yang
berubah. Menurut kesaksian tokoh setempat Masjid Agung Banyumas
dibangun sekitar tahun 1765, hingga saat ini sudah berumur 260 tahun lebih.
Pada zaman itu, Banyumas ada dua era yang saling beririsan yg
menunjukkan sejarah Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas, yakni masa
kerajaan (Mataram Islam) dimana pada saat itu berpusat di Yogyakarta dan
Surakarta. Wilayah Banyumas ikut ketatanegaraan Surakarta. Selain itu, era
penjajahan Eropa juga berpengaruh terhadap sejarah masjid ini.
Bangunan Masjid Agung Banyumas awalnya arsitektur bangunan atapnya
menggunakan anyaman daun tebu dan ubinnya masih terbuat dari semen.
Masjid Agung Banyumas tetap berdiri kokoh hingga masa pemerintahan
Kolonial Belanda. Bencana banjir menyerang wilayah Banyumas sehingga
dulu Masjid Agung Banyumas dan Balai Si Panji digunakan sebagai tempat
penggungsian, selain itu akibat bencana banjir ini menimbulkan kerusakan
yang parah di Kabupaten Banyumas. Masjid Agung Banyumas kemudian
dibangun kembali atau dipugar pada tahun 1899, hal ini didukung dengan
temuan pada kayu penggantung bedug terdapat hurus prasasti arab yang
tertulis angka 1312 H, hal ini menurut sejarawan diperkirakan menunjukan
tahun 1890. Selain itu pemugaran juga pernah dilakukan sebelumnya, hal ini
terlihat dari temuan tulisan angka 1889 pada sisi barat gapura dan tulisan yang
berbunyi pemugaran I 1889 dan ke II 1980 pada tempat wudhu perempuan.
Pada tahun 1992 Masjid Agung Banyumas berganti nama menjadi Masjid
Agung Nur Sulaiman Banyumas. Nama Nur berasal dari nama arsitek
pembangun masjid yaitu Nurdaiman. Ia merupakan Demang Gumelem
sekaligus penghulu masjid. Ia tak hanya mengarsiteki bangunan masjid
dibanyumas jasa tetapi juga tempat lain. Salah satunya Masjid Agung
Darussalam di Kabupaten Cilacap. Sedangkan nama Sulaiman diambil dari
penyiar agama yang berdakwah di Masjid Agung, yaitu Ki Sulaiman.
12. Pohon Kecik (Sawo) yang dulu adalah kode sandi perjuangan
pangeran Diponegoro melawan Belanda pada tahun 1825-1830.
Pohon tersebut menunjukkan pesan dari pangeran Diponegoro untuk
pengikutnya menanam pohon sawo sebagai tanda daerah
persinggahan atau perlawanan terhadap Belanda. Maka dari itu
dipercayai bahwa bapak kyai Sulaiman pengikut pangeran
Diponegoro pada saat itu. Pohon sawo di tanam lurus dan rapi di
sekitar masjid yang melambangkan shaf shalat jamaah muslim.
Selain itu, bangunan masjid juga memiliki arsitektur dengan jendela
lebar, besar, dan tinggi yang menjadi ciri khas seperti bangunan Eropa.
Masjid ini memiliki ciri khusus karena masjid ini dibangun pada masa kolonial.
Bisa dilihat dari arsitekur bangunannya yang didalamnya terdapat akulturasi budaya
antara arsitektur tradisional Jawa dan Eropa. Ciri khas dari Eropa sendiri yaitu
temboknya tebal dan bangunan dikelilingi oleh pagar keliling juga lantainya tinggi
sedangkan untuk ciri khas dari tradisional Jawa bisa dilihat dari atapnya yang
berbentuk limas yang terbuat dari kayu. Karena ini bangunan tua dan bangunan kayu
maka memiliki banyak perubahan atau perbaikan, yaitu pada tahun 1889 salah
satunya mengganti atap sebelumnya terbuat dari anyaman daun tebu kemudian
diganti oleh seng gelombang. Lalu pada tahun 1929 lantai masjid yang semula
berupa semen telah diganti menjadi tegel hingga saat ini.
