) VARIETAS
„BANGKOK‟ DAN „CALIFORNIA‟ DALAM MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN BAKTERI PATOGEN
HILDA AWALIAH
SKRIPSI
Hilda Awaliah
11150950000005
Hilda Awaliah. Aktivitas Biji Pepaya (Carica papaya L.) Varietas „Bangkok‟ dan
„California‟ dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Patogen. Skripsi.
Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2020. Dibimbing oleh Nani Radiastuti dan Reno
Fitri.
v
ABSTRACT
Hilda Awaliah. The Activity of Papaya Seeds (Carica papaya L.) Varieties of
„Bangkok‟ and „California‟ in Inhibiting the Growth of Pathogenic Bacteria.
Undergraduate Thesis. Biology Study Program. Faculty of Science and
Technology. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2020.
Supervised by Nani Radiastuti and Reno Fitri.
‘Bangkok’ and ‘California’ papaya fruit were consumed by the public, so that papaya
seeds are abundant and have not properly utilized. Papaya seeds have secondary
metabolite compounds as antibacterial. The purpose of this study is to test
antibacterial activity and to identify the extract of papaya seed (Carica papaya) from
varieties of ‘Bangkok’ and ‘California’ in inhibiting the growth of test bacteria.
Simplisia papaya seeds were extracted using maceration method. Antibacterial test
used the Kirby Bauer diffusion method, then the next test was MIC (Minimum
Inhibitory Concentration). The results of inhibition zone diameter from ‘Bangkok’
papaya seed extract against Escherichia coli, Salmonella sp., and Staphylococcus
aureus bacteria at a concentration of 20% respectively, namely: 6.64; 6,7; 6.81 mm.
Inhibitory zone diameter values in ‘California’ papaya seed extract respectively,
namely: 6.76; 7.82; 6.69 mm. MIC value at a concentration of 20% ‘Bangkok’
papaya seed extract was found in E. coli bacteria, while ‘California’ papaya seed
extract was found in Salmonella sp. ‘Bangkok's’ papaya seed ethanol extract has 20
compounds, while ‘California’ papaya seeds has 24 compounds. ‘Bangkok’ and
‘California’ papaya seed extracts have different compounds, so the antibacterial test
results have different inhibitory zones. ‘Bangkok’ papaya seed extract was more
effective against S. aureus bacteria, while ‘California’ papaya seed extract was more
effective against Salmonella sp.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada kekasih Allah Nabi Muhammad SAW yang telah
mengantarkan kita dari zaman jahiliyyah menuju jalan terang menderang. Penulis
bersyukur dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aktivitas Biji Pepaya
(Carica papaya L.) Varietas „Bangkok‟ dan „California‟ dalam Menghambat
Pertumbuhan Bakteri Patogen”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Prodi Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan
baik tanpa adanya dukungan, kerjasama, bantuan baik moril maupun materil serta
do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Jakarta.
2. Dr. Priyanti, M.Si. selaku Ketua Prodi Biologi serta dosen penguji sidang
Munaqosah yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam
proses penulisan skripsi.
3. Narti Fitriana, M.Si. selaku Sekretaris Prodi Biologi serta penguji sidang
Munaqosah yang telah mencurahkan waktu dan tenaga beliau serta memberikan
kritik dan saran yang membangun dalam proses penulisan skripsi.
4. Dr. Nani Radiastuti M.Si. dan Reno Fitri M.Si. selaku pembimbing I dan
pembimbing II yang telah memberikan pemikiran, saran, dan dorongan kepada
penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.
5. Dr. Megga Ratnasari Pikoli M.Si. dan Dina Rahma Fadlilah, M.Si. selaku
penguji seminar proposal dan seminar hasil yang telah memberikan saran dan
kritik yang membangun kepada penulis.
