Anda di halaman 1dari 48

EFEKTIVITAS LOTION ANTI NYAMUK DARI FORMULASI

EKSTRAK DAUN CENGKEH (Syizigium aromaticum) DAN


DAUN KEMANGI (Ocimum basilicium)

NURHAYATI
1603410011
NURHAYATI

FAKULTAS SAINS
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
EFEKTIVITAS LOTION ANTI NYAMUK DARI FORMULASI
EKSTRAK DAUN CENGKEH (Syizigium aromaticum) DAN
DAUN KEMANGI (Ocimum basilicium)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Program Studi Kimia Fakultas Sains
Universitas Cokroaminoto Palopo

NURHAYATI
1603410011

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
ii
iii
iv
ABSTRAK

NURHAYATI. 2020. Efektivitas Lotion Anti Nyamuk dari Formulasi Ekstrak


Daun Cengkeh (syzigium aromaticum) dan Daun Kemangi (ocimim basilicium)
(dibimbing oleh Ilmiati Illing dan Sukarti).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan konsentrasi


larutan ekstrak daun cengkeh dan daun kemangi yang efektif sebagai lotion anti
nyamuk. Daun cengkeh (syzigium aromaticum) dan daun kemangi (ocimum
basilicium) adalah tanaman yang banyak dijumpai di Kabupaten Luwu, yang
dapat digunakan sebagai anti nyamuk alami karena mengandung komponen
senyawa minyak atsiri yang tidak disukai nyamuk. Metode pada penelitian ini
melalui preparasi sampel, maserasi dengan menggunakan ethanol 96%, proses
destilasi untuk memisahkan pelarut dengan zat terlarut, pembuatan formulasi
lotion menggunakan fase minyak dan fase air dengan konsentrasi sampel yang
berbeda, kemudian dilakukan empat tahap pengujian yaitu uji organoleptik, uji
pH, uji viskositas, dan uji efektivitas untuk mengetahui kelayakan dan keefektifan
lotion anti nyamuk dari daun cengkeh (Syzigium aromaticum) dan daun kemangi
(Ocimum basilicium). Hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi yang efektif
digunakan sebagai lotion anti nyamuk dari ekstrak daun cengkeh (Syzigium
aromaticum) dan daun kemangi (Ocimum basilicium) adalah konsentrasi 15 ml
dari masing- masing ekstrak.

Kata Kunci : Cengkeh, Kemangi, Lotion, Minyak Atsiri

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “formulasi daun cengkeh dan kemangi sebagai lotion anti nyamuk”
dengan sebaik-baiknya.
skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan Strata satu (S1) pada Program Studi Kimia Fakultas Sains Universitas
Cokroaminoto Palopo. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kedua orang tua
(Namri dan Halia) yang memberikan restu, semangat, bimbingan dan mendoakan
penulis, dan juga bantuan beberapa pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. H. Hanafie Mahtika, MS selaku Rektor Universitas Cokroaminoto
Palopo.
2. Ibu Pauline Destinugrainy Kasi, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains
Universitas Cokroaminoto Palopo.
3. Ibu Ilmiati Illing, S.Si., M.Pd., selaku Wakil dekan Fakultas Sains
Universitas Cokroaminoto Palopo sekaligus Pembimbing I dalam penelitian
ini. Terima kasih atas semua masukan dan kritikan membangun yang telah
diberikan kepada penulis.
4. Ibu Sukarti, S.Si., M.Si., selaku pembimbing II. Terima kasih atas kesabaran
Ibu selama masa bimbingan, walau penulis banyak kekurangan dan kelalaian
5. Terima kasih atas semua masukan dan kritikan membangun yang telah
diberikan kepada penulis.
6. Bapak Muhammad Nur Alam, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Kimia Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo, sekaligus sebagai
asisten pembimbing.
7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo
atas arahan, dukungan dan bimbingan serta ilmu pengetahuan yang telah di
berikan kepada penulis.
8. Perpustakaan Kampus Dua Universitas Cokroaminoto Palopo sebagai salah
satu sumber referensi bagi penulis.

vi
9. Teman-teman seperjuangan Kimia terutama angkatan 2016 yang telah
memberikan banyak masukan untuk penyelesaian tugas akhir ini dan
memberikan semangat serta motivasi demi tersusunnya tugas akhir ini.
Hanya doa yang dapat penulis panjatkan kepada semua pihak yang telah
memberikan kebaikan dan dukungan. Semoga mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, oleh
karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
perkembangan ilmu pengetahuan.

Palopo, 25 Agusutus 2020

Nurhayati

vii
RIWAYAT HIDUP

NURHAYATI, lahir di Walenrang 20 Juni 1997, anak ke- 6


dari enam bersaudara. Penulis merupakan anak dari pasangan
Namri dan Halia. Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan
di sekolah dasar negeri (SDN 112 Mamara) pada tahun 2002-
2008 melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 3
Lamasi pada tahun 2008-2011, kemudian penulis melanjutkan pendidikan
menengah atas di SMAN 2 Balikpapan pada tahun 2012-2015. Pada tahun 2016
penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Kimia Fakultas Sains
Universitas Cokroaminoto Palopo.
Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi intra maupun organisasi
ekstra kampus. Penulis pernah menjadi wakil ketua Himpunana Mahasiswa Kimia
(HMK) FSains periode 2017, penulis juga pernah menjadi pengurus wilayah
IKAHIMKI 2017, di organisasi ekstra kampus penulis aktif sebagai kader Ikatan
Mahasiswa Walenrang Lamasi (IMWAL) dan juga aktif sebagai kader Hiipunan
Mahasiswa Islam (HmI). Penulis pernah menjadi ketua KOHATI komisariat
FSAINS 2018, dan menjadi ketua KOHATI Cabang Palopo 2020. Pada akhir
perkuliahan dalam menuntut ilmu penulis menyusun skripsi yang berjudul
efektivitas daun cengekh (Szyzigium aromaticum) dan daun kemangi (Ocimum
basilicium).

viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
SURAT KETERANGAN HASIL SIMILARITY .............................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH SKRIPSI ............................. iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ...........................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

2.1 Kajian Teori...................................................................................... 4


2.2 Hasil Penelitian yang Relevan.......................................................... 13
2.3 Kerangka Pikir.................................................................................. 13
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 15

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 15


3.2 Defenisi Oprasional Variabel ........................................................... 15
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 15
3.4 Alat dan Bahan ................................................................................. 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 20

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 20


4.2 Pembahasan ......................................................................................22

ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................26

5.1 Kesimpulan.......................................................................................26
5.2 Saran .................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 27

LAMPIRAN ........................................................................................................ 31

x
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Formula Ekstrak Daun Cengkeh dan Daun Kemangi ................................... 16
2. Formula Lotion Ekstrak Daun Cengkeh dan Daun Kemangi ....................... 20
3. Hasil Pengujian Organoleptik ....................................................................... 21
4. Hasil Uji pH .................................................................................................. 21
5. Hasil Uji Viskositas....................................................................................... 21
6. Hasil Uji Efektivitas ...................................................................................... 21

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Tanaman Cengkeh..................................................................................... 4
2. Tanaman Kemangi .................................................................................... 6
3. Nyamuk Aedes aegypti.............................................................................. 8
4. Bagan Kerangka Pikir ............................................................................... 14
5. Diagram Umum Penelitian ....................................................................... 18
6. Diagram Pembuatan Emulgator ................................................................ 19

xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambing/Singkatan Arti dan Keterangan


DLL Dan lain- lain
mL Millimeter
o
C Derajat Celcius
% Perseratus
pH Derajat Keasaman
DBD Demam Berdarah Dengue
DHF dengue hemorrhagic fever
DEET diethyle-m-toluamide
PSM pemberantasan sarang nyamuk
3M menguras, menutup, dan mengubur
HLB Hidrofilik Lipopilik Balance

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lotion Anti Nyamuk dengan Konsentrasi yang Berbeda ......................... 31
2. Uji Viskositas Sampel Lotion ................................................................... 31
3. Uji Organoleptik ....................................................................................... 32
4. Uji Efektivitas ........................................................................................... 32

