Anda di halaman 1dari 9

Edmund Cartwright penemu alat tenun

Karir sebagai Penemu


Cartwright juga seorang penemu yang produktif. Pada 1784 dia terinspirasi untuk
membuat mesin untuk menenun ketika dia mengunjungi pabrik pemintalan kapas
Richard Arkwright di Derbyshire. Meskipun dia tidak memiliki pengalaman dalam
bidang ini, dan banyak orang berpikir bahwa ide-idenya tidak masuk akal, dia
bekerja untuk membawa konsepnya menjadi berbuah dan alat tenun kekuatan
pertamanya dipatenkan pada tahun 1785.
Dia terus melakukan perbaikan pada iterasi berikutnya dari alat tenun listrik dan
mendirikan pabrik di Doncaster untuk memproduksi massal mereka. Namun, ia tidak
memiliki pengalaman atau pengetahuan dalam bisnis atau industri sehingga tidak
pernah berhasil memasarkan daya alat tenunnya, menggunakan pabriknya hanya
untuk menguji penemuan baru. Dia menciptakan mesin wol-combing pada 1789 dan
terus meningkatkan kekuatan mesin tenunnya.
Pada 1793, Cartwright bangkrut dan pabrik ditutup. Dia menjual 400 alat tenunnya
ke sebuah perusahaan Manchester tetapi kehilangan sisanya ketika pabriknya
dibakar, mungkin karena pembakaran yang dilakukan oleh penenun handloom yang
takut persaingan kekuatan alat tenun.
Bangkrut dan miskin, Cartwright pindah ke London pada 1796, di mana dia bekerja
pada ide penemuan lainnya. Dia menciptakan mesin uap yang menggunakan
alkohol, mesin untuk membuat tali, dan membantu Robert Fulton dengan
steamboats-nya. Dia juga mengerjakan ide-ide untuk batu bata yang saling
mengunci dan papan lantai yang tidak bisa terbakar.
Kekuatan alat tenun Cartwright perlu diperbaiki dan beberapa penemu melakukan
hal itu. Ini diperbaiki oleh William Horrocks, penemu variabel kecepatan batton dan
American Francis Cabot Lowell. Alat tenun listrik menjadi umum digunakan setelah
tahun 1820. Ketika kekuatan alat tenun menjadi efisien, para wanita menggantikan
sebagian besar pria sebagai penenun di pabrik-pabrik tekstil.
Meskipun banyak dari penemuan-penemuan Cartwright tidak berhasil, ia diakui oleh
House of Commons untuk keuntungan nasional alat tenun kekuasaannya.
Peninggalan kerajaan maritim hindu budha

Kerajaan hindu :
1.kerajaan kutai

Prasasti Yupa

Prasasti Yupa merupakan salah satu dari peninggalan Kerajaan Kutai tertua dan benda ini
menjadi bukti sejarah dari Kerajaan Hindu di Kalimantan tersebut. Ada 7 prasasti Yuoa yang
masih bisa dilihat hingga kini. Yupa merupakan tiang batu yang dipakai untuk mengikat
kurban hewan ataupun manusia yang dipersembahkan pada para Dewa dan pada tiang batu
tersebut terdapat tulisan yang dipahat. Tulisan-tulisan tersebut ditulis memakai bahasa
sansekerta atau huruf Pallawa. Namun dari ketujuh Prasasti Yupa tersebut tidak ada yang
disertai dengan tahun pembuatannya sehingga tidak diketahui dengan pasti tanggal
pembuatan prasasti tersebut.
Prasasti Yupa berisi tentang kehidupan politik. Pada prasasti pertama menceritakan tentang
raja pertama Kerajaan Kutai yakni Kudungga yang merupakan nama asli Indonesia dan
memperlihatkan jika ia bukan pendiri dari keluarga kerajaan. Pada Yupa juga tertulis jika di
masa pemerintahan Asmawarman, di Kerajaan Kutai mengadakan upacara Aswamedha dan
ini adalah upacara pelepasan kuda sebagai penentu batas wilayah Kerajaan Kutai. Kudungga
memiliki seorang putra terkenal bernama Aswawarman dan ia mempunyai 3 orang putra
terkenal persis seperti tiga api suci.
Budha