vii
6. Kepala PLT (Pusat Laboratorium Terpadu), Mba Puji, Kak Amal, Mba Pipit,
Kak Adaw dan semua laboran PLT yang telah membantu berjalannya kegiatan
penelitian.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik yang disebutkan
maupun yang tidak disebutkan, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga semua
kebaikan bapak dan ibu serta teman-teman dapat bermanfaat dan mendapat balasan
yang lebih besar dari Allah SWT. Amiin. Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan
ini masih belum sempurna, namun demikian penulis berharap semoga karya ilmiah
yang sederhana ini bermanfaat bagi pengembang ilmu pengetahuan serta semua pihak
yang memerlukan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR……………………..………………………………… vii
DAFTAR ISI………………….……………………………………………… ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...…. xii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xiii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………...………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah……………………..………………………….. 3
1.3. Hipotesis…………………………………………………………... 3
1.4. Tujuan……………………………………………………………... 3
1.5. Manfaat Penelitian………………………………………….……... 4
1.6. Kerangka Berfikir……………………………………..…………... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi dan Klasifikasi Pepaya (Carica Papaya L.)…………... 5
2.2. Kandungan Kimia Biji Pepaya (Carica Papaya L.)……………… 6
2.4. Mikroorganisme Patogen……………………………………..… .. 7
2.4.1. Escherichia coli……………………………………………….. 8
2.4.2. Salmonella sp. ……………………………………………….... 9
2.4.3. Staphylococcus aureus……………………………………….... 9
2.5. Aktivitas Antibakteri…………………………………....………… 10
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat…………………………………………….…. 12
3.2. Alat dan Bahan…………………………………………………… 12
3.3. Rancangan Penelitian……………………………………….……. 12
3.4. Bagan Kerja Penelitian…………………………………...……..... 13
3.5. Cara Kerja………………………………………………………… 14
3.5.1. Pembuatan Media……………………………………………… 14
3.5.2. Peremajaan Mikroorganisme………………………………….. 14
3.5.3. Perhitungan Jumlah Sel……………………………………….. 14
3.5.4. Pembuatan Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L.)…………. 15
3.5.6. Uji Aktivitas Aantibakteri Biji Pepaya (Carica Papaya L.)…... 16
3.5.7. Uji MIC (Minimum Inhibitory Concentration)……………...… 17
3.5.8. Analisis Senyawa Biji Pepaya dengan GC-MS……………….. 17
3.5.9. Analisis Data…………………………………………………… 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Aktivitas Antibakteri……………………….………..…….…... 19
4.2. Uji MIC (Minimum Inhibitory Concentration)……..……………… 22
4.3. Analisis GC-MS Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L.)…..……. 25
ix
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan…………………………………………………..…..… 29
5.2. Saran……………………………………………….…………….… 29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….....………………... 30
LAMPIRAN………………………………………………………...……….... 34
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Nilai rata-rata zona hambat ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’... 19
Tabel 2. Nilai rata-rata zona hambat ekstrak biji pepaya varietas ‘California’.. 20
Tabel 3. Nilai hasil uji MIC ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’..…...…… 22
Tabel 4. Nilai hasil uji MIC ekstrak biji pepaya varietas ‘California’.……….. 23
Tabel 5. Kandungan senyawa antibakteri dalam ekstrak biji pepaya varietas
‘California’………………………………………………………....... 25
Tabel 6. Kandungan senyawa antibakteri dalam ekstrak biji pepaya varietas
‘Bangkok’...…………………………………………………………. 26
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur kerangka berpikir aktivitas antibakteri biji pepaya varietas ‘Bangkok’
dan ‘California’ ………………………………………………………. 4
Gambar 2. Biji dan serbuk pepaya ‘California’ dari perkebunan rakyat di Bogor.... 6
Gambar 3. Biji dan serbuk pepaya ‘Bangkok’ dari perkebunan rakyat di Sukabumi
………………………………………………………………………… 6
Gambar 4. Bagan alir kerja penelitian uji antibakteri ekstrak biji pepaya ….…...... 13
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil uji ANOVA aktivitas antibakteri ekstrak biji pepaya …..…... 34
Lampiran 2. Hasil uji aktivitas ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan
‘California’…….………………………………………………...…. 35
Lampiran 3. Hasil uji MIC ekstrak etanol biji pepaya varietas ‘Bangkok’…...….. 36
Lampiran 5. Hasil uji MIC ekstrak etanol biji pepaya varietas ‘California’..……. 36
Lampiran 6. Hasil analisis GC-MS ekstrak etanol biji pepaya varietas
‘Bangkok’…………………………………………………..………. 38
Lampiran 7. Hasil analisis GC-MS ekstrak etanol biji pepaya varietas
‘California’…..…………………………………………………...… 39
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Jenis pelarut yang digunakan dapat menghasilkan zona hambat berbeda, karena
terdapat perbedaan senyawa metabolit sekunder yang dapat dilarutkan oleh jenis
pelarut tertentu (Maryam, 2017). Menurut penelitian Wardhani & Supartono (2015),
hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol menghasilkan
diameter zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak kloroform
terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Senyawa aktif dalam biji pepaya
bersifat polar yang diekstrak oleh etanol berpotensi sebagai antibakteri. Oleh karena
itu, pelarut yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pelarut etanol 96%.
Penelitian pemanfaatan senyawa antibakteri dengan ekstrak biji pepaya telah
dilakukan Maryam (2017) yaitu menguji senyawa flavonoid dari biji pepaya sebagai
antimikroba terhadap Candida albicans, E. coli, dan B. subtilis. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa biji pepaya memiliki kemampuan dalam menghambat
pertumbuhan E. coli dan B. subtilis, namun tidak memiliki aktivitas antimikroba
terhadap C. albicans. Penelitian lain telah dilakukan oleh Martiasih, Sidharta, &
Atmodjo (2014). Penelitian yang mereka lakukan untuk menguji aktivitas antibakteri
biji pepaya yang didapatkan dari Solo terhadap bakteri E. coli dan Streptococcus
pyogenes. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut pada konsentrasi 1, 5, 25, 50,
75 dan 100% zona hambat yang terbentuk tidak berbeda signifikan. Zona hambat E.
coli berturut-turut, yaitu: 9; 9; 10; 10; 10,5 dan 13,75 mm, sedangkan pada S.
pyogenes berturut-turut, yaitu: 8,5; 9; 9,5; 9,5; 10,5; 11,5 mm sehingga, pada
penelitian ini menggunakan konsentrasi 5, 10, 15 dan 20%, untuk mengetahui
diameter zona hambat rentan antara 5 – 25%.
