Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR TEKNOLOGI PETERNAKAN


“PEMBUATAN DESINFEKTAN DARI PRODUK RUMAH TANGGA
DENGAN METODE PENGENCERAN”

Disusun oleh :
Rindi Wirantika Septio (191510102005)

Dosen Pembimbing :
Melinda Erdya Krismaputri, S.Pt., M.Si

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
APRIL. 2020

1
ABSTRAK

Praktikum pembuatan desinektan dilakukan secara mandiri dengan


menggunakan metode pengenceran larutan. Produk rumah tangga yang digunakan
adalah Wipol Sereh dan Jeruk dengan kandungan bahan aktif berupa Benzalkonium
klorida dan Ethoxylated Alcohol. Kedua bahan tersebut memiliki fungsi aktif
dalam membunuh dan mencegah pertumbuhan dari berbagai jenis
mikroorganisme seperti bakteri, jamur, hingga virus. Komponen zat kimia
tersebut memiliki konsenterasi yang cukup tinggi pada skalanya. Oleh karena
itu dilakukan proses pengenceran bahan akif dengan pelarut yang berupa air
untuk menurunkan konsenterasi. Prosedur yang dilakukan dalam teknik
pengenceran ini ialah 40 ml produk rumah tangga yaitu wipol yang mengandung
bahan aktif dan akan diencerkan dengan air sebanyak 960 ml. Sehingga dapat
diketahui konsenterasi bahan aktf yang terkandung dalam produk setelah
pengenceran. Benzalkonium klorida yang mulanya memiliki konsenterasi sebesar
1,25% , setelah diencerkan dalam 1000 ml maka konsenterasi bahan menjadi 0,05% .
Sedangkan untuk bahan aktif Ethoxylated Alcohol yang mulanya memiliki
konsenetrasi 3%, setelah diencerkan konsenterasi turun menjadi 0,12%.
Penggunaan desinfektan yang memiliki kedua bahan ini bersifat aman.

DAFTAR ISI

2
COVER………………………………………………………………………………..i
ABSTRAK....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................2
2.1 Desinfektan..........................................................................................................2
2.2 Kandungan Bahan Aktif......................................................................................3
2.2.1 Ethoxylated Alcohol...................................................................................4
2.2.2 Benzalkonium Chloride................................................................................4
2.3 Pengenceran.........................................................................................................5
BAB 3. MATERI DAN METODE.............................................................................7
3.1 Materi...................................................................................................................7
3.2 Metode.................................................................................................................7
BAB 4. PEMBAHASAN..............................................................................................8
4.1 Hasil Perhitungan.................................................................................................8
4.1.1 Benzalkonium chloride 1,25%......................................................................8
4.2 Pembahasan..........................................................................................................8
4.2.1 Pengenceran Larutan.....................................................................................8
4.2.2 Desinfektan....................................................................................................9
4.2.3 Kandungan bahan aktif dalam produk........................................................10
BAB 5. PENUTUP.....................................................................................................13
5.1 Kesimpulan........................................................................................................13
5.2 Saran..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
LAMPIRAN...............................................................................................................16

3
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1. Persiapan alat dan bahan............................................................................16


Gambar 2. Penambahan pelarut...................................................................................16
Gambar 3. Penambahakan solute.................................................................................17
Gambar 4. Hasil Pengenceran.....................................................................................17

4
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produk rumah tangga yang sering dijumpai sebagai pembersih lantai ataupun
perabotan rumah memiliki kandungan bahan aktif yang dapat membunuh berbagai
mikroorganisme. Produk tersebut berupa cairan yang memiliki konsenterasi tinggi
sehingga dalam penggunaan dilakukan pengenceran atau penurunan konsenterasi
menjadi lebih rendah. Bahan aktif yang diduga mampu membunuh mikroorganisme
tersebut kerap digunakan sebagai desinfektan. Desinfektan pada awalnya digunakan
dalam skala laboratorium dan industri untuk membersihkan beberapa alat atau
ruangan agar tidak terjadi kontaminasi oleh microorganism yang tidak dikehendaki.
Desinfektan tidak 100% berisi bahan kimia, oleh karenanya perlu dilakukan proses
pengenceran dengan pelarut yang berupa air agar kadar atau konsenterasi dalam
bahan sesuai kebutuhan. Jika desinfektan memiliki konsenterasi yang terlalu tinggi,
maka bahan aktif yang terkandung di dalamnya akan bereaksi tidak hanya dengan
mikroorganisme penganggu namun juga dapat berdampak pada manusia.Bahan aktif
yang sering digunakan sebagai desinfektan adalah Benzalkonium klorida dan
Ethoxylated Alcohol. Kandungan Benzalkonium Chloride dan Ethoxylated
Alcohol ini dapat berfungsi untuk membunuh jamur, virus, serta mikroorganisme
yang lain. Bahan tersebut merupakan zat kimia yang berfungsi sebagai antiseptik jika
digunakan dalam konsentrasi rendah. Tetapi juga dapat berfungsi sebagai disinfektan
jika digunakan dalam konsentrasi tinggi.