Peninggalan kerajaan sriwijaya

Di sekitar tahun 425, agama Buddha sudah diperkenalkan di Sriwijaya lebih tepatnya di
Palembang dan sudah banyak para peziarah serta peneliti dari berbagai negara di Asia seperti
pendeta Tiongkok I Ching yang berkunjung ke Sumatera dalam perjalanan studinya ke
universitas Nalanda. Ia menulis jika Sriwijaya menjadi rumah bagi ribuan sarjana Budha.
Berikut ini kami berikan ulasan mengenai peninggalan Kerajaan Sriwijaya secara lengkap,
silahkan dilihat dibawah ini.

1. Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur yang merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di Pulau
Bangka bagian Barat yang ditulis dengan memakai bahasa Melayu Kuno serta aksara
Pallawa. Prasasti ini ditemukan oleh J.K Van der Meulen tahun 1892 dengan isi yang
menceritakan tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar titah atau pertintah dari
kekuasaan Raja Sriwijaya. Prasasti ini kemudian diteliti oleh H.Kern yang merupakan ahli
epigrafi berkebangsaan Belanda yang bekerja di Bataviaasch Genootschap di Batavia.
Awalnya ia beranggapan jika Sriwijaya merupakan nama dari seorang raja. George Coedes
lalu mengungkapkan jika Sriwijaya adalah nama dari Kerajaan di Sumatera abad ke-7 Masehi
yang mrupakan Kerajaan kuat dan pernah berkuasa di bagian Barat Nusantara, Semenanjung
Malaya serta Thailand bagian Selatan.
Sampai tahun 2012, Prasasti Kota Kapur ini masih ada di Rijksmuseum yang merupakan
Museum Kerajaan Amsterdam, Belanda dengan status dipinjamkan oleh Museum Nasional
Indonesia. Prasasti Kota Kapur ini ditemukan lebih dulu sebelum prasasti Kedukan Bukit
serta Prasasti Talang Tuwo. Dari Prasasti ini Sriwijaya diketahui sudah berkuasa atas
sebagian wilayah Sumatera, Lampung, Pulau Bangka dan juga Belitung. Dalam Prasasti ini
juga dikatakan jika Sri Jayasana sudah melakukan ekspedisi militer yakni untuk menghukum
Bhumi Jawa yang tidak mau tunduk dengan Sriwijaya. Peristiwa ini terjadi hampir bersamaan
dengan runtuhnya Taruma di Jawa bagian Barat dan juga Kalingga atau Holing di daerah
Jawa bagian Tengah yang kemungkinan terjadi karena serangan dari Sriwijaya. Sriwijaya
berhasil tumbuh serta memegang kendali atas jalur perdagangan maritim di Selat Malaka,
Laut Cina Selatan, Selat Sunda, Laut Jawa serta Selat Karimata.
Peninggalan kerajaan islam

Kerajaan aceh

1. Taman Sari Gunongan

Taman Sari Gunongan yaitu salah satu peninggalan Kerajaan Aceh, setelah keraton (dalam) tak dapat
terselamatkan karena pasukan Belanda yang menyerbu Aceh. Taman ini dibangun pada saat
pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1636. Sultan Iskandar Muda
berhasil menaklukkan Kerajaan Pahang serta Kerajaan Johor di Semenanjung Malaka. gambar via:
Pujiono

Taman Sari Gunongan yaitu salah satu peninggalan Kerajaan Aceh, setelah
keraton (dalam) tak dapat terselamatkan karena pasukan Belanda yang
menyerbu Aceh. Taman ini dibangun pada saat pemerintahan Sultan Iskandar
Muda yang memerintah tahun 1607-1636. Sultan Iskandar Muda berhasil
menaklukkan Kerajaan Pahang serta Kerajaan Johor di Semenanjung Malaka.
Sultan Iskandar Muda jatuh cinta pada Putri Boyongan dari Pahang karena
akhlakhnya yang sangat mempesona serta cantik parasnya, sampai pada
akhirnya menjadikannya sebagai permaisuri. Karena cintanya yang sangat besar,
Sultan Iskandar Muda bersedia untuk memenuhi keinginan Putri Boyongan
untuk membangun sebuah taman sari yang indah yang dilengkapi dengan
Gunongan.
Peninggalan kerajaan maritime hindu budha

