PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
MUJAIDIN
NIM. 2119.116.O51
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Kajur/ Kaprodi S1 PAI
Halaman Judul..............................................................
Persetujuan Pembimbing..............................................
Daftar Isi.......................................................................
A. JUDUL....................................................................
B. PENDAHULUAN...................................................
1. Latar Belakang Masalah......................................
2. Perumusan Masalah.............................................
3. Tujuan Penelitian.................................................
4. Manfaat Penelitian...............................................
C. TINJAUAN PUSTAKA..........................................
1. Kajian Pustaka.................................................
2. Masjid sebagai pusat pendidikan islam .……..
a. Pengertian Masjid ……………………….
b. Fungsi Masjid …………………………..
c. Kegiatan Pendidikan Islam Di Masjid…..
3. Pendidikan Islam……………………………..
a. Pengertian Pendidikan Islam…………….
b. Dasar Pendidikan Agama Islam………....
c. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Islam……
D. METODE PENELITIAN…………………………
1. Jenis Pendekatan Penelitian…………………
2. Tempat dan Waktu penelitian……………….
3. Sumber Data…………………………………
4. Teknik Pengumpulan Data…………………..
5. Teknik Analisis Data………………………...
DAFTAR PUSTAKA ………………………………..
Lampiran-Lampiran ....................................................
1
A. JUDUL
STUDI TENTANG MASJID SEBAGAI PUSAT
PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL DI DESA
TUKO KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN
GROBOGAN TAHUN 2022/2023.
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Masjid dan pendidikan Islam merupakan dua
komponen yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya selalu
beriringan dalam perjalanan panjang dinamika pendidikan
Islam. Jika melihat ke masa lalu dimana pendidikan Islam
selalu bermuara dari masjid. Berbarengan dengan penyebaran
Islam kemudian mulai berkembanglah rumah-rumah ibadah
dalam bentuk surau, mushalla, dan masjid. Kalau merujuk ke
Marcopolo di Samudra Pasai bahwa pada saat itu sudah ada
masjid. Bahkan Marcopolo melaporkan bahwa proses
pendidikan Islam sudah mulai berlangsung di masjid setelah
shalat ashar atau setelah shalat jum’at. Lembaga pendidikan
Islam yang pertama itu adalah masjid1
1
Ely Suryawati. Al-Rabwah : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 15,
No. 02, November 2021
2
Khairuni, N., & Widyanto, A. (2018). Optimalisasi Fungsi
Masjid Sebagai Sarana Pendidikan Islam Dalam Menyelesaikan
KrisisSpiritual Remaja Di Banda Aceh. DAYAH: Journal of Islamic
Education.
2
Belakangan ini masjid mulai sepi dari aktivitas-
aktivitas diluar ibadah shalat. Masjid mulai sepi dari kegiatan
pendidikan, pembinaan remaja, pemberdayaan masayarakat
dan umat. Kebanyakan masjid hanya digunakan untuk
pelaksanaan ibadah wajib saja. Rutinitas di dalam masjid
hanya sebat untuk melaksanakan shalat saja. Hal tersebut
dapat dijumpai dengan tidak berjalannya program yang sudah
disusun pengurus masjid. Bahkan kebanyakan masyarakat
sekarang ini cenderung memperindah bangunan daripada
memakmurkan masjid. Padahal kemuliaan masjid tidak dapat
diukur dengan besarnya ukuran bangunan, atau indahnya
bangunan fisik saja3
3
Ridwanullah, A. I., & Herdiana, D. (2018). Optimalisasi
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid. Ilmu Dakwah: Academic
Journal for Homiletic Studies.
4
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal. 183.
