Anda di halaman 1dari 13

PURA DALEM JAWA DI DESA WERDI BHUWANA, KECAMATAN MENGWI,

KABUPATEN BADUNG, BALI (SEJARAH, STRUKTUR, FUNGSI DAN POTENSINYA


SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA)
OLEH

Gusti Made Sriwidiari*


Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A** Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd***

Jurusan Pendidikan Sejarah


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: sriwidiari0@gmail.com, nengah_bawa_atmadja@yahoo.co.id,


ketut.sedana@undiksha.ac.id.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejarah berdirinya Pura Dalem Jawa di Desa Werdi
Bhuwana, Mengwi, Badung, Bali, (2) struktur dan fungsi Pura Dalem Jawa di Desa Werdi Bhuwana
tersebut, dan (3) potensi yang terdapat di Pura Dalem Jawa Di Desa Werdi Bhuwana yang dapat
dijadikan sumber belajar sejarah di SMA. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan
kualitatif meliputi: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumen; (4) teknik validasi data
menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber; (5) teknik analisis data memakai model
interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menujukkan bahwa: sejarah Pura Dalem Jawa
memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Mengwi dan Blambangan. Hal ini dikarenakan ketika Kerajaan
Mengwi menduduki Blambangan, Mas Sepuh penguasa Blambangan datang ke Bali dan diasingkan
di Banjar Jawa yang merupakan lokasi Pura Dalem Jawa. Struktur Pura Dalem Jawa menggunakan
konsep dwi mandala yaitu jeroan dan dua jaba sisi yaitu bagian selatan dan utara. Fungsi Pura
Dalem Jawa yaitu (1) fungsi religius, (2) fungsi sosial politik, (3) fungsi budaya, (4) fungsi pendidikan.
Adapun potensi Pura Dalem Jawa ialah aspek historis , aspek peninggalan meliputi cengkuwung, arca
pedanda, arca pendeta, arca singa, dan batu alam.

Kata Kunci: Pura Dalem Jawa, sejarah, struktur, fungsi, dan sumber belajar sejarah

ABSTRACT

The study aimed to know: (1) History of the establishment of Pura Dalem Jawa in Werdi Bhuwana
village, Mengwi, Badung, Bali, (2) structure and function of Pura Dalem Jawa in Werdi Bhuwana
village, (3) the potential contained in Pura Dalem Jawa in Werdi Bhuwana village which can be use as
a source of history in high school. The research method use is qualitative approach including: (1)
determination of research location; (2) informant determination technique; (3) data collection technique
use observation, interview, and document study; (4) data validation technique use triangulation
method and triangulation source; (5) data analysis technique use interactive models Miles and
Huberman. The result of research shows that: the history of Pura Dalem Jawa has close relation with
Mengwi and Blambangan Kingdom. Because when Mengwi Kingdom occupies Blambangan, Mas
Sepuh as Blambangan penguin came to Bali and exiled in Banjar Jawa which is the location of Pura
Dalem Jawa. The structure of Pura Dalem Jawa use the consept of dwi mandala that is jeroan and
two part jaba sisi that is south side and north side. Function of Pura Dalem Jawa is (1) religious
function, (2) social politics function, (3) culture function, (4) education function. The potential of Pura
Dalem Jawa is historical aspect, aspects of the relics include cengkuwung, arca pedanda, arca
pendeta, arca singa and natural stone.

Keywords: Pura Dalem Jawa, history, structure, function, and learning resources history
PENDAHULUAN mengetahui sejarah pura Dalem Jawa ini.
Begitu pula dilihat dari segi struktur Pura
Pulau Bali dihuni oleh masyarat Dalem Jawa mirip dengan pura lainnya di
dengan latarbelakang etnis, ras dan Bali yaitu menggunakan konsep dwi
agama yang berbeda. Mayoritas mandala dan di dalamnya terdapat
penduduk Pulau Bali memeluk agama berbagai bangunan suci yang mempunyai
Hindu, disamping pula berkembang fungsinya tersendiri.
agama lainnya seperti agama Islam,
Buddha, Kristen Katholik, Kristen Suatu peninggalan yang memiliki
Protestan,dan Konghucu. Karena nilai–nilai historis akan tetap ajeg apabila
mayoritas penduduk Bali beragama Hindu pengetahuan maupun nilai-nilai sejarah
maka kehidupan sosial budayanya sangat tersebut dienkulturasikan pada generasi
dipengaruhi oleh budaya spiritual Hindu. muda. Ketika nilai-nilai itu sudah
Salah satu wujud hasil budaya spiritual ditanamkan pada generasi muda, maka
Hindu di Bali ialah dibangunnya pura eksistensi dari suatu peninggalan akan
sebagai tempat pemujaan. Dengan tetap ajeg dan dikenang meskipun
banyaknya pura yang berdiri di Bali generasi pedahulu yang hidup sezaman
sebagai wujud kebudayaan religi maka dengan dibangunnya peninggalan itu telah
Pulau Bali sering disebut dengan Pulau tiada. Proses enkulturasi itu dapat
Seribu Pura. dilakukan melalui pendidikan dan sejarah
adalah salah satu mata pelajaran yang
Keberadaan pura di Bali tentu saja dapat membantu mewariskan nilai-nilai
melalui porses sejarah yang panjang. historis kepada generasi muda.
Biasanya pendirian pura tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan masa lampau Selama ini pembelajaran di kelas
masyarakat di sekitar pura itu. Salah satu bersifat monoton dan bersifat jevasentris
pura yang ada di Bali adalah Pura Dalem serta jarang sekali menyentuh
Jawa. Keberadaan Pura Dalem Jawa juga peninggalan sejarah di lingkungan sekitar
melalui proses sejarah yang panjang. Pura siswa. Pura Dalem Jawa sebagai pura
ini termasuk pura kuno yang ada di Desa kuno dapat dijadikan pembelajaran
Werdi Bhuwana Kecamatan Mengwi sejarah kontekstual. Terlebih lagi
Kabupaten Badung. Biasanya nama-nama penggunaan Kurikulum 2013 yang lebih
pura di Bali menggunakan bahasa lokal menekankan pembelajaran yang bersifat
maupun istilah-istilah Sansekerta. Namun kontekstual dan berpusat pada siswa.
berbeda halnya dengan Pura Dalem Jawa.