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman
sumber daya alam hayati. Keanekaragaman ini sangat bermanfaat, terutama
dengan banyaknya spesies tumbuhan dan tanaman yang dapat digunakan sebagai
obat. Tanaman obat ini telah dijadikan obat tradisional yang turun temurun karena
obat tradisional memiliki banyak kelebihan diantaranya mudah diperoleh,
harganya yang lebih murah, dapat diramu sendiri dan memiliki efek samping yang
lebih kecil dibandingkan obat-obatan dari produk farmasi. Oleh sebab itu,
kecenderungan masyarakat untuk menggunakan obat tradisional yang berasal dari
alam atau herbal dalam pemeliharaan kesehatan.
Salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui pada masyarakat Indonesia
yaitu penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk atau biasa disebut dengan
penyakit demam berdarah. Pada tahun 2018, penderita demam berdarah sebanyak
53.075 jiwa dan yang meninggal sebanyak 344 jiwa, sedangkan pada awal tahun
2019 penderita demam berdarah 13.683 jiwa dan meninggal 113 jiwa (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor
penyakit demam berdarah Dengue (DBD) yang menjadi penyakit endemik di
negara- negara tropis. Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk
Aedes aegypty (Direktorat Jendral, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2011). Demam berdarah ditandai dengan demam mendadak dua
sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu
hati, disertai dengan tanda perdarahan dikulit berupa bintik bintik perdarahan, dan
ruam, kadang- kadang mimisan, muntah darah, kesadaran menurun atau syok
(Safar, 2009).
Demam dengue dan dengue hemorrhagic fever (DHF) disebabkan oleh salah
satu dari empat jenis yang berbeda yaitu tipe DEN-1, DEN-2, DEN 3 dan DEN-4
dari genus flavivirus (Widoyono, 2011). Nyamuk termasuk kelas Insecta Ordo
Diptera da Family Culcidae. Serangga ini selain mengganggu manusia dan
binatang melalui gigitannya juga dapat berperan sebagai vektor penyakit pada

1
2

manusia dan binatang (Gandahusada, 2000). Melindungi pribadi dari resiko


penularan virus DBD, dapat dilakukan secara individu yaitu dengan menggunakan
repellent, dan mengenakan pakaian yang mengurangi gigitan nyamuk. Selain itu,
cara lain yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit demam berdarah adalah
dengan mengeliminasi atau menurunkan populasi nyamuk vektor seperti Aedes sp
(Soegiajanto, 2006).
Kegiatan pokok pengendalian vektor di Indonesia dilakukan pada nyamuk
dewasa dan jentik nyamuk. Pengendalian nyamuk dewasa dilakukan dengan
pengasapan untuk memutus rantai penularan dari nyamuk terinfeksi kepada
manusia. Khusus untuk jentik nyamuk dilakukan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) dengan program 3M plus dengan menguras, menutup, dan mengubur
barang bekas secara kimiawi dengan insektisida, secara biologis dengan
menggunakan musuh alami seperti predator, bakteri, dan cara lainnya seperti
menggunakan repellent, obat nyamuk bakar, kelambu, dan memasang kawat kasa.
Hingga saat ini, usaha pengendalian vektor belum menunjukkan hasil yang
memuaskan dalam hal pengendalian penyakit ini (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia,2013).
Masyarakat cenderung menggunakan anti nyamuk bakar pasaran yang murah
dan cepat bekerja namun mengandung bahan kimia yang kurang aman jika
terhirup terlalu sering karena merupakan insektisida buatan (Cahayan dan
Andri,2011). Saat ini bentuk sediaan anti nyamuk yang banyak digunakan berupa
anti nyamuk semprot ( spray), lotion dan anti nyamuk elektrik yang mengandung
bahan kimia sintesis seperti N,N-diethyle-m-toluamide (DEET). Berdasarkan hal
tersebut peneliti tertarik untuk membuat anti nyamuk berupa lotion dari bahan
alami untuk meminimalisir efek toksik yang ada pada anti nyamuk. Bahan alami
yang dapat digunakan yaitu daun cengkeh dan daun kemangi dengan
memanfaatkan kandungan aktif minyak atsiri tanaman tersebut.
Daun kemangi (Ocimum basilicum linn), memiliki aroma wangi yang khas,
rasanya agak manis dan dingin. Aroma khasnya berasal dari daunnya. tanaman ini
dapat tumbuh baikdi daerah tropis dan tingginya dapat mecapai 1,5 meter, daun
berwarna hijau dan bunganya tersusun dalam tandan tegak kemangi hidup liar di
tempat kering yang mendapat sinar matahari (Wijayanti,2014). Selain daun

2
3

kemangi peneliti juga mengkombinasikan daun cengkeh pada pembuatan lotion


ini. Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup banyak
dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan. Minyak daun cengkeh berupa
cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan, mempunyai rasa pedas, dan
berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi cokelat atau berwarna
ungu jika terjadi kontak dengan besi akibat penyimpanan (Agusta, 2000).
Sediaan anti nyamuk dalam bentuk lotion dipilih karena penggunaannya
sangat mudah, dan juga ramah lingkungan karena tidak menimbulkan asap dan
juga tidak mengganggu saluran pernapasan. Menurut Lachman (1994), lotion
merupakan sediaan yang berbentuk emulsi cair terdiri dari fase minyak dan fase
air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di
dalamnya. Lotion merupakan sediaan yang mudah diaplikasikan dengan
penyebaran yang merata (Mirnawaty, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
Berapa perbandingan konsentrasi larutan ekstrak daun cengkeh dan daun
kemangi yang efektif sebagai lotion anti nyamuk?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
Mengetahui perbandingan konsentrasi larutan ekstrak daun cengkeh dan
daun kemangi yang efektif sebagai lotion anti nyamuk
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada
masyarakat tentang lotion anti nyamuk dari bahan alami yaitu daun kemangi dan
daun cengkeh, sehingga masyarakat dapat menggunakan anti nyamuk yang ramah
lingkungan dan aman bagi kesehatan.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori

1. Tinjauan Umum Tanaman Cengkeh dan Tanaman Kemangi


a. Tanaman Cengkeh
Cengkeh ( Eugenia aromatic atau Syzigium aromaticum) termasuk dalam
family Myrtaceae. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan di
atas adalah bunga, tangkai bunga, dan daun cengkeh. Bunga cengkeh yang sudah
kering dapat digunakan sebagai obat kolera dan menambah denyut jantung.
Minyak cengkeh sering digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul,
sakit gigi, memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah sel darah
putih (Oktavia, 2010).
Minyak daun cengkeh telah digunakan oleh rumah sakit di Eropa untuk
mengobati infeksi gigi, virus hepatitis, bakteri, kolera, amuba disentri, infeksi
jerawat, sinusitis, flu, hipertensi serta gangguan dan tidak berfungsinya kelenjar
tiroid. Dalam ilmu pengobatan Cina disebutkan bahwa cengkeh adalah salah satu
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai aprodisiak (Agusta, 2000). Minyak yang
lebih murah berasal dari gagang cengkeh apalagi dari daun cengkeh ternyata dapat
dijadikan bahan mentah atau bahan asal untuk diisolasi eugenolnya yang dapat
diubah menjadi isoeugenol dan suatu zat vanillin yang bermutu tinggi (Guenther,
1990).
Menurut Hapsoh dan Hasanah (2011) klasifikasi tanaman cengkeh adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Gambar 1. Tanaman cengkeh
Marga : Eugenia (Dokumentasi pribadi, 2019)
Spesies : Eugenia aromatic : Syzigium aromaticum L.
5