3
Salah satu pengajaran agama yang dilakukan selain di
sekolah, masjidlah tempat yang sering digunakan untuk
mengajarkan pendidikan agama, dengan tidak menggantikan
fungsi masjid sebagaimana yang kita ketahui selama ini, akan
tetapi mengusahakan dan menambah fungsi masjid dari yang
sekarang ini yakni pusat peribadatan juga sebagai taman
pendidikan Islam, terutama pendidikan al-Qur’an bagi anak-
anak. Hal inilah yang mendasari penulis mengangkat skripsi
dengan judul Studi Tentang Masjid Sebagai Pusat Pendidikan
Islam Non Formal Anak Usia Sekolah Dasar di desa Tuko
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun
2022/2023
2. Perumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas,
maka dapatlah dirumuskan masalahnya, sebagai berikut :
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah
ditetapkan tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui jenis kegiatan yang ada dalam
menunjang pendidikan non formal bagi anak usia
sekolah dasar di Desa Tuko Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan.
4
b. Untuk mengetahui sejauh mana peran masjid dalam
pendidikan non formal bagi anak usia sekolah
dasar di Desa Tuko Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan.
c. Untuk mengetahui usaha apa yang dilakukan untuk
mewujudkan pendidikan non formal dalam kegiatan
yang ada di Masjid Desa Tuko Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan.
4. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan yang diharapkan di
atas, maka dapat diperoleh manfaat penelitian sebagai
berikut:
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan sumbangan terhadap dunia
khususnya, bahwa pendidikan agama itu tidak
hanya dilaksanakan di sekolah saja, tapi peran dari
orang tua dan masyarakat khususnya, sebagai
pendidik juga sangat dibutuhkan anak pada usia
sekolah dasar.
2) Adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan referensi untuk penelitian yang lain
dimasa yang akan datang.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai
sumbangan pemikiran bagi:
1) Bagi pendidik
Untuk memotifasi pendidik supaya
mengembangkan strategi yang dimiliki.
2) Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan memperluas
pengetahuan serta mendapat pengalaman praktis
selama proses penelitian.
5
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti mengacu beberapa
penelitian yang telah ada sebelumnya untuk
mempermudah memperbaiki hal-hal yang tidak ada
dalam penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang
telah ada sebelumnya yaitu, sebagai berikut:
Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Alpin
Hascan dengan judul Peranan Masjid Dalam
Meuwjudkan Pendidika Non formal (Kasus Pada Masjid
Al-Jihad Jalan Abdullah Lubis Medan). Untuk
mengetahui bentukbentuk pendidikan nonformal di
masjid Al-Jihad jalan Abdullah Lubis Medan, Untuk
mengetahui peranan pengurus masjid Al-Jihad dalam
mewujudkan pendidikan nonformal di jalan Abdullah
Lubis Medan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian pendekatan studi kasus (Case
Study). Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data berupa: 1) Observasi, 2) Wawancara,
3) dan Dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah 1) Reduksi data, 2) Penyajian data, 3)
Penarikan kesimpulan (Verifikasi). Adapun perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis,
yaitu terletak pada metode yang digunakan. Pada
penelitian sebelumnya hanya menggunakan dua
rumusan masalah, yaitu 1) Untuk mengetahui
bentukbentuk pendidikan nonformal di masjid Al-Jihad
jalan Abdullah Lubis Medan, 2) Untuk mengetahui
peranan pengurus masjid Al-Jihad dalam mewujudkan
pendidikan nonformal di jalan Abdullah Lubis Medan.
5
Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan
penulis tidak hanya terfokus pada dua rumusan masalah,
5
Muhammad Alpin Hascan “Peranan Masjid Dalam
Mewujudkan Pendidikan Nonformal (Kasus Pada Masjid Al-Jihad Jalan
Abdullah Lubis Medan)”Skripsi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan 2019.
6
yaitu: Untuk mengetahui jenis kegiatan yang ada dalam
menunjang pendidikan non formal bagi anak usia
sekolah dasar di Desa Tuko Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan. Untuk mengetahui sejauh mana
peran masjid dalam pendidikan non formal bagi
anak usia sekolah dasar di Desa Tuko Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan. Untuk mengetahui
usaha apa yang dilakukan untuk mewujudkan
pendidikan non formal dalam kegiatan yang ada di
Masjid Desa Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten
Grobogan.