1.2 Tujuan
Praktikum pembuatan desinfektan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
mengenai jenis ,bahaya dan fungsi bahan aktif yang digunakan dalam desinfektan,
dapat melakukan teknik pengenceran dan menghitung konsenterasi yang benar.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

5
2.1 Desinfektan
Desinfektan merupakan suatu bahan yang bersifat selektif digunakan untuk
menghentikan pertumbuhan penyakit yang dissebabkan oleh organisme yang berasal
dari bakteri, jamur, virus, dan amoeba. Desinfektan pada umunya berasal dari bahan
kimia, fisika, mekanik, dan radiasi. Untuk bahan kimia yang sering digunakan adalah
klorin karena memiliki unsur-unsur ion yang dapat membantu pencegahan.
Sedangkan untuk desinfektan bahan fisika yaitu diperoleh dari cahaya matahari,
secara tidak langsung matahri mampu memancarkan sinar uv yang membuat
beberapa organisme tidak panas akan mati karena suhu antar keduanya sudah
berbeda.. Desinfektan bahan mekanik dapat dilakukan secara langsung dan berkaitan
dengan manusia misalnya kebersihan ruang hingga alat. Pembersian skala besar
menggunakan desinfektan radiasi, yaitu dengan menggunakan sinar gamma untuk
berlangsungnya proses sterilisasi [ CITATION Her17 \l 1033 ]
Salah satu jenis antimikroba yang sering digunakan adalah desinfektan.
Desinfektan yang ideal adalah memiliki aktivitas antimikroba dengan spektrum luas
pada konsentrasi rendah, harus dapat larut dalam air atau pelarut lain hingga
konsentrasi yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif . Desinfektan juga
harus stabil, aktif pada suhu kamar, tidak menimbulkan karat dan warna, tidak
bersifat racun pada manusia ,mampu menghilangkan bau, memiliki kemampuan
sebagai deterjen atau pembersih[ CITATION Suf18 \l 1033 ].
Produk yang dapat membunuh mikroorganisme di dalam maupun permukaan
benda mati adalah disinfektan. Zat ini tidak harus bersifat sporosidal, melainkan
sporostatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan kuman. Zat disinfektan dalam
cairan pembersih lantai akan membunuh mikroorganisme yang terdapat di lantai.
Mikroorganisme tersebut antara lain adalah Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Enterobacter cloacae, Salmonella sp. dan lain-lain (Dewi et al., 2016).

6
Produk-produk tersebut mengandung sekitar 275 bahan aktif berbeda dan
dipasarkan dalam beberapa formulasi seperti dalam bentuk semprotan, cairan pekat,
bubuk, dan gas yang diaplikasikan pada permukaan yang membutuhkan pembersihan,
desinfeksi, atau sterilisasi yang diklasifikasikan sesuai dengan potensinya untuk
menularkan infeksi pada waktu bersentuhan (Margaret & Quinn ScD, 2015).
Disinfektan adalah senjata terbaik untuk memerangi kuman berperan sebagai
panas, radiasi, atau bahan kimia, yang menghancurkan, menetralkan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Untuk menjaga lingkungan (termasuk
lantai) bebas dari mikroorganisme sepertinya mustahil karena mereka dapat dengan
cepat berkembang biak. Pembersih lantai tidak akan mampu mengeluarkan mikroba
sepenuhnya, tetapi penggunaan disinfektan yang sesuai akan membantu mengurangi
pertumbuhan. Karena alasan lantai yang kontak langsung perlu dibersihkan secara
teratur dengan disinfektan dan pembersih yang sesuai (Lalitha, et,al .2017).
Beberapa jenis disinfektan yang biasa digunakan sebagai pembersih lantai
ialah yang berbahan dasar lysol (klorofenol dan kresol), karbol (fenol) dan kreolin
.Produk antimikroba adalah zat atau campuran zat digunakan untuk menghancurkan
atau menekan pertumbuhan mikroorganisme berbahaya, seperti bakteri, virus, atau
jamur, yang terdapat pada benda dan permukaan benda mati . Produk-produk
pembersih rumah tangga disebut desinfektan karena mengandung bahan antimikroba
untuk membunuh kuman pada permukaan yang terkontaminasi [ CITATION Sup19 \l
1033 ]. Selain itu juga dapat menggunakan cairan pembersih lantai yang dapat
membersihkan lantai sekaligus membunuh mikroorganisme yang menempel di lantai
(Ariani, Setiani, & Joko, 2015).

2.2 Kandungan Bahan Aktif


Bahan Aktif merupakan bahan kimia yang terkandung dalam sutu produk.
Bahan tersebut secara langsung memiliki peran penting membunuh atau mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Bahan aktif kerap dijumpai di beberapa produk

7
industri rumah tangga hingga pertanian. Pada bidang pertanian, kandungan bahan
aktif digunakan sebagai penyemprot hama. Pada skala industri rumah tangga, bahan
aktif terdapat beberapa produk seperti pemutih, pembersih lantai, hingga desinfektan.
2.2.1 Ethoxylated Alcohol
Pada industri, Alkohol Etoksilat dihasilkan dari alcohol lemak melaui proses
hidrogenasi asam lemak dari minyak biji yang secara umum merupakan bentuk dari
surfaktan nonionik misalnya octaethylene glycol monododecyl ether . Reaksi tersebut
berlangsung dengan meniup etilen oksida melalui alkohol pada suhu 180 ° C dan di
bawah tekanan 1-2 bar , dengan kalium hidroksida (KOH) yang berfungsi
sebagai katalis .  Prosesnya sangat eksotermik ( ΔH -92 kJ / mol bereaksi etilena
oksida) dan membutuhkan kontrol yang cermat untuk menghindari
kemungkinan panas. Bahan awal yang digunakan adalah alkohol primer karena dapat
bereaksi ~ 10-30x lebih cepat daripada alkohol sekunder. Alkohol etoksilasi dianggap
sebagai bahan kimia volume produksi tinggi (HPV) oleh US EPA, karena surfaktan
yang berbasis alkohol etoksilat adalah non-ionik, bahan ini biasanya membutuhkan
rantai etoksilat yang lebih panjang daripada analog tersulfonasinya agar larut dalam
air.  Contoh-contoh yang disintesis pada skala industri termasuk oktil fenol
etoksilat , polisorbat 80, dan poloksilat [ CITATION Eth \l 1033 ]
2.2.2 Benzalkonium Chloride
Benzalkonium klorida  juga dikenal sebagai BZK ,  BKC ,  BAK ,  BAC , 
alkyldimethylbenzylammonium chloride dan ADBAC. Zat ini adalah jenis surfaktan
kationik dan termasuk garam organik yang diklasifikasikan sebagai senyawa
amonium kuaterner .  Kelarutan dan sifat fisik Benzalkonium klorida  tergantung
pada kemurnian, yaitu berkisar dari tidak berwarna hingga kuning pucat atau sudah
tidak murni .Benzalkonium klorida mudah larut dalam etanol dan aseton . Jika
dilarutan dengan air harus bersifat netral hingga sedikit basa.  Benzalkonium klorida
juga memiliki sifat surfaktan yaitu dapat melarutkan fase lipid dari film air mata dan
meningkatkan penetrasi obat, menjadikannya eksipien yang bermanfaat, tetapi

8
berisiko menyebabkan kerusakan pada permukaan mata. Benzalkonium klorida telah
umum digunakan sebagai pengawet farmasi dan antimikroba sejak 1940-an. 
Benzalkonium klorida digolongkan sebagai bahan aktif antiseptik Kategori III
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Bahan
dikategorikan sebagai Kategori III Benzalkonium klorida ditunda dari pembuatan
peraturan lebih lanjut dalam Peraturan Final FDA 2019 tentang keamanan dan
efektivitas pembersih tangan konsumen
Benzalkonium klorida adalah kulit manusia dan iritasi mata yang parah. Ini
diduga sebagai racun pernapasan, imunotoksikan, racun pencernaan, dan
neurotoksikan. Formulasi Benzalkonium klorida untuk penggunaan konsumen adalah
solusi encer. Jika konsentrasi terlalu tinggi maka akan menjadi racun bagi manusia,
menyebabkan korosi / iritasi pada kulit dan mukosa, dan kematian jika dikonsumsi
secara internal dalam volume yang cukup. Benzalkonium klorida memiliki
konsentrasi maksimum yaitu 0,1%. Keracunan oleh benzalkonium klorida diakui
dalam literatur. Sebuah studi kasus tahun 2014 yang merinci konsumsi fatal hingga
8,1 oz (240ml) 10% benzalkonium klorida pada pria 78 tahun juga termasuk
ringkasan dari laporan kasus saat ini tentang konsumsi benzalkonium
klorida. Sementara sebagian besar kasus disebabkan oleh kebingungan tentang isi
wadah, satu kasus mengutip salah pengenceran farmasi benzalkonium klorida sebagai
penyebab keracunan dua bayi.  Sedangkan keracunan pada hewan peliharaan
domestik telah diakui sebagai akibat dari kontak langsung dengan permukaan yang
dibersihkan dengan desinfektan menggunakan benzalkonium klorida sebagai bahan
aktif. (Wikipedia, 2020)
Peraturan lembaga FDA pada bulan September 2016 mengumumkan larangan
sembilan belas bahan dalam sabun antibakteri konsumen mengutip kurangnya bukti
untuk keamanan dan efektivitas. Larangan terhadap tiga bahan tambahan, termasuk
benzalkonium klorida.

9
2.3 Pengenceran
Pengenceran merupakan suatu metode dalam pembuatan larutan yang berasal
dari cairan pekat. Hal ini bertujuan untuk menurunkan konsenterasi dari bahan
sehingga diperoleh cairan yang tidak terlalu pekat dengan konsenetrasi rendah.
Teknik pengenceran ini melibatkan dua komponen yang berbeda. Hasil dari
pengenceran ini dinamakan larutan. Larutan didefinisikan sebagai campuran
homogeny antara kedua zat atau lebih zat yang terdispersi atau melarut dengan baik.
Komponen yang menjadi komposisi larutan ialah solute dan solvent. Solute
merupakan zat terlarut yaitu suatu zat yang berperan sebagai subjek dalam
pengenceran, artinya sebagai bahan utama yang akan dilarutkan dengan solvent atau
pelarut. Sedangkan solvent merupakan pelarut, zat ini bertindak sebagai medium
untuk proses pelarutan solute. Menurut komposisinya, larutan terbagi penjadi 2 jenis
yaitu larutan encer dan larutan pekat. Larutan encer merupakan sutu larutan yang
mengandung sejumlah kecil solute, artinya larutan tersebut mengandung lebih banyak
solvent atau pelarut daripada zat terlarutnya. Begitupun sebaliknya, larutan pekat
lebih memiliki sebagian besar solute, artinya larutan memiliki kandungan pelarut
yang lebih rendah dibandingkan zat terlarutnya. Selama proses penenceran, hasil
dapat diketahui seberapa besar tingkat konsenterasi bahan sebelum dan setelah
diencerkan. Dalam mekanismenya, pengenceran ini termasuk analisa kuantitatif yaitu
suatu analisa yang melibatkan perhitungan setelah dilakukan uji. Konsentrasi dalam
suatu larutan dapat dinyatakan dalam bentuk molaritas, normalitas, persen (%), dan
ppm. Satuan tersebut memiliki konsep perhitungan yang berbeda sesuai jenis pelarut
dan zat terlarut yang digunakan. [ CITATION Rus18 \l 1033 ]

10
BAB 3. MATERI DAN METODE

3.1 Materi
Pembuatuan desinfektan dilakukan dengan metode pengenceran larutan.. Alat
yang digunakan selama proses antara lain gelas kimia 250 ml. gelas ukur 10 ml,
corong plastik, dan botol air mineral. Bahan yang dibutuhkan adalah cairan
desinfektan bermerk Wipol Sereh dan Jeruk dan air bersih. Cairan wipol yang
digunakan sebanyak 40 ml dan diencerkan dengan air bersih sebanyak 960 ml.

3.2 Metode
Langkah pertama dalam pembuatan desinfektan adalah mempersiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan. Langkah kedua menuangkan air bersih kedalam botol
sebanyak 500 ml, digunakan corong sebagai alat bantu. Kemudian menambah dengan
cairan wipol sebanayak 40 ml sesuai standar . Selanjutnya menambahkan air bersih
sebanyak 460 ml. Total volume dalam botol sebanyak 1000 ml atau setara dengan 1
Liter. Langkah selanjutnya diaduk agar homogen antar kedua pelarut tersebut.
Kemudian dihitung konsenterasi larutan setelah diencerkan. Desinfektan dari wipol
siap digunakan untuk pembersih , dan dapat digunakan dengan cara penyemprotan
area atau benda yang membutuhkan perlindungan lebih.

