Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI SEDIAAN LILIN AROMATERAPI KOMBINASI

EKSTRAK BUNGA CENGKEH (Syzygium aromaticum L.)

DAN HERBA KEMANGI (Ocimun basilicum L.)

SEBAGAI ANTI NYAMUK

ANDI FITRIANI

B1A119193

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan proposal peneltian dengan judul “Formulasi Sediaan Lilin

Aromaterapi Kombinasi Ekstrak Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan

Herba Kemangi (Ocimun basilicum L.) Sebagai Anti Nyamuk”.

Penyusun proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi mahasiswa tingkat akhir Program Studi S1 Farmasi.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam pihak yang turut

membantu baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada kesempatan

ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang telah

membantu.

Makassar, Februari, 2023

Penyusun

Andi Fitriani

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5

BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman Cengkeh ............................................................. 6

B. Uraian Tanaman Herba Kemangi .................................................. 9

C. Minyak Atsiri ................................................................................ 10

D. Lilin Aromaterapi .......................................................................... 13

E. Aedes Aegypti ............................................................................... 16

F. Anti Nyamuk/Repelan ................................................................... 20

G. Ekstraksi ........................................................................................ 20

H. Kerangka Konsep .......................................................................... 26

I. Hipotesis ........................................................................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 29

ii
C. Alat dan Bahan .............................................................................. 29

D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 30

E. Cara Kerja ..................................................................................... 32

F. Evaluasi Sediaan ........................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34

LAMPIRAN .................................................................................................... 37

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)................................. 5

Gambar 1.2 Herba Kemangi (Ocimun basilicum L.) ....................................... 14

Gambar 1.3 Nyamuk Aedes Aegypti ............................................................... 25

Gambar 1.4 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 28

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyamuk merupakan salah satu serangga yang menimbulkan berbagai

masalah di kalangan masyarakat. Nyamuk merupakan vector atau penular utama

berbagai penyakit endemik di negara-negara tropis dan subtropis, salah satunya

adalah negara Indonesia. Dimusim penghujan seperti sekarang ini, nyamuk akan

lebih cepat berkembang biak, hal ini dikarenakan tempat berkembang biak dan

pertumbuhan larva nyamuk yaitu genangan air lebih banyak tersedia saat musim

hujan dan penyakit yang ditularkan nyamuk antara lain yaitu demam berdarah

dengue (DBD) (Kristianingsih & Febriana, 2022).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk penular (vector) yaitu

nyamuk Aedes aegypti. Sampai saat ini DBD masih menjadi suatu masalah

kesehatan yang belum dapat diberantas khususnya di Indonesia. Pencegahan

penyebaran penyakit DBD, dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya

yaitu dengan pengendalian terhadap vector (Anggriany, 2019). Demam berdarah

dengue merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti

(Kasenda et al., 2020).

Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vector utama yang dapat

menularkan virus dengue penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) yang hingga

saat ini masih mejadi masalah besar pada kesehatan yang ada di Indonesia dapat

menyerang semua orang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa serta bisa
1
2

mengakibatkan kematian. Penularan dari nyamuk ke manusia bisa terjadi apabila

nyamuk menggigit manusia sehingga terjadi viremia (masa dimana virus masuk

ke dalam peredaran darah), yaitu 2 hari sebelum panas hingga 5 hari setelah

demam timbul (Rahamawati, 2022).

Salah satu upaya penanggulangan penyebaran DBD adalah menggunakan

insektisida. Repellent merupakan salah satu jenis insektisida yang dapat

melindungi tubuh dari gigitan nyamuk. Repellent berbahan kimiawi yang

mengandung zat aktif DEET (Diethyltoluamiade) dapat memberikan perlindungan

terhadap nyamuk Aedes aegypti (Wardani et al., 2022).

Beberapa bahan alam yang diketahui memiliki kemampuan dalam mengusir

dan melindungi dari gigitan nyamuk yaitu tanaman cengkeh mengandung

senyawa eugenol, saponin, flavonoid serta tanin. Eugenol adalah senyawa yang

banyak ditemukan pada tanaman cengkeh. Eugenol memberikan bau dan aroma

yang khas, mempunyai rasa pedas serta mudah menguap jika dibiarkan di udara

terbuka sehingga senyawa tersebut dapat dijadikan zat penolak terhadap nyamuk

Aedes aegypti (Sultanul Aulya et al., 2022).

Tanaman kemangi pada penelitian yang dilakukan oleh (Kristianingsih &

Febriana, 2022) yang berjudul “Formulasi Sediaan Repellent Sediaan Lotion

Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimun Sanctum L.) Dan Ekstrak Sereh

(Cymbopogon Nardus L Rendle.)” Menjelaskan bahwa tanaman kemangi

memiliki aktivitas repellent yang tinggi dan mengandung minyak atsiri (linalool,

estragol, geraniol, eugenol dan sineol), protein, kalsium, vitamin A dan B. Dari
3

senyawa aktif tersebut, yang memiliki efek repellent yaitu linalool, estragol,

geraniol, eugenol dan sineol (Kristianingsih & Febriana, 2022).

Beberapa penelitian menjelaskan tentang efektifitas minyak atsiri daun

kemangi sebagai anti nyamuk. Salah satunya penelitian mengenai “Efektivitas

Ekstrak Ethanol Daun Kemangi (Ocimum Bacilium L.) Sebagai Insektisida

Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti” daun kemangi memiliki golongan senyawa

flavonoid, saponin, tanin, dan triterpenoid/steroid. Senyawa flavonoid bersifat

racun melalui aromanya yang sangat tajam. Menurut penelitian Hilmarni, 2021

yaitu cengkeh (Syzygium aromaticum L.) mengandung senyawa dengan aroma

yang paling penting yaitu senyawa eugenol. Senyawa eugenol merupakan dengan

aroma menyegarkan dan pedas. Seperti bunga cengkeh kering memberikan aroma

khas pada minyak cengkeh. Sehingga banyak digunakan sebagai bahan baku

produk seperti obat sakit gigi, parfum, dan produk aromaterapi (Fauzana &

Ranova, 2021).

Lilin aromaterapi adalah alternatif aplikasi aromaterapi yang digunakan

dengan metode inhalasi (penghirupan), yaitu penghirupan uap aromanya

dihasilkan dari beberapa tetes minyak atsiri di dalam wadah tertentu. Lilin

aromaterapi akan menghasilkan aroma yang akan memberikan efek terapi bila

dibakar. Pada saat ini lilin aromaterapi sudah diformulasikan agar mempunyai

fungsi ganda, yaitu selain untuk aromaterapi juga berfungsi sebagai anti nyamuk.

Lilin aromaterapi merupakan terapi yang dihasilkan oleh uap minyak atsiri yang

di buat atau diformulasikan sebagai sediaan menjadi lilin aromaterapi (Rislianti et

al., 2021).
4

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya sediaan lilin aromaterapi

anti nyamuk dari kombinasi ekstrak bunga cengkeh dan herba kemangi belum

pernah dibuat, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

memanfaatkan bahan alam dari bunga cengkeh dan herba kemangi sebagai bahan

aktif dari kombinasi lilin aromaterapi anti nyamuk alami yang dapat digunakan

sebagai alternatif lain pengganti anti nyamuk sintesis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat ditetapkan rumusan masalah

adalah sebagai berikut:

1. Apakah kombinasi ekstrak bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan

herba kemangi (Ocimum basilicum L.) dapat diformulasikan menjadi lilin

aromaterapi?

2. Berapakah konsentrasi optimal dari kombinasi ekstrak cengkeh (Syzygium

aromaticum L.) dan ekstrak herba kemangi (Ocimum basilicum L.) yang

memiliki efektivitas sebagai anti nyamuk?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk memformulasikan lilin aromaterapi dari kombinasi ekstrak cengkeh

(Syzygium aromaticum L.) dan herba kemang (Ocimun basilicum L.) sebagai

anti nyamuk.

2. Untuk mengetahui konsetrasi berapa dari ekstrak cengkeh (Syzygium

aromaticum L.) dan herba kemangi (Ocimum basilicum L.) yang memiiki

efektivitas sebagai anti nyamuk.