Komponen utama yang terkandung di dalam minyak cengkeh adalah


terpena dan turunannya, sama dengan komponen yang terdapat dalam minyak
atsiri lain. Terpena sangatlah penting dalam kegiatan industri, komponen ini
banyak digunakan dalam parfum, flavor, obat-obatan, cat plastik, dan lain
sebagainya (Lutony, 2002). Jenis terpena yang penting dalam minyak daun
cengkeh yaitu eugenol. Menurut Guenther (1990), terpena yang lainnya berupa
eugenol asetat dan caryophlene. Ketiga senyawa terpena tersebut menjadi
komponen utama penyusun minyak cengkeh dengan kadar total dapat mencapai
99% dari minyak atsiri yang dikandungnya (Lutony, 2002). Kadar eugenol dalam
minyak atsiri daun cengkeh umumnya antara 70-90%. Kandungan minyak atsiri
yang terdapat dalam minyak bunga, daun dan tangkai bunga cengkeh masing-
masing berkisar antara 15-25%, 1-4%, dan 5-7%. Rendemen minyaknya berkisar
antara 2-12%, tergantung pada jenis dan keadaan bahan baku, penanganan bahan,
serta cara dan kondisi penyulingan (Ruhnayat, 2004).
b. Tanaman Kemangi
Kemangi merupakan tanaman tahunan yang tumbuh liar yang dapat
ditessmukan ditepi jalan dan ditepi kebun. Tanaman ini tumbuh ditempat di
tempat tanah terbuka maupun agak teduh dan tidak tahan terhadap kekeringan.
Tumbuh kurang lebih 300 m di atas permukaan laut (Zainal dkk, 2016). Manfaat
kemangi sudah banyak diterapkan dalam kehidupan masyarakat sebagai
pengobatan tradisional, misalnya saja daun kemangi digunakan untuk mengobati
batuk, selesma, demam, urat saraf, encok, air susu kurang lancer, sariawan, radang
telinga, panu, muntah-muntah dan mual, peluruh kentut, peluruh haid, pembersih
darah setelah bersalin, borok, dan untuk memperbaiki fungsi lambung. Biji
kemangi digunakan untuk pengobatan sembelit, borok, kencing nanah, penyakit
mata, penenang, peluruh air kencing, pencahar, peluruh keringat, kejang perut.
Akar digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Semua bagian tanaman
digunakan sebagai pewangi, obat perangsang, disentri, dan demam. Seiring
dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat telah
memanfaatkan tanaman kemangi sebagai hasil alam yang menjadi nilai ekonomi
tinggi, biasanya masyarakat menjadikan daun kemangi kemangi sebagai
pelengkap masakan atau sebagai lalapan (Safwan dkk, 2016).
6

Menurut Verma (2016), sistematika kemangi diklasifikasikan sebagai


berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Klasis : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae Gambar 2. Tanaman kemangi
Genus : Ocimum (Dokumentasi pribadi, 2019)
Species : Ocimum Sanctum L.
Kandungan senyawa yang terdapat pada kemangi adalah senyawa fenolik,
yaitu cirsimaritin, cirsilineol, apigenin, isotymusin, tanin, dan asam rosmarinat,
dan jumlah yang cukup besar dari eugenol (komponen utama minyak atsiri)
(Singh dkk, 2012). Daun kemangi kaya akan mineral makro yaitu kalsium, fospor,
dan magnesium, juga mengandung beta karoten dan vitamin C. Daun kemangi
juga mengandung komponen non gizi antara lain senyawa flavanoid dan eugenol,
boron, anetol, arginin dan atsiri. Komposisi yang terkandung di dalam kemangi
antara lain grotenoid 19,77± 0,01% total fenolik 2,09 ± 0,10% dan total flavanoid
1,87 ± 0,02 % (Bhattacharya dkk, 2014).

2. Tanaman yang Memiliki Potensi Sebagai Anti Nyamuk


Semua Tanaman memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang
dapat digunakan sebagai obat ataupu sebagai racun. Identifikasi senyawa
metabolit sekunder dapat dilakukan melalui uji fitokimia diantaranya yaitu
steroid, alkaloid, terpenoid, flavanoid, saponin, dan tanin ( Sukarti, 2016). Uji
fitokimia dilakukan dengan mengambil bagian tanaman seperti daun, batang, dan
biji kemudian akan diperoleh suatu cairan yang biasa disebut dengan minyak
atsiri. Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap
atau minyak terbang.
Minyak atsiri pertama kali diisolasi pada tahun 1300 oleh Arnold de
Villanova. Akan tetapi, produksi secara modern baru dilakukan oleh Lavoiser (
Perancis) sekitar tahun 1760-1770 (Agusta, 2000). Kebanyakan minyak atsiri
dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan selaput lender. Apabila kulit
7

terkontaminasi oleh minyak atsiri dalam waktu yang sama, kulit akan menjadi
kemerahan serta meradang dan akhirnya akan melepuh (Agusta, 2000). Tidak satu
pun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi merupakan campuran
komponen yang terdiri dari tipe-tipe yang berbeda. Minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari senyawa terpena, yaitu suatu senyawa produk alami yang strukturnya
dapat dibagi ke dalam satuan-satuan isoprene. Satuan-satuan isoprene ini
terbentuk dari asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat dan merupakan
rantai cabang lima satuan atom karbon yang mengandung dua ikatan rangkap
(Gunawan, 2010). Terpena yang paling sering terdapat sebagai komponen
penyusun minyak atsiri adalah monoterpena. Monoterpena banyak ditemui dalam
bentuk asiklik, monosikliks, serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan keturunan
yang teroksidasi seperti alkohol, aldehida, keton, fenol, oksida, dan ester. Terpena
lain di bawah monoterpen yang berperan penting sebagai penyusun minyak atsiri
adalah seskuiterpena dan diterpena (Gunawan, 2010).
Adapun tanaman yang dapat digunakan sebagai anti nyamu adalah :
a. Daun Pepaya (Carica Papaya L)
Tanaman papaya (Carica Papaya L) merupakan salah satu komoditas
besar yang ada di Indonesia dan memiliki kemampuan sebagai insektisida nabati
pada larva dan nyamuk (Rahena, 2008). Penelitian yang dilakukan A’yun (2015)
dimana daun papaya mengandung alkaloid, triterpenoid, steroid, flavanoid,
saponin, dan tanin. Penelitian lainnya dilakukan oleh Cahyati (2016) mengatakan
bahwa daun papaya mengandung flavanoid, fenol, alkaloid, dan asam amino.
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun papaya seperti flavanoid,
tanin, saponin, steroid, dan alkaloid berfungsi sebagai insektisida alami dan racun
serangga (Cahyati, 2016).
b. Daun dan Batang Serai (Andropogon Nardus L)
Kandungan dari serai terutama minyak atsiri dengan komponen sitronelal
32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat
2-4%, sitral kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanillin, limonene, dan
kamfen. Minyak serai mengandung 3 komponen utama yaitu sitronelal, sitronelol,
dan graniol (Sastrohamidjojo, 2004). Abu dari daun dn tangkai serai mengandung
45% silika yang merupakan penyebab desikasi (keluarnya cairan tubuh secara ters
8

menerus) pada kulit serangga sehingga serangga akan mati kekeringan. Sitronelol
dan geraniol merupakan bahan aktif yang tidak disukai dan sangat dihindari
serangga, termasuk nyamuk sehingga penggunaan bahan-bahan ini sangat
bermanfaat sebagai bahan pengusir nyamuk (Yunus, 2008).
c. Tanaman Tembelekang ( Lantana Camara Linn)
Tanaman tembelekang mengandung minyak atsiri yang dilaporkan
bertindak sebagai insektisida, penolak lebah, nyamuk dan lalat. Menurut Singh
(2011) dari hasil analisis komponen minyak atsiri tembelekang menggunakan
GCMS terdapat 9 konstituen utama yaitu trans-b carcyophyllena, sabinene,
eucalyptol, humualene, bicyclogermacrene, germacrene D,b- elemene, nerolidol,
devanone B. Komponen- komponen tersebut merupakan zat yang memberikan
aroma khas pada minyak atsiri tembelekang yang tidak disukai serangg, sehingga
dapat berpotensi sebgai anti nyamuk.

3. Nyamuk
Nyamuk Ae. Aegypti dikenal sebagai vektor penular penyakit demam
kuning, demam berdarah dengue dan chikungunya. Urutan klasifikasi dunia
hewan menurut Brown (1979), Ae. Aegypti termasuk dalam :
Philum : Anthropoda
Class : Hexapoda (insecta)
Sub class : Pterigota
Ordo : Diptera
Familia : Culcidae
Genus : Aedes Gambar 3. Nyamuk Aedes aegypti

Spesies : Aedes aegypti (Judarwanto, 2007)

Nyamuk Ae. Aegypti mempunyai keefektifan menggigit yang tinggi pada


waktu siang terutama pagi hari antara pukul 08.00-13.00 dan sore hari antara
pukul 15.00-17.00 (Lubis, 1998). Beberapa faktor yang mendorong nyamuk Ae
.aegypti mencari makan adalah rasa lapar, bau yang dipancarkan oleh inang,
temperatur, kelembaban, karbondioksida, dan warna. Nyamuk Ae. Aegypti lebih
menyukai warna gelap terutama warna hitam dar ipada warna terang (Anonim,
2006). Makanan nyamuk jantan dan betina berupa sari tumbuhan dan sering pula
nectar. Darah diperlukan nyamuk betina untuk perkembangan telurnya. Nyamuk
9

betina dewasa yang mulai menghisap darah manusia, tiga hari kemudian mampu
bertelur, dan 24 jam kemudian nyamuk itu menghisap darah lagi selanjutnya
kembali bertelur. Walaupun nyamuk betina berumur kira-kira 10 hari, waktu itu
cukup bagi nyamuk untuk menghisap darah tersebut berulang dan menghisap
darah satu orang atau beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.