2. Masjid sebagai pusat pendidikan islam
Pada Pendidikan Islam di Lembaga Pendidikan
non formal khususnya di Masjid, kegiatan pendidikan
berlangsung di lingkungan masyarakat dimana,
Pendidikan masih berdasarkan pada kekhasan agama,
kultur sosial dan budaya, dan aspirasi masyarakat. Hal-
hal tersebut menjadi faktor adanya Pendidikan yang
diselenggarakan di masjid sebagai Lembaga Pendidikan
Islam non formal. Lingkungan masyarakat menjadi
salah satu faktor pendukung terjadinya suatu proses
Pendidikan, karena di lingkungan masyarakat setiap
orang akan mempeoleh pengalaman dalam berbagai
hal, seperti lingkungan alam, hubungan sosial, politik,
budaya, agama, dan lain sebagainya. Dalam lingkungan
masyarakat pula setiap orang akan mendapat pengaruh
Pendidikan dari orang-orang di sekitarnya melalui
interaksi sosail secara langsung atau tatap muka dari
teman sebayanya ataupun dari orang dewasa. Dampak
Pendidikan juga dapat diperoleh melalui interaksi sosial
secara tidak langsung. Masjid yang harus
dimaksimalkan fungsinya secara baik yaitu masjid yang
dalam pembangunannya berdasarkan kepada ketaqwaan
bukan berdasarkan hal lain. Hal ini seperti yang telah
difirmankan oleh Allah Swt. tentang pembangunan
7
masjid yang didirikan atas dasar taqwa pada Q.S At-
Taubah ayat 180. 6
a. Pengertian masjid
Sejarah mencatat bahwa ketika Nabi Muhammad
SAW. tiba di Madinah, maka infrastruktur pertama
kota Madinah yang dibangun adalah Masjid. Semua
agenda umat Islam pada masanya bermuara dari
masjid. Masjid sebagai pusat ibadah, masjid sebagai
pusat pembinaan, masjid sebagai pusat ekonomi, dan
masjid sebagai pusat ilmu pengetahuan, bahkan masjid
sebagai pusat militer. Masjid adalah pondasi awal
dalam proses perkembangan umat Islam. Pada masa
Rasulullah SAW. masjid sangat berarti karena dapat
menyatukan umat Islam dalam segala lapisan
masyarakat. Bangunan awal yang telah dibangun oleh
Rasulullah pada masanya setelah hijrah ke Madinah.
Seluruh orang dapat berkumpul dan membuat kegiatan
dengan baik.7
6
Fachmi Farhan : Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Volume 14,
No. 1, 2022
7
Ramdanil Mubarok. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Islam
Volume 18, Nomor 2, Juli-Desember 2020
8
Ely Suryawat. Al-Rabwah : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 15,
No. 02, November 2021
8
b. Fungsi Masjid
Masjid mempunyai fungsi yang sangat besar
bagi kaum muslimin, selain itu mempunyai arti yang
luas dalam berbagai aspek kehidupan. Selain sebagai
tempat ibadah masjid juga berfungsi sebagai pusat
kegiatan:
1) Masjid sebagai pusat ibadah
Di dalam masjid dilakukan dan
dilaksanakan berbagai macam kegiatan ibadah,
mahdah, maupun ghairu mahdah seperti sholat
wajib, sholat sunnah, dan lain sebagainya.
Setiap hari jum'at dan khutbah jum'at untuk
membina keimanan ketaqwaan kepribadian dan
hukum-hukum syariat islam.
2) masjid sebagai tempat menyelesaikan perkara
dan pertikaian.
Masjid dijadikan tempat menyediakan
soal-soal hukum dan persoalan-persoalan
masyarakat dan negara. Pada zaman khalifah
umar, dewan seperti pertimbangan agung.
melakukan sidang sidangnya di masjid. Begitu
juga pada zaman khalifah abu bakar, dalam
menyelesaikan administrasi pemerintah
dilakukan di masjid.