Untuk tempat wudhu wanita berada di sebelah kiri masjid sementara untuk pria
berada di kanan masjid dimana masing-masing terdapat sebuah sumur yang sudah
termasuk dalam cagar budaya. Sumur peninggalan ini tidak boleh ditutup dan
dibongkar, karena mempunyai alasan tersendiri dan termasuk dalam cagar budaya.
Saat memasuki area halaman masjid, terdapat pohon-pohon yang cukup besar
tampak begitu indah. Pepohonan di latar masjid ini termasuk peninggalan, salah
satunya pohon pisang kipas yang berada di halaman sebelah selatan yang bisa
digunakan untuk obat-obatan. Menurut ceritanya pohon ini tumbuh sendiri yang
sudah berusia puluhan tahun sehingga daunnya lebat seperti kipas.
Di Masjid Agung Nur Sulaiman bukan hanya warga sekitar yang mengunjungi,
namun banyak juga pengunjung dari daerah lain atau musafir. Masjid ini juga
menampung kegiatan dari berbagai aliran, misalnya dalam kegiatan amaliyah bulan
Ramadhan dalam memperingati hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Disini
mengadakan salat Ied dan penyembelihan hewan qurban, yang mana masjid ini juga
seperti masjid biasa yang mengadakan takbiran. Untuk hewan Qurban yaitu biasanya
dari warga, dan masjid ini hanya mengelolanya. Termasuk dalam amaliyah bulan
Ramadhan yaitu mengadakan kegiatan pada umumnya misalnya tadarus Al-Qur’an,
dan lain sebagainya. Disini juga mengadakan pengajian slapanan yang di adakan
bisa sampai sebulan lebih. Dalam melaksanakan kegiatan di masjid ini, terdapat
prosedur jadwalnya tersendiri agar tidak bentrokan.
Bagian depan pintu masjid ini terdapat majalah dinding untuk memasang
berbagai arsip kegiatan yang telah dilaksanakan di masjid ini. Kita dapat melihat-
lihat berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan di dalam majalah dinding ini dalam
berupa foto.
Selain itu, di Masjid Agung Nur Sulaiman ini terdapat Depot Air Siap Minum untuk
para pengunjung jamaah Masjid Agung Nur Sulaiman, tidak hanya itu juga
menyediakan minuman hangat seperti wedang jahe dan the hangat.
Masjid ini disebut sebagai ‘living monumen’ atau monumen hidup yang diartikan
sebagai benda (monumen) tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
masyarakat kontemporer selaku pendukung budaya tersebut dan masih difungsikan
dalam sistem kehidupan sosio-kultural tertentu dari zaman ke zaman.
Potret perkembangan Masjid Agung Nur Sulaiman
Masjid cagar budaya ini masih menjaga bentuk dan ornamen aslinya yang masih
bisa dilihat hingga sekarang. Selain Masjid Agung Nur Sulaiman, terdapat dua
masjid cagar budaya lainnya di Banyumas, yakni Masjid Saka Tunggal di Desa
Wisata Cikakak di Kecamatan Wangon dan Masjid Darussalam Saka Tunggal di
Dusun Legok, Kecamatan Pekuncen yang banyak mengandung saksi bersejarah
perkembangan Banyumas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Idealisa Masyarafina, Masjid Agung Nur Sulaiman, Saksi Sejarah Ibu Kota Banyumas Lama, 20
April 2022. https://islamdigest.republika.co.id/berita/ramily313/masjid-agung-nur-sulaiman-
saksi-sejarah-ibu-kota-banyumas-lama
Dela Annisa, Imam Yuda Saputra, Mengenal Masjid Agung Nur Sulaiman yang Menjadi Cikal
Bakal Ibu Kota Banyumas, 28 Maret 2023. https://jateng.solopos.com/mengenal-masjid-agung-
nur-sulaiman-yang-menjadi-cikal-bakal-ibu-kota-banyumas-1585490
Delia Salsabila, Masjid Agung Nur Sulaiman, 14 Desember 2022, https://kumparan.com/delia-
salsabila-1652111325978934143/masjid-agung-nur-sulaiman-1zQIenP8MBl
Dinas Pendidikan, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Banyumas. Masjid Nur
Sulaiman, 26 Februari 2016, https://dinporabudpar.banyumaskab.go.id/read/18944/masjid-nur-
sulaiman
DOKUMENTASI KEGIATAN