Anda di halaman 1dari 12

kerajaan mataram

ATHA-BALQIS-CHIKA-DINAN-KHEMISYA-
NAZWA
Pusat Kerajaan
Pusat dari Kerajaan Mataram Islam terletak di daerah Jawa Tengah bagian
selatan. Ibukotanya berada di Kota Kede atau sekitar Kota Yogyakarta
untuk saat ini. Dari beberapa kisah kuno mengenai letak geografis
Mataram Islam berada di daerah aliran Sungai Opak dan Progo dengan
muara di Laut Selatan.
Luas wilayah Kerajaan Mataram Islam terbentang dari Tugu sebagai batas
sebelah utara sedangkan Panggung Krapyak sebelah selatan. Di perbatasan
barat ada Sungai Winongo dan sebelah timur ada Sungai Code.
Keraton Mataram Islam yang terletak antara Gunung Merapi dan Laut
Selatan dimaknai sebagai pusat dunia atau jagat raya.
Berdirinya Kerajaan
Awal mula berdirinya kerajaan Mataram Islam ketika Sutawijaya
dan Ki Ageng Pamanahan membantu Joko Tingkir membunuh Aryo
Penangsang. Joko Tingkir kemudian mendirikan Kerajaan Pajang, dan
menghadiahkan tanah Mentaok (di Kotagede,Yogyakarta sekarang)
kepada Ki Ageng Pamanahan dan Sutawijaya. Pada masa
kepemimpinan Ki Ageng Pamanahan status Mataram Islam hanyalah
sebuah kadipaten di Kerajaan Pajang. Namun, setelah Ki Ageng
Pamanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya melepaskan diri
dari kerajaan Pajang dan mendirikan kerajaan Mataram Islam pada
tahun 1582M.
Pasca berhasil memerdekan kerajaan Mataram Islam, Sutawijaya
mengangkat dirinya jadi Sultan dengan gelar Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati bergelar Senopati ing Alaga Sayidin
Panatagama, yang menunjukan raja berkuasa atas pemerintahan dan
keagamaan. Sedangkan gelar Senopati untuk sebutan panglima
perang.
Sejarahnya
Kerajaan Mataram Islam mulai terbentuk di abad ke 16, atau lebih tepatnya di tahun 1582M
setelah Ki Ageng Pamanahan memperoleh imbalan berupa Hutan Mentaok dari Sultan
Adiwijaya, karena membantu menumpas pemberontakan Aria Penangsang.
Anak Ki Ageng Pamanahan yakni Sutawijaya yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Pajang ingin membebaskan diri dari Kerajaan Pajang dan melakukan perlawanan. Hal ini
mengakibatkan Sultan Adiwijaya terbunuh di peperangan.
Kerajaan Mataram Islam adalah Kerajaan yang lebih menitik beratkan pada kegiatan
agraris.Sepanjang masa berdirinya Kerajaan Mataram Islam,Kerajaan ini tercatat mencapai
masa kejayaan di era Raden Mas Rangsang atau yang dikenal sebagai Sultan Agung.
Sultan Agung sendiri adalah raja ketiga yang tercatat dari Kerajaan Mataram Islam. Masa
pemerintahannya mulai dari tahun 1613M sampai 1645M. Daerah seperti Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan sebagian Jawa Barat masuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram
Islam.
Sultan Agung adalah sultan yang dikenal sangat keras menentang VOC Belanda. Ia mengerahkan
pasukan ke Batavia yang menjadi pusat dari kegiatan VOC. Penyerangan dilakukan berkali-kali
meski terus mengalami kegagalan.
Hingga akhirnya di tahun 1629M, pasukan Sultan Agung pun ditarik mundur dari Batavia.
Meninggalnya Sultan Agung menandai awal mula runtuhnya Kerajaan Mataram Islam akibat
kepemimpinan tidak dipegang orang yang cakap.
RAJA-RAJA KERAJAAN MATARAM ISLAM
Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati): merupakan raja pertama Kerajaan Mataram Islam. ia
memerintah pada tahun 1586M-1601M.
Raden Mas Jolang:merupakan raja kedua Kerajaan Mataram Islam. ia memerintah pada tahun 1601M-
1613M. AM
Sultan Agung (Raden Mas Jatmika): merupakan raja ketiga Kerajaan Mataram Islam. ia memerintah pada
tahun 1613M-1645M.
Amangkurat I(Raden Mas Sayyidin): merupakan raja keempaat Kerajaan Mataram Islami. ia memerintah
pada tahun 1646M-1677M.
Amangkurat II(Raden Mas Rahmat): merupakan raja kelima Kerajaan Mataram Islam. ia memerintah pada
tahun 1677M-1703M.
Amangkurat III(Raden Mas Sutikna): merupakan raja keenam Kerajaan Mataram Islam. ia memerintah
pada tahun 1703M-1705M.
Pakubuwana I(Raden Mas Darajat): merupakan raja ketujuh Kerajaan Mataram Islam. ia memerintah pada
tahun 1704M-1719M.
Amangkurat IV(Raden Mas Suryaputra): merupakan raja kedelapan Kerajaan Mataram Islam.ia
memerintah pada tahun 1719M-1726M.
Pakubuwana II(Raden Mas Prabasuyasa): merupakan raja kesembilan Kerajaan Mataram Islam. ia
memerintah pada 15 Agustus tahun 1726M.
Amangkurat V(Raden Mas Garendi): merupakan raja kesepuluh Kerajaan Mataram Islam. ia memerintah
pada 17 Juli tahun1742M.
Masa kejayaan
Kerajaan Mataram Islam mengalami puncak kejayaan Pada masa pemerintahan
Sultan Agung Hanyokrokusumo dari tahun 1613M-1646M.