Penelitian menggunakan varietas pepaya ‘Hawai’ dan ‘California’ telah
dilakukan Tumembow, Wowor, & Tambunan (2018), terhadap penurunan indeks
debris. Berdasarkan hasil penelitian tersebut pepaya ‘Hawai’ lebih berpengaruh
secara signifikan terhadap penurunan indeks debris anak dibandingkan dengan
pepaya ‘California’. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk identifikasi secara
kualitatif mengenai potensi biji pepaya dari varietas berbeda. Varietas pepaya yang
berbeda diduga memiliki kemampuan antibakteri yang tidak sama terhadap setiap
jenis mikroorganisme.
3
1.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
Terdapat perbedaan aktivitas ekstrak biji pepaya (C. papaya) varietas
‘Bangkok’ dan ‘California’ dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak biji pepaya (C. papaya)
varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’ dalam menghambat pertumbuhan bakteri
uji.
4
Ketersediaan biji
pepaya melimpah
Mengandung senyawa
antibakteri dapat diuji dengan
metode difusi cakram
5
6
mm
Gambar 2. Biji dan serbuk pepaya ‘California’ dari perkebunan rakyat di Bogor
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Tanaman pepaya varietas ‘Bangkok’ merupakan jenis pepaya yang berasal dari
Thailand. Buah pepaya varietas ‘Bangkok’ memiliki bentuk yang lebih bulat
dibandingkan dengan jenis pepaya lainnya. Pepaya varietas ‘Bangkok’ memiliki ciri
khas utama yaitu: memiliki ukuran buah yang lebih besar dibandingkan dengan
pepaya jenis lain yaitu dengan berat per buah mencapai 3,5 kg. Buah pepaya varietas
‘Bangkok’ memiliki kulit buah yang kasar dan tidak rata (berbenjol-benjol), daging
buah berwarna jingga kemerahan, sedikit keras, serta memiliki rasa yang manis
(Nuswamarhaeni et al., 1999). Pepaya varietas ‘Bangkok’ memiliki biji yang
berukuran lebih besar dibandingkan dengan biji pepaya ‘California’ (Gambar 3).
mm
Gambar 3. Biji dan serbuk pepaya ‘Bangkok’ dari perkebunan rakyat di Sukabumi
(Sumber: Dokumen Pribadi)
sedangkan demam enterik terjadi karena infeksi pada seluruh sistem. Transmisi
Salmonella sp., melalui fekal-oral biasanya dari makanan yang sudah terkontaminasi
(Portillo, 2000). Staphylococcus aureus merupakan bakteri dominan penyebab
mastitis subklinis yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat dan
menyebabkan keracunan dalam produk susu fermentasi (Le Marechal, Thiery,
Vautor, & Le Loir, 2011). Menurut John, Frans, & Henny (2017), kontaminasi
makanan oleh bakteri S. aureus disebabkan oleh rendahnya sanitasi dan kebersihan
pada saat proses pengolahan.
Sifat dari bakteri tersebut adalah non-motil, anaerob fakultatif dan tidak
membentuk spora, sehingga pertumbuhannya dalam makanan dapat dihambat dengan
perlakuan panas. S. aureus tetap menjadi salah satu bakteri patogen yang dapat
menyebabkan keracunan makanan atau foodborne disease, karena S. aureus
mengkontaminasi makanan selama persiapan dan pengolahan. Bakteri tersebut dapat
ditemukan di permukaan kulit, dalam saluran pernapasan, tenggorokan, saluran
pencernaan, serta terdapat pada rambut hewan berdarah panas (John et al., 2017).
Klasifikasi S. aureus yaitu Domain: Bacteria, Kingdom: Bacilli, Ordo: Bacillales,
Famili: Staphylococcaceae, Genus: Staphylococcus, Spesies: S. aureus
(ncbi.nlm.nih.gov).
METODE PENELITIAN
12
13
Preparasi Sampel
Pembuatan Media
Peremajaan
Dikeringkan Mikroorganisme
Dihaluskan
Perhitungan jumlah sel
Ekstraksi Sample
Pembuatan suspensi
Rotary Evaporator Mikroorganisme
Dibuat konsentrasi
5, 10, 15, 20%
-Staphylococcus aureus
-Escherichia coli
Didapat Zona
Bening
Uji MIC
Uji GC-MS
Analisis Data
Gambar 4. Bagan alir kerja penelitian uji antibakteri ekstrak biji pepaya
14
Perhitungan jumlah sel bakteri ini menggunakan metode pour plate. Tiga
pengenceran terkahir yaitu 10-4, 10-5, dan 10-6 diambil masing-masing sebanyak 0,1
mL dengan micropippete untuk ditanam pada cawan petri steril. Media NA steril 12
mL dengan suhu 40o C dituangkan pada cawan petri yang telah berisi bakteri.
Selanjutnya, media dan bakteri dihomogenkan dengan cara menggoyangkan cawan
petri. Setelah bakteri tersebar merata lalu diinkubasi pada temperatur 37o C selama 24
jam. Jumlah yang dapat dihitung adalah 30-300 koloni (Pelczar, 2010). Menurut
Hermawan (2007), syarat jumlah sel bakteri yang digunakan untuk uji sensitivitas
suatu zat aktif yaitu 105-108 sel/mL, sedangkan usia bakteri yang digunakan pada
penelitian ini yaitu pada fase midlog.