Kata Jawa merujuk pada suatu wilayah Pemanfaatan Pura Dalem Jawa
dan etnik yaitu Pulau Jawa dan etnik sebagai sumber pembelajaran kontekstual
Jawa. Bahkan orang-orang dulu menyebut ini, dapat membantu guru sejarah dalam
wilayah tempat pura ini berada dengan melaksanakan tugasnya sebagai seorang
sebutan Banjar Jawa. penyampai warisan budaya manusia. Hal
ini berkaitan dengan pernyataan Widja
Pura ini masih terletak di sekitar (1989: 16-17), yang mengatakan bahwa
Puri Mengwi, sehingga secara historis seorang guru sejarah adalah seorang
pura ini berkaitan dengan sejarah “messenger of man’s cultural inheritance
Kerajaan Mengwi. Namun tidak banyak (penyampai dari warisan budaya
orang yang mengetahuinya, jikalaupun manusia)”. Pernyataan ini menuntut
ada hanya segelintir orang yang seorang guru sejarah memiliki
pengetahuan yang luas dan mendalam 1. Teknik Penentuan Lokasi
tentang berbagai aspek kebudayaan baik Penelitian ini dilaksanakan di Desa
kebudayaan rohani maupun kebudayaan Werdi Bhuwana Kecamatan Mengwi
material. Kabupaten Badung Bali. Hal ini
Pura Dalem Jawa yang memiliki dikarenakan di desa ini terdapat sebuah
potensi sebagai pengembangan sumber pura kuno yang bernama Pura Dalem
pembelajaran seajarah dapat disesuaikan Jawa. Pura ini terletak di Bajar Denkayu
dengan silabus K13 pada kelas X dalam Delodan yang sangat dekat dengan lokasi
materi kerajaan-kerajaan bercorak Hindu- Puri Mengwi dengan demikian pura ini
Buddha di Indonesia serta dapat dikaitan memiliki ikatan historis dengan Kerajaan
dengan Kompetensi Dasar 3.6 yaitu Mengwi.
menganalisis karakteristik kehidupan
masyarakat, pemerintah dan kebudayaan 2. Teknik Penentuan Informan
pada masa kerajaan-kerajaan Hindu- Informan dalam penelitian ini
Buddha di Indonesia serta menunjukan ditentukan dengan teknik puposive
contoh bukti-bukti yang masih berlaku sampling yaitu pengambilan informan
pada kehidupan masyarakat Indonesia dengan tujuan tertentu yakni dengan
saat ini. Dan Kompetensi Dasar 4.6 yaitu mempertimbangkan bahwa informan atau
menyajikan hasil penalaran dalam bentuk subjek dianggap memiliki kemampuan dan
tulisan tentang nilai-nilai dan unsur-unsur dapat memahami permasalahan yang
budaya yang berkembang pada masa dikaji
Kerajaan Hindu Buddha dan masih Untuk informasi yang lebih
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa lengkap, penentuan informan juga
Indonesia pada masa kini. dilakukan dengan cara mengembangkan
Penelitian ini menguraikan tentang teknik swoball. Teknik snowball
sejarah berdirinya Pura Dalem Jawa, merupakan suatu teknik menentukan
struktur Pura Dalem Jawa, fungsi Pura informan dengan menentukan informan
Dalem Jawa dan potensi-potensi yang kunci yang dapat memberikan informasi
dimiliki oleh Pura Dalem Jawa yang dapat dan lebih mengetahui tentang masalah
dijadikan sebagai sumber belajar sejarah yang dikaji dan diharapkan memberi
di SMA. informasi adanya informan lain yang juga
memahami masalah yang dikaji. Dalam
penelitian kali ini dijumpai beberapa
METODE PENELITIAN informan yakni I Nyoman Sukada, I Made
Yasa, Ida Bagus Anom, I Nyoman Kerta, I
Penelitian ini menggunakan Wayan Nama, Anak Agung Nyoman
pendekatan kulitatif. Penelitian kualitatif Anom.
merupakan penelitian yang menghasilkan
data-data deskriptif berupa kata-kata yang 3. Teknik Pengumpulan Data
ditulis dari orang yang diwawancarai dan Dalam penilitian ini teknik
perilaku orang yang diamati secara pengumpulan data yang digunakan yaitu
alamiah untuk dimaknai atau ditafsirkan obeservasi, wawancara dan studi
(Mahdi dan Mujahidin, 2014: 123). Metode dokumen. Dalam penelitian ini observasi
penelitian kulitatif meliputi langkah- dilakukan dengan cara melakukan
langkah berikut : pengamatan langsung di Pura Dalem
Jawa. Begitu pula dilakukan wawancara
dengan informan-informan yang berdirinya pura ini tidak bisa dilepaskan
mengetahui informasi sejarah, struktur dan dari perjalanan sejarah Kerajaan Mengwi.
fungsi Pura Dalem Jawa. Sedangkan studi
Penguasaan Kerajaan Mengwi terhadap
dokumen dilakukan dengan cara mencari
data dari sumber tertulis seperti buku, Kerajaan Blambangan menjadi dasar
profil desa dan lain sebagainya yang sejarah pura ini hingga kedatangan Mas
relevan dengan masalah yang dikaji.