3) masjid sebagai pusat pendidikan dan
pengajaran
sebagaimana Rasullullah sering
menerima wahyu di masjid, dan beliau
mengajarkan kepada sahabat sahabatny. Di
masjid juga diadakan ruang dan tempat
perpustakaan untuk mendalami ilmu-ilmu,
mengadakan diskusi, penelitian kajian-kajian
ilmiah dan sebagainya. 9
c. Kegiatan Pendidikan Islam Di Masjid.
9
Nurhidayat Muh. said, "Manajemen Masjid(Studi Pengelolaan
Masjid Agung Al-Azhar Jakarta)",Jurnal Tabligh, Vol. 1,No.1, Thn
2016
9
Masjid merupakan sekolah Islam yang pertama
dimulainya pendidikan agama. Disaat itu belum ada
pemisah antara pengajaran dan pengibadatan selama
keduanya merupakan sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Masjid-masjid dipergunakan
sebagai sekolah untuk mengajarkan masalah agama
kepada anak-anak dan orang dewasa dan tempat
membahas Al-Qur’an serta tempat belajar tempat
mengembangkan pikiran dan sastra10
Menurut Zakiyah Dradjat: “Pendidikan Islam
sebagai proses untuk mengembangkan fitrah manusia,
sesuai dengan ajarannya (pengaruh dari luar).
Sementara Naquib Al-Attas menekankan pendidikan
Islam sebagai proses untuk membentuk kepribadian
muslim. Lalu Yusuf Qardhawi memaknai pendidikan
Islam sebagai pendidikan manusia seutuhnya, akal dan
hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya.11
3. Pendidikan Islam
a. Pengertian Pendidikan Islam
Pengertian Pendidikan Agama Islam tidak pernah
lepas dari pengertian pendidikan pada umumnya oleh
karena itu perlu dibahas terlebih dahulu tentang
pendidikan secara umum.
Ahmad D. Marimba Dalam Buku “Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam Menjelaskan Bahwa
Pendidikan Adalah Bimbingan Atau Pimpinan Secara
Sadar Oleh Si Pendidik Terhadap Perkembangan
Jasmani Dan Rohani Si Terdidik Menuju
Terbentuknya Kepribadian Yang Utama.12
10
Ahmad, M. A. (1985). Metodologi Pengajaran Agama Islam.
Jakarta: PIMPINAN PROYEK PEMBINAAN.
11
Fachmi Farhan : Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Volume
14, No. 1, 2022
12
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al
Ma’arif Bandung, 1964, hal 19
10
Untuk melengkapkan wawasan kita, perlu
kiranya menelisik pengertian PAI dalam regulasi di
Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan Bab 1 Pasal 1 dan
2 ditegaskan, “Pendidikan agama dan keagamaan itu
merupakan pendidikan dilaksanakan melalui mata
pelajaran atau kuliah pada semua jenjang pendidikan
yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta
membentuk sikap, kepribadian manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga
keterampilan dan kemampuan peserta didik dalam
menyikapi nilai-nilai agama, serta untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang
dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran
agamanya”13
Pendidikan Agama Islam telah mewarnai proses
pendidikan di Indonesia, dengan ajaran Islam sebagai
konten yang diajarkan. Dengan memperhatikan dasar dan
fungsinya, PAI di persekolahan harus diajarkan oleh
Guru PAI profesional dengan tujuan untuk mendidik,
membimbing, dan mengarahkan siswa menjadi pribadi
Islami (insan kamil; beriman, taat, dan berakhlak) dalam
kerangka diri siswa sebagai individu, anggota keluarga,
bagian masyarakat, warga negara, dan warga dunia. Poin
ini sekaligus menegaskan bahwa tujuan PAI bukanlah
menjadikan siswa menjadi ahli ilmu agama Islam.14
Setelah diketahui pengertian pendidikan secara
umum, berikut ini penulis kemukakan pengertian
pendidikan agama Islam, diantaranya adalah yang
disampaikan oleh :
13
Kementerian Hukum, H. A. M. (2015). PP Nomor 55 Tahun
2007.