5

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Institusi

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang kombinasi

ekstrak bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan herba kemangi

(Ocimun basilicum L.) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif

antinyamuk dalam bentuk sediaan lilin aromaterapi

2. Penulis

Diharapkan dari penelitian ini, peneliti mampu memperoleh pengetahuan,

wawasan, pengalaman serta keterampilan terkait dengan tanaman cengkeh

(Syzygium aromaticum L.) dan herba kemangi (Ocimun basilicum L.) sebagai

anti nyamuk

3. Masyarakat

Penelitiaan ini diharapkan bisa memberikan informasi dan menambah

wawasan baru terkait tentang kombinasi tanaman yang tidak hanya dijadikan

sebagai bahan masakan namun juga bisa divariasikan dalam bentuk sediaan

baru.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman Cengkeh

1. Definisi Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

Tanaman obat saat ini telah menjadi anjuran untuk ditanam di pekarangan

rumah karena selain bernilai estetika, bermanfaat pula sebagai obat-obatan

untuk upaya preventive dan kuratif dalam menunjang kesehatan keluarga.

Salah satu tanaman obat yang dapat dimanfaatkan kandungannya adalah

tanaman cengkeh (Sysygium aromaticum L.) (Dina Dewi Anggraini, 2022).

Tanaman cengkeh memiliki nama latin Syzygium aromaticum L Merr. &

L.M Perry dalam Bahasa inggris disebut clove. Cengkeh adalah tanaman asli

berasal dari Maluku. Daerah penghasil cengkeh terbesar di Indonesia adalah

Maluku, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Nusa

tenggara Timur dan Maluku Utara (Dina Dewi Anggraini, 2022).

2. Klasifikasi Cengkeh (Sysygium aromaticum L.) (Dina Dewi, 2022).

Gambar 1. Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

Sumber: Kesehatan et al., 2019

Kingdom : Plantae

6
7

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry

3. Morfologi Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) merupakan suatu tanaman dengan

batang besar berkayu keras tingginya mencapai 20-30 meter. Tanaman ini

mampu bertahan hidup hingga 100 tahun lamanya dan tumbuhan ini bisa

bertahan hidup di daerah tropis dengan ketinggian 600-1000 diatas permukaan

laut (dpl) (Tjoa, et al. 2000).

Tanaman cengkeh memiliki 4 jenis akar tunggang, yaitu akar lateral, akar

serabut, dan akar rambut. Daun dari tanaman cengkeh daun tunggal yang kaku

dan bertangkai tebal dengan Panjang tangkai 2-3 meter (Tjoa, et al.2000).

Daun berbentuk bukat telur memanjang, pangkal dan ujungnya menyudut,

Panjang daun tanpa tangkai sekitar 6-13,5 cm, lebar 2,5-5 cm, warna daun

merah saat muda, saat tua berwarna hijau, dan tulang daun menyirip (Dina,

2022). Tanaman cengkeh berbunga 4,5-8,5 tahun. Bunga cengkeh merupakan

bunga tunggal berukuran kecil dengan Panjang 12 cm tersusun dalam suatu

tandan yang keluar pada ujung-ujung ranting. Setiap tandan terdiri dari 2-3

cabang mulai yang bisa bercabang lagi. Jumlah bunga per malai bisa mencapai
8

15 kuntum. Bunga cengkeh muda berwarna hijau muda, kemudian berubah

menjadi kuning pucat kehijauan dan berubah menjadi kemerahan apabila sudah

tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas

karena mengandung minyak atsiri.

4. Kandungan Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

Cengkeh memiliki kandungan senyawa seperti eugenol, quercetin, asam

galat, kaempferol, asam crategolic, stigmasterol, eugenitin, bicornin,

Bcaryophyllen, dan asam oleanolic. Cengkeh menghasilkan minyak atsiri.

Minyak atsiri didapatkan dari minyak daun cengkeh, minyak bunga cengkeh,

dan minyak tangkai cengkeh (Dewi simangunsong, 2022).

B. Tumbuhan Kemangi

1. Definisi Tumbuhan Kemangi (Ocimum basilicum L.)

Tanaman kemangi (Ocimum basilicum L.) merupakan suatu tanaman atau

spesies dari genus Ocimun yang memiliki aroma dan rasa yang khas. Oleh

karena itu, sejak dulu sampai sekarang. Tanaman ini biasa digunakan sebagai

suatu obat, sayur lalapan ataupun bisa sebagai penghias makanan. Selain itu,

kemangi juga mengandung minyak atsiri yang digunakan secara luas di bidang

industry farmasi (sebagai obat) dan industry parfum (wewangian) (Surahmaid,

2019). Daun kemangi (Ocimun basilicum L.) memiliki kandungan kimia aktif

di dalamnya antara lain minyak atsiri, karbohidrat, fitosterol, alkaloid, senyawa

fenolik, tannin, lignin, pati, saponin, flavonoid, terpenoid, dan antarkuinon

sedangkan untama minyak atsiri adalah Champor, limonene, methyl cinnamate

dan linalool (Diah, 2016).


9

2. Klasifikasi Tumbuhan Kemangi (Ocimun basilicum L.)

Gambar 2. Tanaman Kemangi (Ocimun basilicum L.)

Sumber: Yasin Wahyurianto, 2022

1. Morfologi Kemangi

Bentuk daun kemangi sederhana dan saling berhadapan silang dengan

ujung daun berbentuk runcing serta Panjang tangkai daun mencapai 2 cm.

Helai daun berbentuk bulat Panjang dengan ukuran Panjang daun mencapai 5

cm dan lebar daun mencapai 2,5 cm.

Akar kemangi termasuk akar tunggang, berbentuk bulat, berserabut banyak

dan berwarna putih kekuningan, diameter akar 1-2 mm dan Panjang akar

mampu mencapai 25-30 cm yang menembus tanah.

Bunga kemangi tersusun bergerombol pada tangkai bunga berupa tandan

yang menegak. Bunga kemangi terdiri dari bagian yaitu bunga tunggal yang

berbentuk bibir (bulat telur), mahkota berwarna putih hingga keunguan,

bagian atasnya tertutup rambut halus dan pendek dan berwarna ungu.

Sedangkan bunga menjemuk berwarna putih keunguan, memiliki kelopak

bunga yang berurat dan ditutupi rambut halus.


10

2. Kandungan Tumbuhan Kemangi

Tanaman kemangi mengandung minyak atsiri (linalool, estragol, geraniol,

eugenol dan sineol), protein, kalsium, vitamin A dan B. Dari senyawa aktif

yang diketahui tersebut, yang memiliki efek repellent yaitu linalool, estragol,

geraniol, eugenol dan sineol (Kristianingsih & Febriana, 2022).

Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada daun kemangi yaitu minyak

atsiri adalah minyak yang sering disebut biasa minyak eteris, minyak aromatik

serta minyak essensial yang memberikan aroma khas, terasa getir, dan

umumnya larut dalam pelarut organik serta tidak larut dalam air. Pada daun

kemangi terdapat minyak atsiri yang mengandung senyawa eugenol yang

disebut turunan fenol yang memiliki efek antiseptik.

C. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan suatu metode yang dilakukan untuk

mengetahui suatu kandungan senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak

tanaman. Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan reagen

pendeteksi golongan senyawa seperti flavonoid, alkaloid, tannin, saponin,

terpenoid. Ekstrak tanaman yang ingin diuji terlebih dahulu dimasukkan

dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan reagen pendeteksi.

Perubahan yang terjadi pada ekstrak akan menentukan kandungan senyawa

yang terkandung ekstrak tanaman (Putri & Lubis, 2020).


11

D. Minyak Atsiri

1. Definisi Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau biasa disebut dengan minyak essensial adalah minyak

yang bersifat mudah menguap terdiri dari campuran zat mudah menguap

dengan komposisi dan titik didih berbeda, yang terdapat dikelenjar minyak

yang harus dibebaskan sebelum disuling yaitu dengan merajang/memotong

jaringan tanaman dan membuka kelenjar minyak (Kristianingsih & Febriana,

2022).

Kebutuhan minyak atsiri di dunia semakin meningkat sering dengan

meningkatnya perkembangan industri modern ini. Minyak atsiri saat ini sudah

dikembangkan dan menjadi komoditas ekspor di Indonesia. Minyak atsiri bisa

didapatkan dari daun, batang dan akar (Yuliana et al., 2023).

Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat di hirup,

senyawa tersebut berinteraksi dengan system syaraf pusat dan lamgsung

merangsang pada system olfactory (system pembau), kemudian system ini

akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak dibawah kesetimbangan korteks

serebral. Senyawa-senyawa berbau harum dari minyak atsiri merupakan suatu

bahan tumbuhan telah terbukti pula dapat mempengaruhi aktivitas lokomotor.

Minyak atsiri digunakan digunakan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, sering digabungkan sebagai efek

menenangkan sentuhan penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak

atsiri (Yuliatantri Paramawidhita et al., 2023).


12

Pemanfaatan minyak atsiri dapat diuapkan melalui pemanasan seperti

dibuat dalam bentuk lilin aromaterapi. Bukti awal menunjukkan bahwa uap

minyak esensial juga dapat bermanfaat untuk meredakan stres. Komponen

5hydroxytryptamine dapat menurunkan kadar kartisol, kartisol merupakan

hormone yang berperan dalam kondisi stres. Uap minyak atsiri mampu

mengurangi emosi negatif, kelelahan, dan kadar kotisol saliva.

2. Sifat-Sifat Minyak Atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri lain yaitu Mudah menguap, rasa yang

tajam, wangi yang khas, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organic,

minyak atsiri yang segar tidak berwarna, dan sedikit kuning muda (Tim

MGMP Pati, 2019).

Sifat khas yang dimiliki minyak atsiri yaitu susunan berbagai macam

komponen senyawa yang berbentuk unsur karbon (C), hydrogen (H), dan

oksigen (O) serta beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam unsur

nitrogen (N) dan belerang (S), secara umum terdiri dari senyawa golongan

terpenoid dan fenil propan. Minyak atsiri memiliki bau dari tanaman asalnya

yang umumnya tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan baik udara, sinar

matahari dan panas (Haifa, 2013).

3. Cara Penyulingan Minyak Atsiri

Minyak atsiri dapat diperoleh melalui teknologi penyulingan dengan

melalui proses destilasi karena selain pengoprasiannya yang mudah karena

juga peralatan yangdigunakan yang tidak sulit dan pembuatannya yang mudah

(Sasromidjojo, 2021).
13

Adapun beberapa metode destilasi yaitu (Anto, s.TP., 2020):

a. Destilasi konvensional (sederhana)

Yaitu proses destilasi yang berlangsung jika campuran dipanaskan dan

Sebagian komponen volatile menguap naik dan didinginkan sampai

mengembun di dinding kondensor. Pada destilasi sederhana tidak terjadi

fraksionasi pada saat kondensasi karena komponen campuran tidak banyak.

Destilasi sederhana sering digunakan untuk tujuan pemurnian sampel dan

bukan pemisahan kimia.

b. Destilasi vakum

Yaitu destilasi yang dilakukan dengan cara cairan yang diuapkan pada

tekanan rendah. Tujuan utamanya adalah menurunkan titik didih cairan yang

bersangkutan, dan volatilitas relative meningkat jika tekanan diturunkan.

Alat destilasi ini merupakan alat yang tidak sederhana karna memerlukan

system tertutup.

c. Destilasi uap

Yaitu destilasi yang dilakukan untuk memisahkan komponen campuran

pada temperature lebih rendah dari titik didih normalnya. Dengan car aini

pemisahan dapat berlangsung tanpa merusak komponen-komponen yang

akan dipisahkan. Ada du acara melakukan destilasi uap. Yang pertama

dengan menghembuskan uap secara kontinu diatas campuran yang sedang

diuapkan. Cara kedua dengan cara mendidihkan senyawa yang dipanaskan

bersamaan dengan pelarutnya. Dalam model ini destilasi uap temperature


14

dari komponen yang dipisahkan dapat diturunkan dengan cara

menguapkannya.

E. Lilin Aromaterapi

1. Definisi lilin aromaterapi

Lilin pada umumnya digunakan sebagai pengganti lampu, namun lilin

bisa juga dengan tujuan tertentu yaitu sebagai lilin aromaterapi. Yang pada

pembuatannya ditambahkan minyak atsiri yang berkhasiat untuk pengobatan,

penyegar ruangan (Fauzana & Ranova, 2021).

Penggunaan repelan nyamuk merupakan tindakan yang praktis untuk

mencegah penyakit yang dibawa oleh nyamuk ke manusia, salah satu

contohnya adalah lilin aromaerapi (Buang et al., 2022).

Lilin aromaterapi adalah suatu alternatif aplikasi aromaterapi yang

penggunaannya secara inhalasi (penghirupan), yaitu penghirupan uap aroma

yang dihasilkan dari beberapa tetes minyak atsiri dalam suatu wadah yang

berisi air panas. Lilin aromaterapi akan menghasilkan aroma yang

memberikan suatu efek terapi jika dibakar. Saat ini lilin aromaterapi banyak

diformulasikan dengan dengan memiliki fungsi ganda, yaitu selain sebagai

aromaterapi juga berfungsi sebagai anti nyamuk. Lilin aromaterapi merupakan

terapi yang dihasilkan oleh uap dari minyak atsiri yang dikemas menjadi

produk lilin (Rislianti et al., 2021).

Mekanisme pengusir serangga dengan menggunakan lilin aromatik

minyak atsiri adalah melalui saluran pernafasan. Asap yang ditimbulkan dari

lilin aromaterapi masuk kedalam saluran pernafasan serangga melalui trakea


15

dalam bentuk partikel mikro yang melayang diudara. Serangga akan

menghindar bahkan mati bila menghirup partikel mikro tersebut dalam jumlah

yang cukup (Djarot & Ambarwati, 2019).

2. Evaluasi sediaan (Lintang et al., 2020):

a. Uji organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, bau, warna, dan

rasa.

b. Uji titik leleh

Uji titik leleh bertujuan untuk mengetahui pada suhu berapa lilin

meleleh/mencair. Uji tiik leleh dilakukan dengan menggunakan pipa

kapiler.

c. Uji waktu bakar

Uji waktu bakar diperoleh dari selisih antara waktu awal pembakaran dan

waktu saat sumbu lilin habis terbakar atau api padam.

3. Syarat-syarat pembuatan sediaan lilin (Ansel, 2010):

a. Titik leleh yang sesuai

Titik leleh sediaan lilin harus sesuai dengan aplikasi yang diinginkan, yaitu

harus cukup lunak untuk memudahkan penggunaan, namun cukup keras

untuk menjaga bentuknya. Titik leleh dapat disesuaikan dengan

menambahkan atau mengurangi jumlah bahan dasar yang digunakan.

b. Kestabilan fisik

Sediaan lilin harus stabil secara fisik, yaitu tidak boleh terjadi pemisahan

fase atau kristalisasi berlebihan selama masa simpan.


16

c. Kestabilan kimia

Sediaan lilin harus stabil secara kimia yaitu tidak boleh terjadi reaksi kimia

yang merugikan kesehatan manusia selama masa simpan.

d. Keamanan

Sediaan lilin harus aman untuk digunakan dan tidak boleh menimbulkan

efek samping yang merugikan.

e. Mudah diaplikasikan

Sediaan lilin harus mudah diaplikasikan dan tidak boleh menimbulkan rasa

tidak nyaman pada pengguna.

f. Biodegradabilitas

Sediaan lilin harus mudah terdegradasi dan tidak merusak lingkungan.

g. Pemilihan basis yang tepat

Pemilihan basis yang tepat sangat penting dalam pembuatan sediaan lilin.

Basis yang digunakan harus cocok dengan sifat bahan aktif yang digunakan

dan harus memberikan tekstur yang tepat.

4. Lilin

Lilin aromaterapi adalah salah satu produk alternative yang dapat dirasakan

khasiatnya dengan menggunakan indra penciuman (secara inhalasi). Produk

lilin aromaterapi ini dapat dirasakan dengan cara penghirupan aroma dari

tetesan minyak atsiri dalam wadah berisi air panas. Keuntungan dari lilin

aromaterapi ini dalah dari sisi penggunaannya yang mudah dilakukan.