Sepuh yang erat kaitannya dengan
4. TekniK Validasi Data sejarah berdirinya Pura Dalem Jawa ini.
Untuk menjamin dan meyakinkan A. Blambangan di Bawah Kekuasaan
data yang sudah terkumpul perlu
Mengwi
dilakukan teknik validasi data untuk
mengecek kebenaran dan keabsahan Menurut Margana (2012: 42), sejak
data. Teknik validasi data yang digunakan pertengahan abad ke-17 nasib,
adalah triangulasi sumber dan triangulasi Blambangan ditentukan oleh iklim politik
metode. Triangulasi sumber berarti yang rentan di Bali yang dipenuhi dengan
mendapatkan data dari sumber yang konflik dan peperangan. Kepemilikan
berbeda-beda dengan teknik yang sama. Blambangan diperebutkan oleh tiga
Sedangkan triangulasi metode berarti kekuatan utama di Bali yaitu Buleleng-
menggunakan metode pengumpulan data Gelgel di utara, Mengwi di selatan dan
yang berbeda untuk mendapatkan data Karangasem di bagian timur. Pada tahun
dari sumber yang sama. Langkah-langkah 1762, tarik menarik antara dua kerajaan
tersebut saling jalin mejali/ berinteraksi Bali yaitu Buleleng dan Mengwi berakhir
pada saat, sebelum dan sesudah dengan kemenangan Mengwi.
pengumpulan data dalam bentuk yang
Kedua belah pihak saling berdamai
sejajar dan membangun wawasan umum.
dan dalam perdamaian tersebut terjadi
pernikahan politik antara putri Raja Panji
5. Teknik Analisis Data
Sakti (Raja Kerajaan Buleleng) yaitu Gusti
Analisis data dalam penelitian ini
Ayu Panji dengan Raja Mengwi yaitu I
dilakukan sejak awal peneliti terjun ke
Gusti Agung Putu. Selain itu Kerajaan
lapangan hingga pada akhir penelitian
Buleleng menyerahkan wilayah Jembrana
(pengumpulan data). Dalam penelitian ini
dan Blambangan kepada Kerajaan
langkah-langkah analisis data mengacu
Mengwi, sehingga dari saat itulah I Gusti
pada langkah analisis data kulitatif model
Agung Putu bergelar Cokordo Sakti
interaktif Miles dan Huberman (dalam
Blambangan.
Idrus, 2009: 148) yang meliputi langkah-
langkah pengumpulan data, reduksi data, Sirikan (dalam Geriya, dkk, 2012:
penyajian data atau display data, verifikasi 52) Gusti Agung Sakti sebagai orang kuat
dan penarikan kesimpulan. di Bali barat ini jarang berada di satu
tempat. Pemerintahan kuat selalu
HASIL DAN PEMBAHASAN
berpindah-pindah, ia tidak mampu
1. Sejarah Pura Dalem Jawa mengatur Buleleng dan Blambangan dari
daerah yang jauh seperti Blayu. Karena
Letak Pura Dalem Jawa dekat alasan itulah ia sering berpindah-pindah
dengan Puri Mengwi, sehingga sejarah ke Blambangan kemudian ke Buleleng
dan segera kembali lagi ke Mengwi.
Menurut Nordholt (2006:35), pada C. Masa Pengasingan Mas Sepuh di
tahun 1711, 1712,1714, dan 1718 ia Mengwi
berada di Blambangan untuk menjaga
daerah ini tetap ada dalam kendalinya. Ketika Mas Sepuh dan pasukannya
Begitu pula kepemimpinan Mengwi di tiba di Kerajaan Mengwi, kedatangan
Blambangan di bantu oleh I Gusti Ngurah beliau tidak mendapat sambutan yang
Kamasan dan Ki Kalang Anyar. baik. Kala itu yang memerintah Kerjaan
Mengwi ialah seorang raja perempuan
B. Kedatangan Mas Sepuh Ke Bali yang bermana Gusti Ayu Oka dikarenakan
Ketika pemerintahan Mengwi di Cokordo Agung Munggu ketika itu sudah
pegang oleh I Gusti Agung Made Munggu wafat. Mas Sepuh tidak dizikan tinggal di
yang bergelar Cokordo Made Agung. Puri Mengwi karena dikhawatirkan
Pada masa pemerintahan beliau tersiar kedatangan Mas Sepuh dan bala tentara
kabar bahwa Kerajaan Blambangan akan Blambangan ini akan membrontak
membrontak dan melepaskan diri terhadap kerajaan, sehingga ia diberi
tempat tinggal di sebelah utara bagian
Menyebutkan bahwa pada tahun barat daya Puri Mengwi yaitu di daerah
1763 daerah Blambangan sedang sibuk Tegal Waru. Pada awalnya wilayah ini
dengan perebutan kekuasaan antara dua bernama Tegal Waru namun ketika
saudara. Perseteruan semacam ini sering kedatangan Mas Sepuh dan tentara
terjadi, tetapi eskalasi pergulatan kali ini Blambangan tinggal disana wilayah ini
meningkat pada suatu cara yang tidak dinamakan Banjar Jawa. Tidak hanya di
dapat diprediksi karena keterlibatan VOC. Banjar Jawa beliau juga pernah
Salah satu dari dua bersaudara yang diasingkan di Tegal Blumbungan Sibang
berselisih di Blambangan ditunduh namun karena banyak orang yang berguru
berhubungan rahasia dengan VOC. Raja kepada beliau maka ia kembali
kemudian memerintahkan Mas Sepuh dipindahkan ke Bajar Jawa untuk
untuk menghadap ke Mengwi yang memudahkan pengawasan Puri Mengwi.