4. Repelan Nyamuk ( Anti Nyamuk)


Repelan atau anti nyamuk merupakan substansi yang digunakan untuk
melindungi diri dari serangga dengan cara melakukan penolakan terhadap
penjamu karena dapat menyamarkan atau menyembunyikan bau dari penjamu
(Remington, 1995). Penjamu adalah organisme yang menampung virus, parasit,
partner mutualisme, atau partner komensialisme, umumnya dengan menyediakan
makanan dan tempat berlindung. Lebih dari 10.000 bahan kimia telah diujikan
aktivitas repelannya, untuk melawan gigitan nyamuk dan lalat penggigit yang
lebih efektif dibanding minyak sereh yang sebelumnya dikenal secara turun
temurun sebagai repelan yang efektif (Martin dan Cook, 1961).
Aktivitas repelan (anti nyamuk) tergantung dari sifat fisika-kimia gugus
fungsi tertentu pada sturktur kimia senyawa anti nyamuk. Menurut Price (1997) ,
anti nyamuk alami yang sering digunakan pada umumnya mengandung senyawa
yang memiliki gugus fungsional seperti aldehida dan keton.Contoh produk anti
nyamuk yang beredar di pasaran yaitu gelang pengusir nyamuk, anti nyamuk
bakar, anti nyamuk semprot, dan lotion anti nyamuk yang memberikan
perlindungan efektif terhadap gigitan nyamuk dan tahan lebih lama.

5. Emulgator
Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang mengurangi tegangan
antarmuka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan-tetesan terdispersi
dalam lapisan kuat yang mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi
(Parrot, 1974). Emulgator sering dikombinasikan untuk menggunakan emulsi
yang lebih baik yaitu emulgator dengan keseimbangan hidrofilik dan lipofilik
yang diinginkan, meningkatkan kestabilan dan sifat kohesi dari lapisan antar muka
serta mempengaruhi konsistensi dan penampakan emulsi (Gennaro, 1990).
10

Emulgator dengan nilai HLB di bawah 7 umumnya menghasilkan emulsi


air dalam minyak (A/M) sedangkan emulgator dengan nilai HLB di atas 7
umumnya menghasilkan emulsi minyak dalam air. Tetapi sistem HLB tidak
memberikan indikasi tentang konsentrasi yang digunakan. Sebagai aturan,
emulgator dengan konsentrasi 2% adalah jumlah yang cukup dalam suatu formula
walaupun konsentrasi yang lebih kecil dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Jika konsentrasi emulgator lebih dari 5% maka emulgator akan menjadi bagian
utama dari formula dan hal ini bukanlah tujuan dari penggunaan emulgator
(Martin, 1971). Kestabilan emulsi dipengaruhi oleh suhu dan waktu. Bentuk
ketidakstabilan emulsi selama penyimpanan ditunjukkan dengan terjadinya
krimming, perubahan viskositas, perubahan ukuran tetes terdispersi serta inverse
fase (Lahman, 1994).
Tahap awal dalam pembuatan suatu emulsi adalah pemilihan pengemulsi,
agar berguna dalam preparat farmasi, zat pengemulsi mempunyai kualitas tertentu.
Dalam sediaan krim pengemulsi dapat bersifat anionic, kationik,dan nonionik.
Dalam ukuran kecil preparat emulsi dapat dibuat dengan 3 metode yang umum
digunakan oleh ahli farmasi. Ketiga metode tersebut adalah metode kontinental,
metode Inggris dan metode botol. Dalam metode pertama, zat pengemulsi
dicampur dengan minyak sebelum penambahan air, pada metode kedua zat
pengemulsi ditambahkan ke dalam air agar membentuk mucilage, kemudian
perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, dan pada metode
botol digunakan minyak-minyak menguap dan minyak-minyak yang kurang
kental dan merupakan variasi dari metode pertama dan kedua (Ansel, 2005).

6. Lotion
Lotion adalah sediaan farmasi berbentuk cair yang digunakan untuk
pemakaian topikal berbentuk emulsi maupun suspensi. Evaluasi sediaan lotion
meliputi organoeptis, tipe krim lotion, PH, viskositas, sentrifugasi, dan distribusi
ukuran partikel. Kestabilan fisik sediaan lotion merupakan hal yang penting. Oleh
karena itu, warna, konsistensi, dan bau harus tetap terjaga mulai saat pembuatan
sampai terpakai habis oleh konsumen dengan perkataan lain stabilitasnya harus
tetap dipertahankan. Untuk menghasilkan lotion yang baik diperlukan suatu
formula lotion yang mengandung bahan-bahan yang cocok dengan konsentrasi
11

yang sesuai (Ansel HC, 1989). Beberapa emulsifier yang digunakan dalam emulsi
antara lain natrium laurel sulfat, asam stearat, trietanolamin stearat, self
emulsifying glyceryl monostearat dan sebagainya (Wasitaatmadja, 1997).
Permasalahan dalam memformulasikan lotion adalah perbedaan fase dalam
pembuatan, yaitu fase cair dan minyak yang tidak dapat bercampur begitu
saja,sehingga pembuatan lotion dapat terbentuk dengan bantuan emulgator yang
tepat. Lotion digunakan untuk pemakaian topikal sebagai pelindung kulit
(Lachman, 1994).

7. Metode Ekstraksi
Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat tradisional adalah
metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan
senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi
perlu ditentukan terlebih dahulu. Menurut Sarker (2006) ada beberapa target
ekstraksi , diantaranya :
1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui
2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme
3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara
struktural.
Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan
adalah sebagai berikut:
1.Pengelompokkan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan
penggilingan bagian tumbuhan.
2.Pemilihan pelarut
3. Pelarut polar: air, etanol, methanol, dan sebagainya
4. Pelarut semi polar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya
5. Pelarut non polar: n-heksan, petroleum eter, kloroform, dan sebagainya.

8. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan
12

dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Rangsangan yang dapat diindra dapat bersifat mekanis (tekanan,
tusukan), yang bersifat fisis (dingin, panas, sinar, warna), sifat kimia (bau, aroma,
rasa). Pada waktu alat indra menerima rangsangan, sebelum terjadi kesadaran
prosesnya adalah fisiologis, yaitu dimulai dari reseptor dan diteruskan pada
susunan syaraf sensori atau syaraf penerimaan. Uji organoleptik dapat dilakukan
dengan menggunakan score sheet yang telah ditetapkan oleh SNI 2009 metode uji
yang dipakai yaitu uji sensori dengan menggunakan skala angka 1 sebagai nilai
terendah dan angka 9 sebagai nilai tertinggi.

9. Uji pH
pH adalah konsentrasi hidrogen ion yang bersifat asam dan basa, nilai
normal pH yaitu 7 dan jika di bawah 7 maka bersifat asam, dan jika di atas 7 maka
bersifat basa (Buck, 2002). Menurut Suwetja (2007), bahwa penentuan pH dapat
dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elektroda pH meter dicelupkan ke
dalam larutan yang diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai
menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Depkes
RI, 1995).
Pengukuran pH dari formula lotion yang telah yang telah dibuat
menggunakan pH stik, pH stik dicelupkan ke dalam sediaan lotion. Setelah
tercelup dengan sempurna, amati perubahan warna pada pH stik tersebut dan
sesuaikan dengan warna standar pada alat. Pengukuran dilakukan pada hari ke-1 ,
7, 14, 21, dan hari ke-28 (Yuliani, 2005).