Sedangkan kerugiaannya yaitu wangi minyak atsiri dari produk aromaterapi

tersebut baru dapat dirasakan ketika dibakar (Sofiani dan Pratiwi, 2017).
17

F. Jenis-Jenis Nyamuk

Di seluruh dunia terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk meskipun

sebagaian besar dari spesies-spesies nyamuk ini tidak berasosiasi dengan

penyakit virus (arbovirus) dan penyakit-penyakit lainnya. Jumlah jenis

nyamuk yang pernah dilaporkan ada di Indonesia diperkirakan lebih dari 457

jenis nyamuk dan 18 marga. Aedes Aegypti, Anopheles, dan Culex yang

mencapai 287 jenis. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, biasanya

adalah Aedes aegypti sp, Anopheles sp, Culex sp (Ustiawaty et al., 2022).

1. Anopheles sp

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus

Plasmodium yang ditandai dengan panas dingin (demam kura-kura),

demam, berkeringat, anemia hemilitik dan splenomegaly. Nyamuk

Anopheles betina merupakan vector penyebab penyakit malaria yang telah

terbukti mengandung sporozoid di dalam didalam kelenjar ludahnya.

Penularan malaria di pengaruhi oleh factor Parasit (plasmodium), faktor

manusia (host), faktor nyamuk Anopheles sp (vector) dan faktor

lingkungan. Anopheles sp mengalami metamorphosis sempurna dalam

siklus hidupnya yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempat yang

disenangi untuk meletakkan telur-telur Anopheles aconitus adalah

genangan air dengan dasar tanah seperti dipinggiran sawah dan parit.

Nyamuk betina mampu hidup sampai satu bulan atau bahkan lebih di

laboratorium tetapi umurnya 1-2 minggu apabila di alam (Kartini et al.,

2020)
18

Klasifikasi nyamuk Anopheles sp adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Nyamuk Anopheles sp.

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Sub famili : Anoephelini

Genus : Anopheneles

Spesies : Anopheles sp

Anopheles mengalami empat tahap perkembangan dalam siklus

hidupnya yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Tahap telur sampai pupa

hidup di perairan selama 5-14 hari, 5-14 hari, tergantung dari tiap spesies

dan suhu lingkungan. Peletakan telur dipengaruhi oleh kualitas perairan,

bahan organic dan kandungan mineral sesuai tempat yang dipilih oleh

nyamuk dewasa. Daerah yang disenangi untuk meletakkan telur-telur

Anopheles aconitus adalah genangan air dengan dasar tanah seperti


19

pinggiran sawah dan parit. Nyamuk betina dewasa mampu hidup sampai

satu bulan atau bahkan lebih di Laboratorium tetapi di alam umumnya 1-2

minggu.

Anopheles aconitus dewasa mempunyai bentuk tubuh yang ramping

terdiri dari tiga bagian tubuh yaitu kepala, thorax dan abdomen. Kepala

mempunyai kemampuan khusus untuk menangkap informasi melalui

sensor, Antena merupakan bagian yang penting untuk mendeteksi bau

induk semang dan mendeteksi tempat yang cocok untuk bertelur. Kepala

juga mempunyai proboscis yang cocok untuk bertelur. Kepala juga

mempunyai proboscis yang digunakan untuk menghisap darah dan

mempunyai sensor palpi. Thorax berfungsi sebagai alat lokomosi. Tiga

pasang kaki dan sepasang sayap terletak di bagian thorax. Abdomen

berfungsi sebagai tempat pencernaan dan tempat perkembangan telur.

Segmen abdomen dapat melebar pada saat menghisap darah (Denai, et al.

2021).

2. Culex sp

Nyamuk yang termasuk dalan genus Culex dikenal sebagai vector utama

penular arbovirus, demam kaki gajah dan malaria pada ungags. Nyamuk

genus ini merupakan nyamuk yang banyak disekitar kita. Selain itu,

nyamuk ini termasuk serangga yang beberapa spesiesnya sudah dibuktikan

vector penyakit, disamping dapat mengganggu kehidupan manusia karena

gigitannya (Sigit et al., 2022).

Klasifikasi nyamuk culex sp:


20

Gambar 4. Nyamuk Culex sp

(Nurhaidah et al. 2022)

Domain : Eukaryota

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Genus : Culex

Spesies : Culex sp.

G. Aedes Aegypti

1. Aedes Aegypti

Nyamuk adalah suatu jenis hewan penghisap darah dan vector penularan

suatu penyakit berbahaya salah satunya yaitu deman berdarah. Aedes aegypti

dan aedes albopictus sebagai vector penyakit demam berdarah. Penyebabnya

adalah akibat virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti (Rahamawati, 2022). Lingkungan tempat hidup nyamuk terdiri dari


21

tiga tempat utama yaitu tempat mencari makan, tempat istirahat dan tempat

berkembang biak (Nurlidza Razma et al., 2020).

Nyamuk Aedes aegypti adalah salah satu vector yang dapat menularkan

virus dengue penyebab demam berdarah dengue (DBD) pada manusia

(Wardani et al., 2022).

Nyamuk Aedes aegypti adalah vector utama penyakit DBD di daerah

tropic. Di Asia Aedes Aegypti merupakan salah satu vector yang efektif

menularkan DBD karena tempat perindukan berada disekitar rumah dan

hidupnya tergantung pada darah manusia. Pada daerah yang penduduknya

jarang. Nyamuk Aedes Aegypti masih bisa memiliki kemampuan penularan

yang tinggi karena kebiasaan nyamuk tersebut menghisap darah manusia

berulang-ulang pada siang hari.

Nyamuk Aedes aegypti siklus hidupnya mempunyai empat fase yaitu

mulai dai telur, jentik, pupa, sampai menjadi nyamuk dewasa. Dimana pada

nyamuk jenis tersebut memiliki suatu siklus hidup yang sempurna. Pada

spesies ini meletakkan telurnya di kondisi permukaan air yang bersih secara

individu. Telur nyamuk mempunyai bentuk elips warnanya hitam da terpisah

satu dengan yang lain. Telurnya bisa menetas dalam kurung waktu 1-2 akan

berubah menjadi jentik (Suharyo, 2017).

Aedes aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger

mosquito karena tubuhnya memiliki garis-garis dan bercak-bercak putih

keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang menjadi ciri khas

utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih keperakan di
22

kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari

punggungnya yang berwarna dasar hitam. Di Indonesia, nyamuk ini sering

disebut sebagai salah satu dari nyamuk-nyamuk rumah (Anwar, 2018).

2. Morfologi Aedes Aegypti

Gambar 5 Nyamuk Aedes Aegypti

Nurhaidah, et al. 2022

Kingdom : Animalia

Filum : Arthripoda

Kelas : Insekta

Ordo : Dipetera

Famili : Culicinae

Genus : Aedes

Spesies : Aedes Aegypti

3. Morfologi

Morfologi nyamuk Aedes aegypti yaitu yang pertama Aedes aegypti

setiap bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan kurang lebih 100 butir telur

nyamuk yang berukuran 0,7 mm per butir telur. Ketika pertama kali

dikeluarkan oleh induk nyamuk betina, telur Aedes aegypti berwarna putih dan
23

juga lunak, kemudian telur nyamuk berbentuk ovoid meruncing dan biasa

diletakkan satu per satu. Yang kemudian telur tersebut akan berubah warna

hitam dan mengeras. Induk nyamuk biasanya meletakkan telurnya pada

dinding tempat penampungan air seperti lubang batu, gentong, lubang pohon,

dan bisa jadi di pelepah pohon diatas garis air (Suharyo, 2017).

Pada nyamuk Aedes aegypti terdapat corong pada segmen terakhir, pada

segmen-segmen abdomen tidak dijumpai rambut-rambut berbentuk kipas

(palmate hairs), pada corong udara terdapat pecten, sepasang rambut dijumpai

pada corong udara (siphon), pada abdomen segmen kedelapan ada comb scale,

dan bentuk individu dari comb scale seperti duri

Kedua jentik nyamuk Aedes aegypti memiliki sifon yang besar dan

pendek biasa hanya sperti sepasang sisik subsentral dengan jarak lebih

seperempat bagian pangkal sifon. Jentik Aedes aegypti dapat dibedakan

dengan genus lain karna ciri-ciri ada tiga pasang yang satu sirip ventral,

antenna tidak melekat penuh dan tidak ada setae yang besar pada toraks. Ciri

ini dapat membedakan jentik Aedes aegypti dari umumnya genus Culicine

kecuali Haemagogus dari Amerika Selatan (Suharyo, 2017).

