Anda di halaman 1dari 2

Nama asli candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dibangun

pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara
Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara
tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menangkal atau
menghindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh Gunung Kelud yang sering meletus. Kitab
Negarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca menceritakan perjalanan Raja Hayam Wuruk, yang
memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350 – 1389, ke Candi Palah untuk melakukan pemujaan
kepada Hyang Acalapat, perwujudan Siwa sebagai Girindra (Giri Indra, raja penguasa gunung). Kesamaan
nama Girindra yang disebut pada kitab Negarakretagama dengan nama Ken Arok yang bergelar Girindra
atau Girinatha menimbulkan dugaan bahwa Candi Penataran adalah tempat pedharmaan (perabuan)
Ken Arok, Girindra juga adalah nama salah satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain wangsa
Rajasa dan wangsa Wardhana. Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu perwujudan dari Dewa
Siwa, serupa dengan peneladanan sifat-sifat Bathara Siwa yang konon dijalankan Ken Arok. Perhatian
terhadap prasasti Palah kembali pada tahun 1286, pada masa pemerintahan Kertanegara. Beliau
mendirikan Candi Naga dengan hiasan relief naga yang disangga oleh 9 orang sebagai lambang
candrasengkala ”Naga muluk sinangga jalma” atau tahun 1208 Saka. Berbagai kajian oleh para sejarawan
terhadap teks-teks kuno, kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca, misalnya, dijelaskan bahwa
Candi Penataran sangat dihormati oleh para raja dan petinggi kerajaan besar di JawaTimur. Candi
Penataran pernah menyimpan abu dari raja Rajasa (Ken Arok) pendiri kerajaan Singasari, dan juga abu
dari raja Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya) pendiri kerajaan Majapahit. Bahkan konon, menurut
legenda rakyat setempat, sumpah sakral Mahapatih Gajah Mada untuk menyatukan seluruh Nusantara
dalam kekuasaan Majapahit, yang dikenal dengan nama “Sumpah Palapa”, diucapkan di Candi Penataran.
Pada masa pemerintahan Jayanegara candi Penataran mulai mendapat perhatian kembali, kemudian
dilanjutkan pada masa Tribuanatunggadewi dan Hayam Wuruk. Pemujaan terhadap Dewa Palah semakin
kental diwarnai pemujaan kepada Dewa Gunung atau Syiwa. Candi Penataran diresmikan sebagai candi
negara dengan status dharma lepas. Sesuai angka tahun yang dipahatkan didinding kolam yaitu tahun
1337 Saka atau tahun 1415 M merupakan angka tahun termuda di antara angka-angka tahun yang
terdapat di kompleks candi Penataran tersebut. Waktu itu Majapahit didalam masa pemerintahan
Wikramawardhana. Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian disusul dengan masuknya
agama Islam di Jawa, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu dan Budha begitu saja
ditinggalkan oleh masyarakat penganutnya. Lama kelamaan bangunan-bangunan suci yang tidak lagi
dipergunakan itu dilupakan orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan.
Akibatnya bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya, pada akhirnya
tertimbun longsoran tanah dan semak semak belukar. Candi Penataran ditemukan kembali pada tahun
1815, tetapi sampai tahun 1850 belum banyak dikenal. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles
(1781-1826), Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang pernah berkuasa di Nusantara. Seiring
berjalannya waktu, kompleks candi Penataran yang dahulunya sempat terabaikan sekarang mulai
mendapatkan perhatian dari pemerintah dan kemudian dipugar. Kini candi ini menjadi tujuan wisata
yang menarik. Candi Penataran terletak di desa Penataran, kecamatan Nglegok, kabupaten Blitar, Jawa
Timur, Indonesia. Lokasinya yang terletak di kaki gunung Kelud, menjadikan area Candi Penataran
berhawa sejuk. Candi Penataran adalah kompleks percandian terbesar dan paling terawat di provinsi
Jawa Timur, Indonesia. Lokasi : Desa Penataran, Kec Nglegok, Kab Blitar, Propinsi Jawa Timur, Indonesia
Link dari Dinas Pariwisata Jawa Timur "Kompleks candi Penataran , yang terletak sekitar 10 kilometer di
sebelah utara Blitar , merupakan yang terbesar di Jawa Timur . Dikenal literatur kuno , serta prasasti ,
sebagai Palah , candi ini tampaknya telah mengalami pembangunan yang berkelanjutan untuk beberapa
dua setengah abad . Arti pentingnya bisa disaksikan lebih lanjut oleh kunjungan rutin dibayar untuk itu
oleh Raja Hayam Wuruk dari Majapahit , sebagaimana disebutkan dalam Nagarakertagama . Salah satu
bangunan yang menonjol di kompleks , yang disebut ' tanggal kuil ' , ternyata dibangun selama masa
pemerintahan raja . Meskipun Penataran tanggal kembali ke setidaknya pemerintahan Raja Srengga dari
Kediri pada akhir abad ke-12 , sisa-sisa yang kita lihat sekarang ini hampir seluruhnya karya arsitek
Majapahit dan pembangun . Prasasti yang ditemukan di lokasi mengungkapkan tanggal setara dengan
1319 , 1320, 1323 , 1347,1373,1375 , dan 1379 . Tanggal sangat awal , dari 1197, dapat ditemukan pada
prasasti batu besar berdiri di sisi selatan bangunan utama , sedangkan terbaru yang ditulis pada tahun
1415 dan 1454 ." Referensi : dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai