Anda di halaman 1dari 2

Nama : Tien Ellita Endah Puspitasari

NIM : 192010293R
Prodi : S2 Farmasi (Farmasi Sains)
Mata Kuliah : Farmakoterapi Terapan (UTS)
Dosen Pengampu : Dr. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si., Apt.
Hari, Tanggal : Jum’at, 18 Desember 2020

UJIAN FARMAKOTERAPI
1. Epilepsy
Seorang pasien perempuan sejak usia 10 tahun sudah mengalami seizure,
didiagnosis jenis epilepsy tonik klonik. Pasien saat ini dalam usia 27 tahun (BB
55 kg) masih menggunakan OAE Karbamazepin dengan dosis perawatan 800
mg/hari, selama terapi berjalan (maintenance terapi) sudah tidak terjadi
serangan lagi. Pasien sudah menikah, namun masih membatasi kehamilan dengan
kontrasepsi oral Pil KB Andalan yang mengandung etinilestradiol 0,03 mg dan
levonorgestrel 0,15 mg.
a. Resiko DRP (Drug Related Problem)
Pada penggunaan karbamazepin dengan kontrasepsi oral seperti
etinilestradiol dan levonogestrol dapat menurunkan khasiat dari
kontrasepsi oral. OAE menginduksi enzim sitokrom P450 sehingga
diperlukan dosis lebih tinggi.
b. Saran bila pasien tersebut hamil
Karena karbamazepin memiliki resiko pada kehamilan disarankan apabila
hamil obat tersebut dihentikan secara bertahap dan harus konsultasi ke
dokter terlebih dahulu serta harus memenuhi persyaratan seperti tidak ada
kekambuhan 2-5 tahun terakhir, pemeriksaan neurologi normal,
intelegensi normal serta EEG normal selama terapi. Pada saat sebelum
kehamilan diberikan dosis paling rendah disertai pemberian asam folat (1-
4 mg/hari). Kemudian pada saat kehamilan pasien perlu melakukan
pemeriksaan kadar alpha-fetoprotein dalam plasma (minggu 14-16
kehamilan), pemeriksaan USG level II (structural) (minggu 16-20
kehamilan), kemudian amnionsintesis untuk pemeriksaan kadar alpha-
fetoprotein dan asetilkolinesterase dalam cairan amnion serta pemberian
vitamin K 10 mg/hari (mulai bulan ke delapan). Setelah kehamilan kadar
OAE juga dipantau sampai minggu ke delapan pasca persalinan
2. Infeksi HIV
Seorang perempuan berusia 30 tahun, dalam keadaan hamil. Beberapa bulan
sebelum hamil, pasien sudah merasakan beberapa gejala seperti flu, mudah kena
infeksi, diare. Berat badannya menurun. Saat dibawa ke RS pasien disarankan tes
HIV dan ternyata hasilnya positif. Diduga pasien tertular dari suaminya. Saat itu
dokter memulai terapi antiretroviral dengan kombinasi AZT+FTC+EFV.
Sebelumnya pasien diberi terapi antibiotik kotrimoksazol.
a. Terapi yang disarankan untuk memperbaiki terapi yang sudah berjalan
Pada ibu hamil disarankan untuk menggunakan obat golongan ARV yaitu
TDF + 3TC (atau FTC) + EFV yaitu Tenoflovir (300 mg/hari), Lamivudin
(2x sehari 150 mg atau 1x sehari 300 mg), dan Efavirenz (600 mg/ hari).
b. Pertimbangan
Pengobatan HIV untuk semua ibu hamil yang positif HIV yaitu golongan
ARV (TDF + 3TC + EFV),
Efek samping yang ditimbulkan oleh pengobatan menggunakan AZT dan
Kotrimoksasol sangat berbahaya bagi janin.
c. Pada minggu ke-4 mengalami gangguan pendarahan, saran serta
pertimbangan pemilihan antivirusnya
Saram serta pertimbangan mengganti antivirus yang digunakan karena
efek samping yang ditimbulkan. Selain itu pengobatan pertama HIV untuk
semua kehamilan tanpa harus menunggu pemeriksaan jumlah CD4 yaitu
golongan ARV dengan pengobtatan TDF+3TC+EFV. Efek samping yang
ditimbulkan dari penggunaan AZT dan kotrimoksasol yaitu anemia yang
apabila ibu hamil terkena anemia maka akan membahayakan janin yang
dikandung.

Anda mungkin juga menyukai