Pada pengujian ini tidak menghitung kurva pertumbuhan terlebih dahulu. Kurva
pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus mengacu pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan Sukandar, Radiastuti, & Utami (2009), sedangkan bakteri Salmonella sp.,
mengacu pada penelitian yang dilakukan Yanuardi (2011). Menurut Sukandar et al.
(2010) fase midlog bakteri E. coli yaitu pada menit ke 450 dan S. aureus pada menit
ke 600. Menurut Yanuardi (2011) fase midlog bakteri Salmonella sp., pada menit ke
480.
dihasilkan kemudian direndam lagi (remaserasi) dengan etanol 96% sebanyak 1000
mL dalam labu erlenmeyer. Rendaman ditutup dengan kertas aluminium sambil
sesekali diaduk. Setelah 2 hari rendaman kemudian disaring, sehingga menghasilkan
filtrat 2 dan residu. Selanjutnya, filtrat 1 dan filtrat 2 dicampur untuk dievaporasi
menggunakan rotary evaporator dengan suhu 50o C dan tekanan 15-20 psi sampai
tidak terdapat tetesan pelarut. Ekstrak kemudian diuapkan menggunakan waterbath,
sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang dihasilkan disimpan dalam
botol fial tertutup sebelum digunakan untuk pengujian (Torar et al., 2017).
spektra GC. Berdasarkan data waktu retansi yang sudah diketahui dari literatur, dapat
ketahui komposisi senyawa yang terkandung dalam sampel yang diujikan.
Selanjutnya, senyawa yang diduga tersebut dimasukkan ke dalam instrument MS
untuk mengetahui massa molekul relatif dari suatu senyawa sampel uji. Hasil akan
terlihat pada grafik yang terbentuk (Ari, Damarpatni, Achmad, & Ni, 2016). Puncak
spektra yang terbentuk dalam grafik dibandingkan kemiripannya dengan waktu
retansi yang sudah diketahui dari literatur.
Ho= Perlakuan yang diberikan terhadap aktivitas antibakteri bakteri uji tidak
berbeda nyata.
H1= Perlakuan yang diberikan terhadap aktivitas antibakteri bakteri uji berbeda
nyata.
Keterangan :
19
20
terdapat pada konsentrasi 20%, yaitu: S. aureus sebesar 6,81 mm, Salmonella sp.,
sebesar 6,70 mm dan E. coli sebesar 6,64 mm (Lampiran 2). Nilai hasil pengujian
ekstrak biji pepaya varietas ‘California’ dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai rata-rata zona hambat ekstrak biji pepaya varietas ‘California’
Konsentrasi E.coli (mm) Salmonella sp., (mm) S. aureus (mm)
% Rata-rata St. Dev Rata-rata St. Dev Rata-rata St. Dev
5 6,34 0,04 7,28 0,12 6,43 0,18
10 6,54 0,08 7,45 0,08 6,48 0,18
15 6,60 0,08 7,61 0,04 6,54 0,12
20 6,76 0,04 7,82 0,09 6,69 0,14
Kontrol (+) 12,65 0,38 10,67 1,40 10,19 1,25
Kontrol (-) 2,05 3,55 4,10 3,55 2,05 3,55
Keterangan: Perhitungan diameter zona hambat termasuk dengan diameter kertas
cakram (6mm)
Hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan hal yang sama seperti ekstrak biji
pepaya varietas ‘Bangkok’. Konsentrasi 5% ekstrak biji pepaya varietas ‘California’
sudah mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. Pada ekstrak biji pepaya varietas
‘California’ diameter zona hambat tertinggi terdapat pada bakteri Salmonella sp.,
kemudian S. aureus, dan E. coli. Diameter zona hambat pada konsentrasi 5%, yaitu:
Salmonella sp., sebesar 7,28 mm, S. aureus sebesar 6,43 mm dan E. coli sebesar 6,34
mm. Diameter zona hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi 20% dengan diameter
hambat terhadap Salmonella sp., sebesar 7,82 mm, S. aureus sebesar 6,69 mm, dan E.
coli sebesar 6,76 mm (Lampiran 2).
Penelitian sebelumnya telah dilakukan Taufiq et al. (2015), menguji ekstrak
etanol biji pepaya terhadap E. coli dan Salmonella typhi. Hasil yang diperoleh pada
konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 10, 15 dan 20% terhadap bakteri E. coli zona hambat yang
diperoleh, yaitu: 1,20; 1,26; 1,30; 1,40; 1,48; 1,57; 1,65 dan 1,85 mm. Hasil zona
hambat yang terbentuk terhadap S. typhi pada konsentrasi 1 sampai 4% pertumbuhan
bakteri tidak terhambat. Pada konsentrasi 5, 10, 15 dan 20% terhadap S. typhi, yaitu:
1,23; 1,42; 1,59 dan 1,72 mm. Hasil uji aktivitas antibakteri pada penelitian ini dan
21
yang secara kovalen diikat oleh PPP (Protein Pengikat Penisilin) pada situs aktif.
Setelah Amoxicillin terhubung pada PPP, reaksi transpeptidase dapat dihambat,
sehingga dinding sel pecah kemudian bakteri mati (Katzung, 2010).
Kemampuan ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’ sebagai
antibakteri erat kaitannya dengan peran senyawa bioaktif yang terkandung dalam biji
pepaya. Menurut Maryam (2017), ekstrak biji pepaya mengandung golongan senyawa
aktif, yaitu: alkaloid, steroid, tannin, flavonoid, saponin, triterpenoid dan minyak
atsiri. Jenis senyawa lebih spesifik golongan tersebut dari biji pepaya varietas
‘Bangkok’ dan ‘California’ belum diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
uji GC-MS untuk mengetahui jenis senyawa yang terkandung dalam biji pepaya
varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’.
Hasil uji MIC ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’ pada konsentrasi 20%
terhadap bakteri E. coli sudah didapatkan nilai MIC karena tidak ditemukan adanya
pertumbuhan koloni bakteri. Pada bakteri Salmonella sp., dan S. aureus pada
konsentrasi tersebut belum diperoleh nilai MIC (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan
bahwa E. coli lebih sensitif terhadap ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’. Hasil uji
MIC ekstrak biji pepaya varietas ‘California’ dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai hasil uji MIC ekstrak biji pepaya varietas ‘California’
Konsentrasi Jumlah Bakteri (sel/mL)
Jenis Bakteri Uji % Penghambat
Ekstrak (%) Inkubasi 24 jam (Nt)
5 17,7×107 82,07
E. coli (N0= 10 14,7×107 85,11
8 7
9,87×10 Sel/mL) 15 2,34×10 97,63
7
20 1,34×10 98,65
5 16,2×107 82,83
Salmonella sp., 7
10 10,4×10 88,98
(N0= 9,87×108
15 2,34×107 97,52
Sel/mL)
20* Tidak tumbuh 100
5 12,9×107 86,61
S. aureus (N0= 10 7,2×107 92,53
9,87×108 Sel/mL) 15 1,34×107 98,61
7
20 0,34×10 99,65
*)Nilai MIC = konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Nilai MIC ekstrak biji pepaya varietas ‘California’ pada konsentrasi 20%
terhadap E. coli, dan S. aureus belum diperoleh nilai MIC, sedangkan pada
Salmonella sp., sudah diperoleh nilai MIC (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa
Salmonella sp., lebih sensitif terhadap ekstrak biji pepaya varietas ‘California’. Hasil
dari pengujian MIC sama halnya dengan hasil uji aktivitas antibakteri. Berdasarkan
hasil uji MIC pada Tabel 3 dan 4 biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’
memiliki daya hambat yang berbeda terhadap bakteri uji. Ekstrak biji pepaya varietas
‘California’ lebih efektif terhadap Salmonella sp., sedangkan ekstrak biji pepaya
varietas ‘Bangkok’ lebih efektif terhadap E. coli dibandingkan dengan bakteri uji
lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kandungan senyawa kimia pada biji
pepaya varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’ dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
24
Hasil pada Tabel 3 dan 4 diperoleh nilai MIC pada konsentrasi 20% pada bakteri
gram negatif, yaitu E. coli dan Salmonella sp, sedangkan terhadap bakteri gram
positif tidak ditemukan nilai MIC. Mekanisme antimikroba menurut Jawetz et al.
(2007), dikelompokkan menjadi 4, yaitu: penghambatan sintesis dinding sel,
mengganggu fungsi membran sel, penghambatan sintesis protein dan penghambatan
sintesis asam nukleat. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme antibakteri ekstrak biji
pepaya diduga tidak menghambat sintesis dinding sel dan mengganggu fungsi
membran sel bakteri. Ekstrak biji pepaya diduga mengganggu metabolisme bakteri,
seperti: penghambatan sintesis asam nukleat dan sintesis protein. Setiap jenis bakteri
memiliki metabolisme yang berbeda. Oleh karena itu, perbedaan kandungan senyawa
pada biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’ dapat menghambat jenis bakteri
yang berbeda.
Pengujian sebelumnya telah dilakukan oleh Hudaya et al. (2014) menggunakan
ekstrak air bunga kecombrang. Penentuan hasil penelitian tersebut dengan mengamati
persen hambat yang terbetuk terhadap bakteri uji. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa S. aureus pada konsentrasi 15% diperoleh persen hambat 95,63%, sedangkan
terhadap bakteri E. coli pada konsentrasi 50% memiliki persen hambat 92,41%. Pada
penelitian ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’ terhadap bakteri uji
diperoleh nilai persen hambat yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak air
bunga kecombrang. Persen hambat pada konsentrasi 15% ekstrak biji pepaya varietas
‘Bangkok’ terhadap S. aureus didapatkan nilai 97,23%, sedangkan pada ekstrak biji
pepaya varietas ‘California’ 98,61%. Hasil ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’
terhadap E. coli pada konsentrasi 15% didapatkan nilai persen hambat 96,56%,
sedangkan pada ekstrak biji pepaya varietas ‘California’ didapatkan nilai persen
hambat 97,63%. Berdasarkan hasil tersebut ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’
dan ‘California’ menunjukkan hasil yang lebih efektif dalam menghambat S. aureus
dan E. coli dibandingkan dengan ekstrak air bunga kecombrang.