Karakteristik jentik Aedes aegypti bergerak aktif dan lincah di dalam air

bersih di bawah permukaan untuk mengambil udara nafas yang kemudian

Kembali lagi kebawah untuk membentuk posisinya membentuk 45 derajat,

jika istirahat jentik akan terlihat tegak lurus di permukaan air (Suharyo, 2017).

Aedes aegypti dewasa memiliki karakteristik yaitu memiliki ukuran

sedang dengan warna tubuh hitam kecoklatan. Tubuh dan juga tungkainya
24

ditutupi oleh sisik dengan garis-garis putih keperakan. Bagian punggung

nyamuk tampak ada dua garis yang melengkung vertical yaitu bagian kiri dan

bagian kanan yang menjadi ciri-ciri spesies tersebut. Adapula sisik tubuh

nyamuk yang mudah rontok atau lepas sehingga menyulitkan identifikasi pada

nyamuk tua (Suharyo, 2017)

4. Pola hidup nyamuk Aedes Aegypti

Perkembang biakkan nyamuk Aedes Aegypti adalah di tempat

penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti tempayan, bak mandi,

drum air, vas bunga dan barang bekas yang dapat menampung air hujan di

daerah urban dan sub urban. Nyamuk Aedes Aegypti aktif menghisap darah

manusia pada siang hari dengan 2 puncak aktivitas, yaitu 08:00-12:00 dan

15:00-17:00. Aedes Aegypti lebih suka menghisap darah di dalam rumah

daripada diluar rumah dan menyukai tempat yang agak gelap. Nyamuk betina

lebih menyukai darah manusia daripada darah binatang sampai lambung

penuh berisi darah, dalam siklus gonotropik dengan begitu nyamuk Aedes

Aegypti sangat efektif sebagai penular penyakit.

H. Repellent / Anti Nyamuk

1. Definisi Repellent

Repellent serangga merupakan zat yang memiliki bau yang tidak disukai

oleh serangga sehingga mampu mengusir serangga yaitu nyamuk. Repellent

bekerja dengan cara membuat nyamuk agar tidak mendekati atau menggigit

manusia pada bagian tubuh yang telah diberikan zat atau bahan yang biasa

disebut dengan repelan. Mekanisme repelan yaitu bisa dengan cara


25

memanipulasi bau dan rasa dari kulit manusia dengan menghambat reseptor

asam laktat yang terdapat di antena suatu nyamuk (Sultanul Aulya et al.,

2022).

Ada banyak macam produk anti nyamuk di pasaran yang memiliki

bentuk yang bermacam-macam. Umumnya berbentuk aerosol atau spray,

lotion, elektrik, obat nyamuk bakar dan lilin aromaterapi. Untuk mengurangi

dampak negative yang ditimbulkan anti nyamuk berbahan kimia yang banyak

beredar, maka ada pengendalian alternatif yaitu contohnya pemanfaatan

tanaman yang dapat digunakan sebagai pengendalian nyamuk.

Macam-macam sediaan anti nyamuk:

1. Lotion

Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase air yang distabilkan oleh

emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif didalamnya. Lotion

dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi

yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada

permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah

pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Nigrum

& Wahyuni., 2018).

2. Spray

Spray adalah jenis sediaan cair atau minyak dalam bentuk tetesan kasar

atau sebagai zat padat yang terbagi-bagi halus. Dalam bentuk spray, sediaan

ini mudah untuk diaplikasikan pada anggota tubuh dengan hanya


26

menyemprotkan pada bagian tubuh yang diinginkan, selain itu zat yang

dikeluarkan dapat diatur karena dalam bentuk semprotan (Aini et al., 2018).

3. Elektrik

Pengendalian serangga secara kimiawi lebih banyak digunakan karena

alasan praktis, sperti penggunaan anti nyamuk elektrik. Anti nyamuk

elektrik yaitu obat anti nyamuk yangb menggunakan listrik sebagai

medianya. Anti nyamuk jenis ini menggunakan bahan kimia yang menguap

jika dipanaskan (Aulia et al. 2019).

4. Obat nyamuk bakar

Masyarakat pada umunya membasmi nyamuk dengan memakan obat

nyamuk bakar dan cair. Secara berkala obat nyamuk terdiri dari beberapa

jenis yang komposisinya dari bahan kimia yang sangat berbahaya bagi

Kesehatan tubuh manusia. Apabila penggunaanya secara berlebihan dan

dalam jangka waktu yang Panjang akan berdampak pada lingkungan. Akibat

pemakaian obat nyamuk berbahan dasar kimia yang merusak lingkungan

(Watimury & Latukau., 2021).

5. Lilin aromatetapi

Lilin aromaterapi adalah suatu alternatif aplikasi aromaterapi yang

penggunaannya secara inhalasi (penghirupan), yaitu penghirupan uap aroma

yang dihasilkan dari beberapa tetes minyak atsiri dalam suatu wadah yang

berisi air panas. Lilin aromaterapi akan menghasilkan aroma yang

memberikan suatu efek terapi jika dibakar. Saat ini lilin aromaterapi banyak

diformulasikan dengan dengan memiliki fungsi ganda, yaitu selain sebagai


27

aromaterapi juga berfungsi sebagai anti nyamuk. Lilin aromaterapi

merupakan terapi yang dihasilkan oleh uap dari minyak atsiri yang dikemas

menjadi produk lilin (Rislianti et al., 2021).

I. Ekstraksi

1. Definisi Ekstraksi

Proses ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun

cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengesktrak

substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi

merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya. Ekstraksi

menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap

komponen lain dalam campuran (Tuhuloula et al., 2013).

2. Jenis-Jenis Ekstraksi

a. Metode ekstraksi dengan cara dingin

Metode ekstraksi dengan cara dingin adalah tidak adanya proses

pemanasan selama ekstraksi berlangsung. Tujuannya yaitu untuk

menghindari rusaknya metabolit sekunder pada tumbuhan tersebut. Jenis

ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi:

1) Maserasi

Maserasi merupakan suatu metode yang paling sederhana dan banyak

digunakan. Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan dan

merendam sampel tumbuhan (simplisia) dalam cairan penyari (pelarut

yang sesuai) ke dalam suatu wadah inert yang tertutup rapat.

2) Pekolasi
28

Metode perkolasi merupakan suatu metode dengan cara serbuk sampel.

Tumbuhan dibasahi secara perlahan dalam sebuah percolator.

Percolator adalah suatu wadah yang sempit berbentuk kerucut terbuka

di kedua ujungnya. Perkolasi betujuan untuk menari zat aktif dalam

tumbuhan. Biasanya perkolasi dilakukan untuk zat aktif yang tahan

dengan pemanasan.

b. Ekstraksi cara panas

Metode ekstraksi dengan cara panas adalah melibatkan suatu proses

pemanasan selama ekstraksi berlangsung. Dengan adanya panas, secara

otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin.

Jenis ekstraksi panas adalah Sokletasi, Distilasi dan Refluks:

1) Sokletasi

Sokletasi merupakan suatu metode atau proses pemisahan suatu

komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan

berulangulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua

komponen yang diinginkan akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada

pelarut organic tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang

timbul setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel.

2) Distilasi

Penyulingan (distilasi) merupakan proses pemisahan komponen berupa

cairan atau padatan yang dibedakan berdasarkan titk didihnya

masingmasing dari zat tersebut. Dalam industry minyak atsiri dikenal

tiga macam metode penyulingan, yaitu distilasi air-rebus (water


29

distillation), distilasi uap-air atau kukus (steam and water distillation),

dan distilasi uap (steam distillation). Ketiga macam metode ini

memiliki kekurangan dan kelebihan pada penyulingan minyak atsiri.

a) Distilasi air atau rebus (Water distillation)

Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan

air yang terendam secara sempurna tergantung pada bobot jenis dan

jumlah bahan yang akan disuling. Ciri khas metode ini adalah

kontak langsung antara bahan yang akan disuling dengan air

mendidih. Pada penyulingan dengan air yang menjadi fokus adalah

jumlah air yang ada dalam katel. Perkiraan waktu penyilingan

dengan jumlah air perlu diperhitungkan dengan matang karena bila

tidak diperhatikan maka akan terjadi gosong dan berdampak pada

kualitas minyak.

b) Distilasi uap-air atau kukus (Steam and water distillation)

Pada metode pemyulingan ini, material diletakkan atas rak-rak atau

saringan berlubang. Ketel suling diidi sampai dengan batas dibawah

sarangan. Prinsip dasarnya seperti mengukus nasi. Material kontak

dengan uap yang tidak terlalu panas namun jenuh yang dihasilkan

dari air yang mendidih dibawah saringan.

c) Distilasi Uap (Steam distillation)

Pada metode ini, unit penyulingannya atas tiga unit, ketel bahan

baku, boiler dan kondensor. Jenis penyulingan ini lebih modern

daripada 2 jenis penyulingan air dan kukus. Dapur uap di bentuk


30

didalam boiler dengan cara memanaskan air hingga tekanan tertentu

yang ditunjukkan oleh monometer yang telah dipasang dalam

boiler. Setelah tekanan uap yang diinginkan teercapai maka uap

jenuh siap dialirkan ke dalam katel bahan baku.

