Anda di halaman 1dari 41

ORANG SUNDA PADA ZAMAN

SALAKANAGARA

Muthakin
Mahasiswa Magister Sejarah Kebudayaan Islam
Uiniversitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Berdasarkan peneltian arkeologis, masyarakat Sunda
sudah terbentuk sejak masa pra-sejarah. Tentu saja
masyarakat tersebut sudah mempunyai kepercayaan
atau agama. Namun boleh dikatakan tidak ada,
kalaupun ada sedikit sekali data-data peninggalan
yang diketahui tentang hal itu. Yang dapat dilakukan
ialah melacakanya dengan meneliti peninggalan yang
masih ada sampai sekarang. Misalnya, meneliti
mengenai kepercayaan orang-orang Baduy
Sunda adalah salah satu suku-bangsa yang
mendiami sebagian besar wilayah Jawa
Barat dan merupakan penduduk asal
daerah itu. Wilayah asal orang sunda itu
biasa disebut sebagai Tatar Sunda atau
Tanah Pasundan.
Rentang Waktu Kerajaan di Tanah Pasundan
Informasi Awal Terkait Eksistensi
Kerajaan Salakanagara

Informasi mengenai berdirinya Kerajaan Salakanegara berasal


dari Naskah yang disusun oleh Pangeran Wangsakerta. Naskah
tersebut disusun sekitar abad ke-XVII

Pangeran Wangsakerta yang bergelar Abdulkamil Mohammad


Nasaruddin membentuk kelompok kerja dan menyusun kitab
sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara. Dalam pengerjaannya
Pangeran Wangsakerta dibantu oleh tujuh orang jaksa yang
masing-masing memiliki tugas tersendiri.
1. Ki Raksanagara, bertugas sebagai penulis dan pemeriksa
naskah.
2. Ki Anggadiraksa, bertugas sebagai bendahara.
3. Ki Purbanagara, bertugas sebagai pengumpul bahan tulisan
dari berbagai tempat di Nusantara.
4. Ki Singhanagara, bertugas sebagai pengawal keamanan
keraton selama pertemuan para mahakawi.
5. Ki Anggadiprana, bertugas sebagai duta dan jurubicara.
6. Ki Anggaraksa, bertugas sebagai pemimpin dapur dan
perjamuan.
7. Ki Nayapati, bertugas sebagai penyedia akomodasi dan
transportasi.
Doc. Pribadi (22 November 2019)

Naskah Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara 5.1


(Saat ini berada di Museum Sribaduga)
Suntingan dan Terjemahan
Naskah Pustaka Rajya-Rajya
I Bhumi Nusantara 1.1
Oleh Atja dan Edi S.
Ekadjati
Bagaimana Sejarah Berdirinya
Kerajaan Salakanagara ?
Salah seorang India dari keluarga Palawa bernama
Dewawarman sudah sering berkunjung ke
Nusantara. Ia sempat menjalin tali permitraan
dengan orang pribumi di daerah-daerah yang
dikunjunginya. Karena hubungannya yang baik
dengan orang-rang pribumi di Nusantara, akhirnya
ia diangkat menjadi duta keliling oleh rajanya.
Dewawarman berkedudukan di Ujungkulon,
terletak di Jawa bagian barat.
Ketika itu, penguasa di Ujungkulon bernama Aki Tirem. Oleh
Aki Tirem Dewawarman dijadikan menantu dengan cara
mengawinkkannya dengan Pwahaci Larasati.

Dewawarman bersama anak buahnya yang datang dari


Palawa dan penduduk pribumi bahu membahu menjaga
ketertiban dan keamanan di daerahnya yang seringkali
didatangi para perompak yang mengganggu keamanan.

Seiring berjalannya waktu, para pengikut


Dewawarman menikah dengan perempuan setempat
dan mereka menetap selamanya di Ujungkulon
Pada saat Aki Tirem sakit parah, Dewawarman diwarisi
kekuasaan untuk memimpin wilayah Ujungkulon dan sekitarnya.

Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman mengangkat


dirinya sebagai raja dengan nama Prabhu Dharmalokapala
Dewawarman Haji Raksagapura.

Wilayah kekuaasaannya yang baru tersebut diberi nama


Salakanagara.

Kekuasaan Kerajaan Salakanagara meliputi Jawa Barat bagian


barat, termasuk semua pulau yang terletak di sebelah barat
pulau Jawa. Dewawarman I memerintah Kerajaan
Salakanagara selama 38 tahun, yaitu tahun 130 – 168 M
Raja-raja Salakanagara
Dewawarman I (130 - 168)
Dewawarman II (168 – 195)
Dewawarna III (195 – 238)
Dewawarman IV (menantu A.3.) (238 – 252)
Dewawarman V (menantu.A.4.) (252 – 276)
Spatikarnawa Warmandewi (isteri A.5.) (276 – 289)

Dewawarman VI (289 – 308)


Dewawarman VII (308 – 340)
Dewawarman VIII (menantu A.7.) (340 – 362)
Ibu Kota Kerajaan Salakanagara