dilakukanya pada tahun 1764 (Nordholt,
2006: 118-119) Strategi Kerajaan Mengwi untuk
membendung pengaruh Mas Sepuh
Diceritakan bahwa Mas Sepuh sangatlah cerdik. Karena ketakutan
menuju Bali dengan keluarga dan iring- Mengwi terhadap kekuatan Mas Sepuh
iringan yang berjumlah 80 orang. Mas maka kekuatan pasukan tentara
Sepuh Ketika Mas Sepuh dan pasukan Blambangan pengikut Mas Sepuh dipecah
beliau sampai di wilayah Dadakan, Mas ke berbagai daerah seperti Tenggal
Sepuh dan pasukan beliau yang bernama Blumbungan Sibang, Blayu, Marga, Baru,
Wong Permas diperiksa oleh I Gusti Pinge, dan Angsri. Sehingga dengan
Ngurah Teges. Pemerikasaan ini demikian kekuatan Mas Sepuh terpecah
dilakukan karena pihak Kerajaan Mengwi dan hanya beberapa orang pengikut yang
mengetahui bahwa Mas Sepuh adalah tinggal di Banjar Jawa dengan Mas
orang yang sakti, sehingga apabila Sepuh. Banjar Jawa menjadi tempat
dibiarkan membawa senjata maka hal itu tinggal sementara Mas Sepuh
akan mebahayakan oleh sebab itu senjata
beliau yaitu Kemong Tongkat yang Ketika berada di Banjar Jawa, Mas
bernama Ki Gerong dan Ki Tundung Sepuh dan tentara Blambangan
Musuh disita. diperintahkan untuk melakukan kerja rodi
membangun saluran air pemandian raja seorang mekel dari Desa Munggu
yang membutuhkan aliran air yang diambil merupakan pendampingnya. Tetapi
dari sumber air Goa Landak di Banjar sesampainya di Pantai Seseh Mas Sepuh
Sayan. Pembangunan saluran air ketika kemudian dibunuh. Sebelum meninggal,
itu menggunakan sambungan-sambungan dia mengutuk Puri Mengwi dan Puri
batu padas yang berukuran kira-kira Sibang dengan meramalkan kematian
tingginya 1 meter dan lebar sekitar 60 dinasti Mengwi dan kekuasaannya.
meter. Ketika membangun saluran air ini
banyak tentara Blambangan yang sakit. Mas Sepuh dibuatkan tempat
Mereka menyadari di Banjar Jawa peristirahatan/ makam kramat di daerah
terdapat satu tempat suci berupa Pantai Seseh dan terdapat pula tampat
Pelinggih Subak/ Pengulun Carik. Suci Pura Mas Sakti yang terdapat
Sehingga tentara Blambangan berniat banguan Meru Tumpang Solas sebagai
untuk membangun tempat suci yang pemujaan terhadap roh Mas Sepuh yang
dipakai hulu pemujaan leluhurnya yang di dihormati oleh puri Mengwi, Puri Sibang,
Blambangan Jawa Timur. Tempat suci itu orang-orang Blambangan dan krama
dibangun menjadi satu di area pelinggih Seseh. Selain umat Hindu, keberadaan
subak tersebut, yang mana tempat suci makam Mas Sepuh di Bali juga di
tersebut diberi nama Pura Dalem percayai oleh Umat Muslim banyak
Blambangan atau yang lebih di kenal orang-orang muslim yang berzirah ke
dengan nama Pura Dalem Jawa. makam tersebut, terlebih lagi ketika
Pembangunan tempat suci ini bertujuan wacana tentang Wali Pitu muncul dan
untuk sebagai hulu pemujaan leluhur beliau dijadikan salah satu tokoh Wali Pitu
orang-orang Blambangan dan sekaligus di Bali, maka semakin banyak orang yang
sebagai pengingat untuk mengenang Mas berziarah kesana. Mas Sepuh ketika
Sepuh dan tentara Blambangan ketika masih hidup sejatinya masih beragama
tinggal di Banjar Jawa itu. Hindu namun sudah tertarik untuk
mempelajari agama Islam, lalu beliau
D. Pasca Terbunuhnya Mas Sepuh menggabungkan ajaran yang beliau
dapatkan dalam agama Hindu dan
Tidak diketahui berapa lama Mas Islam,sehingga beliau menjadi sosok
Sepuh tinggal di Banjar Jawa. Pihak puri yang sangat toleran, terlebih lagi pengikut
semakin khawatir dengan kesaktian Mas beliau sudah ada yang beragama Islam.
Sepuh terlebih lagi ketika tinggal di Bajar Hal inilah menjadi alasan mengapa beliau
Jawa, Mas Sepuh pernah berjalan di atas dihormati oleh dua umat dan menjadi
air di kolam Pura Taman Ayun untuk simbol akulturasi Hindu-Muslim di Bali.
mengambil bunga teratai. Sontak hal ini
membuat para punggawa kerjaan yang Pasca terbunuhnya Pangeran Mas
sedang rapat di Taman Ayun terkejut. Hal Sepuh di Pantai Seseh Desa Munggu,
ini kemudian dianggap sebagai ancaman bala tentara Blambangan pecah,
bagi pihak Mengwi dan timbulah rencana menyebar ke berbagai daerah di Bali
untuk membunuh Pangeran Mas Sepuh. untuk menyelamatkan diri dikarenakan
pemimpinya sudah terbunuh. Tentara
Setelah beberapa waktu berlalu, Blambangan ini menyebar ke Negara,
raja pura-pura mengizinkan Mas Sepuh Buleleng (Tukad Mungga), Sibang (Banjar
kembali ke Blambangan sebagai orang Blumbungan), Belayu. Namun masih ada
bebas. Penguasa Puri Sibang dan
beberapa orang tentara Blambangan 3) Pebersihan/ WC, berfungsi untuk
yang menetap di Mengwi yaitu di Banjar melakukan pembersihan seperti cuci
Pande dan Banjar Gambang. kaki-tangan, maupun buang air kecil
namun tidak terdapat tempat buang
Menyebarnya orang-orang air besar.
Blambangan pasca terbunuhnya Mas 4) Bale Gong, berfungsi sebagai
Sepuh maka, pemeliharaan Pura Dalem tempat untuk menabuh gong.