14
Firmansyah Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17
No. 2 – 2019
11
Menurut Burlian Somad mengertikan pendidikan
Islam adalah pendidikan pendidikan yang bertujuan
membentuk individu menajdi makhluk yang bercorak
diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dn isi
pendidikannya adalah mewujudkan tujuan itu, yaitu
ajaran Allah. Secara terperinci, beliau mengemukakan,
“pendidikan itu disebut pendidikan Islam apabila
memiliki dua ciri khas, yaitu :
a. Tujuan membentuk individu menjadi bercorak diri
tertinggi menurut ukuran Al-Qur’an.
b. Isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang
tercantum dengan lengkap di dalam Al-Qur’an yang
pelaksanaannya di dalam praktek hidup sehari-hari
sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW.15
Dari adanya pendidikan agama adalah penanaman
akhlak dan ketaqwaan serta penegakan kebenaran untuk
pembentukan manusia yang mempunyai kepribadian dan
budi yang luhur sesuai dengan ajaran Islam.16
16
Juliadi St. Wardah Hanafie Das, Muh. Syakir, ‘Formulasi
Pembelajaran PAI Dan Implikasi Terhadap Motivasi Belajar Peserta
Didik Di SMA Negeri 10 Enrekang’, ALISHLAH: Jurnal Pendidikan
Islam, 17.2 (2019), 159–80.
17
Samrin, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Kendari. Jurnal Al-Ta’dib Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem
Pendidikan Nasional Di Indonesia Vol. 8 No. 1, Januari-Juni 2015
12
dan asuhan yang diberikan ke dalam diri anak didik agar
tumbuh dan berkembang dan memiliki kepribadian
muslim yang sejati.
19
Nata, A. (2021). Peran dan fungsi masjid di Indonesia dalam
perspektif pendidikan Islam. Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 10(3),
414-432.
20
Muhammad 'Ali al-Shabuni, at-Tibyan fi 'Ulum al-Qur'an,
(Bairut: 'Alam al-Kutub, 1985/1405), h. 8
13
Al-Qur’an merupakan dasar pendidikan Islam
karena Al-Qur’an menyampaikan pesan-pesan
pendidikan kepada umat manusia yang
berakal.Ayat-ayat yang berkaitan dengan akal
pikiran manusia cukup banyak.Bukti bahwa Al-
Qur’an memberikan dorongan agar segala hal harus
menggunakan akal adalah surah Al-Baqarah:142
َّاس َم َاو ٰلّ ُه ْم َع ْن فِ ْبلَتِ ِه ُم الَّتِ ْيِ الس َف َهاءُ ِم َن الن ُ َس َي ُق ْو ْل
اعلَ ْي َه ۚا; قُ ْل لِ ٰلّ ِه ال َْم ْش ِر ُق َوال َْمغْ ِر ۚبُ;َي ْه ِد ْي َم ْن يَّ َش آءُ اِ ٰلى
َ َكانُ ْو
٠ اط ُّم ْس تَ ِق ْي ٍم ٍ صر ِ
َ
Tidak dapat dimungkir lagi bahwa ilmu
pendidikan bersumber dari Al-Qur’an. Misalnya,Al-
Qor’an menjelaskan hukum-hukum yang berlaku di
langit dan di bumi,tumbuh-tumbuhan,hewan,dan
manusia.21
Dari uraian di atas,bahwa Al-Qur’an sebagai
sumber ilmu pendidikan,dapat disimpulkan bahwa
kajian yang berkaitan dengan ilmu pendidikan islam
bukan berarti ilmu agama Islam sebagai salah satu
mata kuliah,melainkan sebagai paradigma ilmu
pengetahuan yang berbasis kepada Islam atau
sebagai sistem pendidikan.
2) Al Hadis
Sebagai salah satu sumber ajaran Islam, hadits
juga menjadi sumber bagi semua pengetahuan dan
keilmuan dalam Islam. Pendidikan sebagai sebuah
keilmuan menjadikan hadits sebagai sumber dan
dasar sehingga pendidikan berkembang seperti
sekarang. Hadits meletakkan pondasi sehingga
pendidikan Islam dapat menetapkan isi dan materi
komponennya seperti visi, misi, kurikulum, metode,
21
Hasan basri,op.cit hal.125
14
pembiayaan, sarana prasarana, pendidik, dan
sebagainya.22
Ada beberapa hadis yang menunjukkan nilai-
nailai dasar pendidikan Islam, di antaranya:
Telah menceritakan kepada kami Ali
ibn Abdullah, menceritakan kepada
kami Sufyan, ia berkata; ‘Aku bertanya
kepada A’masyi, ia berkata; ‘Dari Zaid
ibn Wahab, Aku mendengar Hudzaifah,
ia berkata; ‘Menceritakan kepada kami
Rasul saw, bahwa amanah itu turun
dari langit pada hati seseorang, dan
diturunkan al-Qur’an, maka bacalah
al-Qur’an dan pelajarilah Sunnah
(Hadits).” (HR. Bukhari).23
Hadis yang diriwayatkan oleh Utsman
bin 'affan “Yang paling baik di antara
kalian adalah orang yang mempelajari
Alquran dan mengajarkannya.”Hadis
tersebut menunjukkan bahwa membaca
Alquran adalah amalan-amalan
kebaikan yang paling utama, karena
sabda Nabi yang menetapkan bahwa
manusia yang paling utama adalah siapa
saja yang mau belajar Alquran dan
mengajarkannya.24
c. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Islam
tujuan pendidikan Islam adalah tujuan yang telah
ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad
Saw., sewaktu hidupnya, yaitu pembentukan moral
22
Rosi Yulita jurnal Tarbiyah Al-Awlad, volume VI Edisi 02
2016, hlm 580-591
23
Muhamad Basyrul Muvid Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah
Pendidikan : Vol. 04, No.1, Juni2020
24
Mays Brim Bahari, Dirasat: Jurnal Manajemen Dan
Pendidikan Islam | VOL. 4 NO. 2 (2018)
15
yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan
jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa
mengabaikan pendidikan jasmani, akal, dan ilmu
praktis. Tujuan tersebut berpijak dari sabda Nabi
Muhammad SAW.25
Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam,
palaing tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara
vertikal maupun horisontal.
Sifat-sifat dasar manusia.
Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban
kemanusiaan.
Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam.26
Dalam aspek ini, setidaknya ada 3 macam dimensi
ideal Islam, yaitu : mengandung nilai yang berupaya
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka
bumi, mengandung nilai yang mendorong manusia
berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik, dan
mengandung nilai yang dapat memadukan antara
kepentingan kehidupan di dunia dan akhirat.27
Kemudian adapun yang dimaksud dengan tujuan
khusus dalam pendidikan adalah perubahan-perubahan
yang diharapkan yang merupakan bagian dari tiaptiap
tujuan umum pendidikan. Dengan kata lain gabungan
pengetahuan, ketrampilan, pola-pola tingkah laku, sikap,
nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan
akhir dan tujuan umum. Menurut Ibn Khaldun
membagikan tujuan-tujuan pendidikan itu kepada:
25
DAULAY, Haidar Putra et al. VISI, MISI, TUJUAN DAN
FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM. Jurnal Ilmiah Al-Hadi, [S.l.], Vol. 6,
Hal. 136-150, Januari. 2021.
26
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis), Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hal. 35.
27
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis), Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hal. 36.
16
Mempersiapkan seseorang dari segi
keagamaan yaitu mengajarkan syiarsyiar
agama menurut al-Quran dan Sunah.
Menyiapkan seseorang dari segi akhlak.
Menyiapkan seseorang dari segi
kemasyarakatan dan social.
Menyiapkan seseorang dari segi
vokasional atau pekerajaan.
Menyiapkan seseorang dari segi
pemikiran.
Menyiapkan seseorang dari segi
kesenian.28
Hal tersebut adalah sesuai dengan firman Allah
SWT, dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 201:
28
DAULAY, Haidar Putra et al. VISI, MISI, Tujuan Dan Fungsi
Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Al-Hadi, [S.l.], Vol. 6, Hal. 136-150,
Januari. 2021.
29
Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah Ayat 201, Yayasan Penyelenggara
Penerjemah al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen
Agama, 1992, hal, hal. 49.
17
d) Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar
tanggung jawab kepada Tuhan dan
masyarakat manusia.30
Secara umum fungsi pendidikan Islam adalah
membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap
kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan
optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan
fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan
berjalan dengan lancar. Bila dilihat secara operasional,
Fungsi pendidikan islam adalah sebagai berikut:31
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan
dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu :
a. Alat untuk memelihara, memperluas, dan
menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-
nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan
nasional.
b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan
perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini
dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill
yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusian
(peserta didik) yang produktif dalam menemukan
perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang
demikian dinamis.32
D. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
30
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam; Menuntun Arah
Pendidikan Islam Indonesia (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan
Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2016) h. 43.
31
DAULAY, Haidar Putra et al. VISI, MISI, Tujuan Dan Fungsi
Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Al-Hadi, [S.l.], Vol. 6, Hal. 136-150,
Januari. 2021.
32
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis), Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hal. 34.
18
Penelitian Studi Tentang Masjid Sebagai Pusat
Pendidikan Islam Non Formal Anak Usia Sekolah Dasar
Di Desa Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten
Grobogan Tahun 2022/2023 ini merupakan penelitian
study casus dan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.33 Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur
kuantifikasi.34 Metode penelitian kualitatif juga disebut
juga sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme atau enterpretif yang digunakan untuk
meneliti kondisi obyek yang alamiah. 35 Prosedur untuk
mengumpulkan data, menganalisis, dan melaporkan hasil
penelitian disebut desain penelitian.
Study casus merupakan desain yang digunakan
dalam penelitian ini. Rancangan studi kasus dalam
penelitian ini karena metode tersebut mudah untuk
dilaksanakan sehingga bagi peneliti cocok bila
dibandingkan degan studimulti kasus. Selanjutnya desain
kualitatif studi kasus ini memeliki kelebihan diantaranya
adalah bersifat fleksibel, dapat dikembangkan, umum,
sebagai acuan untuk diikuti, dikhususkan hanya dalam
istilah umum sebelum studi dilaksanakan, serta tidak
33
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cetakan 10,
(Bandung: Alfabeta, 2014).hal 1.
34
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi
Penelitian Kulaitatif, Cetakan 1 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012).hal
25.
35
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, Cetakan 5,
(Bandung: Alfabeta, 2016). 347.
19
mengikutkan intervensi dan berusaha menimalisisr
gangguan. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus
untuk mengungkapkan suatu peristiwa dan dapat
mengumpulkan data dari seluruh komponen yang
mendukung Studi Tentang Masjid Sebagai Pusat
Pendidikan Islam Non Formal Anak Usia Sekolah Dasar
Di Desa Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten
Grobogan Tahun 2022/2023
Penelitian ini adalah rancangan studi kasus
wawancara, diarahkan untuk mengungkap suatu peristiwa
kegiatan Studi Tentang Masjid Sebagai Pusat Pendidikan
Islam Non Formal Anak Usia Sekolah Dasar Di Desa
Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun
2022/2023. Selanjutnya juga dengan cara mengadakan
pengamatan peran serta. melalui penelitian lapangan
sehingga bisa menemukan pengetahuan yang dalam yang
terkait dengan proses “Studi Tentang Masjid Sebagai
Pusat Pendidikan Islam Non Formal Anak Usia Sekolah
Dasar Di Desa Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten
Grobogan Tahun 2022/2023”.