Terdapat tiga versi yang diyakini sebagai pusat


Kerajaan Salakanagara :
Versi pertama mengatakan :

“Bahwa Kerajaan Salakanagara dibangun di


Gunung Salak, Bogor. di suatu bagian di kaki
Gunung Salak sering terlihat keperak-perakan
ketika diterpa sinar matahari. Dari situlah
kemudian dikait-kaitkan dengan arti
Salakanagara, yakni “Negara Perak”. Ditambah
lagi penyebutan “Salaka” dengan “Salak” yang
hampir mirip.”
Gunung Salak - Bogor
Sumber Gambar : www.beritainspiratif.com
Versi kedua mengatakan :

“Bahwa ibukota Salakanagara berada di


Condet, Jakarta. Di kawasan ini terdapat
aliran sungai yang bernama Sungai Tiram.
Inilah yang kemudian menjadi salah satu
dasar teori untuk meyakinkan bahwa
Kerajaan Salakanagara bukan berada di
Banten, melainkan di Jakarta. “Tiram”
dipercaya berasal dari nama Aki Tirem
adalah mertua Dewawarman I, pendiri
Kerajaan Salakanagara.”
Versi Ketiga mengatakan :

“Ibukota Salakanagara berada di Teluk


Lada, Pandeglang, Banten. Versi
yangpertama ini diambil dari naskah
Wangsakerta. Di dalamnya menyebut
pusat Kerajaan Salakanagara bernama
Rajatapura yang diyakini merupakan kota
paling tua di Pulau Jawa.”
Tiga Versi Pusat Kerajaan Salakanagara
Sumber Gambar : Tirto.id
Informasi & Bukti
Peninggalan Kerajaan Salakanagara
1). Naskah Pangeran Wangsakerta

2). Seorang ahli ilmu bumi Yunani Claudius Ptolemeus dalam


bukunya Geograhike Hyphegesis yang ditulis sekitar tahun 150
M menyebutkan adanya sebuah kota yang bernama Argyre di
timur jauh yang terletak di ujung Pulau Ibadiou. Arti Argyre
sendiri yaitu perak.
3). Catatan dari negeri China pada zaman Dinasti Han (202
SM - 220M), yang memberitakan bahwa raja Yeh-Tiao
(jawa) bernama Tiao-pen (Dewawarman) mengirimkan
utusan ke China pada tahun 132 M. Yeh-Tiao adalah nama
yang diberikan oleh orang China untuk menyebut
Yawadwipa, sedangkan Tiao-pien adalah lafal China dari
nama Sansekerta Dewawarman.
Bukti Peninggalan Kerajaan Salakanagara

Dari ketiga versi tentang pusat Kerajaan


Salakanagara, penulis lebih condong ke versi
yang ketiga, yaitu Teluk Lada yang berada di
Pandeglang Banten sebagai pusat Kerajaan
Salakanagara.
Salah satu penemuan penting yang dikaitkan
dengan Kerajaan Salakanagara adalah
penemuan beberapa arca di Gunung Raksa
(sekarang Pulau Panaitan). Pulau Panaitan
terletak di sebelah barat laut Jawa, dekat Ujung
Kulon. Secara Administratif, pulau ini masuk
ke wilayah Pandeglang, Banten.
Ditemukannya Arca Ganesha dan sebuah arca tipe
Polinesia/tipe Pajajaran di Pulau Panaitan.
Selain arca Ganesha, di Pulau
Panaitan juga ditemukan arca Siwa.
Kemudian di Banten juga terdapat sebuah situs
yang diduga adalah peninggalan Kerajaan
Salakangara. Situs tersebut di antaranya;
Pertama, Situs Cihunjuran.
Situs Cihunjuran terletak di Kampung Cihunjuran, Desa
Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten. Di area situs ini terdapat
kolam pemandian purba, Menhir, Batu Dakon, dan
Makam Prabu Angling Dharma. Masyarakat setempat
mempercayai bahwa Prabu Angling Dharma adalah nama
lain dari Aki Tirem, mertua Dewawarman I.
Kedua, Situs Citaman.

Situs Citaman terletak di Kampung Cigadung, Desa Sukasari,


Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Situs ini terletak di bawah kaki Gunung Pulosari. Di area Situs
Citaman terdapat kolam pemandian, batu goong, menhir batu
dakon, batu bergores, peahan alu, fragmen kaki arca dan
pecahan keramik asing.
Kolam Citaman
Sumber Gambar : Koleksi Pribadi (11 Februari 2012)
Menhir dan Batu Goong
Sumber Gambar : Koleksi Pribadi (11 Februari 2012)
Menhir
Sumber Gambar : Koleksi Pribadi (11 Februari 2012)
Batu Goong
Sumber Gambar : Koleksi Pribadi (11 Februari 2012)
Fragmen Kaki Arca
Sumber Gambar : Koleksi Pribadi (11 Februari 2012)
Batu Dakon
Sumber Gambar : Koleksi Pribadi (11 Februari 2012)
Museum di Situs Citaman
Sumber Gambar : Koleksi Pribadi (11 Februari 2012)
Hatur Nuhun...

Anda mungkin juga menyukai