3) Refluks

Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks.

Metode ini digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan

pelarut yang volatile. Pada kondisi ini, jika dilakukan pemanasan biasa

maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai.

Prinsip dari metode ini adalah pelarut volatile yang digunakan akan

menguap pada susu tinggi, namun akan didinginkan dengan suatu

kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan

mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi,

sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan menguap (volatilitas) bahan. Dalam

penyulingan, campuran zat dididihkan sampai menguap, dan uap ini kemudian

didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih

rendah akan menguap lebih dulu. Penerapan proses ini didasarkan pada teori

bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik

didihnya (Husain,2019).

Distilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan kimia-fisika yang

digunakan untuk mengambil minyak astiri. Prinsip kerjanya dengan cara


31

memisahkan komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih

berdasarkan perbedaan tekanan uap atau perbedaan titik didih komponen-

komponen senyawa (Imas,2021).

Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan

perbedaan titik didih atau berdasarkan kemampuan zat untuk menguap. Dimana

zat cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat

pendingin (kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair.

Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai pendingin. Destilasi dapat

dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (Kuni, 2021)

Destilasi adalah Metode destilasi atau penyulingan merupakan ekstraksi

dengan cara memisahkan komponen air atau padatan yang dibedakan berdasarkan

titik didih dari setiap zat (R & Septi, 2019).

Sebagian besar produksi penyulingan minyak atsiri (essential oil)

diproduksi menggunakan metode yang sangat sederhana yaitu dengan metode

destilasi uaap. Metode ini paling sering deipakai oleh industri kecil minyak atsiri

karena penanganannya mudah dan menggunakan peralatan yang sederhana.

Banyaknya industri kecil minyak atsiri yang menggunakan alat yang sederhana ini

(Ma’sum et al., 2016)

Metode destilasi digunakan karena memiliki keuntungan diantaranya,

volume bisa langsung diketahui, kecepatan dehidrasi diketahui, suhu konstan

dapat dipertahankan, waktunya cepat, dan alat yang digunakan sederhana

(Prabandari & Febriyanti, 2017).


32

J. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Lilin aromaterapi ekstrak 1. Stabilitas sediaan


bunga cengkeh (Syzygium 2. Uji daya tolak nyamuk Aedes
aromaticum L.) dan herba Aegypti
kemangi (Ocimun basilicum
L.)

Variabel penganggu

1. Formulasi sediaan lilin


2. Perlakuan terhadap hewan
uji

Gambar 6. Kerangka Konsep Penelitian


33

Definisi operasional variabel bebas dan variabel terikat

a. Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes aegypti adalah suatu vector utama pada penyakit DBD

yang besar pada kesehatan yang ada di Indonesia yang bisa menyerang

semua kalangan manusia baik itu anak-anak dan dewasa serta bisa

mengakibatkan kematian (Buang et al., 2022)

b. Repelan

Repelan merupakan zat atau bahan yang dioleskan pada bagian kulit,

pakaian, ataupun permukaan lainnya yang bisa membuat serangga enggan

mendarat dan hinggap dipermukaan yang sudah dioleskan dengan repelan.

(Rahamawati, 2022).

c. Minyak atsiri

Minyak atsiri adalah istilah yang digunakan untuk minyak yang bersifat

mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap

(Nurcahyo et al., 2016).

d. Bunga cengkeh

Bunga cengkeh merupakan bunga tunggal beukuran kecil dengan

panjang 1-2 cm dan terusun dalm sutu tandan yang keluar pada ujung-ujung

ranting cengkeh (Fransina S Latumahina, 2022).

e. Herba kemangi

Tanaman kemangi (Ocimum basilicum L.), memiliki aroma yang

sangat wangi yang khas, rasanya agak sedikit manis dan dingin. Aromanya

berasal dari daun kemanginya.


34

h. Lilin aromaterapi

Lilin aromaterapi merupakan suatu aplikasi aromaterapi inhalasi

(penghirupan) yaitu penghirupan suatu uap aroomayang dihasilkan dalam

minyak atsiri dalam wadah berisi air panas (Buang et al., 2022).

K. Hipotesis

Ekstrak minyak bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L) dan ekstrak minyak

herba kemangi (Ocimun basilicum L) dapat difomulasikan dalam kombinasi

dalam bentuk sediaan lilin aromaterapi yang memiliki potensi sebagai

repelan/antinyamuk.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunkan metode eksperimental di Laboratorium yaitu

dengan melakukan formulasi lilin aromaterapi kombinasi ekstrak bunga cengkeh

(Syzygium aromaticum L.) dan herba kemangi (Ocimum basilicum L.) sebagai

Anti nyamuk.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi, dan

Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Megaresky Makassar.

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Batang

pengaduk, Cawan Porselin, Cawan Cruss, Gunting, Gegep Kayu, Gelas kimia

(Iwaki pyrex®), Hot Plate, Pipa kapiler, Peralatan Destilasi Labu destilasi

(pyrex®), Kondensor (pyrex®), Kran Penampung, Selang Kondensor,

Stopwatch, Thermometer, Timbangan Analitik dan Wadah Lilin Aromaterapi.

2. Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain

Aquades, Asam Stearate, Es Batu, Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Syzygium

aromaticum L.), Minyak Atsiri Herba Kemangi (Ocimum basilicum L.),

Paraffin Padat dan Sumbu Lilin.

29
30

D. Populasi dan Sampel

1. Pengambilan sampel

Sampel Bunga cengkeh dan Herba kemangi yang diperoleh di Kecamatan

Liliriaja Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel diambil

pada pagi hari pukul 07.00-09.00 Wita.

2. Pengolahan sampel

Pengolahan sampel Bunga cengkeh dan herba kemangi diolah dengan

cara dikumpulkan terlebih dahulu kemudian disortasi basah, dicuci bersih

dengan air mengalir, kemudian di potong-potong kecil, setelah itu

dikeringkan dengan cara diangin-anginkan terlindung dari sinar matahari

langsung. Pengeringan dilakukan selama beberapa hari sampai sampel benar-

benar kering. Ditimbang simplisia bunga cengkeh dan herba kemangi

sebanyak 1 kg, dimasukkan ke dalam klonsong alat destilasi uap sebanyak

500 g secara bertahap klongsong dirangkai dengan pendingin (kondensor),

kemudian dipanaskan. Air dialirkan pada kondensor dan dijaga agar air terus

mengalir. Temperatur kondensor dijaga tetap dingin dengan menambahkan es

batu, sehingga minyak yang menguap semuanya terembunkan dan tidak lepas

ke udara. Hasil destilasi minyak atsiri dipisahkan menggunakan corong pisah

untunk memisahkan air dengan minyak yang tercampur (Buang et al., 2022).

Minyak atsiri yang diperoleh kemudian disimpan pada botol berwarna gelap

yang sebelumnya ditutup dengan menggunakan alumunium foil terlebih

dahulu (Yuliatantri Paramawidhita et al., 2023).


31

3. Rancangan Formulasi Sediaan Lilin Aromaterapi

Tabel 1. Rancangan formulasi sediaan lilin aromaterapi minyak atsiri Bunga

cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan Herba kemangi (Ocimun basilicum

L.).