10. Uji Viskositas


Uji viskositas yaitu bertujuan untuk mengukur kekentalan dari sampel.
Viskometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur vikositas suatu
fluida. Model viskometer yang umum digunakan berupa berupa viskometer peluru
jatuh, tabung (pipa kapiler) dan sistem rotasi. Viskositas emulsi merupakan
kriteria yang penting untuk mempelajari kestabilan emulsi yang tidak
berhubungan dengan viskositas absolut tetapi dengan perubahan viskositas pada
berbagai periode waktu.
13

Tetesan – tetesan pada emulsi yang dibuat tergabung dengan segera dan
menunjukkan peningkatan viskositas. Jika viskositas tidak berubah dengan waktu
diterima kestabilannya bila menunjukkan sedikit kenaikan viskositas/ dalam
waktu 400 hari. Kebanyakan emulsi menjadi encer pada suhu tinggi dan
mengental bila ditempatkan pada suhu kamar.

11. Uji Efektivitas


Uji efektivitas bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari lotion. Uji ini
dilakukan dengan memasukkan tangan yang telah diolesi lotion ke dalam kandang
yang berisi nyamuk selama 30 detik. Keberhasilan uji efektivitas ini yaitu dilihat
dari banyaknya nyamuk yang hinggap selama pengujian.

2.2 Penelitian yang Relevan


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmaniyati (2001) melaporkan
bahwa minyak atsiri kuncup bunga cengkeh menunjukkan aktivitas anti nyamuk
terhadap nyamuk Ae. Aegypti dengan harga RT50 (waktu untuk 50% dari jumlah
nyamuk yang tidak menghisap darah) sebesar 25,07 menit untuk lotion dengan
minyak atsiri cengkeh 1,0% v/v, dan 228,19 menit untuk lotion dengan minyak
atsiri cengkeh 2,0% v/v. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri cengkeh
semakin tinggi efektivitas sebegai anti nyamuk terhadap nyamuk Ae. Aegypti.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agnes (2008), mengatakan bahwa
minyak atsiri daun cengkeh yang diformulasikan dengan minyak wijen pada
konsentrasi 70% sebagai obat nyamuk elektrik efektif sebagai anti nyamuk
(95,53%) terhadap nyamuk Ae. Aegypti.
Penelitian lainnya dilakukan Ramayanti, dkk (2017) dengan judul ekstrak
daun kemangi sebagai bioinsektisida dalam sediaan anti nyamuk bakar terhadap
kematian nyamuk Ae. Agypti efektif sebagai bionsektisida ( anti nyamuk bakar)
terhadap kematian nyamuk Ae. Agypti dengan nilai C50 dan LC90. Hasil yang
didapatkan pada konsentrasi 41,81% dan 101,66%.

2.3 Kerangka Pikir


Demam berdarah adalah salah satu penyakit yang sangat mematikan dan
penyebaran virusnya sangat cepat. Demam berdarah merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dangue yang berasal dari nyamuk aedes aegypti. Salah satu
14

cara penanggulangan penyakit ini yaitu dengan penggunaan anti nyamuk, salah
satunya yaitu anti nyamuk dalam bentuk sediaan lotion. Lotion anti nyamuk dapat
dibuat dari bahan alami yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan yaitu
daun cengkeh dan daun kemangi yang mengandung minyak atsiri. Dalam
penelitian ini akan dilakukan uji efektivitas berupa uji organoleptik, uji pH, dan
uji viskositas. Selain itu dalam penelitian ini akan dilakukan varian konsentrasi
untuk mengetahui konsentrasi yang tepat dalam pembuatan formulasi daun
cengkeh dan kemangi sebagai lotion anti nyamuk. Berdasarkan kajian teortik yang
diperoleh dari eksplorasi teori yang dijadikan rujukan konvensional, maka dapat
disusun kerangka piker sebagai berikut:

Daun cengkeh (Syzigium aromaticum) dan


Daun kemangi (Ocimum basilicium)

Berpotensi sebagai anti


nyamuk

Dapat dijadikan lotion


dengan penambahan
emulgator

Uji formula lotion ekstrak daun cengkeh dan


daun kemangi

Uji organoleptik Uji pH Uji efektivitas Uji viskositas

Data

Analisis data

Formulasi lotion ekstrak daun


cengkeh dan daun kemangi

Gambar 4. Bagan Kerangka Pikir


15

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen
untuk mengetahui pengaruh penambahan emulgator pada formulasi ekstrak daun
cengkeh dan daun kemangi sebagai lotion anti nyamuk.

3.2 Definisi Operasional Variabel


1. Daun cengkeh dan daun kemangi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berwarna hijau ataupun hijau kekuningan yang digerus menggunakan
lumpang dan alu, dan melalui tahap ekstraksi sehingga diperoleh ekstrak dari
daun cengkeh dan kemangi.
2. Emulgator yang digunakan pada penelitian ini yaitu emulgator yang sudah
siap pakai dalam bentuk cair yang berfungsi sebagai bahan emulsi pada
lotion.
3. Lotion adalah sediaan farmasi berbentuk cair yang digunakan untuk
pemakaian topikal berbentuk emulsi maupun suspensi.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Bahan Alam Fakultas
Sains Kampus II Universitas Cokroaminoto Palopo dan di Universitas
Hasanuddin, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan untuk evaporator,
pengambilan sampel daun cengkeh dan daun kemangi dilakukan di Desa
Cakkeawo, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu. Waktu penelitian ini dimulai dari
20 Januari 2020.

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu gunting, lumpang dan
alu, alat- alat gelas, rak tabung, batang pengaduk, corong pisah, neraca analitik,
evaporator, penangas air, pot salep ,pH meter, viskometer, dan oven.
16

b. Bahan
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu daun cengkeh dan
daun kemangi, aquades, ethanol 96%, adeps lanae, gliserin, paraffin cair, span 60,
tween 60, probil paraben, metil paraben, asam stearat, dan ol Rosae.

3.4.2. Prosedur Kerja


a. Tahap Preparasi
1) Pembuatan ekstrak daun cengkeh dan daun kemangi
Daun cengkeh dan daun kemangi dicuci menggunakan aquades lalu
dikering anginkan.selanjutnya sampel ditimbang masing-masing sebanyak 500
gram, lalu sampel digunting kecil-kecil, digerus menggunakan lumpang dan alu.
Kemudian sampel dimasukkan ke dalam wadah maserasi, ditambahkan masing-
masing 1 liter ethanol 96% dan dibiarkan selama 24 jam. Filtrat dikumpulkan dan
diuapkan pada alat destilasi sehingga diperoleh ekstrak sampel yang kental.
2) Formulasi daun cengkeh dan kemangi sebagai lotion anti nyamuk
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Fase minyak dibuat dengan
melarutkan berturut-turut adeps lanae, paraffin cair, asam stearat, span 60.
Kemudian ditambahkan propil paraben, kemudian suhu dipertahankan pada 70 o C.
Fase air dibuat melarutkan metil paraben dalam air panas dengan suhu 90 o,lalu
suhu diturunkan pada suhu 700C ditambahkan gliserin, kemudian ditambahkan
tween 60, dipertahankan pada suhu 700 C dan ditambahkan masing-masing
ekstrak daun cengkeh, daun kemangi,dan ol rosae. Dicampurkan fase minyak ke
dalam fase air, lalu diaduk dengan kecepatan konstan.
3) Rancangan formula
Tabel 1. Formula lotion ekstrak daun cengkeh dan kemangi
Formula lotion (mL)
Nama bahan S1 (mL) S2 (mL) S3 (mL)
Ekstrak daun cengkeh 10 15 20
dan daun kemangi
Adeps lanae 3 3 3
Gliserin 15 15 15
Paraffin cair 5 5 5
Span 60 5 5 5
Tween 60 5 5 5
Probil paraben 0,1 0,1 0,1
Metil paraben 0,1 0,1 0,1
Asam stearat 2 2 2
17

Keterangan :
S1 = Volume sampel 10 ml
S2 = Volume sampel 15 ml
S3 = Volume sampel 20 ml

b. Tahap Pengujian
1) Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan score sheet yang telah
ditetapkan oleh SNI 2009 metode uji yang dipakai yaitu uji sensori dengan
menggunakan skala angka 1 sebagai nilai terendah dan angka 9 sebagai nilai
tertinggi. Pada pengujian organoleptik ada beberapa hal yang diuji diantaranya
yaitu aroma, warna, dan tekstur.
2) Uji pH
Pengukuran pH dari formula lotion yang telah dibuat menggunakan pH
meter, alat pH meter dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan aquades. Setelah itu
elektroda pH meter dimasukkan ke dalam sediaan lotion. Jarum pH meter
dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum
pH meter dicatat (Depkes RI, 1995).
3) Uji Viskositas
Uji viskositas dapat dilakukan dengan menggunakan alat viskometer. Cara
penggunaan alat viskometer ini yaitu masukkan sampel pada ruang antara dinding
luar bob/rotor dengan dinding di dalam mangkuk atau cup yang pas dengan rotor
tersebut. Kemudian rotor dipasang dan alat dihidupkan. Selanjuttnya akan muncul
skala pada alat yang menunjukkan viskositas dari sampel yang diuji.