Jawa ini diserahkan kepada Bendesa 5) Pelinggih Ratu Pedanda, berfungsi
Batan Tanjung atau sekarang dikenal untuk memuja Ida Pedanda Sakti
dengan soroh Karang Buncing. Bebgitu Wawu Rawuh.
pula pemangku-nya pun harus dari soroh 6) Bale Piyasan, berfungsi sebagai
Karang Buncing. Disamping itu penyiwi/ tempat untuk meletakkan
pemaksan Pura Dalem Jawa meliputi tiga pecanangan dari Pelinggih Ida Ratu
wilayah yaitu krama dari Banjar Gambang, Pedanda
Banjar Batu dan Banjar Denkayu Delodan. 7) Pelinggih Pesimpangan, merupakan
2. Struktur dan Fungsi Pura Dalem simbol pesimpangan Gunung
Jawa Semeru
8) Telaga/ kolam, pada awalnya kolam
ini mencapai jeroan namun kolam di
A. Struktur Pura Dalem Jawa
halam jeroan ditimbun untuk
Pada dasarnya pembagian struktur meperluas areal jeroan dan kini
halaman Pura Dalem Jawa sama seperti kolam hanya terdapat di jaba sisi.
pura pada umumnya di Bali. Pura Dalem 9) Perencangan Dewi Durga, berfungsi
Jawa merupakan pura yang menggunakan sebagai penjaga niskala.
konsep Dwi Mandala yaitu pembagian 10) Pelinggih Ratu Naga, berfungsi
halama pura menjadi dua bagian yaitu untuk memuja Naga Tatsaka.
Utama Mandala (Jeroan) dan Nista 11) .Pelinggih Perencangan, berfungsi
Mandala (Jaba Sisi). Konsep Dwi Mandala sebagi linggih dari perecang-
yang melambangkan alam atas (urdhah) rencangan sesuhunan Ida Bhatara
dan alam bawah (adhah). Pada Pura 12) Gedong Pesimpen, berfungsi untuk
Dalem Jawa terdapat dua jaba sisi yaitu menyimpan pecanangan Ida Bhatara
jaba sisi bagian selatan dan jaba sisi di Pura Dalem Jawa.
bagian utara. Adapun bangunan- 13) Pelinggih Ratu Ngurah Sakti, untuk
bangunan yang ada di Pura Dalem Jawa memohon kesembuhan
antara lain: 14) Pengulun Carik, memohon segala
hal yang berkaitan dengan pertanian
1) Pelinggih Jero Gede, yang berfungsi 15) Gedong, berfungsi untuk memuja
sebagai pengambeng-ambeng Ida Bhatara-Bhatari dan memuliakan
niskala. Dewi Durga.
2) Bale Kukul, berfungsi untuk 16) Pelinggih Padmasana, untuk
meletakkan kukul sebagai sarana memuja atau pesimpangan ke
untuk komunikasi dengan Gunung Agung.
masyarakat setempat yang biasanya 17) Arca Ganesha, merupakan simbol
dibunyikan ketika ada kegiatan Rsi Gana.
ngayah/ piodalan.
18) Bale Pesamyangan Baleran, tempat Pelinggih Ratu Ngurah Sakti yang memiliki
melinggih Ida Bhatara setelah fungsi religius pengobatan memohon
datang dari Beji. kesembuhan. Piodalan di Pura Dalem
19) Bale Pesandekan, berfungsi sebagai Jawa jatuh pada Anggara Kasih
tempat para pemangku istirahat. Medangsia mencari bulan purnama tepat
20) Pelinggih Dewa Wisnu, untuk di manis purnama tersebutlah tetoyan di
memuja Dewa Wisnu pura ini yang diperingati setiap 6 bulan
21) Bale Pesamyangan, berfungsi sekali. Pura Dalem Jawa merupakan pura
sebagai tempat / linggih Ratu Gede semacam petilasan dari perjalanan Mas
Pura Desa Adat Denkayu Sepuh ke Bali dan untuk memuja leluhur
22) Bale Pesamyangan, sebagai tempat orang-orang Blambangan. Secara khusus
Ida Pedandan memimpin upacara. tidak terdapat pelinggih/ bangunan suci
23) Pelinggih Ratu Nyoman, berfungsi untuk memuja Mas Sepuh, namun ketika
untuk memuja Ratu Nyoman acara piodalan maka nunas tirta ke
pengadang-ngadang niskala Kramat Seseh, namun menurut pemangku
24) Wantilan, sebagai tempat pertujukan pura ini, jikalau tidak nunas secara
seni dan tempat untuk menyiapkan langsung maka dilakukan pengayatan ke
upakara. Kramat Seseh melalui Pelinggih Ratu
25) Pewaregan/ Dapur, berfungsi untuk Ngurah Sakti yang ada di Pura Dalem
memasak bahan upakara maupun Jawa.
membuat makanan/ minuman\
2. Fungsi Sosial Politik
B. Fungsi Pura Dalem Jawa
Pura Dalem Jawa memiliki fungsi
Adapun fungsi Pura Dalem Jawa sosial yang dapa dilihat dari interaksi antar
antara lain : umat ketika pelaksanaan yadnya di pura
ini. Pura Dalem Jawa menjadi tempat suci
1. Fungsi Religius
yang menyatukan umat Hindu tanpa
Fungsi Pura Dalem Jawa secara religius memandang status sosialnya. Ritual
sebagai tempat persembahyangan umat keagamaan yang diselenggarakan di Pura
Hindu dalam melakukan pemujaan DalemJawa mengintegarasikan umat dari
terhadap Sang Hyang Widhi Wasa dan berbagai lapisan masyarakat dan dari
segala manifestasinya serta sebagai berbagai daerah untuk melaksanakan
tempat untuk mensucikan diri secara yadnya di pura ini. Seperti halnya pura ini
niskala. Pura Dalem Jawa. Pura Dalem di empon oleh soroh Karang Buncing dan
Jawa tidak hanya mempunyai fungsi beberapa krama Desa Mengwi (Banjar
religius keagamaan saja, namun Batu dan Banjar Gambang) dan krama
berkembang fungsi religius sesuai dengan Desa Werdi Bhuwana (Banjar Denkayu
kepercayaan masyarakat setempat. Hal ini Delodan). Bahkan orang-orang yang
dapat dilihat dengan adanya berbagai memohon kesembuhan di pura ini dan
pelinggih dengan fungsinya tersendiri orang-orang keturunan Blambangan yang
seperti, Pelinggih Ratu Pedanda untuk tersebar di beberapa wilayah di Bali turut
memuja Pedanda Sakti Wawu Rawuh dalam kegiatan yadnya di pura ini.
(Dang Hyang Niratha), Pelinggih Pengulun Masyarakat dari berbagai lapisan dan
Carik sebagi tempat memohon kesuburan wilayah berbaur dalam semua kegiatan
pertanian agar tidak terserang hama dan seperti kegiatan ngayah dan kegiatan
nunas ajengan yang diadakan saat sela- Tanpa disadari seni lukis atau seni
sela kegiatan ngayah. rupa terpatri dalam setiap unsur-unsur
Pura Dalem Jawa berdinamika ritual keagamaan seperti salah satunya
sesuai alur politik yang berlangsung. sebelum karya bulan Mei 2018 pretima
Meskipun pemeliharaan pura ini atau pecanangan yang menjadi simbol di
diserahkan kepada soroh karang buncing, Pura Dalem Jawa di perbaiki. Pecanangan
namun legitimasi politik Kerajaan Mengwi yang berbentuk macan ini dilukis ulang
dapat dilhat dari adanya golongan yang tentunya sudah melalui ritual-ritual
Brahmana dari Griya Mas Siangan yang tertentu. Dari hal ini seni lukis juga
juga ambil andil dalam merawat pura ini. tercermin dalam pembaharuan terhadap
Dengan kata lain, pihak Griya Mas pretima/ pecanangan di Pura Dalem Jawa.
Siangan sebagai penasehat sedangkan Dengan demikian keberadaan Pura Dalem
soroh karang buncing sebagai pelaksana. Jawa dapat dikatakan sebagai pusat
perkembangan kebudayaan daerah
3. Fungsi Budaya melalui berbagai aktivitas seni di dalam
ritual keagamaan yang diwariskan secara
Pura Dalem Jawa muncul sebagai tidak langsung kepada pemedek yang
tempat berkembangnya kebudayaan. hal tangkil ke pura ini, sehingga kesenian-
ini dikarenakan di setiap upacara kesenian baik sakral maupun profan yang
keagamaan di pura ini selalu menampilkan ditampilkan akan selalu ajeg ditengah
kesenian daerah. Pada saat piodalan gerusan arus globalisasi.
biasanya hanya menampilkan tari-tarian
yang bersifat sakral. Sedangkan apabila 4. Fungsi Pendidikan
pada hari tertentu seperti dilaksanakannya
karya maka tidak hanya tarian sakral yang Pura Dalem Jawa juga mempunyai
diadakan namun pula kesenian profan fungsi lain yaitu fungsi pendidikan.
dengan tujuan menghibur pemedek. Pendidikan yang didapatkan di Pura
Adapun tari-tarian yang pernah di adakan Dalem Jawa adalah pendidikan nonformal.
di pura ini ketika karya di bulan Mei 2018 Pendidikan nonformal yang berlangsung di
ialah tari Rejang Dewa, Tari Topeng Pura Dalem Jawa lebih berorietasi pada
Sidakarya, Baris Gede, Rejang Renteng, interaksi masyarakat saat di pura yang
Wayang Lemah, dan Calonarang. Begitu tercermin dalam tindakan, keterampilan
pula ketika ada karya juga dipentaskan dan pengetahuan yang ditujukan untuk
beberapa kesenian yang bersifat keberlangsungan kegiatan yadnya di pura
menghibur seperti legong dan tersebut.
prembon.Tidak hanya tarian, ketika ada Adapun contoh pendidikan
upacara di Pura Dalem Jawa seni tabuh nonformal yang tercemin di Pura Dalem
juga mejandi hal yang wajib untuk Jawa yaitu adanya kegiatan ngayah dalam
mengiringi jalanya upacara termasuk membuat banten dan perlengkapan
mengiringi tarian-tarian yang bersifat upacara lainnya. Banten dalam upacara
sakral. Begitu pula upacara keagamaan yadnya agama Hindu di Bali merupakan
yang berlangsung di Pura Dalem Jawa sombol sakral sebagai upaya para orang
senantiasa diiringi oleh lantunan nyanyian- suci Hindu untuk mentradisikan ajaran
nyanyian keagamaan melalui kegiatan Weda dengan memvisualisasikan Tattwa
pesantian. atau intisari ajaran Hindu agar nilai-nilai
Tattwa Hindu lebih mudah diserap oleh
umat dari semua lapisan. Jadi kegiatan membangun tempat suci untuk memuja
ngayah membuat banten yang dilakukan roh leluhur mereka yang ada di
di Pura Dalem Jawa merupakan salah Blambangan Jawa Timur sekaligus untuk
satu bentuk pendidikan nonformal dalam mengenang Mas Sepuh ketika tinggal di
mentranformasi ajaran Weda melalui sana.
banten-banten yang dibuat. Selain
pengetahuan tentang banten, pendidikan Tidak Banyak orang yang
nonformal juga tercermin dari adanya mengetahui peristiwa pengasingan Mas
pengetahuan seni budaya ditampilkan Sepuh di Banjar Jawa. Kebanyakan
dalam prosesi upacara di Pura Dalem orang-orang hanya mengetahui peristiwa
Jawa baik seni tari, seni tabuh, seni lukis, pembunuhan Mas Sepuh di Pantai seseh,
seni suara. terlebih keberadaan makam beliau kini
dianggap sebagai salah satu Wali Pitu di
3. Potensi Pura Dalem Jawa Sebagai Bali. Dengan demikian aspek historis dari
Sumber Belajar Sejarah di SMA pura ini dapat dijadikan sumber belajar
karena hal ini berkaitan dengan
Pura Dalem Jawa juga dapat dijadikan penguasaan Kerajaan Mengwi terhadap
sebagai sumber belajar formal dengan Blambangan maupun keterkaitannya yang
memafaatkan potensi yang terdapat di dikarenakan tempat pura ini berada
Pura Dalem Jawa sebagai sumber pernah dijadikan pengasingan Mas Sepuh.
pembelajaran sejarah di sekolah.
