Anda di halaman 1dari 21

KARYA TULIS ILMIAH

PERKEMBANGAN SENI UKIR DI WILAYAH NUSANTARA

Nama : SYAHRUL

NIM : 04100520

INSTITUT SENI INDONESIA PADANG PANJANG

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

PROGRAM STUDI KRIYA SENI

2022

Arulorlando573@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Perkembangan Seni Ukir di Wilayah Nusantara”.Adapun maksud dan tujuan dari
penulisan karya tulis ilmiah ini untuk memberikan informasi kepada pembaca,
menambah wawasan bagi penulis mengenai sejarah perkembangan seni ukir di
Nusantara. Alhamdulillah selama menulis karya ilmiah ini penulis tidak terlalu
banyak mendapatkan kendala-kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan
dengan baik. Terima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam penyelesaian
karya tulis ilmiah ini.Jika seandainya dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat
hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu penulis dengan senang hati
menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Padang panjang, 23 Maret 2022

Penulis

ABSTRAK

i
Syahrul. 2022. Perkembangan Seni Ukir di Nusantara

Di Indonesia seni ukir sudah di kenal sekitar tahun 1450SM. Pada saat itu bahan
yang di pakai sebagai media ukir adalah tanah liat ,pelapah daun, kayu, batu,
tulang atau bahan lain yang saat itu mudah di temui dan mudah di pahat. Motif
nya pun masih sangat sederhana. Biasa nya beragam motif yang di ukir
merupakan simbol-simbol kepercayaan dan pesan untuk sebuah acara ritual
kepercayaan.

Selanjutnya pada zaman 500SM hingga 300SM bahan media Ukir mengalami,
perkembangan setelah ditemukan logam, perunggu, emas, perak dan lain
sebagainya.,Pada masa ini ukiran umumnya menggunakan teknik cor. Motif ukir
mengalami perkembangan mulai dari motif meander, pilin berganda, tumpal,
hewan dan manusia.

Kata kunci: perkembangan ukir, seni ukir, ukir nusantara

ii
ABSTRACT

Syahrul. 2022. Development of Carving in the Archipelago

In Indonesia, the art of carving has been known around 1450 BC. At that time the
materials used as a medium for carving were clay, leaf sheaths, wood, stone, bone
or other materials that were easy to find and easy to carve. The motive is still very
simple. Usually, a variety of carved motifs are symbols of belief and messages for
a religious ritual event.

Furthermore, in the era of 500 BC to 300 BC carving media materials developed


after metal, bronze, gold, silver and so on were found. At this time carving
generally uses the cast technique. Carving motifs have developed from winding
motifs, multiple twists, tumpal, animals and humans.

Keywords: development of carving, carving art, archipelago carve

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

ABSTRAK.........................................................................................................................ii

ABSTRACT.....................................................................................................................iii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................1

1. Latar Belakang Masalah.............................................................................................1

2. Tujuan Penulisan........................................................................................................1

3. Manfaat Penulisan......................................................................................................2

4. Batasan masalah.........................................................................................................2

BAB II. METODE.............................................................................................................3

A. Metode Penelitian......................................................................................................3

BAB III. PEMBAHASAN.................................................................................................5

1. Telaah pustaka............................................................................................................5

a) Landasan teori........................................................................................................5

b) Pendapat terdahulu.................................................................................................8

2. Hasil penelitian.........................................................................................................10

BAB IV. PENUTUP........................................................................................................14

A. Simpulan.................................................................................................................14

B. Saran........................................................................................................................14

Daftar pustaka..................................................................................................................15

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS...................................................................................16

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Di Indonesia seni ukir sudah di kenal sekitar tahun 1450SM. Pada saat itu
bahan yang di pakai sebagai media ukir adalah tanah liat ,pelapah daun, kayu,
batu, tulang atau bahan lain yang saat itu mudah di temui dan mudah di pahat.
Motif nya pun masih sangat sederhana. Biasa nya beragam motif yang di ukir
merupakan simbol-simbol kepercayaan dan pesan untuk sebuah acara ritual
kepercayaan.