4) Uji Efektivitas
Uji efektivitas bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari lotion yang
telah dibuat. Uji ini dilakukan dengan memasukkan tangan yang telah diolesi
lotion ke dalam kandang dan terisi oleh nyamuk selama 60 detik, kemudian
dilakukan pengamatan terhadap tangan tersebut yaitu menghitung jumlah nyamuk
yang hinggap pada tangan selama pengujian.
18

c. Diagram Alir Penelitian


1. Diagram umum penelitian

Daun cengkeh dan daun kemangi 500 gram

Dikering anginkan
Digerus
Dimaserasi menggunakan ethanol 96%
Disaring

Filtrat Residu
Di Destilasi

Ekstrak kental

Ditambahkan ke dalam
emulgator sesuai formula

Lotion anti nyamuk

Uji organoleptik
Uji pH
Uji viskositas
Uji efektivitas

Data

Analisis data

Formulasi lotion anti


nyamuk ekstrak daun
cengkeh dan daun kemangi

Gambar 5. Diagram umum penelitian


19

2. Pembuatan Emulgator

Adeps Lanae Metil paraben

Ditambahkan paraffin cair Ditambahkan air panas 90oC


Ditambahkan asam stearat Suhu diturunkan 70oC
Ditambahkan span 60 Ditambahkan gliserin
Dipanaskan pada suhu 70oC Ditambahkan tween 60
Ditambahkan propil paraben Ditambahkan masing-masing ekstrak
daun cengkeh dan daun kemangi
Fasa minyak Ditambahkan ol rosae

Fasa air

Dicampurkan fasa minyak


ke dalam fasa air
Diaduk dengan kecepatan
konstan hingga kental

Formula lotion anti nyamuk ekstrak


daun cengkeh dan daun kemangi

Gambar 6. Diagram pembuatan emulgator


20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
1. Preparasi Sampel
Sampel yang digunakan yaitu daun cengkeh ( syzigium aromaticum) dan
daun kemangi (ociumum basilicium) yang berwarna hijau maupun hijau
kekuningan masing-masing sebanyak 500 gram. Sampel yang diperleh kemudian
dicuci menggunakan aquades lalu, dikeringanginkan, dan digerus hingga halus.
Hasil preparasi sampel diperoleh 75 gram serbuk simplisia dari masing- masing
daun cengkeh (syzigium aromaticum) dan daun kemangi (ocimum basilicium).

2. Maserasi Sampel
Simplisia yang diperoleh kemudian dimaserasi menggunakan pelarut polar
yaitu ethanol 96% selama 24 jam, lalu larutan tersebut disaring menggunakan
kertas saring sehingga diperoleh ekstrak dari masing-masing larutan daun cengkeh
dan daun kemangi yaitu 200 mL. Filtrat dikumpulkan dan diuapkan pada alat
destilasi sehingga diperoleh ekstrak kental 50 mL dari masing- masing sampel.
Hasil ekstrak kental yang diperoleh kemudian diambil masing-masing 45 mL
untuk digunakan dalam pembuatan formula.

3. Formulasi Daun Cengkeh dan Daun Kemangi Sebagai Lotion Anti


Nyamuk
3.1. Formulasi Lotion
Formulasi lotion dibuat menggunakan fase minyak dan fase air. Masing-
masing bahan dimasukkan ke dalam wadah berdasarkan fasenya , kemudian
ditambahkan ekstrak daun cengkeh dan daun kemangi sesuai dengan konsentrasi
yang akan dibuat ( 10 ml, 15 ml, dan 20 ml). Formula daun cengkeh dan daun
kemangi dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Formula lotion ekstrak daun cengkeh dan kemangi


Formula lotion (mL)
Nama bahan S1 (mL) S2 (mL) S3 (mL)
Ekstrak daun cengkeh 10 15 20
dan daun kemangi
Adeps lanae 3 3 3
Gliserin 15 15 15
Paraffin cair 5 5 5
Span 60 5 5 5
Tween 60 5 5 5
Probil paraben 0,1 0,1 0,1
Metil paraben 0,1 0,1 0,1
Asam stearat 2 2 2
21

Ket.: S1 = Volume sampel 10 mL, S2 = Volume sampel 15 m L , S3 = Volume sampel 2 mL

3.2. Uji Organoleptik


Pengujian organoleptik diberikan kepada 15 orang responden dengan
menguji secara fisik lotion anti nyamuk dari ekstrak daun cengkeh dan daun
kemangi. Pengujian organoleptik dari masing- masing lotion ditunjukkan pada
tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengujian Organoleptik

Lotion 1 Lotion 2 Lotion 3


Tekstur Warna Aroma Tekstur Warna Aroma Tekstur Warna Aroma
32 37 39 40 45 46 37 40 47

3.3. Uji pH

Pengujian pH lotion dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.


Lotion dilarutkan ke dalam aquades dengan perbandingan 1 gram sampel banding
10 mili liter aquades .Hasil uji pH ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji pH

Lotion 1 Lotion 2 Lotion 3


5.0 5.0 5.1

3.4. Uji Viskositas

Pengujian viskositas dilakukan menggunakan alat viskometer. Lotion


dimasukkan ke dalam alat viskometer, kemudian aalat akan menunjukkan hasil
dari pengujian sampel Hasil pengujian viskositas lotion ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Viskositas


Lotion 1 Lotion 2 Lotion 3
7 17 10

3.5. Uji Efektivitas

Pengujian efektivitas dilakukan dengan uji fisik menggunakan nyamuk


yang dikembang biakkan selama 10 hari, kemudain responden akan memasukkan
tangan yang telah diolesi lotion ke dalam kandang nyamuk selama waktu yang
ditentukan. Hasil pengujian efektivitas dapat dilihat pada tabel 6.
22

Tabel 6. Hasil Uji Efektivitas

Waktu Kontrol Lotion 1 Lotion 2 Lotion 3

Tidak Tidak Tidak


Pagi hari Terdapat
terdapat terdapat terdapat
(pukul 08.00) nyamuk
nyamuk nyamuk nyamuk

Tidak Tidak
Sore hari Terdapat Terdapat
terdapat terdapat
(pukul 16.30) nyamuk nyamuk
nyamuk nyamuk

4.2 Pembahasan
Formulasi ekstrak daun cengkeh dan daun kemangi yang digunakan untuk
membuat lotion anti nyamuk dinyatakan efektif sebagai anti nyamuk karena
ekstrak daun cengkeh maupun daun kemangi mengandung senyawa yang tidak
disukai oleh nyamuk atau bahkan dapat mematikan nyamuk. Komponen senyawa
yang dimiliki oleh daun cengkeh yang dapat digunakan sebagai anti nyamuk
adalah eugenol, dikarenakan aroma dari senyawa tersebut tidak disukai oleh
nyamuk. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan eugenol pada
tanaman cengkeh dapat digunakan sebagai fungisida,bakterisida, nematisida, dan
insektisida ( Indriasih, 2015). Kadar eugenol dalam minyak atsiri daun cengkeh
umumnya antara 70-90%. Pada ekstrak daun kemangi memiliki kandungan
senyawa aktif diantaranya yaitu flavanoid, saponin, tanin, dan minyak atsiri (
Wijayanti, 2014).
Senyawa aktif seperti flavanoid yang merupakan racun pernapasan yang
masuk ke dalam tubuh nyamuk melalui sistem pernapasan, sehingga
mengakibatkan nyamuk tidak dapat bernapas dan akhirnya menyebabkan
kematian pada nyamuk ( Kurniawan, 2011). Selain itu senyawa aktif lain pada
daun kemangi yang berperan sebagai insektisida adalah tanin yang berfungsi
sebagai racun kontak yang mengakibatkan aktifnya sistem lisis sel karena enzim
proteolitik pad sel tubuh nyamuk. Hal ini berdasarkan pendapat Harborne (1987),
bahwa senyawa tanin yang terkandung dalam ekstrak daun kemangi dapat
menurunkan aktivitas enzim pencernaan seperti amylase dan protease, sehingga
penyerapan protein dapat terganggu dan mengakibatkan kematian pada nyamuk
23

