OLEH :
KELAS A
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
Kasus I
Metode SOAP
ANALISA KASUS:
Subyektif
Nama, Ibu H.
Merasa mual.
Menurut pasien ia telah hamil 8 minggu.
Obyektif
Usia 25 tahun
Kondisi hamil muda.
Assesment
Penyelesaian kasus :
Nama : Ibu R
Umur : 28 tahun
Kondisi : Telah melahirkan dan ingin menyusui
Obyektif
Assesment
1. Pasien mengalami tekanan darah tinggi dan telah melahirkan sehingga ingin
menyusui.
2. Menormalkan keadaan tekanan darah pasien.
3. Mempertahankan keadaan tekanan darah normal pada ibu menyusui.
4. Memberi obat hipertensi yang aman untuk ibu menyusui.
5. Jadwal minum obat yang tepat mempengaruhi waktu pemberian ASI kepada
bayi.
Strategi Terapi
Terapi Farmakologi :
Melihat planning yang ada.
Terapi Non Farmakologi :
1. Kurangi makanan yang dapat memicu peningkatan tekanan darah
2. Asupan makanan yang bergizi dan sesuai dengan kondisi.
3. Menghindari situasi yang memicu peningkatan tekanan darah.
4. Meningkatkan supplemen yang tidak berinteraksi dengan obat.
Kasus III
Seorang Ibu tampak cemas, Ibu R, datang dengan putrinya yang berusia 3 tahun
yang sedang sakit. Putrinya menderita infeksi diare setelah makan di restoran siap
saji 2 hari yang lalu. Napasnya tersengal-sengal dan ibunya khawatir dengan
keadaan itu. Saat ibu R membawa putrinya kedokter 2 jam yang lalu, dia
menerima resep sirup kodein 5 mg setiap 4 jam untuk mengatasi diare. Putri Ibu R
juga menggunakan sirup salbutamol 1 mg, 4 x sehari untuk mengatasi asma
ringannya.
Apa permasalahan yang berhubungan dengan pemberian obat pada putri Ibu
R?
Kenapa napas anak menjadi tersengal-sengal dan sarankan tindakan
mengatasinya.
Analisa Kasus Metode SOAP
Subyektif
1. Infeksi diare yang diduga akibat setelah makan di restoran siap saji 2 hari
yang lalu.
2. Sesak nafas, yang disebabkan oleh asma ringan dari pasien.
Planning
1. Menurunkan atau menghilangkan frekuensi dari sesak napas pasein.
2. Mengatasi diare pasien dengan pemberian obat yang tepat.
3. Mengontrol asma ringan yang dialami pasien.
4. Mengganti kodein 5 mg setiap 4 jam untuk mengatasi diare,
Terapi farmakologi
1. Diberi oralit secara perlahan-lahan untuk menangani defisiensi cairan tubuh
yang cukup efektif. Dan jika telah dipastikan diare disebabkan oleh infeksi
bakteri maka dan antibiotik untuk membunuh bakteri yang kemungkinan
besar masih ada didalam tubuh pasien. Disarankaan mengonsmsi
amoxicillin syrup 125 mg tiga kali sehari 1 cth. Ini dilakukan karena
amoxicillin merupakan antibiotik berspektrum luas yang bekerja pada
bakteri gram positif dan gram negatif.
Penggantian kodein dilakukan karena dikatakan diare diakibatkan oleh
infeksi.
Namun, penggunaan kodein dapat diberikan jika pasien mengalami
keracunan makanan dengan dosis yang ditentukan dokter, karena kodein
juga memiliki efek terapi yang baik untuk diare akibat intoksisitas makanan.
Terapi non-farmakologi
1. Karena diare telah berlangsung selama dua hari, sebaiknya asupan elektrolit
dan makanan bernutrisi lainnya ditingkatkan untuk pasien lebih ditingkatkan
agar tidak menyebabkan dehidrasi dan kelelahan pada pasien yang masih
kecil.
2. Penambahan supplemen juga dibutuhkan. Karena kemungkinan besar
penyebab pasien tersengal-sengal akibatkan kelelahan pada pasien akibat
diarenya dan kurangnya cairan dalam tubuh pasien. Dimana peningkatan
gerakan peristaltik GI yang meningkat dan kurang atau tidak terabsorpsinya
makanan dengan baik dapat menyebabkan sensasi kelelahan yang
menyababkan pasien tersengal-sengal. Selain itu ketidakseimbangan
elektrolit dapat menyebabkan ketidakseimbangan dari permeabilitas kapiler,
peningkatan permeabilitas kapiler merupakan salah satu pemicu asma.
Kasus IV
Seorang Bayi laki-laki berusia 11 bulan dirawat di RS dengan ISK dan suhu
tubuhnya mencapai 37,8oC. Beratnya 9,6 kg dan sebelumnya pernah menderita
ISK 2 kali. Bayi tersebut mendapat resep paracetamol 120 mg tiap 3 jam bila
diperlukan dan trimetoprim untuk pemakaian selama 7 hari untuk mengatasi ISK.
Dosis trimetoprim 50 mg/ 5 ml yang diresepkan adalah 2 kali sehari masing-
masing 2 ml.
Apa permasalahan yang berkaitan dengan pengobatan bayi tersebut?
Analisis kasus dengan metode SOAP
- Subjektif
Penyakit ISK suhu tubuhnya mencapai 37,8o C , pernah menderita ISK 2
kali
- Objektif
- Bayi laki laki berusia 11 bulan
- Beratnya 9,6 kg
o
- Suhu tubuhnya mencapai 37,8 C
- Assessment
- ISK suhu tubuhnya mencapai 37,8o C & sebelumnya pernah menderita
ISK 2 kali
- Penggunaan parasetamol dengan dosis berlebihan dapat mengakibatkan
hepatotoksik dan memperparah penyakit ISK.
- Rejimen terapi obat
- Sebaiknya dosis paracetamol di turunkan atau di rendahkan ( pemakaian 2
kali sehari hingga suhu tubuhnya kembali normal) di karenakan suhu
tubuh bayi belum mencapai batas demam maksimal dan penurunan
frekuensi pemakaian dilakukan untuk meminimalisir efek samping dari
paracetamol yaitu sifatnya yang hepatotoksik.
- Sebaiknya dosis trimetropim 50 mg/5 ml yang di resepkan 2 kali sehari
masing- masing 2,5 ml (tidak overdose) sehingga kerja trimetropim lebih
maksimal untuk mencapai terapi efektif
- Terapi non farmakologi
Agar bayi lebih menjalani hidup bersih (memperhatikan pakaian bayi)
Asupan cairan ( air putih tehadap bayi ) lebih banyak.