Pemanfaatan Pura Dalem Jawa sebagai 2. Aspek Peninggalan
sumber belajar selaras dengan Kurikulum
2013 yang menekankan pembelajaran Di Pura Dalem Jawa terdapat
kontekstual. Adapun potensi-potensi yang beberapa peninggalan-peninggalan yang
dimiliki Pura Dalem Jawa sebagai sumber dapat dijadikan sumber belajar antara lain:
belajar sejarah antara lain:
1. Cengkuwung
1. Aspek Historis Cengkuwung merupakan benda
peninggalan bersejarah yang ada di Pura
Perjalanan sejarah Pura Dalem Dalem Jawa. Cengkuwung digunakan
Jawa dapat dijadikan sumber belajar. sebagai saluran air yang sekarang hampir
Sejarah pura yang berkaitan erat dengan mirip dengan base-base saluran air.
kedatangan Mas Sepuh penguasa Ketika Mas Sepuh dan tentara
Blambangan ke Mengwi pada tahun 1764. Blambangan tinggal di Banjar Jawa,
Ketika itu Kerajaan Blambangan berada di mereka diperintahkan bekerja rodi
bawah kekuasaan Kerajaan Mengwi. membangun saluran air dari Goa Landak
Lokasi Pura Dalem Jawa dan sekitarnya Banjar Sayan disalurkan ke Puri Mengwi
dulunya merupakan tempat tinggal untuk kepentingan pembuatan pemandian.
sementara Mas Sepuh dan tentara Ketika itu cengkuwung-cengkuwung ini
Blambangan yang ketika itu tidak diizinkan disambung dengan ukuran 1 meter dan
tingga di puri. Sehingga daerah yang lebar 60 meter. Sampai sekarang
dulunya disebut dengan Tegal Waru potongan cengkuwung pembangunan
kemudian dikenal dengan nama Banjar saluran air pada abad ke-18 ini masih
Jawa. Pendirian pura ini berkaitan dengan disimpan di Pura Dalem Jawa sebagai
keinginan orang-orang Blambangan benda peninggalan sejarah.
2. Arca Pendeta di Pelinggih Ratu 4. Beberapa Batu Alam Pada
Ngurah Sakti Pelinggih Lainnya
Pelinggih Ratu Ngurah Sakti Pada sisi kanan dan kiri Candi
berfungsi untuk memohon kesembuhan. Bentar di Pura Dalem Jawa ini dilengakpi
Pada bagian atas pelinggih terdapat dengan patung rangda dan berisi
beberapa arca dan batu alam. Di pelinggih beberapa batu alam. Fungsi patung
ini terdapat 6 batu alam dengan diameter rangda ini hampir sama dengan patung
rata-rata 30 Cm. Di bagian depan kanan dwarapala yang merupakan penjaga pintu
dan kiri terdapat arca. Sebelah kanan masuk secara niskla. Pada patung
terdapat arca pendeta memegang genta sebelah kiri terdapat tiga batu alam
dengan posisi bersila, rambut lurus dengan diameter rata-rata 25-30 Cm,
dengan mata dan telinga agak besar, sedangkan pada patung sebelah kanan
dagu meruncing. Arca Pendeta ini juga terdapat 3 batu alam dengan diameter
digambarkan memegang sebuah benda rata-rata 30 Cm. Begitu pula pada candi
seperti tas dengan motif anyaman dan bentar menuju jeroan. Selain itu pada sisi
dikempit di sebelah kanan. Di sebelah kiri kanan dan kiri Candi Bentar menuju
terdapat arca yang tidak teridentifikasi Jeroan terdapat patung penjaga semacam
karena bagian muka dalam keadaan aus. dwarapala dan dua pelinggih di sisi kanan
Batu di bagian tengah depan disangga kiri yang berisi onggokan batu alam.
dengann beberapa batu kecil berdiameter Patung dan pelinggih di sisi kanan dan kiri
10 Cm. Paling depan kanan dan kiri Candi Bentar ini berfungsi sebagai
terdapat arca singa dengan mata melotot penjaga pintu masuk secara niskala. Pada
dan mulut terbuka. pelinggih bagian kiri terdapat 5 onggokan
batu alam dengan diameter terbesar 40
3. Arca Pedanda di Pelinggih Ratu Cm dan 20 Cm. Begitu pula pada
Pedanda dan Batu Alam di pelinggih bagian kanan terdapat 6 batu
Pelinggih Pesimpangan. alam dengan diameter terkecil 8 Cm dan
Pelinggih ini berfungsi untuk terbesar 25 Cm.
memuja Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh/
Dang Hyang Nirartha. Pada bagian atas SIMPULAN DAN SARAN
pelinggih terdapat arca pendeta, arca Berdirinya Pura Dalem Jawa
pendeta ini menggunakan atribut pendeta berkaitan dengan kedatangan Mas Sepuh
seperti ketu di bagian kepala, genitri yang pada tahun 1764 yang mana ketika itu
menyilang di badannya dan tanggan Kerajaan Blambangan sudah berada di
kirinya yang memegang sebuah genta. bawah kekuasaan Kerajaan Mengwi.
