Nim : 2186206070
Kelas :2B
Mata Kuliah : Konsep Dasar Sejarah
Tugas sejarah materi kedua
Petilasan Kraton Pajang di Kota Solo adalah lokasi peninggalan Kerajaan Pajang
yang diprakarsai keberadaannya oleh Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. Kerajaan
Pajang memang tidak berumur lama sejak berdirinya tahun 1568, tetapi kerajaan
Islam ini cukup berperan dalam khazanah kerajaan di Jawa pada abd ke 16.
Runtuhnya Kerajaan Pajang sendiri bersamaan dengan akhir Kekuasaan Sultan
Hadiwijaya. Karena tidak memiliki penerus dan kehilangan pengaruh kekuasaan,
jadilan kerajaan ini harus berakhir.
Secara fisik bangunan, Kraton Pajang sudah tidak ada lagi. Sisa yang ada hanya
berupa puing-puing pondasinya saja. Karenanya, dibuatlah petilasan ini sebagai
replika akan bukti sejarah kerajaan Pajang dahulu. Adapun beberapa peninggalan asli
yang masih ada saat ini ialah rakit kayu yang pernah dinaiki Jaka Tingkir saat
melawan buaya, arca-arca, dan sebuah bongkahan batu tempat persemediaan Jaka
Tingkir.
Jawaban nomor 1 : terjadi nya Istana Maimun terjadi Di tahun Istana Maimun
dibangun pada tahun 26 Agustus 1988, dan selesai pada 18 Mei
1891, pada masa Sultan Ma’moen Al Rasyid.
Jawaban nomor2 : pristiwa terjadinya Istana Maimun, Adalah hikayat Merian
Puntung penjelmaan dari adik Putri Hijau dari kerajaan haru dan
Istana maimun adalah peninggalan dari Kesultanan Deli Istana
Maimun peninggalan kerajaan Deli, atau Kesultanan Deli, pada
masa Sultan Ma'moen Al Rasyid. Arsitektur bangunannya juga
megah, bergaya Mughal.
Jawaban nomor 3 : Istana Maimun menjadi situs sejarah bukan hanya karena usianya
yang tua, tetapi juga desain interiornya yang unik, memadukan
unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu Deli, dengan gaya Islam,
Spanyol, India, Belanda dan Italia.
3. Candi Prambanan
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu
(Syaiwa) terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini
dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu dewa Brahma sebagai
dewa pencipta, dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan dewa Siwa sebagai dewa
pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah
Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di
garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga
meter, dikarenakan aliran Syaiwa yang mengutamakan pemujaan dewa Siwa di candi
ini.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan
dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja
Sri Maharaja Dyah Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka
tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama
asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha
yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah
Siwa' atau 'Alam Siwa').
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada
abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu,
candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang
menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi ini
mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan
Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya
menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta (Jogja) dan
Kasunanan Surakarta (Solo).