37
Abdurrohman Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik
Penyusunan Skripsi (Jakarta: Rineka Cipta, 2006). 104.
38
Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi, 104
21
berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan bila responden
yang diamati tidak terlalu besar.39
Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pengamatan terhadap obyek penelitian. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan bila responden diamati
tidak terlalu besar.40 Penelitian ini menggunakan
observasi non partisipatif (nonparticipatory
observation) yang artinya peneliti tidak ikut serta
dalam kegiatan melainkan hanya berperan sebagai
pengamat.41 Peneliti melakukan observasi terhadap
objek penelitian yang bersifat perilaku, tindakan
manusia, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, berupa
proses Untuk mengetahui sejauh mana peran masjid
dalam pendidikan non formal bagi anak usia
sekolah dasar di Desa Tuko Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan Tahun 2022/2023
b) Wawancara
Wawancara digunakan sebagai tekhnik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun
39
Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi, 203
40
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010). 203.
41
Suryo Guritno, et. al., Theory and Application of IT Research:
Metodologi Penelitian Teknologi Informasi (Yogyakarta: Andi Offset,
2011). 134.
22
tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap
muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon.42 Wawancara merupakan percakapan yang
diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan
proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik.43 Pada penelitian ini,
metode wawancara yang digunakan untuk menggali
data adalah wawancara bebas terpimpin, di mana
pewawancara membawa pedoman yang hanya
merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan
ditanyakan.44 Tujuan wawancara ini adalah untuk
memperoleh data Studi Tentang Masjid Sebagai Pusat
Pendidikan Islam Non Formal Anak Usia Sekolah
Dasar di Desa Tuko Kecamatan Pulokulon Kabupaten
Grobogan Tahun 2022. Disini peneliti bertanya imam
masjid, takmir masjid, guru pendidikan agama Islam
non formal, dan para jamaah sholat 5 waktu.
c) Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan cara mencari
data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. 45
Sedangkan menurut Bungin bahwasannya teknik
dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk
menelusuri data historis.46 Metode dokumentasi ini
42
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, hal. 194
43
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan 3,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2015). 160.
44
Guritno, et. al., Theory and Application of IT Research:
Metodologi Penelitian Teknologi Informasi, 133
45
Arikunto, Prosedur Penelitian, Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan Praktek, 274
46
Arikunto, Prosedur Penelitian, Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan Praktek, 274
23
digunakan untuk melihat Studi Tentang Masjid
Sebagai Pusat Pendidikan Islam Non Formal Anak
Usia Sekolah Dasar Di Desa Tuko Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun 2022.
5. Teknik Analisis Data
Menganalisa merupakan sebuah kegiatan untuk
mendapatkan sesuatu berdasarkan data yang diperoleh
seseorang. Analisa data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.47
Miles and Huberman mengemukakan bahwa
“aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh”.48
Aktivitas dalam analisa data yaitu:
a) Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencari bila perlu. Mereduksi data dapat dibantu
47
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen ,hal, 89
48
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, hal 91
24
dengan alat elektronik seperti computer mini, dengan
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.49
b) Data display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah
selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam
penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard,
pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan, sehingga mudah difahami. Dalam
penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini
Miles dan Huberman menyatakan “the most frequent
form of display data for qualitative research data in
the past has been narrative tex”. Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. 50
49
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, hal. 92
50
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, 95
25
DAFTAR PUSTAKA
Ely Suryawati. Al-Rabwah : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 15, No. 02,
November 2021
Ely Suryawat. Al-Rabwah : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 15, No. 02,
November 2021
Fachmi Farhan : Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Volume 14, No. 1,
2022
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN DOKUMENTASI
3. Jadwal Muadzin
PEDOMAN OBSERVASI