karena adanya gangguan penyerapan nutrisi dan menurunnya laju pertumbuhan


pada nyamuk. Pada ekstrak daun kemangi juga terdapat senyawa minyak atsiri
yang memiliki bau yang kuat sehingga mempengaruhi indera penciuman nyamuk
yang menyebabkan efek psikologi. Di dalam senyawa minyak atsiri terdapat zat
eugenol yang berperan dalam denaturasi protein sitoplasmik, nekrosis jaringan
dan mempengaruhi sistem saraf pada nyamuk (Wijayanti, 2014).
Minyak atsiri memiliki kemampuan menyumbat lubang masuk udara
untuk pernafasan nyamuk. Nyamuk akan mati dengan gas-gas beracun hasil
metabolism dari dalam tubuhnya yang tidak dapat dikeluarkan ( Novizan, 2002).
Lotion yang dihasilkan dari formulasi ekstrak daun cengkeh dan daun kemangi
yang dibuat dengan 3 variasi konsenrasi ekstrak yang berbeda yaitu 10 ml, 15 ml,
dan 20 ml dilakukan 4 tahap pengujian yaitu uji organoleptik, uji pH, uji
viskositas, dan uji efektivitas.
4.2.1 Uji organoleptik
Pada uji organoleptik yang dilakukan pada 15 orang responden diperoleh
hasil bahwa lotion yang paling baik adalah lotion dengan konsentrasi 15 ml
karena memiliki tekstur, warna, serta aroma yang baik, sedangkan pada lotion
dengan konsentrasi 20 ml dan 10 ml tekstur dan warna yang dihasilkan masih
kurang baik hal ini dipengaruhi oleh ketidakstabilan emulgator dari lotion yang
tidak memberikan kerapatan maksimal kepada dua fase sehingga terjadi kriming
(tidak menatunya fase air dan minyak). Hal yang menyebabkan terjadinya kriming
yaitu jumlah fase terdispersi ( minyak/lemak) yang digunakan dalam lotion lebih
kecil dari fase pendispersi ( fase air), sehingga minyak tidak terdispersi merata ke
dalam fase air dan membentuk lebih banyak emulsi minyak dalam air (kriming).
Kriming bukanlah tanda pecahnya emulsi tetapi secara estetika tidak menarik (
Scovilles, 1995). Menurut persamaan stoke laju pemisahan dari fase terdispersi
dari suatu emulsi dapat dihubungkan dengan faktor- faktor seperti ukuran partikel
dari fase terdispersi, perbedaan dalam kerapatan antar fase dan viskositas fase
luar. Makin besar perbedaan kerapatan dari kedua fase, maka makin besar bola-
bola minyak dan makin menurun viskositas dari fase luar sehingga laju kriming
makin besar. Faktor- faktor dalam stoke dapat diubah untuk mengurangi laju
kriming dalam suatu emulsi ( Gennaro, 1990).
24

4.2.2 Uji pH
Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah uji pH untuk mengetahui
kadar pH dari formulasi yang dibuat. Hasil pengujian pH pada ketiga formulasi
lotion dengan konsentrasi yang berbeda menunjukkan bahwa pH yang diperoleh
sesuai dengan standar pH kulit yaitu 5,0 sampai 5,1 sehingga pH sediaan dari
ketiga formulasi lotion dengan konsentrasi yang berbeda dianggap stabil. Sediaan
harus sesuai dengan pH kulit supaya tidak mengiritasi kulit atau tidak merusak
mantel asam yang menjadi pelindung kulit paling luar. Oleh sebab itu pH sediaan
harus sedekat mungkin dengan ph fisiologis mantel asam kulit ( Wasiaatmadja,
1997). Menurut Patricia Wexler, dermatologist asal Amerika mengungkapkan
bahwa lapisan pelindung pada permukaan kulit atau (acid mantle) idealnya
memiliki kadar pH 5. Untuk wanita dewasa , kondisi terbaik pH berada dikadar
4,2 sampai 5,6. Setelah mengetahui kadar pH dari formulasi lotion yang dibaut,
selanjutnya dilakukan uji viskositas untuk mngetahui kekentalan dari lotion yang
dibuat.
4.2.3 Uji viskositas
pada ketiga formulasi lotion dari ekstrak daun cengkeh dan daun kemangi
diperoleh hasil yaitu viskositas atau kekentalan yang paling baik adalah pada
formulasi lotion yang kedua yaitu dengan konsentrasi 15 ml dengan nilai 17. Hal
ini sesuai dengan hukum stokes bahwa semakin besar viskositas maka akan
semakin kecil kecepatan kriming ( Aulton, 2002). Hasil viskositas yang paling
rendah yaitu pada formulasi lotion pertama yaitu dengan nilai 7, hal ini
disebabkan karena fase minyak tidak menyatu dengan fase air. Sedangkan pada
formula lotion ketiga menunjukkan nilai viskositas 10. Viskositas dapat
mempengaruhi stabilitas jika terjadi perubahan yang drastis. Pada pemaparan
diatas dapat dilihat bahwa formula yang dihasilkan dari ketiga konsentrasi
mengalami perubahan viskositas ( penurunan viskositas).
Adanya peningkatan ukuran fase terdispersi (minyak/lemak)
menimbulkan penurunan viskositas pada sediaan emulsi. Emulsi akan
menunjukkan stabilitas dan tingkat dispersitas yang optimal, jika lapisan tipis
menyaluti batas antar permukaan secara total, yang menyalut bola- bola kecil
menjadi semacam kultinya atau sebagai lapisan yang kaku. Jika secara kebetulan
25

dua bola kecil saling bersentuhan maka lapisan tipis semacam ini member
perlindungan yang cukup untuk menghindari penggabungannya ( Voight, 1995).
4.2.4 Uji efektivitas
Pada pengujian efektivitas dilakukan dengan menggunakan nyamuk yang
dipelihara selama 10 hari sebagai bahan untuk menguji ( subjek) dan
menggunakan tangan manusia sebagai bahan untuk diuji ( objek). Kemampuan
nyamuk menjadi vektor penyakit berkaitan dengan populasi dan aktivitas
menghisap darah. Penularan penyakit terjadi karena setiap kali nyamuk
menghisap darah, sebelumnya akan mengeluarkan air liur melalui saluran
probosisinya, agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah
virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain ( Merrit dan Cummins,
1978). Aktivitas menghisap darah diperlukan oleh nyamuk betina untuk proses
pematangan telur demi kelanjutan keturunannya ( Hadi dan Koesharto, 2006).
Proses pengujian efektivitas pada formulasi lotion ini dikerjakan pada dua waktu
yaitu pagi hari dan sore hari, hal ini sesuai dengan pernyataan Hadi dan Koesharto
( 2006) bahwa perilaku menghisap darah nyamuk terjadi setiap dua sampai tiga
hari sekali pada pagi hari sampai sore hari yakni pada pukul 08.00-12.00 dan
pukul 15.00-17.00. Waktu yang digunakan dalam pengujian yaitu selama 30
menit. Penentuan waktu uji diperoleh dari hinggapnya nyamuk pada tangan yang
tidak diolesi lotion ( kontrol) yaitu membutuhkan waktu selama 30 menit,
sehingga masing – masing formula lotion diuji pada nyamuk selama 30 menit.
Pengujian efektivitas pada ketiga formula lotion diperoleh hasil bahwa
lotion yang paling efektif digunakan sebagai anti nyamuk yaitu lotion dua dan
tiga dengan masing- masing 15 ml dan 20 ml ekstrak daun cengkeh dan daun
kemangi. Pada konsentrasi ini tidak terdapat nyamuk yang menempel pada tangan
responden, sedangkan pada formula lotion satu masih terdapat nyamuk yang
menempel pada tangan responden. Namun menurut Departemen kesehatan (
2002) bahwa aktivitas menghisap nyamuk darah nyamuk ini dapat berubah oleh
pengaruh angin, suhu dan kelembaban udara. Perubahan kondisi lingkungan dapat
menyebabkan aktivitas menghisap darah nyamuk aedes aeegypti dan aedes
albopictus berubah, oleh sebab itu dalam pengujian keefektifan dari lotion anti
nyamuk diperlukan ketelitian di dalamnya agar diperoleh hasil yang sesuai.
26

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi yang efektif digunakan sebagai lotion anti nyamuk dari ekstrak
daun cengkeh (syzigium aromaticum) dan daun kemangi (ocimum basilicium)
adalah konsentrasi 15 ml yaitu dengan perbandingan 1 : 1 dari masing- masing
ekstrak.
5.2 Saran
Adapun saran yang dari peneltian ini yaitu perlu dilakukan penambahan
zat warna agar lotion yang dihasilkan lebih menarik dan juga perlu memilih
emulgator yang sesuai dengan sifat dari bahan utama yang digunakan agar
diperoleh hasil yang maksimal
27

DAFTAR PUSTAKA

Agnes. AP. 2008. Uji Aktivitas Repelan Cair Elektrik Minyak Atsiri Daun
Cengkeh (Syizigium aromaticum L) dengan Basis Minyak Wijen dan
Minyak Kedelai Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti. Yogyakarta. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Agusta. A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung. Penerbit


ITB.