25
Berdasarkan hasil analisis GC-MS ekstrak etanol biji pepaya varietas ‘Bangkok’
dan ‘California’ memiliki kandungan senyawa yang berbeda. Ekstrak biji pepaya
varietas ‘Bangkok’ memiliki 20 senyawa (Lampiran 6), sedangkan ekstrak biji
pepaya varietas ‘California’ memiliki 24 senyawa (Lampiran 7). Perbedaan senyawa
yang terkandung dalam biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’ ini
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi perbedaan kandungan senyawa biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan
‘California’ seperti: suhu, intensitas cahaya, nutrisi, dan hormon.
Berdasarkan tabel 5 dan 6 analisis GC-MS ekstrak biji pepaya varietas
‘Bangkok’ dan ‘California’ memiliki golongan yang berbeda dalam menghambat
bakteri patogen. Ekstrak etanol biji pepaya varietas ‘Bangkok’ didapatkan 4 golongan
senyawa, yaitu: alkaloid, terpenoid, flavonoid dan asam lemak jenuh. Pada ekstrak
biji pepaya varietas ‘California’ memiliki 7 golongan, yaitu: asam karboksilat,
alkaloid, asam lemak tak jenuh, flavonoid, terpenoid, steroid dan asam lemak jenuh.
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maryam (2017),
27
bahwa biji pepaya mengandung golongan senyawa yang berperan sebagai antibakteri
seperti alkaloid, terpenoid, flavonoid, steroid dan asam lemak.
Ekstrak etanol biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’ berdasarkan hasil
GC-MS memiliki golongan asam lemak dengan jenis yang berbeda. Asam lemak
yang terkandung dalam ekstrak etanol biji pepaya varietas ‘Bangkok’, yaitu:
tetradecanoic acid methyl ester, tetradecanoic acid, 9-hexadecenoic acid methyl ester,
hexadecenoic acid methyl ester, hexadecenoic acid palmatic acid, hexadecenoic acid
ethyl ester, dan hexadecanoic acid 15-methyl-methyl ester. Asam lemak yang
terkandung dalam ekstrak etanol biji pepaya varietas ‘California’, yaitu:
hexadecanoic acid methyl ester, hexadecanoic acid, hexadecanoic acid ethyl ester,
hexadecanoic acid 15-methyl-methyl ester, dan 9-Oktadecenoic acid (Z). Perbedaan
jenis asam lemak ini dapat menyebabkan terjadinya perbedaan daya hambat terhadap
pertumbuhan bakteri uji. Menurut penelitian yang dilakukan Muhardi (2009),
beberapa jenis asam lemak seperti: linoleat, arakhidonat, linolenat, miristat, palmitat,
linoleat, kaprat, laurat, miristat, kaprilat, stearat dan elaidat telah terbukti dapat
menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
Senyawa yang berperan sebagai antibakteri pada ekstrak etanol biji pepaya
varietas ‘Bangkok’ memiliki 14 senyawa organik dengan persen area 78,13%. Pada
ekstrak etanol biji pepaya varietas ‘California’ terdapat 17 senyawa organik dengan
persen area 87,52%. Berdasarkan hasil tersebut biji pepaya varietas ‘California’
mengandung lebih banyak senyawa yang berperan sebagai antibakteri. Namun belum
tentu memiliki kemampuan antibakteri yang lebih baik dibandingkan biji pepaya
varietas ‘Bangkok’. Kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri patogen dari
ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’ berbeda terhadap setiap
bakteri uji. Hal ini dipengaruhi oleh jenis bakteri yang diujikan dan senyawa yang
terkandung dalam ekstrak.
Berdasarkan hasil uji GC-MS kandungan ekstrak etanol biji pepaya varietas
‘Bangkok’ dan ‘California’ didominasi oleh senyawa asam heksadekanoat. Asam
heksadekanoat pada biji pepaya varietas ‘Bangkok’ memiliki persen area 44, 56%,
sedangkan pada biji pepaya varietas ‘California’ memiliki persen area 69,72%. Asam
28
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’ memiliki aktivitas
antibakteri yang berbeda pada setiap jenis bakteri uji. Hal ini dipengaruhi oleh
senyawa yang terkandung dalam ekstrak biji pepaya dan jenis bakteri yang
diuji. Pengujian MIC pada konsentrasi tertinggi dalam penelitian ini, yaitu
20% ekstrak biji pepaya varietas ‘Bangkok’ hanya terdapat pada bakteri E.
coli, sedangkan pada ekstrak biji pepaya varietas ‘California’ hanya terdapat
pada bakteri Salmonella sp.
2. Biji pepaya varietas ‘Bangkok’ dan ‘California’ memiliki kandungan senyawa
organik yang berbeda. Biji pepaya varietas ‘Bangkok’ memiliki 20 senyawa,
sedangkan biji pepaya varietas ‘California’ memiliki 24 senyawa. Golongan
senyawa yang berperan sebagai antibakteri pada penelitian ini, yaitu: alkaloid,
asam karboksilat, terpenoid, flavonoid, steroid, asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya varietas
‘Bangkok’ dan ‘California’ untuk mendapatkan nilai MIC terhadap masing-
masing bakteri uji.