Selanjutnya pada zaman 500SM hingga 300SM bahan media ukir


mengalami perkembangan setelah ditemukan logam, perunggu, emas, perak dan
lain sebagainya. Pada masa ini ukiran umumnya sudah menggunakan teknik cor.

Setelah masuknya agama Hindu, Budha dan Islam ke Indonesia seni ukir
mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam bentuk desain dan
motif. Pada masa sekarang ukiran kayu dan logam tidak hanya mengalami
perkembangan pesat. Namun sekarang ukiran sudah banyak bergeser dari motif
dan fungsinya. sekarang ukiran telah berubah menjadi hiasan yang berfungsi
untuk memperindah dan mempercantik ruangan dan di nikmati keindahanya.

2. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan karya ilmiah ini, yakni :

1. Melatih daya pikir kritis, analitis, sistematis dan objektif dalam menulis karya
sejrah.
2. Memberikan tambahan refrensi karya sejarah, khususnya mengenai sejarah
perkembangan ukiran di nusantara mulai dari zaman purba sampai pada
zaman sekarang atau zaman modern.
3. Menumbuhkan sikap nasionalisme terhadap bangsa dan negara Indonesia.

B. Tujuan Khusus

1
Adapun tujuan khusus dalam penulisan karya ilmiah ini, yakni :
1. Mengetahui latar belakang perkembangan seni ukir khusus nya di daerah
nusantara.
2. Menganalisis perkembangan seni ukir pada masa prasejarah
3. Menganalisis perkembangan seni ukir pada zaman modern

3. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
pembaca maupun bagi penulis itu sendiri.
A. Bagi Pembaca
1. Menambah informasi tentang latar belakang sejarah seni ukir di daerah
nusantara
2. Tulisan ini diharapakan dapat menjadi literatur yang berguna untuk
menambah wawasan kesejarahan dan dapat digunakan sebagai informasi
yang bermanfaat untuk penulisan selanjutnya.

B. Bagi Penulis
1. Menjadi tolak ukur atau indikator untuk menguji kemampuan penulis
dalam merekontruksi, menganalisis dan menyajikan suatu peristiwa
sejarah yang kritis.
2. Menambah wawasan dan pengalaman secara langsung bagi peneliti
khususnya tentang Dinamika sejarah ukiran.

4. Batasan masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penulisan tersebut
lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penulisan
akan tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:

1. Luas lingkup hanya meliputi informasi seputar sejarah perkembangan


ukiran di daerah Nusantara
2. Informasi yang disajikan yaitu : sejarah perkembangan ukiran di daerah
Nusantara

2
BAB II. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penulisan sejarah mempunyai metode sendiri dalam mengungkap
suatu peristiwa masa lampau, agar menghasilkan suatu karya sejarah yang logis,
kritis, ilmiah dan objektif. Pada penelitian ini, penulis menggunakan langkah-
langkah dalam penelitian sejarah, yang menurut Kuntowijoyo ada 5 tahap yaitu,
pemilihan topik, heuristik atau pengambilan sumber, verifikasi atau kritik sumber,
interpretasi atau penafsiran, dan terakhir hitoriografi atau penulisan sejarah.

1. Pemilihan Topik
Pemilihan topik menurut Kuntowijoyo sebaiknya berdasarkan kedekatan
emosional dan kedekatan intlektual.Penulis telah mempertimbangkan beberapa
faktor pendukung dalam menyelesaikan penulisan ini, yaitu minat dan
kemampuan penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. Pada penelitian ini
penulis memilih topik berdasarkan dengan minat dan kedekatan emosional,
penulis tertarik dengan topic sejarah. Perkembangan seni ukir di Nusantara
Kedekatan intelektual mendorong penulis untuk mencari berbagai sumber dari
berbagai referensi, seperti media cetak, media elektronik, dan sebagainya.

Pada penelitian ini penulis memilih berdasarkan kedekatan intelektual,


karena penulis menemukan sumber-sumber yang tersedia untuk melakukan
penelitian.

