Anda di halaman 1dari 12

kerajaan Mataram kuno

NAMA KELOMPOK : - PUTRA GOGO HUTAJULU


- ANDREAS SIMAMORA
- ALVRIAN SEMBIRING
- STEVEN KABAN
Lokasi Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno memiliki dua periode berdasarkan lokasi atau ibu kota
pemerintahannya. Pertama adalah periode awal Kerajaan Medang yaitu di Jawa Tengah di
bawah Wangsa Sanjaya dan Sailendra (732-929 M), serta yang kedua ketika pindah ke Jawa
Timur dan dikuasai oleh Wangsa Isyana (929-1016 M). Pada 929 M, Kerajaan Mataram Kuno
dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok. Menurut George Coedes dalam The Indianized
states of Southeast Asia (1968), ada beberapa faktor kemungkinan yang mendorong
perpindahan tersebut.

Baca selengkapnya di artikel "Sejarah Kerajaan Mataram Kuno, Lokasi, & Nama Raja-Raja di
Jawa“.
 Pertama adalah faktor politik, yakni sering terjadinya perebutan kekuasaan yang berimbas
terhadap terancamnya kesatuan wilayah kerajaan ini. Kedua adalah faktor bencana alam,
yaitu peristiwa meletusnya Gunung Merapi. Faktor ketiga adalah adanya potensi ancaman
dari kerajaan lain, termasuk serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Sedangkan faktor keempat
adalah motif keagamaan dan ekonomi, termasuk ketiadaan pelabuhan yang membuat
Kerajaan Mataram Kuno sulit menjalin kerja sama dengan kerajaan lain.
 Lokasi tepatnya pusat Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Tengah diperkirakan berada
di Bhumi Mataram atau Yogyakarta pada masa awal berdirinya di bawah pemerintahan
Rakai Mataram Sang Sanjaya. Baca juga: Misteri Sejarah Candi Dieng, Asal-Usul, dan
Siapa Pendirinya? Letusan Gunung Merapi yang Konon Mengubah Sejarah Jawa Sejarah
Candi Sambisari: Pernah Terkubur Letusan Gunung Merapi Kemudian, lokasi ibu kota
kerajaan ini sempat berpindah-pindah, antara lain ke Mamrati pada masa Rakai Pikatan,
pada era Dyah Balitung (Rakai Watukura) dipindahkan ke Poh Pitu, dan sempat kembali
lagi ke Bhumi Mataram pada masa Dyah Wawa (Rakai Sumba).
 Mamrati dan Poh Pitu diperkirakan berada di antara wilayah Yogyakarta hingga Jawa
Tengah bagian selatan (Magelang atau Kedu). Kerajaan Mataram Kuno punya banyak
peninggalan yang berupa candi-candi megah, termasuk Candi Borobudur di Magelang,
Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan Candi Sewu di Yogyakarta, serta beberapa candi
lainnya. Setelah dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok yang kemudian bergelar Sri
Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa (929-947), Kerajaan
Mataram Kuno menempati pusat pemerintahan di daerah yang disebut Tamwlang.
 Setelah dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok yang kemudian bergelar Sri
Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa (929-947), Kerajaan
Mataram Kuno menempati pusat pemerintahan di daerah yang disebut Tamwlang. Masa-
masa berikutnya terjadi lagi perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno
periode Jawa Timur atau era Dinasti Isyana, yakni dipindahkan ke Watugaluh. Dikutiip
dari buku Antologi Sejarah Candi Boyolangu (2016) tulisan Lailatul Mahfudhoh,
Tamwlang maupun Watugaluh diperkirakan terletak di sekitar Jombang, Jawa Timur.
 Setelah Kerajaan Medang runtuh pada awal abad ke-9 M, selanjutnya muncul kerajaan-
kerajaan penerus Wangsa Mataram, dari Kahuripan, Jenggala, Kediri, Singhasari,
Majapahit, Demak, Jipang, Giri, Kalinyamat, Pajang, hingga era Mataram Islam yang
memunculkan Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Mangkunegaran, serta
Pakualaman. Baca juga: Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Lokasi, & Pusat Pengajaran Agama
Buddha Ratu Pramodhawardani: Kawin Beda Agama, Menganjurkan Toleransi Sejarah
Kepemimpinan Ratu Shima di Kerajaan Kalingga (674-695 M)
Toleransi Beragama Masa Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno terkenal dengan toleransi beragama yang kuat antara umat Hindu
dengan Buddha, seperti terlihat dalam pembangunan Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi
Prambanan, dan lainnya. Hal ini tidak terlepas dari peran para pemimpinnya yang
mengajarkan toleransi. Pada masa kekuasaan Mataram Kuno raja-raja dan rakyat yang
memiliki perbedaan agama merupakan hal yang biasa. Antara raja dengan rakyat tidak harus
beragama sama. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya sisa-sisa candi Syiwa (Hindu) di sekitar
Candi Borobudur (Buddha), demikian dikutip dari jurnal terbitan Departemen Arkeolog FIB
Universitas Indonesia.
 Salah satu contohnya adalah pernikahan antara Pramodawardhani putri Rakai Garung alias
Samaratungga dari Dinasti Sailendra yang memeluk agama Buddha-Mahayana, dengan
Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu-Syiwa. Rakai Pikatan dan
Maharatu Pramodawardhani bersama-sama memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada
periode 840-856 M, dan menghasilkan banyak candi-candi megah di wilayah Yogyakarta
dan Jawa Tengah.
Raja-Raja Mataram Kuno

 Periode Jawa Tengah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M) Rakai Panangkaran
(760-780 M) Rakai Panunggalan alias Dharanindra (780-800 M) Rakai Warak alias
Samaragrawira (800-820 M) Rakai Garung alias Samaratungga (820-840 M) Rakai Pikatan
dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M) Rakai Kayuwani alias Dyah Lokapala (856-
882 M) Rakai Watuhumalang (882-899 M) Rakai Watukura Dyah Balitung (898-915 M)
Mpu Daksa (915-919 M) Rakai Layang Dyah Tulodong (919-924 M) Rakai Sumba Dyah
Wawa (924 M)
 Periode Jawa Timur Rakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M) Sri Lokapala dan
Ratu Sri Isanatunggawijaya (sejak 947 M) Makutawangsawardhana (hingga 985 M)
Dharmawangsa Teguh (985-1007 M)

Anda mungkin juga menyukai