2. Perlu dilakukan uji lanjut ekstrak biji pepaya ‘Bangkok’ dan ‘California’
terhadap mikroorganisme uji yang berbeda sehingga diketahui kemampuan
ekstrak yang lebih efektif terhadap mikroorganisme.
29
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. (2017). Kajian karakteristik tanaman pepaya (Carica papaya L.) di Kota
Madya Bandar Lampung (Skripsi). Universitas Lampung, Lampung
Ari, K., Damarpatni, G., Achmad, B., & Ni, M.S. (2016). Pengembangan metode
GC-MS untuk penetapan kadar acetaminophen pada spesimen rambut
manusia. Jurnal Biosains Pascasarjana, 18(3), 2-7.
Boes, E. (2014). Analisis, identifikasi precursor dan hasil degradasi senyawa senjata
kimia menggunakan teknik gas chromatography mass spectrometry-electron
ionisasi (GCMS-EI). Jurnal Karya Tulis Ilmiah, 16(1), 1-9.
Cowan, M.M. (1999). Plant products as antimicrobial agents. Clinical Microbiology
Reviews, 12 (4), 564-582.
Darmadi. (2008). Infeksi nosokomial problematika dan terapi. Edisi 4. Jakarta:
Farmakologi dan Fakultas Kedokteran.
Darmayani, S., Anita, R., & Vina. V. (2017). Identifikasi bakteri Salmonella sp., pada
telur yang dijual di pasar Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal
Biogenesis, 5(1), 21-26.
Darsana, I.G.O., Besung, I.N., & Mahatmi, H. (2012). Potensi daun binahong
(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri E. coli secara in vitro. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus, 1(3),
337-351.
Dewi, E.S., Latifa, E.L., Fawwarahly & Kautsar, R. (2016). Kualitas mikrobiologis
daging unggas di RPA dan yang beredar di pasaran. Jurnal Ilmu Produksi
dan Teknologi Hasil Peternakan, 23(03), 379-385.
Erindyah, R.W., & Maryati. 2003. Aktivitas antibakteri minyak atsiri pinus terhadap
S. aureus dan E. coli. Jurnal Farmasi Indonesia Pharmacon, 4(1), 20-24.
Fitri, I., & Widiyawati, D.I. (2017). Efektivitas antibakteri ekstrak herba meniran
(Phylanthus niruni) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella sp. dan
Propionibacterium acnes. Jurnal Sains dan Teknologi, 6(2), 300-310.
Gibson, J.M. (1996). Mikrobiologi dan patologi modern untuk perawat. Jakarta:
EGC.
30
31
Herlina, N., Fifi, A., Aditia, D.C., Poppy, D.H., Qurotunnada., & Baharuddin, T.
(2015). Isolasi dan identifikasi Staphylococcus aureus dari susu mastitis
subklinis di Tasikmalaya, Jawa Barat. Pros Seminar Nasional Masy
Biodiversitas Indonesia, 1(3), 413-417.
Hermawan, A. (2007). Pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L.) terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan metode
difusi disk. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas
Airlangga, Surabaya.
Hiswani. (2003). Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
kejadiannya sangat erat dengan keadaan sanitasi lingkungan (Skripsi).
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Hudaya, A., Radiastuti, N., Sukandar, D., & Djajanegara, I. (2014). Uji antibakteri
ekstrak air bunga kecombrang terhadap bakteri E. coli dan S. aureus sebagai
bahan pangan fungsional. Jurnal Al-kauniyah Biologi, 7(1), 9-15.
Human Metabolisme Database. http://www.hmdb.ca/. Diakses 20 Desember 2019.
Jay, J.M., Loessner, M.J., & Golden, D.A. (2005). Modern food microbiology seventh
edition. USA: Springer Science and Bussiness Media Inc.
Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. (2007). Medical Microbiology, 23th ed.
Alih Bahasa: Huriwati Hartanto. Jakarta: EGC.
John. E.K., Frans. G.I., & Henny. A.D. (2017) Karakteristik Staphylococcuc aureus
yang di isolasi dari ikan asap nekuhe hasil olahan tradisional Kabupaten
Sangihe. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 20(1), 189-198.
Katzung, B.G. (2010). Farmakologi dasar dan klinik Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kusmiyati, & Agustini, N.W.S. (2007). Uji aktivitas antibakteri dari mikroalga
Porphyridium cruentum. Jurnal Biodiversitas, 14(8), 03-12.
Kusuma, S.A.F. (2010). Escherichia coli. http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses 4
Oktober 2019.
Lecas, L. (2010). Resistance a major public health problem. Journal Medical
Association, of American.
Le Marechal C., Thiery, R., Vautor, E., & Le Loir, Y. (2011). Mastitis impact on
technological properties of milk and quality of milk products-a review.
Dairy Sci Technol, 9(1), 247-282.
Madigan, M.T., Martinko, J., & Parker. (2003). Brock biology of microorganisms,
10th ed. New York: Pearson Education, Inc.