2. Heuristik (Pengumpulan Sumber)


Heuristik merupakan kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau atau
yang dikenal sebagai data-data sejarah, usaha untuk menelusuri jejak-jejak sejarah
sebagai awal dari penelitian sebagai prosedur kerja sejarawan. Kegiatan ini
bertujuan untuk menemukan serta mengumpulkan jejak-jejak dari peristiwa
sejarah, yang sebenarnya mencerminkan berbagai aspek aktivitas manusia pada
masa lampau. Tujuanya agar kerangka pemahaman yang didapatkan berdasarkan

3
sumber-sumber yang relevan dapat disusun secara jelas, lengkap dan
menyeluruh.dan penulis hanya menggunakan sumber sekunder dalam penulisan
karya tulis ilmiah ini. Dalam hal pencarian sumber penulisan karya ilmiah penulis
telah dilakukan baik dengan media internet, maupun buku referensi yang tersedia.

3. Verifikasi (Kritik)
Verifikasi adalah tahap mengkritisi sumber yang sudah didapatkan. Ada
dua macam kritik, yaitu Kritik Eksternal dan Kritik Internal. Dari proses
Verifikasi dihasilkan Fakta Sejarah.

Verifikasi intinya melakukan penyelidikan sumber sejarah apakah suatu sumber


sejarah itu kredibel  atau dapat dipercaya dan otentik atau sumber tersebut
merupakan sumber yang asli.

4. Interpretasi (Penafsiran)
Interpretasi adalah tahap menafsirkan fakta-fakta sejarah yang sudah
didapatkan. Penafsiran ini dapat dilakukan melalui analisis yang berarti
menguraikan dan Sintetis atau disebut juga dengan menyatukan.

5. Historiografi
Historiografi adalah tahap menuliskan kembali suatu peristiwa sejarah
sebagai sebuah bentuk catatan sejarah.

4
BAB III. PEMBAHASAN

1. Telaah pustaka
Telaah pustaka merupakan telaah terhadap pustaka atau buku yang menjadi
landasan pemikiran dalam penelitian.Pada penelitian “Perkembangan seni ukir di
nusantara”. Penulis menggunakan beberapa buah jurnal sebagai acuan teoritis
dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Jurnal pertama yang di gunakan adalah jurnal yang berjudul “Pengertian Seni
Ukir, Sejarah, Perbedaan, Jenis & Teknik (19 Feb 2022)”, oleh Kusumo. Artikel
ini menjelaskan pengertian seni ukir. Sejarah singkat tentang seni ukir yang
berkembang di Indonesia, perbedaan, jenis, fungsi, teknik, dan motif-motif
yang terdapat pada ukiran .

Artikel kedua yang menjadi acuan atau referensi dalam penulisan karya ilmiah ini
yang berjudul “sejarah ukiran di Indonesia (2016)”, oleh Dp pratama. Artikel ini
menjelaskan tentang sejarah seni ukir di Indonesia, jeni-jenis ukiran yang Ada di
indonesia dan juga motif-motif ukiran di berbagai daerah di Indonesia.

Selanjutnya artikel yang di gunakan sebagai acuan teoritis adalah artikel yang
berjudul “Apa Itu Seni Ukir dan Bagaimana Perkembangannya di Indonesia (5
April 2021)”, Oleh Abraham william. Yang menjelaskan tentang rangkuman
sejarah perkembangan seni ukir di Indonesia, yang di mulai dari zaman purba
sampai zaman sekarang.

a) Landasan teori
a. Teori Estetika
1. Secara Etimologi

5
Secara etimologis, istilah dari kata “estetika” asalnya dari bahasa Latin
“aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheticos” yang berarti merasa atau
hal – hal yang bisa diserap oleh panca indera manusia.

2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “KBBI”


Estetika memiliki dua arti, estetika ialah suatu cabang filsafat yang
membahas tentang seni, nilai keindahan dan tanggapan manusia
terhadapnya. Estetika juga dapat didefinisikan sebagai kepekaan manusia
terhadap seni dan keindahan.

