Anda di halaman 1dari 1

Arsitektur Klasik mengacu pada masa awal di mana aliran kajian sejarah dan

budaya dimulai dari masa Yunani dan Romawi, yang kemudian membawa pengaruh
ke zaman-zaman berikutnya. Dalam arsitektur klasik, karyanya terpusat pada karya
seni pahat dalam bentuk kolosal, dengan fungsi sebagai visualisasi dari agama,
kitab suci, dan kepercayaan lainnya, bahkan merupakan sarana ritual keagamaan.
Namun, secara umum pada masa ini, fungsi, biaya, dan waktu pembangunan
bukanlah faktor yang penting. Dalam prosesnya, bahan bangunan utama diambil
langsung dari alam (atau melalui proses sederhana), dan dikerjakan hanya oleh
sedikit pekerja.
Perkembangan arsitektur klasik dimulai pada regional arsitektur Yunani (+
3000 – 30 SM). Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya
berikutnya yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan
pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa
Barat. Arsitektur pra-Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang
kaya dengan mitologi dan seni. Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan
utama sebagai bagian dari ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-
Yunani kuno tersebut menjadi dasar terbentuknya konsep nilai ke-estetika-an pada
saat itu terfokus pada terciptanya bangunan-bangunan megah dan besar sebagai
upaya mendekatkan manusia terhadap mitos dewa-dewi alam semesta.
Pada perkembangannya, Arsitektur Yunani Kuno mulai meninggalkan
tahapan mitologi dan menuju tahap filsafat ilmu (Surajiyo, 1997). Pada masa ini ilmu
ukur menjadi penting dalam menentukan bentuk dan proporsi bangunan. Rumus
matematis berperan penting dalam menentukan nilai estetika sebuah bangunan.
Keindahan pada era ini tersirat dalam penggunaan proporsi golden section dan
pemanfaatan efek distorsi mata untuk menciptakan kemegahan dan keindahan
bangunan-bangunan utamanya. Bagi orang Yunani, dunia adalah kosmos, yang
berarti teratur (Bertens, 2004), dan hal ini sangat terlihat dalam karya-karya
arsitekturalnya. Setiap bangunan pada arsitektur Yunani Kuno adalah bagian
integral dari seluruh struktur keseluruhan, karenanya peninggalannya (walau tidak
sempurna) dapat direkonstruksi menjadi suatu bangunan yang sebenarnya
(Hemingway, 2003).
Secara umum, dua jenis bangunan arsitektural Yunani Kuno menurut
fungsinya adalah sebagai (a) kuil, istana, bangunan religius, dan bangunan umum,
serta (b) amphitheatre atau panggung terbuka. Ciri khas dari arsitektur Yunani
adalah penggunaan kolom dan balok (entablature) sebagai elemen utama, dan
memiliki tiga tipe order (susunan kolom dan balok). Orde tertua adalah Dorik yang
melambangkan kesederhanaan tanpa banyak hiasan, kemudian Ionik yang
merupakan refleksi dari ‘laut’ atau ‘karang’, terlihat dari dua bagian yang
melengkung di ujung. Orde terakhir dan paling rumit adalah Korintian, dengan lebih
banyak hiasan pada ujung kolom dan baloknya (Dietsch, 2009).

Anda mungkin juga menyukai