Sedangakan di dekat pelinggih Ratu Lokasi Pura Dalem Jawa dan lingkungan
Peranda terdapat pelinggih Pesimpangan. sekitar pura tersebut dulunya yang
Di Pelinggih ini terdapat 7 buah batu alam bernama Bajar Jawa adalah tempat
dengan diameter 8 Cm dan yang terbesar tinggal sementara Mas Sepuh dan
20 Cm. Dua batu terbesar di tengahnya pasukan Blambangan yang ketika itu tidak
terdapat cekungan dengan diameter 5 Cm diizinkan tinggal di Puri Mengwi. Pendirian
dan 6 Cm dengan kedalaman 2 Cm. Pura ini berkaitan dengan keinginan rakyat
Blambangan unntuk membangun tempat
suci untuk memuja roh leluhur mereka
yang ada di Blambangan Jawa Timur
sekaligus untuk mengenang Mas Sepuh nonformal yang berorientasi pada
ketika tinggal disana. keterampilan dan pengetahuan terkait
Struktur Pura Dalem Jawa dengan persiapan upacara.
menggunakan konsep Dwi Mandala, Selain pendidikan nonformal, Pura
terdapat dua Jaba Sisi yaitu Jaba Sisi Dalem Jawa memiliki pontesi untuk
bagian selatan dan utara dan yang kedua menunjang pendidikan formal dengan
adalah bagian Jeroan. Pada bagian luar memperhatikan aspek historis dari Pura
pura terdapat pelinggih Jero Gede. Dalem Jawa dan berbagai benda
Kemudian pada Jaba sisi bagian selatan peninggalan berbudaya seperti
terdapat bangunan Bale Kukul, Pebersian/ cengkuwung arca pendeta dibeberapa
WC, Bale Gong, Pelinggih Ratu Pedanda, batu alam yang disakralkan di Pura Dalem
Pelinggih Pesimpangan, Bale Piyasan, Jawa.
dan kolam. Sedangakan pada bagian Adapu saran yang penulis ingin
jeroan terdapat pelinggih Dewi Durga, sampaikan pada beberapa pihak antara
Pelinggih Ratu Naga, Pelinggih lain; bagi masyarakat Desa Werdi
Perencangan, Pelinggih Gedong Bhuwana dan beberapa krama dari Desa
Pesimpen, Pelinggih Ratu Ngurah Sakti, Mengwi bersama Pemerintah Kabupaten
Pelinggih Pengulun Carik, Gedong, Badung diharapkan bersama-sama
Pelinggih Padmasana, Pelinggih Arca menjaga dan melesatarikan Pura Dalem
Ganesha, Bale Pesamyangan Baleran, Jawa sebagai salah satu pura kuno yang
Bale Pesandekan, Pelnggih Dewa Wisnu, memiliki nilai historis yang sangat tinggi.
Bale Pesamyangan, Bale Pesamyangan. Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan
Dan pada bagian jaba sisi bagian utara penelitian mengenai Pura Dalem Jawa,
terdapat bangunan wantilan, pewaregan/ diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
dapur, Pelinggih Ratu Nyoman. salah satu acuan penelitiannya. Bagi
Pura Dalem Jawa mempunyai Guru, diharapkan penelitian ini dapat
beberapa fungsi antara lain 1) Fungsi dijadikan sumber belajar sejarah di tingkat
Religus yaitu memuja Ida Sang Hyang SMA dan dapat dijadikan sumber belajar
Widhi Wasa dengan segala prabhawanya yang bersifat kontekstual guna
disamping itu keberadaan pelinggih Ratu membangun daya kritis siswa terhadap
Ngurah Sakti diyakini sebagai tempat bangunan bersejarah di sekitar siswa.
memohon kesembuhan. 2) Fungsi Sosial Bagi siswa, diharapkan siswa lebih kritis
Politik yaitu menyatukan masyarakat dan peka terhadap bangunan bersejarah
melalui kegiatan ngayah di pura tanpa di sekitarnya sehingga bisa menghargai
memandang status sosialnya, begitu pulla kearifan lokal yang ada dengan demikian
dalam fungsi politiknya dapat dilihat dari diharapkan hati siswa tergugah untuk
adanya masih adanya legitimasi Kerajaan menjaga dan melestarikan Pura Dalem
Mengwi melalui golongan Brahmana dari Jawa sebagai salah satu bangunan
Griya Mas Siangan yang juga sebagai bersejarah di Desa Werdi Bhuwana.
mengempon pura ini. 3) Fungsi Budaya,
Pura Dalem Jawa muncul sebagai pusat
pengembangan seni karena setiap DAFTAR PUSTAKA
piodalan selalu diiringi oleh seni tari, seni
tabuh dan seni suara/ pesantian. 4) Fungsi Geriya I Wayan, dkk. 2012. Konservasi
Pendidikan, Pura Dalem Jawa merupakan Pusaka Budaya Kabupaten
tempat berlangsunganya pendidikan
Badung.Badung: Dinas
Kebudayaan Kabupaten Badung.
Idurs, Muhammad.2009. Metode
Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Mahdi Adan, Mujahidin. 2014. Panduan
Praktis Untuk Menyusun Skripsi,
Tesis, dan Disertasi. Bandung:
Alfabeta.
Margana Sri. 2012.Ujung Timur Pulau
Jawa: Perebutan Hegemoni
Blambangan. Yogyakarta: Pustaka
Ifada

Nordholt Henk Schulte. 2009. The Spell of


Power : Sejarah Politik Bali 1650-
1940. Denpasar: Pustaka
Larasan.
Widja I Gede. 1989. Dasar-Dasar
Pengembangan Strategi Serta
Metode Pengajaran Sejarah.
Jakarta: Depatermen Pendidikan
Dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Anda mungkin juga menyukai