3. Menurut Para ahli


a. Menurut Bruce Allsopp Estetika ialah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang proses dan aturan dalam menciptakan suatu karya
seni, yang diharapkan bisa menimbulkan perasaan positif bagi orang
yang melihat dan merasakannya.
b. Menurut J. W. Moris Pengertian estetika sama dengan seni karena
estetika dapat dikenakan pada berbagai objek, baik yang indah maupun
tidak. Selanjutnya Moris juga menyebutkan bahwa estetikan ialah
suatu objek seni “art”.
c. Menurut Dra. Artini Kusmiati Pengertian estetika ialah suatu keadaan
yang berhubungan dengan sensasi keindahan yang baru bisa dirasakan
seseorang jika terjalin perpaduan yang harmonis antar elemen yang ada
dalam suatu objek.
d. (Kattsoff, element of Philosophy,1953) Estetika adalah segala sesuatu
dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seni.
e. (Van Mater Ames, Colliers Encyclopedia, 1) Estetika merupakan suatu
telaah yang berkaitan dengan penciptaan,apresiasi, dan kritik terhadap
karya seni dalam kontekx keterkaitan seni dengan kegiatan manusia
dan peranan seni dalam perubahan dunia.
f. (Jerome stolnitz, Encylopedia of Philoshopy, 1) Estetika merupakan
kajian filsafat keindahan dan juga keburukan.

6
g. (AA Djelantik, Estetika Suatu Pengantar, 1999) Estetika adalah suati
ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
keindahan, mempelajari semua aspek yang disebut keindahan.
h. (William Haverson, dalam Estetika Terapan, 1989) Estetika adalah
segala hal yang berhubungan dengan sifat dasar nilai-nilai nonmoral
suatu karya seni.
i. (Jhon Hosper, dalam Estetika Terapan, 1989) Estetika merupakan
cabang filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan kaya estetis.

4. Unsur-unsur Estetika
a. Unsur Bentuk Bentuk (shape) sangat berpengaruh pada daya tarik suatu
objek. Secara umum, bentuk objek terdiri dari dua jenis, yaitu; dua dimensi
dan tiga dimensi. Objek berbentuk dua dimensi tidak memiliki volume dan
bentuknya datar. Misalnya lukisan, foto, hiasan dinding, dan lainnya.
Objek berbentuk tiga dimensi memiliki volume, kedalaman, dan ruang.
Misalnya patung, pakaian, tas, dan lainnya.
b. Unsur Warna Keindahan suatu objek juga sangat dipengaruhi oleh unsur
warna. Umumnya pilihan warna objek akan disesuaikan oleh orang yang
akan menggunakannya. Misalnya, selera warna pakaian anak muda
cenderung berbeda dengan orang yang sudah tua. 7
c. Unsur Tema Dalam hal ini tema adalah ide atau gagasan yang ini
disampaikan oleh pembuat objek atau karya seni kepada orang lain.
Biasanya tema suatu karya akan dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya
letak geografis, adat istiadat, budaya, dan lainnya.
d. Unsur Motif Hias Motif hias adalah pola atau gambar yang menjadi hiasan
pada suatu objek atau produk. Tujuan menambahkan motif hias pada suatu
objek adalah untuk menambah nilai keindahan/ estetika pada objek atau
produk tersebut.

b. Teori Interaksionisme Simbolis

7
Teori Interaksionisme Simbolis menurut (George Herbert Mead dalam
Dr.Soerjono Soekanto hal 8) mengatakan, bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak lain, dengan perantaraan
lambang-lambang tertentu yang dipunyai bersama. Dengan perantaraan
lambanglambang tersebut, maka manusia memberikan arti pada kegiatan-
kegitannya. Mead mengatakan bahwa lambang-lambang, terutama bahasa tidak
hanya merupakan sarana untuk berkomunikasi antar pribadi, tetapi juga untuk
berpikir.

Prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Herbert Mead (DR.Sabarno


Dwirianto.M,SI Hal 38) tentang interaksionisme simbolis yang disimpulkan
sebagai berikut:
a. Manusia dibekali kemampuan berpikir, tidak seperti binatang.
b. Kemampuan berpikir ditentukan oleh interaksi sosial individu.
c. Kalau berinterasi sosial, manusia belajar memahami simbol-simbol beserta
maknanya yang memungkinkan manusia untuk memakai kemampuan
berpikir.

b) Pendapat terdahulu

1. Seni Kriya
Seni kriya adalah salah satu cabang seni rupa yang menghasilkan benda
kerajinan (craft) yang bernilai seni dan membutuhkan keahlian tangan
(craftsmanship) yang tinggi untuk membuatnya. Kriya menghasilkan
benda seni seperti: Ukiran hias kayu / batu, Topeng, Berbagai hiasan meja,
Anyaman, Guci, Mainan, Kain Songket, dan lain-lain.
2. Makna Kriya secara Etimologi
Pengertian kriya berasal dari akar kata “krya” dalam bahasa Sansekerta
yang bermakna “mengerjakan”. Kemudian akar kata tersebut berkembang
menjadi kata: karya, kriya, kerja. Sehingga secara etimologi dapat
disimpulkan bahwa kriya berarti suatu kegiatan kreatif untuk membuahkan

8
benda atau objek. Selain itu hasil benda dari kegiatan kreatifnya sendiri
juga dapat disebut seni kriya (Haryono, 2002).

3. Arti Kriya berdasarkan Makna Kata


Kata kriya dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) bermakna
pekerjaan (kerajinan) tangan. Didalam bahasa Inggris kriya adalah craft
yang berarti: suatu kegiatan yang melibatkan keterampilan dalam membuat
sesuatu dengan tangan (handmade). Maka dapat disimpulkan bahwa secara
makna kata, kriya berarti kegiatan kerajinan tangan untuk membuat
sesuatu.
Pada masa kini, kriya identik dengan kerajinan tangan yang memiliki nilai
guna. Hal tersebut terjadi karena perkembangan zaman menuntut segala
hal untuk dapat diproduksi dengan cepat dan terjual dalam jumlah yang
banyak. Namun sebetulnya kriya juga dapat menjadi media seni murni
yang berarti tidak bernilai guna atau tidak memilik fungsi. Pada masa lalu
kriya adalah karya seni adiluhung yang memiliki nilai tradisi tinggi.
1. Pengertian Kriya Menurut Para Ahli
Selanjutnya untuk memastikan kesahihan pengertian dan pengerucutan
mengenai definisi kriya yang digunakan, berikut adalah beberapa
pengertian kriya menurut para ahli.
a. Timbul Haryono (2002 )
Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan
yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Dalam arti khusus, kriya adalah
mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai
seni.

9
b. Gustami
Seni kriya adalah karya seni yang unik dan punya karakteristik di
dalamnya terkandung muatan-muatan nilai estetik, simbolik, filosofis dan
sekaligus fungsional oleh karena itu dalam perwujudannya
didukung  craftmenship yang tinggi, akibatnya kehadiran seni kriya
termasuk dalam kelompok seni-seni adiluhung (Gustami, 1992:71).
c. Seodarso Sp ( 2000 )
Seodarso Sp berpendapat bahwa Seni Kriya adalah perkataan kriya
memang belum lama dipakai dalam bahasa Indonesia; perkataan kriya  itu
berasal dari bahasa Sansekerta yang dalam kamus Wojowasito diberi arti;
pekerjaan; perbuatan, dan dari kamus Winter diartikan sebagai  ‘demel’
atau membuat.
d. I Made Bandem
Pengertian Seni Kriya berasal dari kata kata “kriya” dalam bahasa
indonesia berarti pekerjaan (ketrampilan tangan).
Seni Kriya: Pengertian, Sejarah, Fungsi & Pendapat Ahli

oleh (Gamal Thabroni) 2019

2. Hasil penelitian
Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagian-bagian
cekung dan bagian-bagian cembung yang membentuk suatu gambaran timbul dan
cekungan yang indah. Pengertian ini berkembang hingga dikenal sebagai seni ukir
yang merupakan seni membentuk gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lain.
Bangsa Indonesia mulai mengenal ukir sejak zaman batu muda (Neolitik), yakni
sekitar tahun 1500SM.

