Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

Oleh :
KELOMPOK P2

PROGRAM STUDIAGROEKOTEKNOLOGI/AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

KELAS :P
KELOMPOK : P2
ASISTEN : Alief Rodhlian Wahyudi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI/AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
Oleh :
NO NAMA NIM NILAI
1 HENDRA SAPUTRA 155040200111025
2 NUR MUHAMMAD M 155040200111026
3 CHOIRUN NISA 155040200111027
4 LATRI ARUMSARI 155040200111028
5 ALPHA M. RIDHO I 155040200111029
6 DHAYU KRISTANTO 155040200111030
7 ALIFIA Y 155040201111023
8 ENY NOER FITRIA 155040201111024
9 GUNAWAN WIBISONO 155040201111025
10 SITI SAMIAH MUNTHE 155040201111035
11 BUDISATRIA F 155040201111036
12 RAVI ADIKARYA R 155040201111037
13 ELOK MIFTAHUL I 155040201111038
14 ZENNY FARIDATUS 155040201111039
15 RIRIN S 155040201111040
16 OLIVIA EKA P 155040201111041
17 BINSAR MANGATAS T 155040201111042
18 CINDY DIAH AYU F 155040201111043
19 RAHMANDA ILMAN F 155040201111044

Asisten : Alief Rodhlian Wahyudi


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI/AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

Mengesahkan :

Asisten,

Alief Rodhlian Wahyudi


NIM : 135040201111210

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI/AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LEMBAR SARAN DAN KRITIK

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN

Nama Penguji :

Kritik dan Saran :

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI/AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, kesabaran serta
kesehatan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum field trip yang berjudul ‘Studi Lapang di Kebun Percobaan Cangar dan
Jatikerto’ dengan baik dan lancar. Segala puji kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan suri tauladan dalam menjalani dan menyikapi kehidupan di dunia
ini.
Penulis membahas mengenai analisis vegetasi,biomassa pohon dan faktor
biotik (keragaman artrhopoda pada agroekosistem).
Penulis menyadarai bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang
membangun guna memberikan hasil yang terbaik bagi isi penulisan laporan ini.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah
membantu sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan dengan lancar, kepada :
1. Para dosen pengampu mata kuliah Ekologi Pertanian yang telah membimbing kami
selama perkuliahan berlangsung.
2. Bapak dan ibu di rumah yang telah memberi dukungan secara matei atau spiritual,
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
3. Kakak asisten praktikum yang telah membimbing kami dalam praktikum ruang dan
praktikum lapang.
4. Teman-teman yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian penulisan
laporam ini dengan baik.
Laporan ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas makalah praktikum
Ekologi Pertanian yang diberikan oleh Assisten Dosen. Dalam proses pendalaman
materi Ekologi pertanian.
Kiranya cukup sekian, semoga penulisan laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua, terutama untuk penulisan laporan selanjutnya.
Malang, November 2015
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................................... i
Lampiran nama anggota kelompok...................................................................................... ii
Lembar pengesahan.............................................................................................................. iii
Ringkasan............................................................................................................................. iv
Kata pengantar..................................................................................................................... v
Daftar isi............................................................................................................................... vi
Daftar tabel........................................................................................................................... vii
I. Pendahuluan......................................................................................................................... 1
1
- Latar belakang.....................................................................................................................
1
2
- Tujuan..................................................................................................................................
2
II. Tinjauan pustaka.................................................................................................................. 4

- Analisis Vegetasi dan Faktor abiotik : suhu udara, radiasi matahari ............................

- Biomassa pohon & faktor abiotik tanah .....................................................................

- Arthropoda...............................................................................................................

III. Metodologi..........................................................................................................................
- Alat, bahan beserta fungsinya, teknis lapang................................................................
- Analisa vegetasi & faktor abiotik (suhu udara, radiasi matahari).......................................

- Biomassa pohon & faktor abiotik (tanah)........................................................................

- Faktor biotik (Keragaman arthropoda pada agroekosistem)...............................................

IV. Hasil dan pengamatan.........................................................................................................

- Perhitungan dan Tabel pengamatan (cangar & jatikerto)....................................................

- Pembahasan........................................................................................................................

V. Penutup...............................................................................................................................
- Kesimpulan..........................................................................................................................

VI. Daftar pustaka.....................................................................................................................

VI Daftar lampiran..................................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tabel analisa vegetasi (Cangar)


Tabel 2 : Tabel pengamatan suhu udara, kelembaban, dan radiasi matahari
(Cangar)
Tabel 3 : Tabel perhitungan SDR (Cangar)
Tabel 4 : Tabel analisa vegetasi (Jatikerto)
Tabel 5 : Tabel pengamatan suhu udara, kelembaban, dan radiasi matahari
(Jatikerto)
Tabel 6 : Tabel perhitungan SDR (Jatikerto)
Tabel 7 : Tabel biomassa pohon dan faktor abiotik (Cangar)
Tabel 8 : Tabel ketebalan seresah (Cangar)
Tabel 9 : Tabel biomassa pohon dan faktor abiotik (Jatikerto)
Tabel 10 : Tabel ketebalan seresah (Jatikerto)
Tabel 11 : Tabel pengamatan arthropoda(Cangar)
Tabel 12 : Tabel pengamatan arthropoda (Jatikerto)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan
lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia untuk
menghasilkan pangan, pakan, serat, kayu bakar dan produk-produk lainnya yang
dibutuhkan manusia.
Di dalam agroekosistem terdapat ekosistem yang menjadi tempat interaksi antar
faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor
fisik dan faktor kimia. Faktor fisik yang mempengaruhi ekosistem adalah suhu, sinar
matahari, air, tanah, ketinggian, angin. Faktor biotik adalah faktor hidup yang
meliputi semua makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan.
Di permukaan bumi, sekian banyak spesies hewan ternyata ¾ bagian adalah
serangga. Hal ini disebabkan oleh daya tahan tubuhnya yang baik, cepatnya
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan penyebaran yang sangat luas yaitu
mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub. Dari jumlah tersebut, lebih dari
750.000 spesies telah diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan kurang
lebih 80% dari filum anthropoda.
Salah satu kondisi yang berpengaruh pada ekosistem adalah tutupan lahan oleh
vegetasi yang merupakan bagian penting yang tidak dapat terpisahkan dalam
penanganan pengolahan baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka
panjang. Dalam pengelolaan agroekosistem, data vegetasi meliputi tanaman budidaya
maupun tumbuhan yang tumbuh di ekosistem.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Ekologi dan Ekologi Pertanian serta prinsip-prinsipnya ?
2. Apakah faktor abiotik berpengaruh terhadap vegetasi tanaman ?
3. Bagaimana peran arthropoda dalam ekosistem ?
4. Bagaimanakah pengaruh perlakuan lingkungan terhadap tanaman ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis vegetasi dan faktor abiotik.
2. Untuk mengetahui biomassa pohon.
3. Untuk mengetahui faktor biotik.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis anthropoda yang terdapat dalam ekosistem
musiman

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui analisis vegetasi dan faktor abiotik
2. Dapat mengetahui biomassa pohon
3. Dapat mengetahui faktor biotik
4. Dapat mengetahui jemis-jemis arthropoda yang terdapat dalam ekosistem
musiman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN EKOLOGI DAN EKOLOGI PERTANIAN

Istilah Ekologi diciptakan oleh sarjana jerman ernst haeckel, seorang


biologiawan jerman, pada tahun 1869. Istilah ini terdiri atas dua suku kata
yunani oikos yang pertama kali berasal dari seorang biologi Jerman Ernest Haeckel,
1869. Berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu), secara
harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Yang merupakan
makhluk hidup adalah lingkungan hidupnya.

Ekologi adalah kajian struktur dan fungsi alam, tentang struktur dan interaksi
antara sesama organisme dengan lingkungannya dan ekologi adalah kajian tentang
rumah tangga bumi termasuk flora, fauna, mikroorganisme dan manusia yang hidup
bersama saling tergantung satu sama lain

(odum, 1983)

Ekologi berasal dari kata oikos (rumah) dan logos (ilmu). Ekologi berarti ilmu
yang mempelajari tentang makhluk hidup dan rumahnya (lingkungannya). Sedangkan
pertanian bisa diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam pada lingkungan tertentu.
Jadi, ekologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dan
lingkungan budi daya tanaman yang diusahakan oleh manusia. Sedangkan ekologi
pertanian organik menggambarkan bahwa hubungan antara makhluk hidup dan
lingkungan pertanaman berjalan selaras dengan fitrah alam (back to nature)

(Sutanto, 2002 )

2.2 PRINSIP EKOLOGI

Prinsip ekologi merupakan prinsip prinsip yang terkandung di dalam ekologi


yang menjadikan pokok dalam menanggulangi masalah lingkungan hidup ,dimana
prinsip ekologi tersebut adalah

1. Semua energy yang memasuki sebuah organisme (jasad hidup),populasi atau


ekosistem dapat dianggap sebagai energy yang tersimpan atau terlepaskan.
Energy dapatdiubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat
hilang ,dihancurkan atau diciptakan.
Hukum Termodinamika I ( hukum kekekalan energy).
2. Tak ada pengubahan energy yang betul-betuMl cermat .
Hukum Termodinamika II (hukum entropi).
3. Materi ,energy,ruang ,waktu , dan keanekaragan adalah kategori sumberdaya
4. untuk semua kategori sumberdaya ,jika pengadaanya sudah cukup
tinggi,pengaruh unit kenaikanya sering menurun dengan penambahan
sumberdaya itu sampai kesuatutingkat makssimum .melampaui batas
maksimum ini takkan ada pengaruh yang menguntungkan lagi .untuk semua
kategori sumberdaya (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaan sumberdaya yang melampaui batas maksimum,bahkan akan
mempunyai pengaruh yang merusak karena kesan peracunan (Prinsip
Penjenuhan)
5. ada dua jenis sumberdaya dasar yaitu:
a. sumberdaya yang pengadaanya dapat merangsang penggunaan
seterusnya
b. sumberdaya yang tidak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih
lanjut
6. individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunandaripadda
saringanya ,cenderung berhasil mengalahkan sainganya itu.
7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi dialam
lingkunganya yang mudah diramal
8. Sebuah habitat (lingkungan hidup)itu dapat jenu atau tidak oleh
keanekaragaman takson .hal itu bergantung pada bagaimana niche dalam
lingkunganhidup itu dapat memisahkan takson tersebut
9. Keaneka-ragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi
produktivitasnya
10. Perbandingan (rasio) antara biomassa dengan produktivitas (B/P) naik dalam
perjalanan waktu pada lingkungan yang stabil hingga mencapai sebuah
asimptot.
11. System yang mantap (dewasa) mengeksploitasi system yang belum mantap
(belum dewasa)
12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung kepada kepentingan
relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.
13. Lingkungan yang secara fisik stabilmemungkinkan berlakunya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap(dewasa),yang
kemudian dapat menggalakkan kestabilan kepada populasi.
14. Derajat pola keteraturan naik turun populsi bergantung kepada jumlah
keturunanya dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan
mempengarui populasi itu.
( djamal irwan, 2003 )
2.3 PENGERTIAN EKOSISTEM ALAMI DAN EKOSISTEM BUATAN

Berdasarkan proses terbentuknya ekosistem dibedakan menjadi ekosistem


alami dan ekosistem buatan.Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk secara
alamiah tanpa campur tangan manusia.Contoh ekosistem alami adalah rawa,sungai
dan laut.Jika suatu ekosistem sengaja di buat manusia maka di sebut ekosistem
buatan. Contoh ekosistem buatan antara lain ekosistem sawah,kebun,kolam,waduk
dan aquarium. (Arisworo,2006)

2.4 PENGARUH FAKTOR ABIOTIK (LINGKUNGAN) TERHADAP


VEGETASI TANAMAN

2.4.1 Cahaya

Cahaya merupakan faktor utama sebagai energi dalam fotosintesis, untuk


menghasilkan energi. Kekurangan cahaya akan mengganggu proses fotosintesis dan
pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan.
Kekurangan cahaya pada saat pertumbuhan berlangsung akan menimbulkan gejala
etiolasi, dimana dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah
dan daunnya berukuran lebih kecil, tipis, pucat.
Pengaruh cahaya bukan hanya tergantung kepada fotosintesis (kuat penyinaran) saja,
namun ada faktor lain yang terdapat pada cahaya, yaitu berkaitan dengan panjang
gelombangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hendrick & Berthwick pada tahun
1984, menunjukan cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah pada
spectrum merah dengan panjang gelombang 660nm.
Percobaan dengan menggunakan spectrum infra merah dengan panjang gelombang
730nm memberikan pengaruh yang berlawanan. Substansi yang merspon spectrum
cahaya adalah fitakram suatu protein warna pada tumbuhan yang mengandung
susunan atom khusus yang mengabsorpsi cahaya.

2.4.2 Kelembaban

Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena


transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Bila
kondisi lembap dapat dipertahankan maka banyak air yang diserap tumbuhan dan
lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan sel
sehingga sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan tumbuh bertambah
besar. Pada kondisi ini, faktor kehilangan air sangat kecil karena transpirasi yang
kurang. Adapun untuk mengatasi kelebihan air, tumbuhan beradaptasi dengan
memiliki permukaan helaian daun yang lebar. Untuk pemecahan senyawa bermolekul
besar (saat respirasi) agar menghasilkan energi yang diperlukan pada proses
pertumbuhan dan perkembangannya.

2.4.3 Suhu

Suhu berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan antara lain bukaan stomata,


laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Suhu yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses pertumbuhan. Fotosintesis
pada tumbuhan biasanya terjadi di daun, batang, atau bagian lain tanaman. Suhu
optimum (15°C hingga 30°C) merupakan suhu yang paling baik untuk pertumbuhan.
Suhu minimum (± 10°C) merupakan suhu terendah di mana tumbuhan masih dapat
tumbuh. Suhu maksimum (30°C hingga 38°C) merupakan suhu tertinggi dimana
tumbuhan masih dapat tumbuh. Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti
oleh peningkatan proses di atas
Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik
maupun kimia, menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi)
Peningkatan suhu disekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya
kandungan lengas tanah
Peranan suhu kaitannya dengan kehilangan lengas tanah melewati mekanisme
transpirasi dan evaporasi
Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanaman akan
mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau. Pada musim
kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya
terbatas.
Meningkatnya konsentrasi CO2 diatmosfer sebenarnya berdampak positif terhadap
proses fisiologis tanaman, tetapi pengaruh positif CO2 dihilangkan oleh peningkatan
suhu atmosfer yang cenderung berdampak negatif terhadap proses fisiologis tersebut
Pengaruh positif peningkatan CO2 atmosfer : merangsang proses fotosintesis,
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas pertanian tanpa diikuti oleh
peningkatan kebutuhan air (transpirasi).
Pengaruh negatif peningkatan CO2: meningkatnya suhu iklim global, berdampak
pada peningkatan respirasi, menurunkan produktifitas tanaman. Peningkatan suhu
menghilangkan pengaruh positif dari peningkatan CO2.

2.4.4 Air

Habitat hewan dan tumbuhan sangat bervariasi dari lingkungan perairan


sampai padang pasir kering. Air sangat penti

ng bagi kehidupan dan semua komponen biotik ekosistem secara langsung tergantung
pada air untuk bertahan hidup.
Berdasarkan kebutuhan air mereka tanaman diklasifikasikan sebagai:

 Hidrofit (Contoh – lili air)


 Mesofit (Contoh – kacang Manis, mawar)
 Xerofit (Contoh – kaktus, tanaman sukulen)

Hewan darat rentan terhadap pengeringan dan hewan-hewan ini menunjukkan


berbagai jenis adaptasi ini. Beberapa adaptasi terlihat pada hewan darat adalah:

Meliputi tubuh yang membatasi hilangnya air.

 Beberapa hewan memiliki kelenjar keringat yang digunakan sebagai alat


pendingin.
 Jaringan dari beberapa hewan seperti unta yang toleran terhadap kehilangan
air.
 Beberapa serangga dikatakan menyerap air dari uap air langsung dari
atmosfer.

2.4.5 Ketinggian tempat

Topografi adalah bentuk lanskap yang ditentukan oleh aspek lereng dan
ketinggian. Topografi memberikan berbagai untuk ekosistem. Sebagai contoh:
topografi rumput yang bervariasi seperti bukit, padang rumput, tebing, daerah dataran
rendah dll, yang memberikan variabilitas ke bentuk kehidupan.

Aspek arah tanah menghadap juga bervariasi karena tanah tersebut menghadap ke
arah selatan atau matahari akan panas dan kering lebih dari daerah di utara, yang jauh
dari matahari.

Kemiringan pada daerah juga penting karena air dapat berjalan menuruni bukit dan
dapat merendam tanah dibagian bawah yang membuatnya tersedia untuk tanaman.

(Daniel,1995)

2.5 FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK TANAH


2.5.1 FAKTOR ABIOTIK
Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan
faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur
tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-
unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur
komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat
(Suin, 1997:1)

1 . suhu,dimana suhu tanah juga disebut sebagai inensitas panas dalam tanah .suhu
tanah dapat diukur denagn menggunakan alat yang dinamakan thermometer tanah
selubung logam .suhu tana ditentukan oleh panas matahari menyinari bumi .intensitas
panas tanah dipengarui oleh kedudukan permukaan yang menentukan besar sudut
datang ,letak garis lintang utara dan selatan dan tinggi dari permukaan laut
2. testur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tana yang terjadi karena terdapatnya
perbedaan komposisis kandungan fraksi pasir debu dan liat yang terkandung pada
tanah .keadaan teksturtanah yang blain seperti struktur tanah ,permeabilitas porositas
danlain lain
3 air dalam tanah adalahh air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan
dibawah permukaan tanah.airtanah mempunyai perananyang sangat penting
terutamandaalam menjaga keseimbang air yang ada didalamnya
4. udaradalam tanah .komponen udaratanah (atmosfertanah ) sama pentingnya
dibandingkan dengan fase padat dan cair bagi produktivitas tanah .oksigen diperlukan
bagi pernafasan akar akar tanaman ,mikroa,dan hewa n tanah karbondioksida
membantu melarutkan zat zat hara sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
5.ph tanah adalah satuan derajadyang dipergunakan untuk menentukan keasamaan
atau kebasaan terhadap tanah
kadar organiktanah merupakan bahan didalam atau dipermukaan tanah yang berasal
dair tumbuhan hewan dan manusia yang telah mengalami dekomposissi llanjut
maupun yang sedan mengalami dekomposisi.

(Suin, 1997:1)

2.5.2 FAKTOR BIOTIK

Faktor biotik tanah meliputi flora dan fauna. Keragaman flora pada tanah
meliputi akar tanaman tingkat tinggi, ganggang ( hijau, hijau-kebiruan ),bacteria
(aerobic, anaerobic, autotrophic, heterotrophic) cendawan ( jamur, ragi, actino-
mycetes). Sedangkan kergaman fauna dibagi menjadi dua yaitu fauna mikro (
nematode, protozoa, rotfers ) dan fauna makro ( tikus tanah, serangga, semut,
jangkrik dll ). Fungsi utama dari biota tanah adalah berperan dalam siklus hara (
fiksasi N dan penyerapan P ), dekomposisi, bioturbasi dan pengendalian hama (
melalui musuh alami dan patogen ).
(Suin, 1997:1)

2.6 PERAN ANTROPODA DALAM EKOSISTEM

Arthropoda pada umumnya mempunyai peran penting bagi ekosistem, baik


secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka
kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu
keseimbangan. Peranan serangga dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai
polinator, dekomposer, predator (pengendali hayati), parasitoid (pengendali hayati),
hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosisitem [4]. Pada umumnya Arthropoda
tanah memiliki peran penting dalam perombakan bahan organik serta berperan
penting sebagai daur ulang di unsur hara tanah. Pada ekosistem yang alami tidak
tergantung pada manusia, dalam proses dekomposisi akan berlangsung maksimal. [5]
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kelimpahan dan diversitas Arthropoda
tanah pada area restorasi di Ranu Pani serta untuk mengetahui komposisi dan struktur
komunitas Arthropoda tanah dan untuk mengetahui faktor abiotik dan biotik terhadap
kelimpahan dan diversitas Arthropoda tanah pada area restorasi Ranu Pani.
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 BUDIDAYA

3.1.1 ANALISA VEGETASI

a. ALAT, BAHAN DAN FUNGSI

NO. ALAT FUNGSI

1. Rafia untuk membuat plot dan sub plot


pengamatan

2. Alat pemotong untuk memotong rafia


(gunting, cutter, dan
lain-lain)

3. Meteran jahit untuk mengukur panjang tanaman

4. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan

5. Kamera untuk mendokumentasikan hasil


pengamatan

6. Meteran bangunan Untuk mengukur panjang dan


lebar plot serta sub plot
pengamatan

 CANGAR

NO. BAHAN FUNGSI

1. Tanaman wortel sebagai objek yang diamati


(Daucus carota L.)

2. Semanggi (Marsilea sebagai objek yang diamati


crenata L.)
3. Ketul (Bidens pilosa) sebagai objek yang diamati

4. Bandotan (Ageratum sebagai objek yang diamati


conyzoides)

 JATIKERTO

NO. BAHAN FUNGSI

1. Singkong (Manihot sebagai objek yang diamati


utilissima)

2. Ilalang (Imperata sebagai objek yang diamati


cylindrica)

3. Jotang kuda (Synedrella sebagai objek yang diamati


nodiflora L. )

b. METODE (DIAGRAM ALIR)


 Identifikasi tanaman

Siapkan alat dan bahan

Membuat plot dengan ukuran 5mx5m

Membuat 5 sub plot dengan menggunakan tali rafia

Tentukan lahan yang akan diamati

Letakkan sub plot pada lahan

Lakukan pengamatan dengan menghitung jumlah


vegetasi pada setiap sub plot
Dokumentasikan

 Analisa vegetasi

Siapkan alat dan bahan

Membuat 5 sub plot dengan menggunakan tali rafia

Tentukan lahan yang akan diamati

Letakkan sub plot pada lahan

Lakukan pengamatan dengan menghitung nilai D1 dan D2


vegetasi pada tiap sub plot

Dokumentasikan

 Perhitungan SDR (Summed Dominance Ratio)

Siapkan alat dan bahan

Membuat plot dengan ukuran 5mx5m

Membuat 5 sub plot dengan menggunakan tali rafia

Tentukan lahan yang akan diamati


Letakkan sub plot pada lahan

Lakukan Perhitungan SDR

c. ANALISA PERLAKUAN
 Identifikasi tanaman
Sebelum melakukan pengamatan, siapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
Kemudian membuat plot berukuran 5mx5m menggunakan tali rafia yang digunakan
untuk membatasi lahan yang akan diamati. Selain itu juga membuat sub plot
sebanyak 5 buah. Dan ukuran tali rafia pada masing-masing sub plot yaitu 5m
sebanyak 1 buah; 2,5m sebanyak 2 buah; dan 1,25m sebanyak 1 buah. Setelah itu
menentukan lahan yang akan diamati. Pada percobaan kali ini terdapat 2 lahan untuk
pengamatan yaitu Cangar dan Jatikerto. Kemudian letakkan plot dan sub plot yang
telah dibuat sebelumnya pada masing-masing lahan yang akan diamati. Pada lahan
Cangar, lahan yang akan diamati terdapat vegetasi berupa wortel, semanggi, ketul,
dan bandotan. Sedangkan pada lahan Jatikerto, lahan yang akan diamati terdapat
vegetasi berupa singkong, ilalang, dan Jotang kuda. Kemudian lakukan pengamatan
dengan menghitung jumlah vegetasi pada maisng-masing lahan di tiap sub plot.
Kemudian dokumentasikan hasil pengamatan.

 Analisa Vegetasi
Sebelum melakukan pengamatan, siapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
Kemudian membuat plot berukuran 5mx5m menggunakan tali rafia yang digunakan
untuk membatasi lahan yang akan diamati. Selain itu juga membuat sub plot
sebanyak 5 buah. Dan ukuran tali rafia pada masing-masing sub plot yaitu 5m
sebanyak 1 buah; 2,5m sebanyak 2 buah; dan 1,25m sebanyak 1 buah. Setelah itu
menentukan lahan yang akan diamati. Pada percobaan kali ini terdapat 2 lahan untuk
pengamatan yaitu Cangar dan Jatikerto. Kemudian letakkan plot dan sub plot yang
telah dibuat sebelumnya pada masing-masing lahan yang akan diamati. Pada lahan
Cangar, lahan yang akan diamati terdapat vegetasi berupa wortel, semanggi, ketul,
dan bandotan. Sedangkan pada lahan Jatikerto, lahan yang akan diamati terdapat
vegetasi berupa singkong, ilalang, dan Jotang kuda. Lakukan pengamatan dengan
menghitung nilai dari D1 dan D2 semua tanaman pada tiap sub plot menggunakan
meteran jahit. Setelah itu lakukan dokumentasi hasil dari pengamatan tersebut.

 Perhitungan SDR (Summed Dominance Ratio)


Sebelum melakukan pengamatan, siapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
Kemudian membuat plot berukuran 5mx5m menggunakan tali rafia yang digunakan
untuk membatasi lahan yang akan diamati. Selain itu juga membuat sub plot
sebanyak 5 buah. Dan ukuran tali rafia pada masing-masing sub plot yaitu 5m
sebanyak 1 buah; 2,5m sebanyak 2 buah; dan 1,25m sebanyak 1 buah. Setelah itu
menentukan lahan yang akan diamati. Pada percobaan kali ini terdapat 2 lahan untuk
pengamatan yaitu Cangar dan Jatikerto. Kemudian letakkan plot dan sub plot yang
telah dibuat sebelumnya pada masing-masing lahan yang akan diamati. Pada lahan
Cangar, lahan yang akan diamati terdapat vegetasi berupa wortel, semanggi, ketul,
dan bandotan. Sedangkan pada lahan Jatikerto, lahan yang akan diamati terdapat
vegetasi berupa singkong, ilalang, dan Jotang kuda. Kemudian lakukan perhitungan
SDR dari data-data yang telah didapatkan yaitu jumlah vegetasi tiap sub plot, nilai D1
dan D2 kemudian dihitung nilai Kerapatan Mutlak (KM), Kerapatan Nisbi (KN),
Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Nisbi (FN), Luas Basal Area (LBA), Dominansi
Mutlak (DM), Dominansi Nisbi (DN), Importance Value (IV) setelah itu didapatkan
hasil SDR (Summed Dominance Ratio).

3.1.2 FAKTOR ABIOTIK

1. INTENSITAS RADIASI MATAHARI

a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO ALAT FUNGSI
1. Lux meter Mengukur intensitas cahaya

b. METODE (DIAGRAM ALIR)

Siapkan alat dan bahan

Tentukan lahan yang akan diamati ( tidak di


dalam ruangan, tidak ternaungi)
Tancapkan Luxmeter pada tanah

Arahkan angka penunjuk pada


Luxmeter ke angka 100

Diamkan alat selama+5 menit


hingga angkanya stabil

Dokumentasikan

c. ANALISA PERLAKUAN

Sebelum melakukan pengamatan, siapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar
pengamatan dapat dilakukan dengan optimal. Kemudian, tentukan lahan yang akan
diamati, kriteria lahan yang akan diamati adalah lahan yang tidak ternaungi dan tidak
berada dalam ruangan karena akan mempengaruhi intensitas radiasi matahari. Setelah
menentukan lahan yang tepat untuk pengamatan, tancapkan Luxmeter pada tanah dan
arahkan angka penunjuk pada Luxmeter ke arah angka 100. Setelah itu, diamkan dan
tunggu Luxmeter + 5 menit hingga angkanya stabil untuk menentukan berapa
intensitas matahari pada lahan tersebut, kemudian dokumentasikan hasil pengamatan
yang telah dilakukan.

2. KELEMBABAN UDARA

a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO ALAT FUNGSI
1. Termohigrometer Mengukur kelembaban
b. METODE (DIAGRAM ALIR)

Siapkan alat dan bahan

Tancapkan Termohigrometer pada tanah

Tunggu sampai + 5 menit hingga suhunya stabil

Lihat penunjuk angka pada termohigrometer bagian bawah

Catat hasil
pengamatan

Dokumentasikan

c. ANALISA PERLAKUAN

Sebelum melakukan pengamatan, siapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar
pengamatan dapat dilakukan dengan optimal. Kemudian, tancapkan termogrometer
pada tanah untuk mengukur kelembapan pada tanah baik di Jatikerto maupun
Cangar. Jika tanah yang akan diukur tersebut memiliki tekstur yang padat dan keras
maka perlu diberi sedikit air pada petak tanah yang akan dilakukan pengamtan lalu
tunggu hingga air mulai meresap ke tanah dan bila tanah sudah terlihat lunak maka
tancapkan termohigrometer pada tanah. Setelah itu tunggu hingga + 5 menit sampai
angka penunjuk pada termohigrometer mulai stabil dan lakukan pencatatan data
kemudian dokumentasikan hasil pengamatan. Pada angka bagian bawah dari alat
tersebut menunjukkan besarnya nilai dari kelembaban.

3. SUHU UDARA

a. ALAT, BAHAN, FUNGSI


NO ALAT FUNGSI
1. Termohigrometer Mengukur suhu

b. METODE (DIAGRAM ALIR)

Siapkan alat dan bahan

Tancapkan Termohigrometer pada tanah

Tunggu sampai + 5 menit hingga suhunya stabil

Lihat penunjuk angka pada termohigrometer bagian atas

Catat hasil
pengamatan

Dokumentasikan

c. ANALISA PERLAKUAN

Sebelum melakukan pengamatan, siapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar
pengamatan dapat dilakukan dengan optimal. Kemudian, tancapkan termogrometer
pada tanah untuk mengukur suhu pada tanah baik di Jatikerto maupun Cangar. Jika
tanah yang akan diukur tersebut memiliki tekstur yang padat dan keras maka perlu
diberi sedikit air pada petak tanah yang akan dilakukan pengamtan lalu tunggu hingga
air mulai meresap ke tanah dan bila tanah sudah terlihat lunak maka tancapkan
termohigrometer pada tanah. Setelah itu tunggu hingga + 5 menit sampai angka
penunjuk pada termohigrometer mulai stabil. Kemudian melihat angka pada alat di
atas yang menunjukkan besarnya suhu. Selanjutnya bagian lakukan pencatatan data
mendokumentasikan hasil pengamatan.
3.2 TANAH
3.2.1 FAKTOR ABIOTIK
1. SUHU TANAH
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO. ALAT FUNGSI

1. Termometer tanah untuk mengukur suhu tanah

2. Penggaris besi untuk melubangi tanah

 CANGAR

NO. BAHAN FUNGSI

1. Tanah cangar sebagai objek pengamatan

2. Air untuk membasahi permukaan tanah

 JATIKERTO

NO. BAHAN FUNGSI

1. Tanah Jatikerto sebagai objek pengamatan

2. Air untuk membasahi permukaan tanah

b. METODE (DIAGRAM ALIR)

Siapkan alat dan bahan

Membuat lubang dengan penggaris besi sedalam ±20cm

Memasukkan termometer ke dalam tanah

Mengamati suhu yang tertera pada


termometer
Mencatat hasil pengamatan

dokumentasikan

c. ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan
terlebih dahulu, kemudian membasahi tanah dengan air hingga permukan tanah
menjadi lembab. Lalu membuat lubang pada tanah dengan penggaris besi sedalam ±
20cm, setelah itu memasukkan termometer ke dalam tanah dan mengamati suhu yang
tertera pada termometer, lalu mencatat hasil pengamatan serta mendokumentasikan
hasil pengamatan.

2. SERESAH
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO. ALAT FUNGSI

1. Tali rafia untuk membuat frame

2. Meteran untuk mengukur pannjang tali

3. Pennggaris besi untuk mengukur ketebaan seresah

4. Gunting untuk memotong tali rafia

5. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan

 CANGAR

NO. BAHAN FUNGSI

1. Tanah Cangar Sebagai objek pengamatan

2. Seresah Sebagai objek pengamatan


 JATIKERTO

NO. BAHAN FUNGSI

1. Tanah Jatikerto Sebagai objek pengamatan

2. Seresah Sebagai objek pengamatan

b. METODE (DIAGRAM ALIR)

menyiapkan alat dan bahan

membuat frame dengan ukuran 50 cm x 50 cm

meletakkan frame pada 10 titik pengamatan dalam 1 plot

mengukur ketebalan seresah dengan menggunakan penggaris


besi

mendokumentasikan dan mencatat hasil pengamatan

c. ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan,
kemudian membuat frame dari tali rafia dengan ukuran 50x50 cm. Setelah itu
meletakkan frame pada 10 titik pengamatan dalam 1 plot. Melakukan pengamatan
pada frame yanng banyak seresahnya dan mengukur ketebalan seresah dengan
menggunakan penggaris besi. Dan mendokumentasikan serta menulis hasil
pengamatan.
3. KEGEMBURAN
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO. BAHAN FUNGSI

1. Cetok untuk mengambil sampel tanah

 CANGAR

NO. BAHAN FUNGSI

1. Tanah cangar Sebagai objek pengamatan

2. Air untuk memudahkan tanah agar


mudah digali

 JATIKERTO

NO. BAHAN FUNGSI

1. Tanah jatikerto Sebagai objek pengamatan

2. Air untuk memudahkan tanah agar


mudah digali

b. METODE (DIAGRAM ALIR)


Menyiapkan alat dan bahan

Menyiram tanah dengan air

Mengambil sampel tanah dengan cetok


Merasakan tekstur dan struktur tanah dengan feelling methode

Mendokumentasikan dan mencatat hasil pengamatan

c. ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan
terlebih dahulu, lalu mengambil sampel tanah dengan menggunakan cetok. Kemudian
merasakan tekstur dan struktur tanah dengan menggunakan feelling methode, dan
kemudian mendokumentasikan serta mencatat hasil pengamatan.

3.2.2 FAKTOR BIOTIK


1. BIOTA TANAH
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO. ALAT FUNGSI

1. Tali raffia untuk membuat frame

2. Meteran untuk mengukur pannjang tali

3. Gunting untuk memotong tali rafia

4. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan

5. Sekop untuk menggali tanah

6. Penggaris untuk mengukur kedalaman tanah

 CANGAR

NO. BAHAN FUNGSI

1. Tanah cangar Sebagai objek pengamatan

2. Seresah Sebagai objek pengamatan

 JATIKERTO
NO. BAHAN FUNGSI

1. Tanah jatikerto Sebagai objek pengamatan

2. Seresah Sebagai objek pengamatan

b. METODE (DIAGRAM ALIR)

menyiapkan alat dan bahan

membuat frame dengan ukuran 50 cm x 50 cm

menggalli tanah yang banyak seresahnya dan yang tidak ada


seresahnya sedalam 20 cm

mengamati biota apa aja yang terdapat pada tanah tersebut

mendokumentasikan dan mencatat hasil pengamatan

c. ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan,
kemudian membuat frame dengan ukuran 50x50 cm. Setelah itu menggali tanah yang
terdapat banyak seresahnya dan tanah yang tidak ada seresahnya, lalu bandingkat
biota tanah apa saja yanng terdapat dalam kedua frame tersebut. Apabila menemukan
biota tanah, mengidentifikasinya dan mendokuntasikan serta mencatat hasil
pengamatan.

3.3 ARTHOPODA
3.3.1 SWEEPNET
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO. ALAT FUNGSI

1. Sweepnet Untuk menangkap serangga yang ada di


udara
2. Plastik ukuran Untuk tempat menaruh spesimen
1 kg

3. Plastik clip Untuk menyimpan hewan yang telah di


tangkap menggunakan swept-net

4. Kapas Untuk menyerap alkohol dan diletakkan


dalam fial film

5. Alat Tulis Untuk mencatat hasil pengamatan

6. Kamera Untuk dokumentasi kegiatan pengamatan

 CANGAR

NO. BAHAN FUNGSI

1. Alkohol 70 % Untuk membius hama

2. Firebug Sebagai objek yang diamati


(Pyrrohoris
apterus)

3. Manggot- Sebagai objek yang diamati


manggot (Psila
rosae)

4. Kepik daun Sebagai objek yang diamati


(Pentatomidae)

5. Laba-laba Sebagai objek yang diamati


(Lycosa sp.)
6. Kepik hijau Sebagai objek yang diamati
(Nezera
viridula)

 JATIKERTO

NO. BAHAN FUNGSI

1. Alkohol 70 % Untuk membius hama

b. METODE (DIAGRAM ALIR)


Siapkan Alat dan Bahan

2 orang masuk ke dalam plot untuk menangkap serangga dengan


sweepnet

Ayunkan sweepnet sebanyak 3 kali setiap 2 kali melangkah

Serangga yang tertangkap ke dalam sweepnet dimasukkan ke dalam


plastik clip yang telah diberi kapas dan diberi alkohol

Simpan serangga hingga waktu identifikasi

Dokumentasikan

c. ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengamatan sweepnet adalah
meyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan
adalah 2 orang masuk ke dalam plot untuk menangkap serangga menggunakan
sweepnet dengan 3 ayunan. Satu orang sebagai pengayun dan satu lagi sebagai
pengambil serangga dalam sweepnet. Melangkah sebanyak 2 kali dan melakukan 3
ayunan ke kanan dan kiri. Apabila ada serangga yang tertangkap di sweepnet
masukkan ke dalam plastik clip yang telah di beri kapas yang sebelumnya telah di
beri alkohol 70%. Fungsi dari alkohol adalah untuk memabukkan serangga atau
spesies lainnya sekaligus mengawetkan agar tidak rusak. Menyimpan serangga pada
lemari pendingan hingga waktu identifikasi laboratorium. Dan terakhir lakukan
dokumentasi.

3.3.2 YELLOW TRAP


a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO. ALAT FUNGSI

1. Aqua botol 600 ml Untuk tempat ditempelkan kertas


yellowtrap
2. Alat tulis Untuk mencatat hasi pengamatan

3. Tongkat Untuk meletakkan kertas


yellowtrap
4. Plastik clip Sebagai wadah serangga yang
terjebak
5. Kamera Untuk dokumentasi kegiatan
pengamatan
6. Kapas Untuk menyerap alkohol dan
diletakkan pada plastik clip
7. Kertas warna kuning Sebagai yellowtrap

 CANGAR

NO. BAHAN FUNGSI


1. Alkohol 70% Untuk membius hama

2. Lalat wortel (Psila Sebagai objek yang diamati


rosae)

3. Wereng coklat Sebagai objek yang diamati


(Nilaparvata lugens)

 JATIKERTO

NO. BAHAN FUNGSI

1. Alkohol 70% Untuk membius hama

2. Semut bersayap Sebagai objek yang diamati

b. METODE (DIAGRAM ALIR)

Siapkan Alat dan Bahan

Tempelkan kertas kuning pelekat pada botol bekas

Pasang perangkap yellow trap tersebut ditongkat yang ada didalam


plot sehari sebelum penelitian

Saat hari penelitian ambil serangga yang berada pada yellowtrap

Masukkan serangga yang tertangkap ke dalam plastik clip yang telah


diberi kapas dan diberi alkohol

Simpan serangga hingga waktu identifikasi


Dokumentasikan

c. ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengamatan yellowtrap adalah
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Lalu menempelkan kertas kuning
pelekat pada botol aqua bekas. Meletakkan botol tersebut ditongkat yang ada di
dalam plot sehari sebelum penelitian. Pada hari penelitian mengambil serangga yang
tertangkap di yellowtrap. Serangga yang tertangkap di masukkan ke dalamplastik clip
yang telah di beri kapas yang sebelumnya telah di beri alkohol 70%.. Lalu
menyimpan serangga pada hingga waktu identifikasi setelah fieldtrip dan tidak lupa
untuk mendokumentasikannya

3.3.3 PITFALL
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO. ALAT FUNGSI

1. Aqua gelas Sebagai tempat air sabun/detergen

2. Air sabun/detergen Menimbulkan bau harum untuk


menjebak serangga ke dalam pitfall
3. Alat Tulis Untuk mencatat hasil pengamatan

4. Plastik clip Untuk tempat serangga

5. Kamera Untuk dokumentasi kegiatan


praktikum
6. Kapas Untuk menyerap alkohol dan
diletakkan pada plastik clip

 CANGAR

NO. BAHAN FUNGSI


1. Ulat tanah (Agrotis Sebagai objek yang diamati
spp. )
2. Kutu daun hitam Sebagai objek yang diamati
(Toxoptera aurantii)
3. Alkohol 70% Untuk membius hama

 JATIKERTO

NO. BAHAN FUNGSI

1. Semut Sebagai objek yang diamati

2. Laba-laba Sebagai objek yang diamati

3. Semut hitam besar Sebagai objek yang diamati

4. Alkohol 70% Untuk membius hama

b. METODE (DIAGRAM ALIR)

Siapkan Alat dan Bahan

Masukkan larutan sabun/detergen ke dalam gelas aqua bekas

Letakkan pada plot yang di amati sehari sebelum penelitian

Saat penelitian ambil serangga yang tertangkap didalam pitfall


Masukkan ke dalam plastik clip yang telah diberi kapas dan diberi
alkohol

Beri label pada setiap plastik yang berbeda plot

Dokumentasikan

c. ANALISA PERLAKUAN

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengamatan pitfall adalah


menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Selanjutnya memasukkan larutan
sabun/deterjen ke dalam gelas aqua bekas. kemudian meletakkannya pada 4 titik plot
berbeda yang akan diamati sehari sebelum penelitian. Pada hari penelitian mengambil
serangga yang tertangkap di dalam pitfall. Serangga yang tertangkap di masukkan ke
dalam plastik clip yang telah di beri kapas yang sebelumnya telah di beri alkohol
70%. Beri label pada setiap plastik clip yang mewakili 4 plot yang berbeda. Lalu
menyimpan serangga hingga waktu identifikasi setelah fieldtrip. Dan
mendokumentasikannya.

3.4 PENGARUH PERLAKUAN LINGKUNGAN TERHADAP TANAMAN


3.4.1 PEMBERIAN AIR
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO. ALAT FUNGSI

1. Penggaris Untuk mengukur tinggi tanaman

2. Polybag Sebagai tempat tumbuh tanaman

3. Cetok Sebagai alat bantu memasukkan


tanah ke dalam polybag

4. Botol air Sebagai wadah air


mineral 1,5 L

5. Gelas mineral Sebagai alat bantu menyiram


tanaman

NO. BAHAN FUNGSI

1. Air Untuk membantu pertumbuhan


tanaman

2. Bibit tanaman Sebagai objek yang akan ditanam


pakcoy dan
jagung

3. Tanah Sebagai media tumbuh

b. METODE (DIAGRAM ALIR)

 Perlakuan cahaya

Siapkan alat dan bahan

Beri tanda pada setiap polybag yang akan


digunakan dalam pengamatan

Masukkan tanah ke dalam 5 polybag

Buat 5 lubang dengan tangan pada masing-masing


polybag

Masukkan bibit pada tiap lubang

Tutup lubang dengan tanah menggunakan tangan

Siram tanah dengan menggunakan air secukupnya


Letakkan tanaman pada tempat ternaungi dan tidak ternaungi

Siram tanaman tiap hari sesuai dengan ketentuan

Ukur tinggi tanaman dan hitung jumlah daun tiap minggunya

dokumentasikan

c. ANALISA PERLAKUAN
Melakukan praktikum ini hal pertama yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar praktikum dapat dilakukan
dengan optimal. Selanjutnya adalah mengambil polybag sebanyak 5 dan kemudian
diberi tanda pada masing-masing polybag tersebut agar data tidak tertukar antara satu
polybag dengan yang lainnya. Setelah itu masukkan tanah ke dalam 5 polybag
tersebut menggunakan cetok. Dan kemudian membuat lubang agar bibit tanaman bisa
masuk dan ditanam didalamnya. Setelah bibit dimasukkan, tutup lubang tersebut
sampai bibit tidak nampak dari luar permukaan tanah. Setelah itu siram tanah
menggunakan air secukupnya, dan letakkan pada perlakuan yang berbeda yaitu setiap
5 buah polybag ditempatkan di tempat yang tidak ternaungi dan ternaungi.
Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari sampai minggu ke enam dan hitung tinggi
tanaman serta jumlah daun seminggu sekali. Lalu catat hasil pengamatan dan
dokumentasikan hasil pengamatan

3.4.2 CAHAYA
a. ALAT, BAHAN, FUNGSI

NO. ALAT FUNGSI

1. Penggaris Untuk mengukur tinggi tanaman

2. Polybag Sebagai tempat tumbuh tanaman


3. Cetok Sebagai alat bantu memasukkan
tanah ke dalam polybag

4. Botol air Sebagai wadah air


mineral 1,5 L

5. Gelas mineral Sebagai alat bantu menyiram


tanaman

NO. BAHAN FUNGSI

1. Air Untuk membantu pertumbuhan


tanaman

2. Bibit tanaman Sebagai objek yang akan ditanam


pakoy

3. Tanah Sebagai media tumbuh

4. Bibit tanaman Sebagai objek pengamatan


jagung

b. METODE (DIAGRAM ALIR)

Siapkan alat dan bahan

Beri tanda pada setiap polybag yang akan digunakan dalam pengamatan

Masukkan tanah ke dalam 5 polybag

Buat 5 lubang dengan tangan pada masing-masing polybag

Masukkan bibit pada tiap lubang

Tutup lubang dengan tanah menggunakan tangan


Siram tanah dengan menggunakan air secukupnya

Letakkan tanaman tidak ternaungi

Siram tanaman dengan kadar air 100% dan 50% setiap hari

Ukur tinggi tanaman dan hitung jumlah daun tiap minggunya

dokumentasikan

c. ANALISA PERLAKUAN
Sebelum melakukan praktikum ini hal pertama yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu agar praktikum dapat dilakukan
dengan optimal. Selanjutnya adalah mengambil polybag sebanyak 5 dan kemudian
diberi tanda pada masing-masing polybag tersebut agar data tidak tertukar antara satu
polybag dengan yang lainnya. Setelah itu masukkan tanah ke dalam 5 polybag
tersebut menggunakan cetok. Dan kemudian membuat lubang agar bibit tanaman bisa
masuk dan ditanam didalamnya. Setelah bibit dimasukkan, tutup lubang tersebut
sampai bibit tidak nampak dari luar permukaan tanah. Setelah itu siram tanah
menggunakan air secukupnya, dan letakkan pada perlakuan yang berbeda yaitu setiap
5 buah polybag dengan disiram menggunakan kadar air 100& dan 50%. Penyiraman
tanaman dilakukan setiap hari sampai minggu ke enam dan hitung tinggi tanaman
serta jumlah daun seminggu sekali. Lalu catat hasil pengamatan dan dokumentasikan
hasil pengamatan
4.1.1 ANALISA VEGETASI DAN FAKTOR ABIOTIK

b.ANALISA VEGETASI SEMUSIM + INTERPRETASI DATA TIAP


TABEL
 Cangar

NO SPESIES D1 D2 PETAK KE-

1 2 3 4 5
1 Wortel 40 39 492 97 50 73 79
(Daucus
Carota L.)
2 Semanggi 11 7 49 6 5 2 -
(Hydrocotyle
Sibthorpiodes
Lam)
3 Ketul (Bidens 24 22,8 132 - 22 3 6
pilosa)
4 Babadotan 16,5 14,5 4 14 2 1 1
(Ageratum
conyzoides)

Interpretasi
Pada tahap pengamatan aspek BP yang bertujuan untuk menghitung nilai dari
SDR tanaman semusim, dengan menggunakan plot pengamatan SDR tanaman
semusim yang luasnya 5m x 5m, yang banyaknya adalah 5 buah. Dimana yang
menjadi objek tanaman semusimnya adalah wortel yang lebar tajuknya
terpanjangnya(D1) adalah 40 cm dan lebar tajung yang tegak lurus dengan D1 (2)
adalah 39 cm, dengan banyaknya jumlah wortel disetiap plot berturut-turut adalah
492, 97, 50, 73, dan 79. Selain wortel, dilahan pengaatan tersebut juga ditemukan 3
jenis tanaman lainnya, yaitu semanggi, Biden spilosa, dan Ageratum conyzoides.
Ketiga tanaman tersebut diasumsikan sebagai gulma karena tumbuh pada daerah dan
waktu yang tidak diinginkan. Karena dapat menimbulkan terjadinya kompetisi antar
tanaman dalam memperoleh unsur hara maupun faktor lingkungan lainnya untuk
pertumbuhannya. Biden spilosa menjadi gulma yang keberadaannya paling banyak di
antara tananman gulma lainnya, dengan lebar tajuk terpanjangnya adalah 24cm dan
panjangnya tajuk yang tegak lurus dengan tajuk terpanjang adalah 22,8cm dengan
banyaknya disetiap plot adalah 132,-,22,3, dan 6. Pada plot 2 tidak terdapat Biden
spilosa. Ageratum conyzoides memiliki tajuk terlebar (D1) 16,5 dan tajuk yang tegak
lurusnya adalah 14,5 dengan jumlahnya pada plot 1 adalah 4, plot 2 adalah 14, plot 3
adalah 2, plot 4 adalah 1 dan pada plot 5 adalah 1. Sedangkan semanggi memiliki
panjang tajuk terlebar yang lebih pendek dibandingkan tananman lainnya yaitu 11cm
dan D2-nya 7cm dengan keterangan disetiap plot adalah; 49, 6,5,2, dan -. Pada plot 5
tidak terdapat tanaman semanggi.

 Jatikerto

NO SPESIES D1 D2 PETAK KE-


1 2 3 4 5

1 Singkong 60 51 8 4 6 5 3
(Manihot
Utillissima
pohl)
2 Ilalang 28 12 - 26 18 17 11
(Imperata
Cylindrica
(L) beavu)
3 Gulma 414 10 - 5 2 - 2
(Synedrella
Nodiflora)
4 Tanaman 414 10 - 3 3 - 1
(Chromolae
na odorata)

Interpretasi

Dari Pengamatan yang telah kami lakukan di lahan jatikerto ada 3 spesies
tanaman, yaitu tanaman singkong, ilalang, dan jenis tanaman gulma (synedrella
nodiflora). pada tanaman singkong Didapatkan data pada tanaman singkong dengan
jumlah 26 singkong dengan D1 Sebesar 60 dan D2 sebesar 51. Pada petak pertama
terdapat 8 tanaman singkong,petak ke-2 terdapat 4 tanaman singkong,petak ke-3
terdapat 6 singkong,petak ke 4 terdapat 5 singkong dan yang petak ke-5 terdapat 3
tanaman singkong. Sedangkan tanaman ilalang yang berada disekitar singkong
dengan jumlah 72 tanaman ilalang dengan D1 sebesar 28 dan D2 sebesar 12. Pada
petak pertama tidak terdapat tanaman ilalang ,pada petak ke-2 terdapat 26 ilalang
,petak ke-3 ada 18 ilalang,petak ke-4 terdapat 17 dan petak ke-5 terdapat 11
tanaman ilalang. Kemudian untuk tanaman gulma (synedrella nodiflora) didapatkan
hasil 16 tanaman gulma (synedrella nodiflora) dengan D1 sebesar 414 dan dengan
D2 10 . pada petak pertama tidak terdapat tanaman,petak ke-2 terdapat 5 , petak ke-
3 terdapat 2 tanaman , petak ke -4 ttidak terdapat gulma tersebur dan petak ke-5
terdapat 2 gulma. Untuk Species Chromola didapatkan D1 sebesar 414 dan D2
sebesar 10. Pada petak yang pertama tidak terdapat tanaman itu sekali, pada petak
yang ke-2 terdapat 3 tanaman (chromola odorata) dan pada petak yang ke-3
ditemukan 3 tanaman (chromola odorata). Lalu pada petak yang ke-4 tidak
ditemukan juga. Kemudian pada petak yang ke-5 terdapat hanya 1 tanaman
(Chromola Odorata).

c. KLASIFIKASI VEGETASI + FOTO


 Tanaman Singkong ( Manihot Utillissima pohl )
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphobiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima
( jurnal Kantor Deputi Menegristek)

Gambar Dokumentasi Gambar Literatur

 Tumbuhan ilalang (Imperata Cylindrica (L) beavu)


Kingdom :Plantae
Sub kingdom :Traceoebionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas :Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : imperata
Spesies : Imperata Cylindrica (L) beavu
(Simpson, 2006)
Gambar Dokumentasi Gambar literatur

 Tanaman Gulma ( Synedrella Nodiflora)

Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Synedrella
Spesies : Synedrella Nodiflora
(Simpson,2006)

Gambar Dokumentasi Gambar literatur


 Tanaman kirinyuh ( Chromolaena odorata )

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Chromolaena
Spesies :Chromolaena odorata (L.) King & H.E.
Robins
( Heiyer dkk,1994)

Gambar Dokumentasi Gambar literatur

 Klasifikasi Tanaman wortel (Daucus Carota L.)


Kingdom : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae/Apiaceae/Ammiaceae
Genus : Daucus
Species : Daucus Carota L.
( cahyono,2002 )
Gambar Dokumentasi Gambar literatur

 Tanaman Semanggi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : magnoliophyta
Kelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Hydrocotyle
Spesies : Hydrocotyle Sibthorpiodes Lam

(Soenanto,2009)

Gambar Dokumentasi Gambar literatur


 Tanaman Ketul (Bidens pilosa)
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Bidens
Spesies : Bidens Pilosa
( Heiyer,1994 )

Gambar Dokumentasi Gambar literatur

 Tanaman Babadotan ( Ageratum conyzoides)


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheabionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Ageratum Linn
Spesies : Ageratum Conyzoides Linn
(Kartesz,2012 )
Gambar Dokumentasi Gambar literatur

d. FAKTOR ABIOTIK + INTERPRETASI

NO LOKASI INTENSITAS KELEMBABAN SUHU


RADIASI UDARA UDARA
MATAHARI

1 Cangar 349 lux 60 % 20,05


2 Jatikerto 520 lux 32 % 32,1

Interpretasi

Ada beberapa faktor Abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan


tanaman.Antara lain intensitas radiasi matahari, Kelembapan udara,dan Suhu
Udara.Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan. Kita dapatkan
intensitas radiasi matahari dari lokasi cangar sebesar 349 dan pada daerah
Jatikerto didapatkan hasil intensitas matahari sebesar 520. Kemudian faktor
abiotik lainya seperti kelembapan udara pada daerah Cangar sebesar 60 %
dan pada daerah jatikerto kelembapan udaranya sebesar 60 %. Faktor abiotik
lainnya juga yaitu Suhu udara pada lokasi Cangar didapatkan hasil sebesar
20,05 dan pada jatikerto didapatkan hasil 32,1
4.1.2 TANAH

a. FAKTOR ABIOTIK + INTERPRETASI

 SUHU TANAH

No. LOKASI SUHU TANAH


1. CANGAR 19,50
2. JATIKERTO 32,00

Pada data pengamatan suhu tanah yang dilakukan di dua tempat berbeda
dihasilkan data yang berbeda pula, pada lokasi cangar memiliki suhu tanah 19,50C
sedangkan pada lokasi jatikerto memiliki suhu tanah 32,00C.

 SERESAH

No. LOKASI TITIK PENGAMATAN KETEBALAN SERESAH


(cm)
PLOT 1 1,5
PLOT 2 4,5
PLOT 3 9
PLOT 4 0
1. CANGAR PLOT 5 3
PLOT 6 2,2
PLOT 7 2,3
PLOT 8 0
PLOT 9 0
PLOT 10 2,4
PLOT 1 1,3
PLOT 2 0,4
PLOT 3 1,7
PLOT 4 0,8
2. JATIKERTO PLOT 5 1
PLOT 6 0,6
PLOT 7 1,4
PLOT 8 0,8
PLOT 9 1,7
PLOT 10 1,5

Pada pengamatan seresah di cangar plot 4, 8, dan 9 memiliki ketebalan 0 cm,


pada plot 3 memiliki ketebalan 9 cm sedangkan pada plot lainnya memiliki ketebalan
berfariasi berkisar dari 1-5 cm.Pada pengamatan ketebalan seresah yang kami amati
di jatikerto dapat kami simpulkan bahwa seresah yang kami ukur pada 10 titik plot
dapat kami simpulkan disana mengalami fluktuasi atau naik turun dari 1 cm ke 0 cm
dan terbukti dari plot 1 sampai 10.

 KEGEMBURAN

No. LOKASI KEGEMBURAN


1. CANGAR GEMBUR
2. JATIKERTO KURANG GEMBUR

Pada pengamatan dan penentuan tingkat kegemburan tanah dengan


menggunakan metode kualitatif yang dilakukan pada tanah cangar diketahui bahwa
tanah cangar termasuk tanah gembur dikarenakan tanah pada daerah cangar sering
dilakukan pengolahan yang mengakibatkan tekstur tanah gembur.

Pada hasil pengamatan kami dan penentuan kegemburan pada keadaan tanah
di jatikerto dapat kami simpulkan bahwa tanahnya disana terlihat kurang gembur dan
agak kering.hal itu dikarenakan oleh faktor suhu pada lingkungan jatikerto yang
tinggi dan panas.

b. FAKTOR BIOTIK

 BIOTA TANAH + INTERPRETASI

No. LOKASI SPESIES JUMLAH PERAN DOKUMENTASI


Laba-laba 1 Musuh alami -
1. CANGAR Kaki seribu 2 Netral -

- - - -
2. JATIKERTO - - - -
- - - -
Pada tanah cangar ditemukan berbagai macam biota tanah antara lain 1 laba-
laba yang berperan sebagai mysuh alami dan ada 2 kaki seribu yang bersifat netral.

4.1.3 HPT
a). TABEL PENGAMATAN ARTHROPODA + INTERPRETASI
 CANGAR
JENIS SPESIES ORDO JUM PERAN DOKUMENTASI
PERANG LA
KAP H
PITFALL ULAT TANAH LEPIDOPTER 1 HAMA
(Agrotis ipsilon) A

KUTU DAUN HEMIPTERA 15 HAMA


HITAM
(Toxoptera
aurantii)

YELLOW LALAT DIPTERA 1 HAMA


TRAP WORTEL
(Psila rosae)
KEPIK HIJAU HEMIPTERA 1 HAMA
(Nezara
viridula)

SWEEP FIREBUG HEMIPTERA 1 MUSUH


NET (Phyrrocoris ALAMI
apterus)

KEPIK DAUN HEMIPTERA 1 MUSUH


(Pentatomidae) ALAMI

LABA-LABA ARAIDA 1 MUSUH


(Lycosa sp.) ALAMI

KEPIK HIJAU HEMIPTERA 1 HAMA


(Nezara
viridula)

LALAT DIPTERA 1 HAMA


WORTEL
(Psila rosae)

Interpretasi :
Dari data yang telah didapatkan di atas, dapat dilihat beberapa spesies dari
hama dan musuh alami yang terdapat pada plot tana-man wortel yang ada di kebun
Cangar dengan menggunakan tiga jenis perangkap yaitu pitfall, yellow trap dan
sweepnet.
Dapat diketahui, dari empat pitfall yang dipasang pada setiap sudut plot
tanaman wortel, terdapat satu hama ulat tanah (Agrotis ipsilon) dan di tiga sudut
lainnya terdapat hama kutu daun hitam (Toxoptera aurantii). Hal tersebut
menandakan bahwa hama yang menjadi mayoritas di plot tanaman wortel adalah
hama kutu daun hitam (Toxoptera aurantii).
Dari data yang ada pada tabel, pada yellow trap yang dipasang pada sisi plot
tanaman wortel hanya didapatkan dua jenis serangga, yaitu lalat wortel (Psila rosae)
dan kepik daun (Nezara viridula). Jumlah dari kedua serangga yang berperan sebagai
hama ini sama.
Dari data yang didapatkan pada perlakuan sweepnet, dapat diketahui serangga
yang masuk ke dalam perangkap antara lain firebug (Phyrrocoris apterus), kepik
daun (Pentatomidae), laba-laba (Lycosa sp.), Kepik hijau (Nezara viridula) dan lalat
wortel (Psila rosae). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata serangga
yang terperangkap dalam sweepnet yaitu musuh alami.

b). KLASIFIKASI DAN BIOEKOLOGI SERANGGA (SIKLUS HIDUP)


 ULAT TANAH (Agrotis ipsilon)
KLASIFIKASI

Kingdom :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo : Lepidoptera

BIOEKOLOGI
Telur diletakkan satu-satu atau dalam kelompok. Bentuk telur seperti kerucut
terpancung dengan garis tengah pada bagian dasarnya 0,5 mm. Seekor betina dapat
meletakkan 1.430 - 2.775 butir telur. Warna telur mula-mula putih lalu berubah
menjadi kuning, kemudian merah disertai titik coklat kehitam-hitaman pada
puncaknya. Titik hitam tersebut adalah kepala larva yang sedang berkembang di
dalam telur. Menjelang menetas, warna telur berubah menjadi gelap agak kebiru-
biruan. Stadium telur berlangsung 4 hari. Larva menghindari cahaya matahari dan
bersembunyi di permukaan tanah kira-kira sedalam 5 - 10 cm atau dalam gumpalan
tanah. Larva aktif pada malam hari untuk menggigit pangkal batang. Larva yang baru
keluar dari telur berwarna kuning kecoklat-coklatan dengan ukuran panjang berkisar
antara 1 - 2 mm. Sehari kemudian larva mulai makan dengan menggigit permukaan
daun. Larva mengalami 5 kali ganti kulit. Larva instar terakhir berwarna coklat
kehitam-hitaman. Panjang larva instar terakhir berkisar antara 25 - 50 mm. Bila
larva diganggu akan melingkarkan tubuhnya dan tidak bergerak seolah-olah
mati. Stadium larva berlangsung sekitar 36 hari. Pembentukan pupa terjadi di
permukaan tanah. Pupa berwarna cokelat terang atau cokelat gelap. Lama stadia pupa
5 – 6 hari. Imago. Umumnya ngengat Famili Noctuidae menghindari cahaya matahari
dan bersembunyi pada permukaan bawah daun. Sayap depan berwarna dasar coklat
keabu-abuan dengan bercak-bercak hitam. Pinggiran sayap depan berwarna
putih. Warna dasar sayap belakang putih keemasan dengan pinggiran berenda
putih. Panjang sayap depan berkisar 16 -19 mm dan lebar 6 - 8 mm. Ngengat dapat
hidup paling lama 20 hari. Apabila diganggu atau disentuh, ngengat menjatuhkan diri
pura-pura mati. Perkembangan dari telur hingga serangga dewasa rata-rata
berlangsung 51 hari.

 KUTU DAUN HITAM (Toxoptera aurantii)


KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera

BIOEKOLOGI
Secara umum kutu berukuran antara 1-6 mm, tubuh lunak, berbentuk seperti
buah per, pergerakan rendah dan biasanya hidup secara berkoloni (bererombol).
Perkembangan optimal terjadi pada saat tanaman bertunas. Satu generasi berlangsung
selama 6-8 hari pada suhu 250C dan 3 minggu pada suhu 150C.Secara visual, bentuk
dan ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa. Perbedaan antara Kutu Daun
Coklat dan Kutu Daun Hitam, terlihat pada pembuluh sayap bagian depan. Kutu
Daun Hitam berwarna hitam dan tidak bercabang sedangkan pada Kutu Daun Coklat
bercabang dan tubuh berwarna coklat. Bentuk kutu kadang-kadang bersayap, kadang-
kadang tidak bersayap, seksual atau aseksual, menetap atau berpindah-pindah
tempat. Pada daerah tropis
yang perbedaan musimnya kurang tegas, kutu ini tinggal pada inangnya selama
setahun sebagai betina-betina yang vivipar
partenogenesis. Kutu dewasa biasanya
berpindah tempat untuk menghasilkan kutu-kutu
baru yang belum dewasa dan membentuk koloni baru.

 LALAT WORTEL (Psila rosae)

KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Ordo : Diptera

BIOEKOLOGI
Serangga dewasa mirip lalat rumah berukuran panjang sekitar 0,7 mm dan
rentang sayap antara 13 – 15 mm. Toraks berwarna jingga, merah kecoklatan, coklat,
atau hitam dan terdapat dua garis membujur. Sayap transparan. Pada abdomen
terdapat dua garis melintang dan satu garis membujur sehingga seolah – olah
membentuk huruf T. Pada lalat betina ujung abdomen lebih runcing dan dilengkapi
dengan alat peletak telur atau ovipositor yang cukup kuat untuk menembus kulit
buah. Serangga betina dapat meletakkan telur 1 – 40 butir/buah/hari, dan seekor
betina dapat menghasilkan telur 1200 – 1500 butir. Siklus hidup di daerah tropis
sekitar 25 hari. Imago banyak ditemukan pada siang atau sore hari terbang di sela –
sela tanaman Telur berwarna putih bening sampai kuning krem,dan berubah menjadi
lebih tua mendekati saat menetas.Berbentuk bulat panjang seperti pisang dengan
ujung meruncing, berukuran panjang 1,2 mm, lebar 0,2 mm yang diletakkan secara
berkelompok 2 – 15 butir di bawah kulit buah. Stadium telur 2 hari. Larva terdiri dari
3 instar berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala)
runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3
ruas torak abdomen, berwarna putih kekuning – kuningan dengan panjang sekitar 10
mm. Larva menetas di dalam buah cabai. Larva instar 3 mempunyai kemampuan
meloncat dan melenting keluar dari dalam buah dan menjatuhkan diri ke tanah,
membentuk puparium dari kulit larva terakhirnya dan menjadi pupa di dalam tanah.
Stadium larva 6 – 9 hari. Pupa (kepompong) lalat buah berwarna coklat, berbentuk
oval dengan panjang sekitar 5 mm. Pupa berumur sekitar 4 - 10 hari dan menjadi
serangga dewasa. Pupa dapat ditemukan di dalam tanah di dekat buah jatuh dengan
kedalaman antara 8 – 16 cm.

 KEPIK HIJAU (Nezara viridula)


KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Ordo : Hemiptera
BIOEKOLOGI
Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala
berwarna hijau serna pronotumnya berwarna jingga dan kuning keemasan, kuning
kehijauan dengan tiga bintik berwarn hijau dan kuning polos. Telur diletakkan
berkelompok (10-90 butir/kelompok) pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri dari
5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar.
Pada kedelai nimfa dan imago terutama mengisap polong.

 LABA-LABA (Lycosa sp.)


KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araida
BIOEKOLOGI
Setelah fertilisasi (pembuahan), labah-labah betina menghasilkan kantung
telur, yang ukuran dan bentuknya berbeda-beda tergantung spesies. Kantung telur
umumnya terdiri atas kumpulan benang sutera yang membungkus telur. Beberapa
spesies meninggalkan kantung ini di dekat habitatnya atau di dalam galian. Telur
menetas di dalam kantung, dan labah labah muda berganti kulit sekali sebulum
muncul. Labah-labah muda ini disebut spiderling atau nimfa, dan sudah mencari
makanan sendiri. Nimfa ini adalah bentuk miniatur labah-labah dewasa, yang
mempunyai spineret dan kelenjar racun yang sudah berfungsi. Nimfa mengalami
molting 2-12 kali sebagai juvenil, tergantung jenis laba-labah, sebelum mencapai
dewasa kelamin. Labah-labah ini bisa memencar dengan mengembangkan
benang-benang suteranya dan terbawa angin. Daur hidup pada kebanyakan labah-
labah pemintal benang adalah kurang dari 12 bulan, tetapi pada labah-labah penggali
tanah berekembang lebih lama dan
tampaknya mempunyai daur hidup yang lebih lama (beberapa tahun).
Perkawinan labah-labah sangat menarik. Organ reproduksi pada yang jantan
terletak di pedipalpi. Bila siap berkopulasi laba-laba jantan memintal jaring kecil
dan menaruh setitik spermanya di situ atau di tanah atau beberapa tumpukan
serasah. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dipindahkan ke dalam labu- labu
kecil pada pedipalpinya. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dengan pedipalpi
dan mencari betina, serta menyalurkannya kepada spermateka betina. Setelah betina
dibuahi, jantan seringkali ditangkap dan dimakan oleh yang betina. Laba-laba
mengalami sangat sedikit metamorfosis selama perkembangan mereka. Apabila
menetas, mereka kelihatan seperti dewasa-dewasa yang kecil. Bila tungkai-
tungkai hilang selama perkembangan, mereka biasanya dapat
beregenerasi. Laba-laba biasanya berganti kulit dari 4 sampai 12 kali selama
pertumbuhan mereka sampai dewasa. Kebanyakan laba-laba berumur 1-2 tahun.

 JATI KERTO
JUMLA
JENIS SPESIES ORDO H PERAN DOKUMENT
PERANGKAP ASI
PITT FALL Hama dan
Semut hymenopthera 7 predator

Hama
dan
Semut hymenopthera 5 predator
Laba laba arachnida 1 predator
Hama
Semut hitam dan
besar hymenopthera 3 predator
YELLOWTRIP Semut bersayap hymenopthera 1 Sebagai
baro

SWEEPNET - - - - -

Dari pengamatan yang telah dilakukan di jatikerto pada plot semusim


(tanaman ketela) didapatkan beberapa serangga pada beberapa perangkap ,perangkap
yang digunaka n berupa pit fall ,yellow trap dan sweepnet .
Pada perangkap pitfall didapatkan 3 jenis serangga berupa semut (brperan
sebagai hama dan predator ) yang tergolong ordohymenopthera ,laba laba(berperan
sebagai hama dan predator) yang tergolong ordo arachinida ,dan semut besar hitam
(sebagai predator) yang tergolong ordo hymenopthera .pada perlakuan pitfall ini
serangga terbanyak yang didapat adalah semut sebanyak 12 ekor dan laba laba
sebanyak 1 ekor sedangkan semut hitam besar yang didapatkan sejumlah 3 ekor .
Pada perangkap yellow trip terdapat hama berupa semut bersayap yang
termasuk dalam ordo hymenoptera .semut bersayap tersebut berperan sebagai
barometer lingkungan ,sebagai barometer keseimbangan ekosistem dan sebagai
konsumen tingkat satu dalam rantai makanan.pada perangkap tersebut hanya
didapatkan satu ekor semut bersayap ,
Pada perangkap sweepnet tidak didapatkan serangga apapun.

b. KLASIFIKASI DAN BIOEKOLOGI SERANGGA (SIKLUS HIDUP)

1. Semut (Paraponer A Clavata )


o Klasifikasi
 Kingdom : Animalia
 Filum : Anthropoda
 Kelas : Insecta
 Ordo : hymenopthera

o Bioekologi semut
o Siklus hidup
 Telur-larva-pupa-dewasa
 Peran : semut sebagai hama dan predator
 Habitat: sebagian besar semut berada pada daratan
 Cirri cirri: dibagian dada semut terdapat tiga
pasaang kaki dan diujung setiap kakinya terdapat
semacam cakar kecil yang membantunya memanjat
dan berpjak pada permukaan, terdapatsepanjang
antenna
(sri suhairni,1991)
2. Semut (Paraponer A Clavata )
o Klasifikasi
 Kingdom : Animalia
 Filum : Anthropoda
 Kelas : Insecta
 Ordo : hymenopthera

o Bioekologi semut
o Siklus hidup
 Telur-larva-pupa-dewasa
 Peran : semut sebagai hama dan predator
 Habitat: sebagian besar semut berada pada daratan
 Cirri cirri: dibagian dada semut terdapat tiga
pasaang kaki dan diujung setiap kakinya terdapat
semacam cakar kecil yang membantunya memanjat
dan berpjak pada permukaan, terdapatsepanjang
antenna
(sri
suhairni,1991)

3. Laba-laba (araheus diadermatus)


o Klasifikasi
o Kingdom : Animalia
o Filum : Arthropoda
o Kelas : Insecta
o Ordo : Arachinida
 Bioekologi laba-laba
o Siklus hidup
 Telur-nimfa-laba laba dewasa
 Peran : predator
 Habitat :di dedaunan dan pohon
 Cirri ciri: hewan berbuku-buku dengan dua segmen
tubuh ,4 pasang kaki takbersayap dan tak memiliki
mulut pengunyah
4. Semut hitam besar
o Klasifikasi

 Kingdom : Animalia
 Filum : Arthropoda
 Kelas : insecta
 Ordo : Hymenopthera
o Bioekologi semut hitam besar
o Siklus hidup
 Telur telur telah dibuahi,semut yang diteteskan
betina (diploid),jantan (haploid)- ,metamorfosa
yang lengkap melewati tahap larva dan pupa
(dengan pupa yang exarate)-dewasa
 Peranya sebagai hama dan predator
 Habitat :Pasir
 Cirri ciri dibagian data semut terdapat tiga pasang
kaki ,diujung setiap kakinya terdapat semacam cakar
kecil yang membantunya memanjat dan berpijak
pada permukaanya ,terdapat sepasang antenna
(Pracaya, 1993)
5. Semut bersayap
o Klasifikasi
o Kingdom : Animalia
o Filum : Arthropoda
o Kelas : Insecta
o Ordo : Hymenoptera
o Bioekologi smut bersayap
o Siklus hidup
 Telur –Nimfa I- Nimfa II-pkerja/prajurit /nimfa
fertile
 Peran sebagai barometer lingkungan ,Sebagai
barometer keseimbangan ekosistem dan sebagai
konsumen I dalam rantai makanan
 Habitat dedaunan, semak, tanah .

(Steenis,1992)

4.1.4 PENGARUH LINGKUNGAN PADA TANAMAN


a. TABEL HASIL PENGAMATAN + INTERPRETASI
 
TINGGI TANAMAN
NO PERLAKUAN TANAMAN Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6
1 KL 50 % Pak Coy 2,2 3,0 5,8 10,0 12,2 13,3
2 KL 100% Pak Coy 1,8 2,8 5,4 9,2 10,8 11
3 TERNAUNGI Jagung 9 12,5 17 19 22 23,5
4 T. Jagung 15 19 30 34 45 49
TERNAUNGI

Pada praktikum pengamatan tinggi tanaman dengan perilaku pemberian air


dan menggunakan spesies pak coy sebagai spesies percobaan. Dari percobaan yang
telah dilakukan didapatkan data tinggi tanaman dengan perlakuan pemberian air 50%
pada minggu pertama 2,2cm, minggu kedua 3,0cm, minggu ketiga 5,8cm, minggu
keempat 10,0cm, minggu kelima 12,2cm, dan minggu terakhir 13,3cm. Sedangkan
pada perlakuan pemberian air 100% didapatkan data tinggi tanaman pada minggu
pertama 1,8cm, minggu kedua 2,8cm, minggu ketiga 5,4cm, 9,2cm, 10,8cm, dan
minggu terakhir 11cm. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman yang
diberi air 100% (250ml) memiliki kecepatan pertumbuhan lebih besar dibandingkan
dengan yang hanya diberi perlakuan 50% (125ml) dengan rata-rata 2,25 berbanding
1,83.
Pada pengamatan tinggi tanaman dengan perilaku cahaya antara ternaungi dan
tidak ternaungi terlihat bahwa tanaman jagung yang ternaungi memilki kecepatan
pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak ternaungi. Tinggi
tanaman jagung yang ternaungi pada minggu pertama sampai minggu terakhir
berturut-turut adalah; 9cm, 12,5cm,17cm, 19cm, 22cm, dan 13,5cm. Sedangkat tinggi
tanaman jagung yang tidak ternaungi pada minggu pertama sampai minggu terakhir
berturut-turut adalah; 15cm, 19cm, 30cm, 45cm, dan 49cm. Dan perbandingan rata-
rata tinggi tanaman yang ternaungi dengan tidak ternaungi adalah 3,36cm : 7cm.
 JUMLAH DAUN
NO PERLAKUAN TANAMAN Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6
1. KL 100% PAK COY 3 3 5 6 9 12

2. KL 50% PAK COY 2 2 5 6 8 11

3. TERNAUNGI JAGUNG 2 3 3 4 6 7

4. TIDAK TERNAUNGI JAGUNG 4 4 5 5 5 6

Spesimen (pak coy) yang mengalami perlakuan pemberian air 100% (250ml)
jumlah daunnya pada minggu pertama dan minggu kedua adalah 3, minggu ketiga 5,
minggu keempat 6, minggu kelima 9, dan minggu terakhir 12. Jumlah ini lebih
banyak jika dibandingkan dengan spesimen yang diberi perlakuan pemberian air
50%, yaitu pada minggu pertama dan kedua adalah 2, minggu ketiga 5, minggu
keempat 6, minggu kelima 8, dan minggu terakhir adalah 11.
Sedangkan pada tanaman yang mendapat perlakuan cahaya, jumlah daunnya
paling banyak adalah tanaman yang ternaungi dengan jumlah daun pada tiap minggu
percobaanya berturut-turut adalah; 2, 3, 3, 4, 6, dan 7. Sedangkan pada tanaman yang
tidak ternaungi jumlah daunnya pada minggu-minggu percobaannya berturut-turut
hanya; 4, 4, 5, 5, 5, dan 6.

b. GRAFIK HASIL PENGAMATAN + INTERPRETASI


1.Tabel Tinggi Tanaman Perlakuan Air
14

12

10

8
KL 50 %
6 KL 100%

0
1 2 3 4 5 6
2.T abel Tinggi Tanaman Perlakuan Cahaya

3.T abel Jumlah Daun Perlakuan Air

14

12

10

8
KL 100%
6 KL 50%
4

0
1 2 3 4 5 6
4. T abel Jumlah Daun Perlakuan Cahaya

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 PENGARUH FAKTOR ABIOTIK TERHADAP VEGETASI


Faktor-faktor abiotik adalah komponen habitat non-hidup. Faktor-faktor
abiotik dalam suatu ekosistem yang berperan penting mempengaruhi satu vegetasi
diantaranya adalah cahaya matahari dan suhu.

Dimana Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi
utama bagi ekosistem, struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh radiasi
matahari yang sampai di sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula menjadi
faktor pembatas, menghancurkan sistem jaringan tertentu. Ada tiga aspek penting yang perlu
dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu :

a. Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.


b. Intesitas cahaya atau kandungan energi cahaya.
c. Lama penyinaran, seperti panjang hari jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.

Variasi dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses fisiologi dan morfologi
dari vegetasi tumbuhan. Memang pada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering berkaitan erat
dengan faktor-faktor lainnya seperti suhu dan suplai air, tetapi pe-ngaruh yang khusus sering
merupakan pengen-dali yang sangat penting dalam ling-kunganya.

Suhu yang ada di muka bumi berada dalam suatu batas kisaran suhu antara 0ºC sampai
30ºC, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum, dan
optimum yang diperlukan untuk aktivitas metabolismenya. Suhu yang diperlukan organisme hidup
dikenal dengan suhu kardinal. Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya
karena adanya pertukaran suhu yang secara terus menerus antara tumbuhan dengan udara
sekitarnya. Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bervariasi, untuk tanaman di tropika,
semangka, tidak dapat mento-leransi suhu dibawah 15º -18º. Sebaliknya konifer di daerah
temperatur masih bisa men-toleransi suhu sampai serendah minus 30ºC, tumbuhan air umumnya
mempunyai ki-saran toleransi suhu yang lebih sempit bila di bandingkan dengan tumbuhan di
daratan. Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi suhu yang berbeda
tergantung pada umumnya. Keseimbangan air dan juga keadaan musim. Hal tersebut menjaadikan
vegetasi di suatu tempat bermacam macam.

4.2.1.1 Pengaruh abiotik ke Tanamanan

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada lahan pengamatan kami
yakni pada lahan Jatikerto dan lahan Cangar. Pada kedua lahan tersebut memiliki persamaan faktor
abiotik namun interpretasi data abiotiknya berbeda. Pada lahan jatikerto, Faktor abiotik yang
mempengaruhi diantaranya intensitas radiasi matahari,kelembapan udara, dan suhu udara.
Intensitas radiasi matahari pada lahan Cangar yaitu sebesar 349 lux dan pada lokasi Jatikerto
intensitas cahayanya sebesar 520 lux. .Intensitas radiasi matahari berpengaruh pada kelembapan dan
suhu udara pada masing masing lokasi. Semakin besar intensitas radiasi matahari pada lahan
Jatikerto maka tingkat kelembapannya semakin rendah dan suhunya meningkat. Sedangkan pada
lahan Cangar dengan intensitas radiasi matahari yang rendah maka nilai kelembapannya tinggi dan
suhunya relatif rendah. Intensitas radiasi matahari,kelembapan, dan suhu sangat mempengaruhi
pertumbuhan beberapa tanaman yang berada pada masing masing lahan pengamatan.

Menurut (Sugito, 2009) menyatakan bahwa suhu merupakan faktor yang


sangat penting bagi tanaman, maka tipe topografi sangat berpengaruh terhadap jenis-
jenis tanaman yang dapat ditanam dan akhirnya menentukan corak usaha pertanian di
daerah yang bersangkutan. Umumnya, tanaman tahunan lebih tahan terhadap
kekeringan karena akarnya lebih dalam, sedangkan tanaman-tanaman semusim
kurang tahan karena relatif lebih dangkal. Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan tanaman pada lahan Jatikerto mampu berdaptasi dengan melakukan
beberapa penyesuaian seperti, pada daun tanaman tanaman singkong memiliki warna
daun hijau pucat. Berdasarkan (Harjadi, 1983) menyatakan apabila intensitas cahaya
berada pada kisaran optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan
tanaman tersebut mendapatkan perlakuan yang baik. Maka, akan diperoleh hasil
panen yang tinggi. Tingginya intensitas cahaya diatas kisaran optimum dapat
menyebabkan berkurangnya kadar klorofil, meningkatnya suhu daun sehingga
transpirasi semakin tinggi, tidak aktifnya beberapa enzim tertentu yang mengubah
gula menjadi pati.
Sedangkan pada lokasi cangar dengan intensitas radiasi yang rendah dan
kelembapan yang relatif tinggi serta suhu yang rendah memberikan pengaruh yang
cukup baik pagi pertumbuhan tanaman pada lokasi tersebut. Pada umumnya di daerah
Cangar tipe tanaman holtikultura yang cocok dan mampu beradaptasi pada faktor
abiotik yang berada pada lokasi tersebut. Dapat dilihat dari morfologi daunnya yang
terlihat lebih hijau dan segar dibandingkan daun yang berada pada lahan cangar.
Karena intensitas cahaya mataharinya lebih rendah,maka vegetasi pada lahan cangar
tumbuh lebih rapat.

Oleh karena itu tanaman yang dapat tumbuh pada lahan jatikerto dan lahan
cangar harus memenuhi kriteria dari faktor faktor abiotik yang memengaruhi
pertumbuhan tanaman pada masing-masing lahan. Sehingga tidak terjadi
ketidaktepatan penanaman.

4.2.1.2 ANALISA VEGETASI

a. Pada lahan cangar


Karakteristik dari cangar adalah tempat yang dingin dan memiliki
intensitas cahaya matahari yang rendah yaitu sebesar 39,4lux dengan
kelembaban cahaya sebesar 60%. Efek samping dari karakteristik ini adalah
terdapatnya keragaman vegetasi tanaman yang bervariasi dengan maksud
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Vegetasi yang terdapat di lokasi
tersebut adalah wortel yang dapat tumbuh dengan baik di daerah yang
kelembabannya tinggi (suhu rendah dan intensitas radiasi matahari rendah).
Selain wortel juga terdapat tiga jenis tannaman lainnya yang juga tumbuh di
daerah tersebut, yaitu semanggi, Bidens pilosa, dan Ageratum conyzoides.
Ketiga tanaman ini dapat tumbuh dengan mudah di daerah yang kondisi
lingkingannya seperti ini karena mereka memiliki proses metabolisme yang
memadai dan proses penyebarannya yang mudah.
b. Pada lahan jati kerto
Jati kerto berada pada kondisi geoerafis dataran rendah dengan kelembaban
udara hanya sebesar 32% dan intensitas radiasi matahari yang cukup besar
yaitu 520 lux. Melihat kondisi abiotik ini tentu saja vegetasi yang dapat
tumbuh dengan baik pada lokasi ini adalah tumbuhan asli dari daerah yang
beriklim tropis. Salah satunya adalah singkong. Selain singkong juga terdapat
tananam lainnya yang juga tumbuh dengan baik yaitu ilalang, Synedrella
nodiflora dan tanaman Chromolaena odorata.
4.2.2 PENGARUH FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK TANAH TERHADAP
TANAMAN

A. FAKTOR BIOTIK

Tanaman pada daerah pengamatan cangar terlihat subur dikarenakan terdapat


aktivitas organisme yang terjadi yang mengakibatkan tanah lebih gembur dan
subur.kemudian pada tanah di daerah jatikerto disana terlihat sangat kering dan
kurang gembur akan tetapi disana tanamannya masih tidak dapat dikatakan kering
dan mati karena disana tanamannya masih terlihat subur dan tumbuh berkembang
dengan baik meskipun biota tanah pada daerah itu sangat tidak terlihat bermacam-
macam dan cuman sebagian besar terdapat semut semut kecil dan besar.

Hal ini dapat dikatakan sesuai dengan sumber yag kami dapat yaitu.
Organisme yang hidup di dalam tanah ada yang bermanfaat, ada yang mengganggu,
dan ada pula yang tidak bermanfaat tetapi juga tidak mengganggu.
Organisme yang bermanfaat antara lain cacing tanah dan bakteri tertentu yang dapat
mengubah CO (karbon monoksida) yang beracun menjadi CO2 (karbon
dioksida) atau mengikat N dari udara (Hardjowigeno1987). Berbagai organisme yang
hidup di dalam tanah sanggup mengadakan perubahan-perubahan besar,
terutama dalam lapisan atas tanah (top soil), dimana terdapat akar-akar tanaman dan
perolehan bahan makanan yang mudah. Akar-akar tanaman yang mati
dengan cepat dapat dibusukkan oleh jamur, bakteri dan golongan organisme lainnya
(Sutedjo et al. 1996 dalam Rahmawaty 2004). Keberadaan mesofauna dan
makrofauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber
makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup
yang seluruhnya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan
ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah
tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna dan makrofauna tanah akan
berlangsung baik dan secara timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi
kesuburan tanah. Dalam sistem tanah, interaksi fauna
tanah tampaknya sulit dihindarkan, karena biota tanah banyak terlibat dalam suatu
jaring-jaring makanan dalam tanah. Meskipun sebagai penghasil senyawasenyawa
organik tanah dalam ekosistem tanah, namun tidak berarti berfungsi sebagai
subsistem produsen (Arief 2001).

B. faktor abiotik

Tanaman yang terdapat pada plot pengamatan yang terletak di cangar


nampak berkembang dengan baik sedagkan pada plot yang terletak di jatikerto
tanaman juga terlihat berkembang cukup baik. Hal ini dikarenakan keadaan tanah
yang cocok untuk tanaman tanaman tersebut yang meliputi suhu tanahnya.

Suhu tanah sangat menentukan kecepatan perkecambahan biji, pertumbuhan


akar tanaman dan perkembangan organ penyimpan cadangan makanan di dalam
tanah. Contohnya adalah pembentukan umbi kentang sangat dipengaruhi oleh suhu
tanah. Apabila suhu tanah Iebih dan 30°C pembentukan umbi kentang terhambat.