Formulasi %
Bahan Kegunaan
F1 F2 F3 K(-) K(+)
Minyak atsiri

Lilin citronella votive anti


Bunga cengkeh
Zat aktif 5 10 15 -
(Syzygium aromaticum
L.)

nyamuk
Minyak atsiri herba
kemangi
Zat aktif 3 2 1 -
(Ocimun basilicum
L.)
Paraffin padat Humektan 10 10 10 10
Asam stearate Pengawet 100 100 100 100

Keterangan:

K (-) : Kontrol negatif tanpa minyak atsiri bunga cengkeh (Syzygium


aromaticum L.) dan minyak atsiri herba kemangi (Ocimun basilicum L.).
FI : Formula I dengan ekstrak minyak atsiri 5% bunga cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) dan herba kemangi (Ocimun basilicum L.) 3%.
FII : Formula II dengan ekstrak minyak atsiri 10% bunga cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) dan herba kemangi (Ocimun basilicum L.) 2%.
FIII : Formula III dengan ekstrak minyak atsiri 15% bunga cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) dan herba kemangi (Ocimun basilicum L.) 1%.
K (+) : Lilin citronella votive anti nyamuk
32

F. Cara Kerja

Ditimbang semua bahan yang akan digunakan. Asam stearate dipanaskan

dalam beaker gelas pada suhu 55oC, dan paraffin padat dipanaskan dalam cawan

porselin pada suhu 50oC. kumudian dimasukkan paraffin ke dalam beaker gelas,

dan dipanaskan Kembali sampai suhu 65-70oC. Pada suhu 40oC dilakukan

pencampuran minyak atsiri bunga cengkeh serta minyak atsiri herba kemangi

kemudian diaduk hingga merata.

Dituang ke dalam wadah yang telah dilumasi minyak paraffin dan telah

diletakkan sumbu di bagian tengah. Kemudian di diamkan selama 2 jam

lamanya. Setelah lilin aromaterapi dibuat kemudian dilakukan uji evaluasi fisik

sediaan yang meliputi uji organoleptik seperti warna dan aroma, uji kualitas lilin

berupa titik leleh dan waktu bakar, dan uji efektifitas lilin terhadap nyamuk.

G. Evaluasi Sediaan

1. Uji organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan pengamatan secara langsung setiap

formula secara visual dengan cara mengamati tampilan fisik dari sediaan

meliputi bentuk, bau, dan warna kemudian dicatat hasil yang didapatkan.

(Utami et al., 2021)

2. Uji waktu bakar

Waktu bakar adalah selang waktu yang menunjukkan daya tahan lilin

aromaterapi sampai habis. Pengujian ini dilakukan dengan cara membakar

sumbu lilin sehingga terbentuknya nyala api pada lilin. Waktu bakar

diperoleh dari selisih antara waktu bakar yang diperoleh dari selisih waktu
33

awal pembakaran sumbu lilin habis terbakar (padam). Menurut SNI 0386-

1989. A/SII 0348-1980 waktu bakar lilin 2-3 jam.

3. Uji Efektivitas Terhadap Nyamuk

Sediaan lilin aromaterapi yang telah dilakukan uji evaluasi lilin aromaterapi

yang meliputi pengujian organoleptic dan uji waktu bakar. Uji efek anti

nyamuk menggunakan nyamuk Aedes Aegypti, tidak menghisap darah dan

sudah dikembang biakan untuk skala laboratorium sehingga tidak membawa

virus demam berdarah dengan cara.

Disiapkan terlebih dahulu 4 kandang uji nyamuk yang dipastikan bebas

dari insektisida sesuai dengan jumlah formula lalu dimasukkan 20 ekor

nyamuk Aedes Aegypti kedalam kendang uji. Sediaan lilin dibakar kemudian

dimasukkan kedalam kendang uji nyamuk yang telah terisi 20 ekor nyamuk

Aedes Aegypti. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pada konsentrasi berapa minyak atsiri yang paling efektif terhadap

nyamuk jatuh dan mati yang berada dalam ruangan tertutup.

H. Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data secara manual atau dengan bantuan komputerisasi

kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan.

2. Analisis data

Potensi dan pengaruh lilin aromaterapi anti nyamuk dari ekstrak bunga

cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan Herba kemangi (Ocimun basilicum

L.) diukur berdasarkan presentase mortalitas nyamuk Aedes Aegypti dengan

analisis deskriptif berupa angka disajikan dalam bentuk tabel diagram.


34

DAFTAR PUSTAKA

Ansel HC, Popovich NG, Allen LV. Pharmaceutical Dosage Forms And Drug
Delivery Systems. Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
Aini, Widiastuti & Nadhifa. (2018). Uji Efektifitas Formula Spray Dari Minyak
Atsiri Herba Kemangi (Ocimum Sanctum L ) Sebagai Repellent Nyamuk
Aedes Aegypti. Jurnal Ilmiah Manuntung, 2(2), 189.
https://doi.org/10.51352/jim.v2i2.66: Yogyakarta

Aulia & Hamzah dan Purnama Ningsih. (2019). Uji Efek Ekstrak Daun Kemangi
(Ocimum Sanctum Linn) Sebagai Anti Nyamuk Elektrik Terhadap
Nyamuk Aedes Aegypti Effect Of Basil (Ocimum Sanctum Linn) Leaf
Extract As Repellent Against Mosquito Aedes Aegypti. 8(2), 2477–5185.
https://doi.org/10.22487/j24775185.2019.v8.i2.2750

Anwar, S. (2018). Penggunaan Air Rendaman Udang Windu Sebagai Atraktan


Aedes Sp. Pada Mosquito Trap. :Politeknik Kesehata Kementrian
Kesehatan: Yogyakarta
Anto (2020). Rempah-Rempah Dan Minyak Atsiri (Andriyanto (Ed.)). Anggota
IKAPI:Jawa Tengah
Buang, Nurilmi Adriana & Pncasakti Makassar. (). Formulasi Lilin Aromaterapi
Kombinasi Minyak Atsiri Daun Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Dan
Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) Sebagai
Antinyamuk Aedes Aegypti. http://journal.unpacti.ac.id/index.php
Dewi simangunsong, (2022). Tumbuhan Penghasil Pestisida Alami Dikawasan
Toba.
Djarot & Ambarwati, Ekologia: Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar Dan Lingkungan Hidup
Lilin Aromatik Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum
Burmannii) Sebagai Repelen Lalat Rumah (Musca Domestica).
https://journal.unpak.ac.id/index.php/ekologia
Dina Dewi Anggraini. (2022). Tanaman obat keluarga. Penerbit PT Global
Eksekutif. Anggota (IKAPI).
Fauzana & Ranova. (2021). Formulasi Sediaan Lilin Aromaterapi Dari Ekstrak
Kecombrang (Etlingera Elatior), Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus
L.),Dan Cengkeh (Syzygium Aromaticum). Journal Of Pharmacy and
Science, 4(2), 29–36.
Fransina S.Latumahina, (2020). Potensi Hutan Bukan Kayu Untuk Peningkatan
Nilai Ekonomi Seram bagian Barat.
Kesehatan, J. I., Husada, S., Daru, P. (2019). Potensi Cengkeh (Syzigium
Aromaticum) sebagai Antibakteri Methicillin Resistant Staphylococcus
35

Aureus (MRSA) Antibacterial Potency of Clove (Syzigium Aromaticum)