Pada zaman itu nenek moyang bangsa Indonesia telah membuat ukiran pada
media kapak batu, tempaan tanah liat atau bahan lain yang ditemuinya yang
mudah di bentuk atau di gores supaya menjadi sebuah ukiran. Motif dan

10
pengerjaan ukiran pada zaman itu masih sangat sederhana. Umumnya bermotif
geometris yang berupa garis, titik, dan lengkungan, dengan bahan tanah liat, batu,
kayu, bambu, kulit, dan tanduk hewan Pada zaman yang lebih di kenal sebagai
zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 hingga 300 SM. Sebelum bahan untuk
membuat ukiran telah mengalami perkembangan yaitu menggunakan
bahan perunggu, emas, perak dan lain sebagainya. 

Dalam pembuatan ukiran pada saat itu menggunakan teknik cor. Motif-motif yang
di gunakan pada masa zaman perunggu adalah motif meander, tumpal, pilin
berganda, topeng, serta binatang maupun manusia. Motif meander ditemukan pada
nekara perunggu dari Gunung merapi dekat Bima. Motif tumpal ditemukan pada
sebuah buyung perunggu dari kerinci Sumatera Barat, dan pada pinggiran sebuah
nekara (moko dari Alor, NTT. Motif pilin berganda ditemukan pada nekara
perunggu dari Jawa Barat dan pada bejana perunggu darikerinci, Sumatera. Motif
topeng ditemukan pada leher kendi dari Sumba. Nusa Tenggara, dan pada kapak
perunggu dari danau Sentani, Irian Jaya. Motif ini menggambarkan muka dan
mata orang yang memberi kekuatan magis yang dapat menangkis kejahatan.
Motif binatang dan manusia ditemukan pada nekara dari Sangean. Setelah agama
hindu, budha, islam masuk ke Indonesia seni ukir mengalami perkembangan yang
sangat pesat, dalam bentuk desain produksi, dan motif. Ukiran banyak ditemukan
pada badan-badancandi dan prasasti-prasasti yang di buat orang pada masa itu
untuk memperingati para raja-raja. Bentuk ukiran juga ditemukan pada senjata-
senjata, seperti keris dan tombak, batu nisan, masjid, keraton, alat-alat
musik,termasuk gamelan dan wayang. 

Motif ukiran, selain menggambarkan bentuk, kadang-kadang berisi tentang kisah


para dewa, mitos kepahlawanan, dan lain-lain. Bukti-bukti sejarah peninggalan
ukiran pada periode tersebut dapat dilihat pada relief candi Penataran di Blitar,

11
candi Prambanan dan Mendut di Jawa Tengah. Saat sekarang ukir kayu dan logam
mengalami perkembangan pesat. Dan fungsi nya pun sudah bergeser dari hal-hal
yang berbau magis berubah menjadi hanya sebagai alat penghias saja.
Dalam banyak hal kebudayaan Islam memang sangat berpengaruh terutama
dalam pelarangan mewujudkan bentuk-bentuk figur ataupun makhluk hidup dalam
setiap unsur ukiran. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya bentuk-bentuk yang telah
distilir dari makhluk hidup tersebut. Pengaruh Islam juga menyebabkan seni
patung tidak berkembang di Jepara, sehingga terjadi perbedaan yang nyata antara
perkembangan seni ukir di Jepara dengan seni ukir yang berkembang di Bali,
seperti yang dapat kita lihat di masa sekarang.

Ukiran di Jepara hanya berupa motif-motif yang di ukir pada media kayu dan
begitupun sebalik nya di Bali lebih mengacu kepada bentuk figure seperti patung
yang menyerupai manusia dan hewan. Pada masa sekarang ukir kayu dan logam
tidak hanya mengalami perkembangan pesat namun juga sudah bergeser dari
motif dan kegunaannya. Dahulu ukiran dimaksudkan sebagai simbol pesan dalam
kaitannya dengan kepercayaan. Namun sekarang telah berubah menjadi seni
hiasan yang cenderung hanya untuk mempercantik dan memperindah ruangan.
Namun demikian corak khas masing-masing daerah masih banyak dipertahankan,
seperti motif Pajajaran, Majapahit, Mataram, Pekalongan, Bali, Jepara, Madura,
Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai macam motif yang berasal dari
jawa seperti Sumatra dan Indonesia bagian timur.