Hindu

Kerajaan majapahit

Gapura Bajang Ratu atau juga dikenal dengan nama Candi Bajang Ratu adalah
sebuah gapura / candi peninggalan Majapahit yang berada di Desa Temon, Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia.
Bangunan ini diperkirakan dibangun pada abad ke-14 dan adalah salah satu gapura besar pada
zaman keemasan Majapahit. Menurut catatan Badan Pelestarian Peninggalan
Purbakala Mojokerto, candi / gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci untuk
memperingati wafatnya Raja Jayanegara yang dalam Negarakertagama disebut "kembali ke
dunia Wisnu" tahun 1250 Saka (sekitar tahun 1328 M). Namun sebenarnya sebelum wafatnya
Jayanegara candi ini dipergunakan sebagai pintu belakang kerajaan. Dugaan ini didukung
adanya relief "Sri Tanjung" dan sayap gapura yang melambangkan penglepasan dan sampai
sekarang di daerah Trowulan sudah menjadi suatu kebudayaan jika melayat orang meninggal
diharuskan lewat pintu belakang
Peninggalan kerajaan budha

Kerajaan sriwijaya

2. Prasasti Telaga Batu

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti telaga batu. Prasasti Telaga Batu
ditemukan di kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang
tahun 1935 yang berisi tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di kedautan
Sriwijaya dan kini disimpan pada Museum Nasional Jakarta. Di sekitar lokasi penemuan
Prasasti Telaga Batu ini juga ditemukan Prasasti Telaga Batu 2 yang menceritakan tentang
keberadaam sebuah vihara dan pada tahun sebelumnya juga ditemukan lebih dari 30 buah
Prasasti Siddhayatra yang juga sudah disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti Telaga
Batu dipahat di batu andesit dengan tinggi 118 cm serta lebar 148 cm.
Pada bagian atas prasasti ada hiasan 7 buah kepala ular kobra serta di bagian tengah terdapat
pancuran tempat mengalirnya air pembasuh. Tulisan pada prasasti ini memiliki 28 baris
dengan huruf Pallawa dan memakai bahasa Melayu Kuno. Secara garis besar, isi dari tulisan
ini adalah tentang kutukan untuk mereka yang berbuat kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan
tidak mematuhi perintah dari datu.
Peninggalan kerajaan islam

Kerajaan demak

2. Masjid Agung Demak

Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya


adalah Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak ini didirikan tahun 1479 Masehi yang
kini sudah berumur sekitar 6 abad tetapi masih berdiri dengan kokoh sebab sudah dilakukan
renovasi sebanyak beberapa kali. Masjid Agung Demak ini tidak hanya sebagai peninggalan
sejarah Kerajaan Demak saja, akan tetapi dulunya merupakan pusat dari pengajaran serta
syiar Islam.
Masjid ini dikatakan sebagai asal mula pemikiran dari kehadiran Kerajaan Demak Bintoro.
Secara geografis, Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota,
Kabupaten Demak Kota, Jawa Tengah. Arsitektur masjid ini terlihat berbeda dari arsitektur
masjid yang ada di jaman sekarang, Masjid Agung Demak mengguanakn kombinasi gaya
budata Jawa Tengah yang sangat kental dan ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak
ini juga melukiskan tentang hubungan antara Jawa dengan Islam.

Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas sebesar 31 x 31 meter persegi yang di bagian
sisi Masjid Agung Demak ini juga terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan
panjang keliling 35 x 3 meter. Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang
dengan total 128 soko. 4 diantara soko ini adalah soko guru sebagai penyangga utama,
sementara tiang penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang penyangga serambi
berjumlah 28 serta tiang keliling sebanyak 16 buah. Bentuk Masjid Demak memakai material
kayu dengan bentuk bulat lengkap dengan beberapa lengkungan. Bagian interior masjid juga
memakai material kayu lengkap dengan ukiran yang juga terlihat sangat artistik dan cantik.
TOP

Anda mungkin juga menyukai