32
Martiasih, M., Sidharta, B.B.R., & Atmodjo, P.K. (2014). Aktivitas antibakteri
ekstrak biji pepaya terhadap Escherichia coli dan Streptococcus pyogenesis
(Skripsi). Fakultas Teknologi Unversitas Atma Jaya,Yogyakarta.
Maryam, S. (2017). Isolasi senyawa flavonoid dari biji pepaya (Carica papaya L) dan
uji aktivitasnya sebagai antimikroba (Skripsi). Universitas Negeri,
Semarang.
Muhardi. (2009). Senyawa dan aktivitas antimikroba golongan asam lemak dan
esternya dari tanaman. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian, 14(1),
97-105.
Mulyono, L.M. (2013). Aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji pepaya (Carica
papaya L.) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Jurnal
Ilmiah Surabaya, 2(2), 23-34.
Nuria, M.C., Faizatun, A., & Sumantri. (2009). Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun Jarak pagar (Jatropha curcas L.) terhadap bakteri Staphylococcus
aureus ATCC 25923, Eschrchia coli ATCC 25922 dan Salmonella typhi
ATCC 1408. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 5(2), 26-37.
Nuswamarhaeni, S., Phihartini, D., & Pohan, E.P. (1999). Mengenal buah unggul
Indonesia. Jakarta: Swadaya.
Paryati, S.P.Y. (2002) Patogenesis mastitis subklinis pada sapi perah yang disebabkan
oleh Staphylococcus aureus. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Institute
Pertanian, Bogor.
Setiawan, G. (2008). Deteksi bakteri Salmonella sp. pada telur ayam buras di
beberapa pasar traditional wilayah Surabaya Timur (Skripsi). Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya.
Sihombing, M.A., & Saraswati, I. (2018). Uji efektivitas antijamur ekstrak biji
pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan Malassezia furfur secara
in vitro. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7(2), 724–732.
33
Taufiq, S., Yuniarni, U., & Hazar, S. (2015). Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
biji buah pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Escherichia Coli dan
Salmonella Typhi. Jurnal Prosiding Penelitian Seminar Penelitian Sivitas
Akademik. Prodi Farmasi, Unisba, 654–661.
Torar, G.M.J., Lolo, W.A., & Citraningtyas, G. (2017). Uji aktivitas antibakteri
ekstrak etanol biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi Universitas
Sam Ratulangi, 6(2), 14–22.
Tumembow, S.O., Wowor, V.N.S., & Tambunan, E. (2018). Pengaruh Konsumsi
Buah pepaya 'California' dan pepaya 'Hawai' terhadap penurunan indeks
debris anak. Jurnal e-GiGi (eG), 6(2), 101-106.
Wali, M., Tuharea, M.S., & Uar, N.I. (2018). Senyawa kimia kayu Marsegu (Nauclea
orientalis L). Jurnal Agribisnis Perikanan, 11(2), 70-74.
Wardhani, L.K., & Sulistyani, N. (2012). Uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat
daun Binahong (Anredera scadens (L.) Moq) terhadap Shigella flexneri
beserta profil kromatografi lapis tipis. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2(1),1-16.
Wardhani, R.A.P & Supartono. (2015). Uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah
rambutan (Naphelium lappaceum L) pada bakteri. Journal of Chemical
Science, 4(1), 47-51.
Warisno. (2003). Budidaya pepaya. Yogyakarta: Kanisius.
Yanuardi, A. (2011). Pendugaan pertumbuhan dan ketahanan Salmonella
Typhimurium pada udang dengan penyimpanan suhu dingin dan
penambahan sodium metabisulfit (Skripsi). Pascasarjana Institut Pertanian,
Bogor.
LAMPIRAN
ANOVA
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Zona_hambat
Type III Sum of
Source Squares Df Mean Square F Sig.
a
Corrected 2.604 4 .651 4.822 .002
Model
Intercept 3251.270 1 3251.270 24087.083 .000
Jenis_Pepaya 1.414 1 1.414 10.476 .002
Konsentrasi 1.190 3 .397 2.938 .039
Error 9.044 67 .135
Total 3262.918 72
Corrected Total 11.647 71
a. R Squared = .224 (Adjusted R Squared = .177)
Zona_hambat
Duncana,b
Subset
Konsentrasi N 1 2
Konsentrasi 20% 18 6.5578
Konsentrasi 15% 18 6.6622 6.6622
Konsentrasi 10% 18 6.7511 6.7511
Konsentrasi 5% 18 6.9083
Sig. .141 .061
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .135.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000.
b. Alpha = ,05.
34
35
Lampiran 2. Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Biji Pepaya Varietas ‘Bangkok’ dan
‘California’
Jenis Mikroorganisme
Bangkok
California
Kontrol
36
Lampiran 3. Hasil Uji MIC Ekstrak Etanol Biji Pepaya Varietas ‘Bangkok’
Konsen Mikroorganisme
(%)
10
15
20
37
Lampiran 4. Hasil Uji MIC Ekstrak Etanol Biji Pepaya Varietas ‘California’
Konsen Mikroorganisme
(%)
10
15
20
38
Lampiran 5. Hasil Analisis GC-MS Ekstrak Etanol Biji Pepaya Varietas ‘Bangkok’
Lampiran 6. Hasil Analisis GC-MS Ekstrak Etanol Biji Pepaya Varietas ‘California’