Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

FARMASI KLINIK DASAR


PENYELESAIAN KASUS

DISUSUN OLEH :

SITI ATIKA
G 701 14 134
KELAS B

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
Kasus I

Ibu H berusia 25 tahun dan MRS dengan bakteriuria asimptomatis. Ia memperoleh


trimethoprim 200 mg 2 X sehari. Saat kunjungan ke bangsal, ia mengatakan bahwa ia
telah hamil sekitar 8 minggu & juga merasakan mual. Metoklopramid 10 mg 3 x
sehari telah diresepkan. Selain itu tidak ada obat lain yang diminum.

Rekomendasi Obat :

1. Hentikan trimethoprim (karena tidak aman bagi ibu hamil trimester pertama
(Dipiro, 2005).
2. Lanjutkan Metoklopramid 10 mg 3 x sehari (untuk menghilangkan mual dari
Ibu H, obat ini aman untuk ibu hamil (Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu
Hamil dan Menyusui, 2006)
Mual disebabkan dari gangguan kehamilan Ibu H. Seperti itu dijelaskan,
Menurut (Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui, 2006)
bahwa salah satu gangguan kehamilan mual selain itu adalah lemah, pusing,
sariawan, gangguan buang air besar dll
3. Untuk mengobati bakteriuria asimptomatis pada ibu hamil disarankan beberapa
obat yaitu : ampisilin, amoksisilin, cephalexim, dan nitrofurantoin (Pedoman
Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui, 2006 .,Dipiro,2005 & Tata
Laksana dan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan, 2012 ). Untuk
amoksisilin dan ampisilin Menurut (Dipiro,2005) bahwa kedua obat tersebut
sering mengalami resistensi dengan tingkatnya 20-30%. Untuk Nitrofrurantoin
merupakan terapi lini kedua dari penyakit bakteriuria asimtomatik sedangkan
terapi lini pertama ampisilin, amoksisilin, dan cephalexim. Selain itu,
Nifrafrurantoin kurang aman bagi ibu hamil trimester ke 3 walaupun Ibu H
masih trimester 1 akan tetapi mencegah kekambuhan penyakit ini. Jadi, lebih
memillih obat yang aman bagi Ibu H dan janin selama kehamilan. Disarankan
untuk menggunakan Cephalexim (golongan cephalosporin generasi 1) karena
aman bagi ibu hamil dan merupakan terapi lini pertama untuk bakteriuria
asimtomatik.
4. Bakteriuria asimtomatik : Cephalexim 3 x 250 mg (selama 3 hari )
(Tata Laksana dan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan, 2012)
Kasus II

Ibu R berusia 28 tahun dan mempunyai Tekanan Darah Tinggi. Ia memperoleh


reseptor Angiotensin II (losartan 50 mg pada pagi hari) dan diuretik golongan tiazid
(bendrofluazid 2,5 mg pada pagi hari). Setelah melahirkan seorang bayi laki-laki
yang sehat. Ibu R ingin segera menyusuinya.

Rekomendasi Obat :

1. Data Laboratorium Dari Ibu R harus diketahui lebih terdahulu sehingga dapat
diketahui mengapa antihipertensi yang digunakan 2 agent, penggunaan obat
reseptor Angiotensin II (losartan 50 mg pada pagi hari) dan diuretik golongan
tiazid (bendrofluazid 2,5 mg pada pagi hari) telah digunakan selama dalam
waktu berapa lama, dari sebelum kehamilan atau digunakan nanti setelah
kehamilan ?. Kapan Ibu R mengalami hipertensi setelah melahirkan ? Jangka
waktunya kapan.
2. Hentikan reseptor Angiotensin II (losartan 50 mg pada pagi hari) dan diuretik
golongan tiazid (bendrofluazid 2,5 mg pada pagi hari) karena dieksresikan
melalui asi sehingga tidak baik untuk menyusui (Medscape,2017). Ganti dengan
Metildopa karena obat tersebut aman untuk ibu menyusui (Medscape, 2017).
Disarankan metildopa oral 250 mg 3 x sehari.
3. Disarankan agar data laboratorium lebih dilengkapi, riwayat penggunaan obat,
penyakit hipertensi kapan diderita oleh pasien. Untuk dapat menunjang dalam
pengobatan agar tidak ada salah penggunaan obat ataupun penggunaan obat yang
tidak diperlukan yang terjadi pada pasien, ataupun salah pemberian obat.
Kasus III

Seorang ibu tampak cemas, ibu R datang dengan putrinya yang berusia 3 tahun yang
sedang sakit. Putrinya menderita infeksi diare setelah makan di restoran siap saji 2
hari yang lalu. Napasnya menjadi tersengal-sengal & ibunya khawatir dengan
keadaan itu. Saat ibu R membawa putrinya ke dokter 2 hari lalu, dia menerima resep
sirup kodein 5 mg setiap 4 jam untuk mengatasi diare. Putri ibu R juga menggunakan
sirup salbutamol 1 mg 4 x sehari untuk mengatasi asma ringannya.

Apa permasalahan yang berkaitan dengan pemberian obat pada putri Ibu R ?

Kenapa napas anak menjadi tersengal-sengal dan sarankan tindakan untuk


mengatasinya ?

1. Penggunaan Obat Off-label dari obat kodein karena obat tersebut merupakan
golongan analgetik opioid dan antitusif (batuk kering). Infeksi diare yang
dialami sejak kapan ? Kemudian diare yang dialami sudah berapa kali ? harus
dilakukan tes laboratorium untuk mengetahui penyebab diare. Apakah
disebabkan oleh bakteri H.pylori ? Tanda dan gejala dari pasien lebih dilengkapi
berupa sejarah penggunaan obat sebelumnya, makanan apa saja yang dimakan
pada saat di restoran cepat saji tersebut.
2. Napas menjadi tersengal-sengal diduga karena mengalami dehidrasi disebabkan
kekurangan cairan dalam tubuh. Disarankan untuk memperbanyak minum air
putih, hindari makanan yang kurang higienis, cuci tangan sebelum dan sesudah
makan dan perbanyak konsumsi buah-buahan. Hentikan sirup kodein 5 mg 4
jam untuk mengatasi diare
3. Rekomendasi :
a) Pasang Infus dan berikan cairan elektrolit
b) Berikan Oralit
c) Sirup Salbutamol 1 mg 3 x 1 sehari.

Anda mungkin juga menyukai