Jadi dengan demikian yang dimaksud dengan Kerajinan Ukir adalah barang-
barang ukiran atau hiasan yang dihasilkan oleh seseorang yang dalam
perwujudannya memerlukan ketekunan, keterampilan, dan perasaan seni dengan
cara di toreh / dipahat di atas kayu, batu, logam, tulang, dan sebagai nya.
Sedangkan yang dimaksud dengan kerajinan ukir kayu adalah jenis kerajinan yang
menggunakan teknik ukir pada bahan kayu. Sedangkan teknik ukir adalah teknik
pembuatan hiasan yang menggunakan alat berupa tatah/pahat ukir.
Seni Ukir merupakan gubahan dari bentuk-bentuk visual yang dalam
pengolahannya mempunyai sifat kruwikan (Jawa) dengan susunan yang harmonis,
sehingga memikiki nilai estetis. Seni ukir diwujudkan melalui bahan kayu, logam,

12
gading, batu dan bahan-bahan lain yang memungkinkan untuk di ukir. Adapun
bentuk-bentuk gubahan tersebut merupakan stilisasi dari bentuk alam yang
meliputi tumbuh-tumbuhan, binatang, awan, air, manusia, dan sebagai nya.

13
BAB IV. PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pada pemaparan bab sebelumnya penulis dapat
menyimpulkan bahwa:

1. Seni ukir sudah sangat lama berkembang di Indonesia yaitu sekitar tahun
1450SM dan mengalami banyak sekali perkembangan mulai dari fungsi
atau kegunaan bahkan motif dan bentuk dari ukiran tersebut. Akibat
pengaruh dari masuknya agama hindu, Budha dan Islam ke nusantara
2. Masuk nya agama Islam ke Nusantara sangat berpengaruh terhadap
perkembangan seni ukir di Nusantara, islam tidak hanya merubah fungsi
dan kegunaan dari ukiran bahkan Islam juga merubah bentuk atau motif
dari ukiran yang ada di nusantara, seperti larangan membuat bentuk
figuratif seperti hewan dan manusia dan cenderung motif yang di gunakan
berupa motif tradisional yang tidak meyerupai figure atau tiruan dari
makhluk hidup. Fungsi ukiran juga perlahan berubah yang pada awal nya
sebelum Islam masuk ukiran di gunakan untuk acara ritual kepercayaan
yang berbau magis berubah fungsi menjadi hanya sebagai alat penghias
saja dan untuk di nikmati keindahannya.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran:

1. Bagi pembaca di harapkan untuk lebih mengenal sejarah perkembangan


ukiran di daerah nusantara.
2. Untuk penulis di harapkan karya tulis ini sebagai acuan untuk lebih baik
lagi dalam penulisan kedepannya.

14
Daftar pustaka

William, A. 2021. Apa Itu Seni Ukir dan Bagaimana Perkembangannya di

Indonesia.

Pratama, DP. 2016. Sejarah ukiran di Indonesia. Jakarta

Kusumo. 2022. Pengertian Seni Ukir, Sejarah, Perbedaan, Jenis & Teknik

Lestari, P. 2009. Buku Antropologi 2

UNY. 2013. Jenis Penelitian Historis, Kualitatif, Kuantitatif, dan PTK. jurusan
Pendidikan Sejarah, Yogyakarta

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Agus, S. 2005. Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Erlangga.

Abdurrahman, D. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta

Kuntowijoyo, 2005. Pengantar Ilmu sejarah. Yogyakarta

Notosusanto, N. 1971. Norma-norma Dasar Penulisan dan Penelitian Sejarah


Jakarta

Sahman, H. 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa: Tentang Seni, Karya Seni,

Tabroni, G. 2019. Seni Kriya: Pengertian, Sejarah, Fungsi & Pendapat Ahli

15
BIOGRAFI SINGKAT PENULIS

Nama Lengkap : Syahrul


Tempat Tanggal Lahir : Padang Panjang 13 November 2001
No Telp/Whatsapp : 088271958169
Email : Arulorlando573@gmail.com
Alamat Lengkap : Kandang Sampie, Aie Angek, Kecamatan. X Koto
Kabupaten. Tanah datar, Provinsi Sumatera Barat

16

Anda mungkin juga menyukai