Ansel, C. Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi ke-IV.


Jakarta. UI-Press.

Aulton, M. E. 2002. Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design Second


Edition 530. ELBS Fonded by British Government. 499-530.

A’yun Ainun. 2015. Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica Papaya L). Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Kendalpayak. Malang.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Brown HW. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Edisi 3. Jakarta. PT Gramedia.

Buck. 2002. Cinical Aromatherapy Essential Oil in Practice. 2 nd ed. New York.
Churchill Livingstone.

Cahyana BT dan Andri TR. 2011. Pemanfatan Kulit Kayu Gemor(Alseodaphne


Sp) dan Cangkang Kemiri (Aleurites Molucca) untuk Obat Nyamuk Alami.
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan.

Cahyati, W.H dan Sulastri (2016). Dosisi Konsentrasi Tawas (Al2(SO4)3)


Terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti. Jurnal Care. Vol 4, No.2.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta.


Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal. 1221-1223.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor.
Jakarta. Dirjen PPM dan PLP.

Gandahusada, Srisasi. 2000. Parasitologi Kedokteran. Jakarta. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Gennaro A. R. Lund, Walter.1990.Remington Pharmaceutical Sciences,


eighteenth editon, Easton Pennsylvania. Mack Publishing Compon.

Guenther, E. 1990. The Essential Oils. Jakarta. Diterjemahkan Ketaren.R.S.


Minyak Atsiri. Jilid IV A. UI. Press.
28

Gunawan, D. dan Mulyani, S. 2010. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.


Jakarta. Penebar Swadya.

Hadi UK, Agustina E, Sigit SH. 2006. Sebaran Jentik Aedes Aegypti (Diptera:
Culicidae) di desa Cikarawang Bogo. Di dalam : Prosiding Seminar
Nasional Hari Nyamuk 2009 (Bogor, 10 Agustus 2009). Pp. 154-159.
Bogor. APNI.

Hapsoh, Hasanah. 2001. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan.USU


Press.

Harborne,J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Bandung. Institut Teknologi Bandung.

Indriasih M., Indra C., Taufik A. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Daun Cengkeh
(syzigium aromaticum) Jumlah Lalat yang Hinggap Selama Proses
Penjemuran Ikan Asin. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.

Jaelani. 2009. Aromaterapi. Jakarta. Pustaka Populer Obor.

Judarwanto. W. Perilaku Makan Anak Sekolah. Direktorat Bina Gizi. 2007.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil kesehatan Indonesia.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/bulletin/bulletind.
Di akses pada tanggal 10 Desember 2019.

Kurniawan, B. R. Rapina, A. Sukohar dan S. Nareswari. 2015. Efektivitas Ekstrak


Ethanol Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Lavarsida Aedes Aegypti.
Instar III. Journal Majority. 4 (5): 76-84.

Kusuma, W. 2010. Efek Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L) Terhadap


Kerusakan Hepatosit Mencit Akibat Minyak Sawit dengan Pemanasan
Berulang. Surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.

Lachman L.A. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri III. Yogyakarta.
Suyatmi, ed. Universitas Indonesia Press.

Lubis.IZ. 1998. Pencegahan Demam Berdarah Dengue . Majalah Kedokteran


Nusantara XXVII, 4. 222-225.

Lutony, T.L. dan Rahmayati,Y. 2000. Jakarta. Produksi dan Perdagangan Minyak
Atsri. Penebar Swadaya.

Martin, Eric.L. 1971. Dispensing of Madication. 7th Edition. Mack Publishing


Company. Easton. Pennsylvania.
29

Martin, Eric., and Cook, E.F. 1961. Remington’s Practice of Pharmacy.12thEd.


Mack Publishing Comp. Pennsylvania. 1228-1252.

Merrit, R.W. and Cummins, K.W. 1978. An Intiduction to the Aquatic Insects of
North America. Kendall/Hut Publishing Company. Dubuque. Lowa. USA.

Minarwaty, Supriadi.B, Jaya. 2012. Uji Efektifitas Ekstrak Kulit Langsat


(Lansium domesticum) Sebagai Anti Nyamuk Elektrik Terhadap Nyamuk
Aedes Aegypti. Palu. Universitas Tadulako.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta. Agromedia Pustaka.

Octavia,B. 2010. Kajian Kekayaan Bakteri Indegeneous Indonesia untuk


Bioremidasi Limbah. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta.

Price, A. 1997. Aromaterapi Bagi Profesi Kesehatan . Diterjemahkan Oleh Andry


Hartono dan Ni Luh Gede Yasmin Asih, 23. 307-332.

Rahmaniyati.AW. 2001. Aktivitas Repelan Minyak Atsiri Kuncup Bunga Cengkeh


Terhadap Nyamuk Aedes Aeypti Secara Topikal. Yogyakarta. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Remington J.P. 1995. The Sciences and Practice of Pharmacy. 19 edition, Vol. 1.
Marck Publishing Company. Easton Pensylvania.

Ruhnayat. 2004. Memproduktifkan Cengkeh Edisi 3. Cetakan 3 Jakarta. Penebar


Swadaya.

Sarker, SD, Latif Z, and Gray Al, editors. Natural Products Isolation . In: Sarker
SD, Latif Z, and Gray Al, editors . Natural Products Isolation. 2nd ed.
Totowa (New Jersey). Humana Press Inc. hal 6-10, 18.
Sastrohamidjojo,H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.

Singh RK, Balendra T. 2011. Composition of Lantana Camara Leaf Essential Oil.
International journal of Pharmaceutical Research and Development (ijprid)
3 (7). 52.

Soemarno. 1998. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Jakarta. Penerbit UI.

Soegjianto. 2006. Demam Berdarah Dengue edisi Kedu. Surabaya. Airlangga


University Pres.

Sukarti, Datulinggi T.,, Lomo, M.,p ., Pirda. 2016 Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder Ekstrak Polar Batang Nangka( Artocarpus heterophyla Lamk)
Sebagai Pengawet Alami Sari Aren (Arenga pinnata),Prosidding Seminar
Nasional Vol.03,No. 1
30

Suwetja. I. K. 2007. Biokimia Hasil Perikanan. Jilid III. Rigormortis, TMAO, dan
ATP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi
Manado.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh


Soendari Noerono. Gajah Mada. University Press.

Wasitaatmadja, SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas


Indonesia. Hal. 111-116.

Widyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemologi, Pemberantasan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Jakarta. Erlangga.

Wijayanti LA. 2014. Efek Larvasidal Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum Sp.
Linn) Terhadap Larva Instar III Culex Quinquefasciatus. Jakarta.
Universitas Islam Indonesia.

Yuliani, Sri Hartati. 2005. Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Tanaman Akar
Wangi (Vitvera Zizanioidesi L. Nogh):Optimasi Komposisi Carbopol 3%
b/v- Propilenglikol. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
31

LAMPIRAN

1. Lotion Anti Nyamuk dengan Konsentrasi yang Berbeda

Lotion Anti Nyamuk dengan Lotion Anti Nyamuk dengan


Konsentrasi 10 mL Konsentasi 15 mL

Lotion Anti Nyamuk dengan Konsentrasi 20 ml

2. Uji Viskositas Sampel Lotion


32

3. Uji Organoleptik

Uji Organoleptik Oleh Responden

4. Uji Efektivitas

Uji Efektivitas Lotion Anti Nyamuk


33

Anda mungkin juga menyukai