Faktor-faktor Kejayaan Mataram Islam :


1. Menjadi pengekspor beras pada saat itu.
2. Memiliki kebudayaan yang sangat berlimpah.
3. Wilayah kekuasaan hampir di seluruh pulau Jawa (kecuali Banten dan
Batavia),Madura,Bali,Nusa Tenggara serta di sebagian wilayah Kalimantan.
4. Tidak takut menghadapi Belanda di Batavia walaupun semua perlawanan
nya gagal.
Pada saat itu wilayah Batavia dikuasai oleh pihak VOC(Veerenidge Oost
Indische Compagnie) Belanda. Sehingga,kekuatan militer Kerajaan Mataram
membesar karena memiliki rasa anti kolonialisme.
Runtuhnya Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan nya pada periode 1613M sampai 1645 M.
Bahwa pada masa ke masanya wilayah kekuasaan kerajaan ini membentang hampir mencakup semua daerah
pulau Jawa.
Namun,pada tahun 1645 Masehi Sultan Agung wafat dan ia dimakamkan di bukit imogiri. lalu ia digantikan oleh
putranya yang bergelar Amangkurat I. Akan tetapi,pribadi raja ini sangat berbeda dengan pribadi Sultan
Agung. Amangkurat I adalah seorang raja yang lemah,berpandangan sempit,dan sering bertindak kejam.
lalu Kerajaan Mataram mengalami kemunduran apa lagi adanya pengaruh VOC yang semakin kuat.
adapun penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Islam yaitu
1). Kemunduran di bidang ekonomi dan sosial.
2). Banyaknya kriminalitas.
3). Banyak wilayah melepaskan diri.
4). Ketegangan politik.
5). Adanya Campur tangan Belanda.
6). Perselisihan pewaris tahta.
Peninggalan Kerajaan
1. MASJID AL FATIH KEPATIHAN Masjid Al Fatih Kepatihan berdiri di daerah
kepatihan,Jebres,Surakarta.
Masjid ini dibangun oleh Raden Adipati
Sosrodiningrat IV sebagai mahar lamaran
Pakubuwono X.
Kompleks Makam Imogiri terletak di Dusun Pajimatan,
Girirejo, Kapanewon Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Pendiri
kompleks makam raja-raja Mataram Islam ini adalah
2. KOMPLEKS MAKAM KERAJAAN IMOGIRI
Sultan Agung pada tahun 1632M. Lokasi kompleks makam
berada di bukit Merak yang dinamai Pajimatan Imogiri.
Dusun Pajimatan yang terletak di bawah gunung tersebut
merupakan pemukiman abdi dalem yang bertanggung
jawab atas pemeliharaan Kompleks Makam Imogiri dan
upacara yang diadakan di makam tersebut.
3. KERATON KESULTANAN YOGYAKARTA
Keraton Kesultanan Yogyakarta dibangun
pada 1755 Masehi. Di depan
Keraton,terdapat alun-alun utara dan di
barat alun-alun dapat ditemukan Masjid
Agung.

4. TAMAN SARI
Taman Sari adalah bekas taman istana
milik Keraton Yogyakarta yang dibangun
pada zaman Sultan Hamengkubuwono I.
Taman Sari juga berfungsi sebagai
benteng pertahanan .
5. MASJID PATHOK NEGORO SULTHONI PLOSOKUNING.
Masjid Pathok terletak di Desa Minomartani,Kecamatan
Ngaglik,Sleman,Yogyakarta.
Pendiri masjid ini, yaitu Kiai Musodo yang juga
merupakan keponakan Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Ploso Kuning merupakan nama yang diambil dari pohon
ploso yang tumbuh di sekitar masjid.

6. KERATON KASUNANAN SURAKARTA Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton


Surakarta Hadiningrat dibangun oleh Pakubuwono
pada tahun 1745. Keraton ini memiliki galeri seni dan
museum yang berisikan pusaka-pusaka kerajaan,
barang-barang antik, dan senjata kuno. Di halaman
keraton terdapat sebuah menara yang bernama
Panggung Sanggabuwono, konon menara ini tempat
bertemunya Raja dan penguasa Ratu Selatan.
7. MASJID AGUNG GEDHE KAUMAN Masjid Agung Gedhe Kauman terletak di sebelah barat Alun-
alun Utara, Yogyakarta. Tepatnya lokasi masjid di Kampung
Kauman, Kecamatan Gondomanan. Peninggalan Kesultanan
Mataram dibangun pada tahun 1773, dalam masa
pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Bangunan
masjid memiliki satu gendung induk sebagai tempat shalat dan
maksura sebagai pengamanan raja ketika akan shalat. Di
halaman masjid terdapat pagongan yang digunakan untuk
meletakkan gong saat acara Sekaten.
8. MERIAM SEGARA WANA DAN SYUH BRATA
Meriam Segara Wana dan Syuh Brata adalah hadiah yang diberikan Jan
Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda sebagai bentuk
apresiasinya kepada Sultan Agung karena telah menerima kesepakatan
pihak Belanda untuk melakukan beberapa perjanjian terkait beberapa
kebijakan.
Peninggalan bersejarah berbentuk senjata baja tersebut memang masih
bisa kita lihat dalam keadaan utuh meskipun telah berabad-abad
berlalu. Kini keberadaan meriam bersejarah itu pun bisa di lihat di
depan keraton Surakarta.
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai