BAB II
KAJIAN TEORI
Tesis 9
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 10
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gambar 2.1
Sketsa arah perkembangan Majapahit kearah Timur dan Barat.
Gambar 2.2
Letak Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto
Tesis 12
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 13
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 14
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gambar 2.3
Sketsa rekonstruksi Kota Majapahit oleh Maclaine Pont (1924)
berdasarkan Nagarakretagama dan hasil penggalian.
Tesis 15
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
sebuah denah segi empat yang luas, dibagi lagi oleh beberapa bidang
segi empat yang lebih kecil. Di depan paling ujung terdapat Candi
Waringin Lawang dan di belakang selatan terdapat Candi Bajangratu.
Gambar 2.4
Presfektif rekonstruksi Kota Majapahit oleh Maclaine Pont (1924)
berdasarkan Nagarakretagama dan hasil penggalian.
Tesis 17
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 18
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gambar 2.5
Candi Wringin Lawang
Tesis 19
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 20
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Bajangratu dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, tubuh dan atap
(I Made Kusumajaya dkk, 2009)
Gambar 2.6
Candi Bajangratu
Tesis 21
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 24
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gambar 2.7
Struktur Pura
Tesis 25
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gambar 2.8
Sketsa candi Bentar
Pada aturan zona tata letak pura atau puri (istana) Bali, baik
candi bentar maupun paduraksa merupakan satu kesatuan rancang
Tesis 26
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 27
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gambar 2.9
Sketsa candi Paduraksa
Pada aturan zona tata letak pura atau puri (istana) Bali,
baik candi bentar (gerbang terbelah) ataupun paduraksa merupakan
satu kesatuan rancang arsitektur. Candi bentar merupakan gerbang
untuk lingkungan terluar yang membatasi kawasan luar pura
dengan nista mandala (jaba pisan), zona terluar kompleks pura.
Gerbang (kori) ageng sebagai gerbang di lingkungan dalam pura
Tesis 28
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 29
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gambar 2.10
Sketsa gerbang angkul-angkul
Tesis 30
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 31
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
yang disebut gapura kori agung. Gapura kori agung adalah gapura
yang beratap dan berpintu.
Gambar 2.11
Gapura Masjid Agung demak 1920-1939
Tesis 34
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gambar 2.12
Karakteristik Rumah Tradisional Kudus
Tesis 37
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 38
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 39
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
2.6. Tipologi
Tipologi berasal dari dua suku kata yaitu Tipo yang berarti
pengelompokan dan Logos yang mempunyai arti ilmu atau bidang
keilmuan. Jadi tipologi adalah ilmu yang mempelajari pengelompokan
suatu benda dan makhluk secara umum. Tipologi (dalam Arsitektur dan
Perancangan Kota) adalah klasifikasi (biasanya berupa klasikasi fisik
suatu bangunan) karakteristik umum ditemukan pada bangunan dan
tempat-tempat perkotaan, menurut hubungan mereka dengan kategori
yang berbeda, seperti intensitas pembangunan (dari alam atau pedesaan
ke perkotaan) derajat, formalitas, dan sekolah pemikiran (misalnya,
Tesis 40
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 41
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
usul sejarah/ tema tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat
oleh kepermanenan dari karakteristik yang tetap/ konstan.
Tipologi dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam
mendefinisikan atau mengklasifikasikan objek arsitektural. Tipologi dapat
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu objek dan
analisis perubahan tersebut menyangkut bentuk dasar objek atau elemen
dasar, sifat dasar, fungsi objek serta proses transformasi bentuknya.
(Moneo, 1979)
Analisis tipologi dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Menganalisis tipologi dengan cara menggali dari sejarah untuk
mengetahui ide awal dari suatu komposisi; atau dengan kata lain
mengetahui asal-usul atau kejadian suatu objek arsitektural.
b. Menganalisis tipologi dengan cara mengetahui fungsi suatu objek.
c. Menganalisis tipologi dengan cara mencari bentuk sederhana
suatu bangunan melalui pencarian bangun dasar serta sifat
dasarnya.
Tipologi Arsitektur
Tipologi Bangunan
Analisis Tipologi
Tesis 43
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
(triangle) dan lingkaran (circle) atau dapat tiga kategori lain yang solit
(masif), Skeletal (rangka) dan composite or mixed (gabungan solid dan
rangka)
Tesis 44
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gapura bila ditilik dari asal katanya, dari bahasa Sanskerta "Go" berarti
lembu dan "pura" berarti depan; dalam hal ini berarti area lembu yang
dipasang di depan kraton atau tempat suci agama Hindu. Lembu merupakan
kendaraan dewa Syiwa. (Suwarna, 1987)
sendiri lebih sering menjadi komponen pertama yang dilihat ketika kita
memasuki suatu wilayah. (Dallapiccola, 2004).
Dari ketiga teori diatas maka gapura dapat disimpulkan sebagai pintu
masuk dan sebagai ikon karena gapura itu sendiri lebih sering menjadi
komponen pertama yang dilihat ketika kita memasuki suatu wilayah, serta
dipersepsikan gapura manakala seseorang telah memasuki suatu tempat /
area / kawasan / wilayah yang didapatkan tidak lain adalah kesenangan,
kegembiraan, kenyamanan, dan seluruh rasa yang memberikan ketenangan
batin.
Tesis 46
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 47
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 48
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 49
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 50
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
3. Kepala candi atau atap adalah bagian atas candi yang menjadi
simbol dunia atas atau swarloka. Pada konsep Buddha
disebut arupadhatu. Yaitu menggambarkan ranah surgawi tempat
para dewa dan jiwa yang telah mencapai kesempurnaan
bersemayam. Pada umumnya, kepala atau atap candi terdiri dari tiga
tingkatan yang semakin atas semakin kecil ukurannya. Sedangkan
atap langgam Jawa Timur terdiri atas banyak tingkatan yang
membentuk kurva limas yang menimbulkan efek ilusi perspektif yang
mengesankan bangunan terlihat lebih tinggi. Pada puncak atap
dimahkotai stupa, ratna, wajra, atau lingga semu. Pada candi-candi
langgam Jawa Timur, kemuncak atau mastakanya berbentuk kubus
atau silinder dagoba. Pada bagian sudut dan tengah atap biasanya
dihiasi ornamen antefiks, yaitu ornamen dengan tiga bagian runcing
penghias sudut. Kebanyakan dinding bagian atap dibiarkan polos,
akan tetapi pada candi-candi besar, atap candi ada yang dihiasi
berbagai ukiran, seperti relung berisi kepala dewa-dewa, relief dewa
atau bodhisatwa, pola hias berbentuk permata atau kala, atau sulur-
sulur untaian roncean bunga.
Tesis 51
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gambar 2.13
Bagiai-bagian Candi
Sumber : idsejarah.net
Tesis 52
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 53
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 54
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Tesis 55
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara
Gambar 2.14
Sketsa arah perkembangan Gapura Majapahit kearah Timur dan Barat.
Tesis 56