Against Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) Artikel info
Artikel history. JIKSH, 10(2), 270–274.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.168
Kasenda, Pinontoan & Sumampouw. (2020). Pengetahuan dan Tindakan tentang
Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Journal of Public Health and
Community Medicine, 1(4), 1–6.Universitas Sam Ratulangi: Manado
Kartini & Pratiwi (2020). Uji Mortalitas Larva Nyamuk Anopheles Dengan
Pemberian Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium Polyantum). In Zurya
Atina / Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains (Vol. 8, Issue 1).
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/klinikal
Kristianingsih & Febriana. (2022). Formulasi Sediaan Repellent Sediaan Lotion
Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.) Dan Ekstrak
Sereh (Cymbopogon Nardus L Rendle.) (Vol. 6, Issue 2).
http://cjp.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id
Kuni Nadliroh, K., Fauzi, A. S. (2021). Optimasi Waktu Fermentasi Produksi
Bioetanol Dari Sabut Kelapa Muda Melalui Distilator Refluks. Jurnal
Pendidikan Teknik Mesin Undiksha. 9(2), 124-133
Ma’sum, Z., Wahyu, D., & Proborini, D. (2016). Optimasi Proses Destilasi Uap
Essential Oil. In Jurnal Reka Buana (Vol. 1, Issue 2).
Nurcahyo. Harapan Bersama Tegal, P., Tengah, J., & Kunci, K. (2016).
Formulasi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix D.C.) Sebagai
Sediaan Aromaterapi. PSEJ, 1(1), 7–11. http://e-
journal.ups.ac.id/index.php/psej
Nurlidza Razma, Purwanda, Elita Agustina, dan, & Studi Pendidikan Biologi UIN
Ar-Raniry Banda Aceh. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2020.
Ningrum & Wahyuni (2018) . Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika
Artikel Penelitian.
Pati. (2019). Ilmu Resep Teori Jilid II. grup penerbitan CV Budi Utama.
Putri & Lubis. (2020). Skrining Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Daun Kalayu
(Erioglossum Rubiginosum (Roxb.) Blum).
Prabandari & Febriyanti (2017). Formulasi Dan Aktivitas Kombinasi Minyak
Jeruk Dan Minyak Sereh Pada Sediaan Lilin Aromaterapi. In Jurnal Para
Pemikir (Vol. 6).
Rahamawati. (2022). Uji Efektivitas Formulasi Sediaan Spray Ekstrak Daun
Nangka (Artocarpus Heterophyllus L.) Sebagai Repelan Nyamuk Aedes
Aegypti. In Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan (Vol. 9, Issue 3).
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Rislianti, Rijai & Aryati. (2021). Formulasi Lilin Aromaterapi Berbahan Aktif
Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon winterianus) dan Jeruk Lemon
36

(Citrus limon). Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences,


14, 312–318. https://doi.org/10.25026/mpc.v14i1.591
Suharyo, dan. (2017). Hubungan Lingkungan Fisik Dengan Keberadaan Jentik
Aedes Pada Area Bervegetasi Pohon Pisang. In Unnes Journal of Public
Health (Vol. 6, Issue 4). http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph
Sayuti, (2015). Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Dediaan Gel ekstrak Daun
Ketepang Cina (CAssia alata L.). 5 nomor 2.
Sultanul Aulya, Idris & Prawibowo. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Cengkeh
(Syzygium Aromaticum) Pada Nyamuk Aedes Aegypti Sebagai Anti Nyamuk
Rapelan.
Surahmaida. (2019). Aplikasi miana, kemangi, dan kumis kucing sebagai pestisida
nabati (Graniti).
Sigit, Rahmawati, Yoppi Ro Candra, Bhirawidha Prasetyo, Kedokteran Hewan, &
Wijaya Kusuma Surabaya. (2022). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Lidah Buaya (Aloevera) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk (Culex
Quinquefasciatus Say). Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan, 12(1).
Tuhuloula, Budiyarti & Fitriana, 2013. Karakterisasi Pektin Dengan
Memanfaatkan Limbah Kulit Pisang Menggunakan Metode Ekstraksi. 2(1),
21–27.
Ustiawaty, Halid, Kurniawan & Annisa. (2022). Identifikasi Jenis Larva Nyamuk
Sebagai Vektor Penyakit Dan Karakteristik Habitatnya Di Desa Penimbung
Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat . www.lppm-mfh.com
Wardani, Rahayu & Udayani. 2022. Effectiveness Of Tembelekan Flower Extract
Spray (Lantana Camara L.) As Aedes Aegypti Repellent. Jurnal Ilmiah
Medicamento, 8(1), 8–13.
Watimury & Latukau. (2021). Karakterisasi Obat Nyamuk Bakar Herbal Dengan
Bahan Baku Limbah Gagang Cengkeh dan Tempurung Biji Pala. JURNAL
BIOLOGI PAPUA, 13(2), 144–149. https://doi.org/10.31957/jbp.1324
Yasin Wahyurianto. (2022). Absorpsi Glukosa Studi Kasu Pada Tikus putih
(Rattus Novergicus) (Vol. 1).
Yuliana, B., Makkulawu, A., & Amal. (2023). Formulasi dan Uji Kestabilan Fisik
Lilin Aromaterapi Minyak Atsiri Bunga Melati (Jasminum sambac L).
Journal Syifa Sciences and Clinical Research (JSSCR), 5(1).
https://doi.org/10.37311/jsscr.v5i1.18874
Yuliatantri Paramawidhita, Safitri, Serly, S., Ariyanti & Anggraini, (2023).
Formulasi Lilin Aromaterapi dari Minyak Atsiri Kombinasi Jahe Merah
(Zingiber officinale var. Rubrum) dan Batang Medang (Cinnamomum iners
Reinw. Ex Blume). Jurnal Ilmu Kefarmasian, 4(1).
37

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

Lampiran 1. Skema kerja penyiapan pengolahan sampel

1. Penyiapan pengolahan sampel

a. Pengambilan dan pengolahan bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

Dan herba kemangi (Ocimun basilicum L.).

Diambil bunga cengkeh (Syzygium aromaticum


L.) dan Herba kemangi (Ocimun basilicum L.)

Ditimbang simplisia bunga cengkeh dan herba


kemangi 1 kg, dimasukkan kedalam destilasi
uap 500g kmudian dipanaskan

Temperatur dijaga tetap dingin agar minyak


menguap dan tidak lepas ke udara

Minyak atsiri
38

2. Pembuatan Sediaan Lilin

Lampiran 2. Pembuatan Sediaan Lilim

a. Pembuatan formula

Ditimbang semua bahan yang akan digunakan.

Asam stearate dipanaskan dalam beaker suhu


55OC, paraffin padat dipanaskan di cawan
porselin suhu 50oC

Dimasukkan paraffin kedalam beaker gelas dan


dipanaskan kembali sampai suhu 65-70oC

Pada suhu 40oC dicampurkan minyak atsiri


bunga cengkeh dan herba kemangi kemudian
diaduk hingga merata

Di tuang ke wadah yang telah dilumasi minyak


paraffin dan diletakkan sumbu. Diamkan selama
2 jam

3. Evaluasi Sediaan Lilin

Lampiran 3. Evaluasi Sediaan Lilin

a. Uji orgonoleptik

Meliputi bau, warna, bentuk dari sediaan lilin


39

b. Uji Waktu Bakar

Dibakar sumbu lilin

Diamati daya tahan lilin aromaterapi sampai habis

Waktu bakar yang diperoleh dari selisih waktu


awal pembakaran sampai sumbu lilin habis
terbakar

c. Penyiapan dan perlakuan hewan uji

Lampiran 4. Penyiapan dan perlakuan hewan uji

Nyamuk Aedes Aegypti

Diadaptasi

Dikelompokkan
Dimasukkan nyamuk ke dalam perangkap

F (-) FI FII FIII F (+)


Kontrol negatif Minyak atsiri Minyak atsiri Minyak atsiri Lilin citronella
tanpa minyak bunga cengkeh bunga cengkeh bunga cengkeh votive anti
atsiri bunga 5% dan herba 10% dan herba 15% dan herba nyamuk
cengkeh dan kemangi 3% kemangi 2% kemangi 1%
herba kemangi

Dibakar sediaan lilin


40

Dimasukkan kedalam perangkat


nyamuk yang terisi 10 ekor
nyamuk

Diamati kematian nyamuk Aedes


Aegypti

Dicatat hasilnya
41

4. Perhitungan bahan

Lampiran 6. Perhitungan bahan

1. Perhitungan bahan formulasi lilin


𝑔
xv
100

Keterangan :

g : Konsentrasi bahan

v : volume

2. Minyak atsiri bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L)


5
FI : × 100 = 5 g
100

10
FII : × 100 = 10 g
100

15
FIII : × 100 = 15 g
100

3. Minyak atsiri kemangi (Ocimun basilicum L)


3
FI : × 100 = 3 g
100

2
FII : × 100 = 2 g
100

1
FII : × 100 = 1 g
100

4. Paraffin padat
10
FI : × 100 = 10 g
100

10
FII : × 100 = 10 g
100

10
FII : × 100 = 10 g
100

5. Asam stearate

FI : Asam stearate 100 g: 100 - (5 + 3 + 10) = 82 g


42

FII : Asam stearate 100 g: 100 – (10 + 2 + 10) = 78 g

FIII : Asam stearate 100 g: 100 – (15 + 1 + 10) = 74 g

Anda mungkin juga menyukai