4.2.3 PENGARUH ANTHOPODA TERHADAP EKOSISTEM

Arthropoda pada umumnya mempunyai peran penting bagi ekosistem, baik


secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka
kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu
keseimbangan. Peranan serangga dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai
polinator, dekomposer, predator (pengendali hayati), parasitoid (pengendali hayati),
hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosisitem .Pada umumnya Arthropoda tanah
memiliki peran penting dalam perombakan bahan organik serta berperan penting
sebagai daur ulang di unsur hara tanah. Pada ekosistem yang alami tidak tergantung
pada manusia, dalam proses dekomposisi akan berlangsung maksimal

Peranan arthropoda dalam mempengaruhi ekosistem di alam ada3 macam


peranan arthoropoda tersebut yaitu:

1. Hama

Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang pada tingkat populasi
tertentu menyerang tanaman budidaya sehingga dapat menurunkan produksi baikbaik
secara kualitas maupun kuantitas dan secara ekonomis merugikan.

2. Predator

Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau


memangsa binatang lainnya.
Contohnya: Menochilus sexmaculatus yang memangsa Aphid sp.

3. Parasitoid

Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthropoda


yang lain. Parasitoid bersifat parasitic pada fase pradewasa dan pada fase dewasa
mereka hidup bebas tidak terikatpada inangnya. Contoh:Diadegma insulare yang
merupakan parasitoid telur dari Plutella xylostella. Apabila telur yang terparasit sudah
menetas maka D. insulare akan muncul dan hidup bebas dengan memakan nectar.

(Prof.Dr.Ir.Kurniatun Hairiah,dkk, 2011)

 PERBEDAAN BIODIVERSITAS DILOKASI

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada dua tempat yaitu jatikerto dan
cangar didapatkan hasil biodiversitas yang berbeda dimana pada daerah cangar
didapatkan biodiversitas (keragaman hayati)yang lebih beragam hal ini dibuktikan
dengan didapatkanya serangga yang beraneka ragam pada ke tiga jenis perangkap
,pada perangkap pitfall didapatkan dua jenis serangga berupa ulat tanah dan kutu
daun hitam kedua serangga tersebut sama-sama berperan sebagai hama.sedangkan
pada perangkap yellow trap didapatkan dua jenis serangga yaitu lalat wortel dan
wereng coklat, untuk lalat wortel berperan sebagai hama pada tanaman wortel
sedangkan pada wereng cokelat hanya sebagai binatang dan belum jadi hama karena
tumbuhan inang dari wereng cokelat sendiri adalah tanaman padi atau jenis rumput-
rumputan. Sehingga ekosistem pada plot tanaman semusim wortel di Cangar sangat
beragam dibuktikan dengan adanya jenis serangga yang ditemukan.

Sedangkan pada daerah jatikerto keragaman pada jatikerto lebih sedikit dari
pada keanekaragaman yang dicangar.hal ini dibuktikan serangga yang ditemukan
pada lokasi pengamatan jatikerto pada pengamatan pertama yaitu pada jenis
perangkap pitfall didapatkan 3 jenis serangga yaitu semut,laba- laba dan semut hitam
besar sedangkan pada perangkap yellow trap hanya didapatkan 1 jenis hama berupa
semut bersayap ,untuk jenis perangkap sweepnet tidak didapatkan serangga.dari
semua serangga yang didapatkan pada daerah jatiketo tersebut memiliki peranan yang
sama yaitu berperan sebagi predator.

4.2.4 Pengaruh Faktor Lingkungan tTerhadap Tanaman

a. Pengaruh Pemberian Air pada Tanaman

Air sangat berguna bagi tumbuhan karena air membantu tumbuhan untuk
melakukan dalam proses fotosintesis. Penyiraman tanaman dengan air yang cukup
akan membuat tanaman tumbuh subur. Tetapi, penyiraman air yang berlebihan akan
menghambat pertumbuhan tanaman atau bahkan akan mmbunuh tanaman karena akar
tanaman akan menjadi busuk. Seperti pemberian air pada pakcoy, kapasitas 100%
akan membuat pakcoy tumbuh lebih tinggi dengan jumlah daun yang lebih banyak
dari pada pakcoy dengan pemberian air berkapasitas 50%. Hal ini juga terjadi pada
tanaman jagung.

Pengaruh awal dari tanaman yang mendapat cekama air adalah terjadinya
hambatan terhadap pembukaan stomata yang dapat menghambat laju fotosintesis
sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman (Suhardi, 1991).

b. Pengaruh Pemberian cahaya Terhadap Tanaman

cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Tanpa


adanya cahaya matahari tumbuhan tidak dapat melakukan fotosintesis. Ternyata data
yang diperoleh dari hasil pengamatan, yang kami lakukan saat praktikum, bahwa
tanaman yang ternaungi pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tanaman
yang tidak ternaungi.

Hal tersebut juga terjadi pada tanaman jagung. Pada tanaman jagung yang
ternaungi dan tanaman jagung yang tidak ternaungi didapatkan hasil yang berbeda,
dimana pada tanaman jagung yang ternaungi pertumbuhan tinggi tanaman lebih cepat
dari pada pertumbuhan tinggi tanaman jagung yang tidak ternaungi.
Perbedaan perlakuan tersebut juga berdampak pada kondisi daun tanaman
jagung. Dimana pada tanaman jagung yang tidak ternaungi (glass house) setiap
minggunya didapati daun yang mengering sedangkan pada tanaman jagung yang
ternaungi setiap minggunya tidak didapati daun yang mengering.

Tanaman yang mendapatkan intensitas cahaya matahari yang rendah lebih


cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan intensitas
cahaya matahari yang berlebih dan juga jumlah daun pada tanaman yang ternaungi
lebih bannyak dari pada yanng tidak ternaungi. (Zamal, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Arisworo,djoko.2006.Ilmu Pengetahuan Alam.Jakarta:Grafindo

Cahyono, Bambang.2002.Wortel Teknik Budidaya Analisis Usaha


Tani.Yogyakarta.Kanisius

Daniel, T.W., J.A. Helms and F.S. Baker. 1995. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Edisi
kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hairiah, Kurniawan dkk. 2011. Keragaman Arthropoda .Erlangga; Surabaya

Heiyer,dkk.1994.Measuring and Monitoring Biological Diversity,Smith Sonian


Institution.Washington

Hajadi,Setyati,S.1983.Pengantar Agronomi.Dapertemen Agronomi,Fakultas


Pertanian,IPB.Bogor

Kantor Deputi Menegristek.2000. Ketela Pohon (Manihot Utilisima Pohl) Jakarta .


BAPPENAS

Kartez.JT.2012.Ageratum Conyzedoz L Tropical white need available at November


19 2015

Lilies,Cjristina.1991.Kunci Determinasi Serangga .Yogyakarta : Kanisius

Odium,E P.1998.Dasar-Dasar Ekologi.Alih Bahan:Samingan,T dan


B.Sringadom.Edisi Ketiga.Yogyakarta:UGM press

Pracaya.1993.Hama dan Penyakit Tanaman.Jakarta: PT.Penebar Swadaya

Simpson.2006.Plant clasification.elsavier academic.Amsterdam

Soenanto,Hardi.2009.Resep Sembuhkan Hipertensi,asam urat dan


obesitas.Jakarta:PT.Elex Media Komputindo

Sugito,yogi.1999.Ekologi tanaman.Malang: Fakultas Pertanian Universitas


Brawijaya

Suhairini,Sri.1991.Kunci Determinasi Serangga.Penerbit : Kanisisus, Jakarta

Sutanto,R.2002.Pertanian Organik.Menuju Pertanian Alternatif dan


Berkelanjutan.Yogyakarta:Kanisius
Suin,N M.1997.Ekologi Hewan Tanah.Jakarta:Bumi Aksara

Toer’aini,Djamal Irwan.2003.Prinsip-Prinsip Ekologi.Jakarta:PT Bumi Aksara


Lampiran Perhitungan SDR Jatikerto

KM singkong = 26/5=5,2 KN=5,2/2,6=0,2=20%

KM Rumput =72/5=14,4 KN=14,4/72=0,2=20%

KM Kacang-kacangan =9/5=1,8 KN=1,8/9=0,2=20%

KM Gerigi =7/5=1,4 KN=1,4/7=0,2=20%

FM singkong =5/5=1 FN =1/3=0,33=33%

FM Rumput =4/5=0,8 FN
=0,8/30=0,266=26,6%

FM Kacang-kacangan =3/5=0,6 FN =0,6/3=0,2=20%

FM Gerigi =3/5=0,6 FN =0,6/3=0,2=20%

LBA Singkong =765x0,64=489,6

LBA Rumput =84x0,64=53,76

LBA Kacang =4140x0,64=662,4

LBA Gerigi =4140x0,64=662,4

DM Singkong =489,6/25 =19,584 DN


=19,584/74,7264x100 =26,20%

DM Rumput =53,76/25=2,1504 DN
=2,1504/74,7264x100 =2,81%

DM Kacang =662,4/25=26,496 DN
=26,496/74,7264x100 =35,45%
DM Gerigi = 662,4/25=26,496 DN
=26,496/74,7264x100 =35,45%

74,7264

IV Singkong = 79,2 SDR Singkong =


26,4

IV Rumput = 49,41 SDR Rumput = 16,47

IV Kacang = 75,45 SDR Kacang = 25,15

IV Gerigi = 75,45 SDR Gerigi = 25,15


93,17

LAMPIRAN PERHITUNGAN SDR CANGAR

𝐼𝑉
SDR =
3
IV = KN + FN + DN
Jumlah KM Spesies Jumlah Semua Spesies
KN = X 100% KM =
Jumlah Semua KM Jumlah Semua Plot
Jumlah FM Spesies 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖
FN = X 100% FM =
Jumlah Semua FM Jumlah Semua Plot
Jumlah DM Spesies LBA
DN = X 100% DM = Luas Area LBA=
Jumlah Semua DM
D1 X D2 2
𝑋
4 π

Perhitungan Kerapatan Mutlak (KM)


492 + 97+50+73+79 791
KMWortel = = = 158,2
5 5
49+6+5+2 62
KMSemanggi = = = 12,4
5 5
132+22+3+6 163
KMBidens pilosa = = = 32,5
5 5
4+14+2+1+1 22
KMAgeratum conyzoides = = = 4,4
5 5
Perhitungan Kerapatan Nisbi ( KN); ∑KM = 207,5
158,2
KNWortel = 207,5 x 100% = 76,24%
12,4
KNSemanggi = 207,5 x 100% = 5,96%
32,5
KNBidens pilosa = 207,5 x 100% = 15,66%
4,4
KNAgeratum conyzoides = 207,5 x 100% = 2,12%
Perhitungan Frekuansi Mutlak (FM)
5
FMWortel = 5 = 1
4
FMSemanggi = 5 = 0,8
4
FMBidens pilosa = 5 = 0,8
5
FMAgeratum conyzoides = 5 = 1
Perhitungan Frekuensi Nisbi (FN); ∑FM = 3,6
1
FNWortel = 3,6 X 100% = 27,78%
0,8
FNSemanggi = 3,6 X 100% = 22,22%
0,8
FNBidens pilosa = 3,6 X 100% = 22,22%
1
FNAgeratum conyzoides = 3,6 X 100% = 27,78%
Perhitungan LBA; Konversi nilai dari D1 dan D2 k3 “m”
0,40 x 0,39 2
LBAWortel = 𝑋 = 247,85.10-4
4 π
0,11 x 0,07 2
LBASemanggi = 𝑋 = 12,23.10-4
4 π
0,24 x 0,22 2
LBABidens pilosa = 𝑋 = 86,94.10-4
4 π
0,165 x 0,145 2
LBAAgeratum conyzoides = 𝑋 = 38,01.10-4
4 π
Perhitungan Dominasi Mutlak (DM)
0.024785
DMWortel = 25
= 9,91. 10-4
0,001223
DMSemanggi = 25 = 0,49. 10-4
0,008694
DMBidens pilosa = 25 = 3,48. 10-4
0.003801
DMAgeratum conyzoides = 25 = 1,52. 10-4
Perhitungan Dominasi Nisbi (DN); ∑DM = 15,4 . 10-4
0,000991
DNWortel = X 100% = 64,35%
0,00154
0,000049
DNSemanggi = X 100% = 3,18%
0,00154
0,000348
DNBidens pilosa = X 100% = 22,60%
0,00154
0,000152
DNAgeratum conyzoides = X 100% = 9,87%
0,00154
Perhitungan IV
IVwortel = 76,24% + 27,22% + 64,35% = 168,37%
IVSemanggi = 5,96% + 22,22% + 3,18% = 31,36%
IVBidens pilosa = 15,66% + 22,22% + 22,60% = 60,48%
IVAgeratum conyzoides = 2,12% + 27,78% + 9,87% = 39,77%
Nilai SDR masing masing spesies
168,37%
SDRWortel = 3
= 56,12%
31,36%
SDRSmanggi = 3 = 10,45%
60,48%
SDRBidens pilosa = 3 = 20,16%
39,77%
SDRAgeratum conyzoides = 3 = 13,26%

Anda mungkin juga menyukai