11
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan


Setelah dilakukan praktikum sesuai prosedur, dapat diketahui konsenterasi
sebelum pengenceran dan setelah sangat berbeda. Volume akhir juga semkain
bertambah karena ditambahkan oleh pelarut air. Satuan konsenterasi yang digunakan
dalam pengenceran kali ini adalah persen (%). Perhitungan kadar sebagai berikut :
4.1.1 Benzalkonium chloride 1,25%
M1 x V1 = M2 x V2
1,25% x 40 ml = M2(%) x 1000 ml
M2(%) = 1,25% x 40 ml
1000 ml
= 0,05 %
4.1.2 Ethoxylated Alcohol 3%
M1 x V1 = M2 x V2
3% x 40 ml = M2(%) x 1000 ml
M2(%) = 3% x 40 ml
1000 ml
= 0,12 %

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengenceran Larutan
Proses pengenceran adalah teknik mencampur larutan yang mulanya memiliki
konsentrasi tinggi ditambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar

12
dan konsterasi yang rendah. Setiap bahan kimia yang bertindak sebagai solute atau
zat terlarut memiliki sifat yang berbeda. Ada beberapa bahan kimia harus
menambahkan air terlebih dahulu kemudian ditambah zat terlarut yang akan
digunakan, hal ini dikarenakan pada beberapa bahan kimia memiliki sifat panas
sehingga harus dinetralkan terlbih dahulu dengan pelarut. Dalam pembuatan suatu
larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu. Dalam menghitung
konsentrasinya dapat dinyatakan dengan molalitas, molaritas, normalitas, ppm, persen
dan lain sebagainya.. Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam
larutan. Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau
lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut
yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung sebagian
besar solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau
pekat. Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah
atau encer
Pada skala laboratorium terdapat larutan yang memiliki konsenterasi berbeda
dengan konsentrasi yang praktikan kehendaki. Jika larutan yang tersedia memiliki
konsenterasi lebih tinggi dari yang kita butuhkan maka praktikan harus melakukan
pengenceran terlbih dahulu. Proses pengenceran ini menyebabkan volume dan
konsenterasi larutan berubah namun jumlah mol zat terlarut tetap. Rumus yang
digunakan dalam menghitung konsenterasi setelah pengenceran adalah sebagai
berikut :
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan:
V1 = Volume larutan pekat yang akan diencerkan
M1 = Konsenterasi larutan pekat
V2 = Volume larutan yang akan kita buat
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat

13
4.2.2 Desinfektan
Desinfektan yang memiliki kandungan bahan  Benzalkonium Chloride yakni
zat amonium pada umumnya terdapat dalam produk antiseptik, seperti sampo atau
sabun. Selain itu, benzalkonium chloride juga menjadi salah satu bahan penyusun
dalam produk-produk obat yaitu sebagai preparat mulut dan menangani gangguan
ringan pada mata. Zat ini bekerja dengan menghentikan pertumbuhan beberapa jenis
bakteri, virus, atau jamur yang dapat membahayakan tubuh. Desinfektan yang
mengandung bahan aktif ini telah digunakan untuk membersihkan beberapa area.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya menyatakan bahwa
kandungan yang digunakan dalam bahan penyemprotan desinfektan oleh Pemkot
Surabaya bersifat aman, artinya baik untuk lingkungan maupun manusia. Menurut
Kepala Bidang Peternakan dan Penyuluhan, DKPP Kota Surabaya, Meita Irene
Wowor, menyatakan bahwa bahan Benzalkonium Chloride ini umum digunakan
sebagai bahan antiseptik dan disinfektan. Mulai obat tetes mata, sampo, dan hand
sanitizer. Bahan tersebut merupakan zat kimia yang berfungsi sebagai antiseptik jika
digunakan dalam konsentrasi rendah. Namun juga dapat berfungsi sebagai disinfektan
jika digunakan dalam konsentrasi tinggi. Kandungan Benzalkonium Chloride ini
dapat berfungsi untuk membunuh jamur, virus, serta mikroorganisme yang lain.
Ketua Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi Unair, Retno Sari
mengatakaN bahwa penyemprotan di bilik sterilisasi atau bilik disinfeksi, sebenarnya
itu adalah benzalkonium chloride. Prinsipnya, itu merupakan kelompok senyawa
ammonium quarterner yang bersifat surfaktan. Surfaktan artinya akan mempengaruhi
permukaan.. Retno juga menjelaskan, bahan aktif ini dapat mematikan virus. Virus
merupakan makhluk hidup atau not living organism yang tidak memiliki dinding sel,
namun terdapat lapisan protein pada permukaannya, Sehingga jika protein itu terkena
bahan yang mempengaruhi sifat permukaannya, maka akan menggumpal dan rusak.
Retno juga memaparkan, bahwa proses disinfeksi berbeda dengan sterilisasi.
Sterilisasi memang harus benar-benar steril dan mikroba penganggu harus noll.
Sedangkan disinfeksi, hanya berfungsi untuk menurunkan jumlah bakteri virus

14
sampai dia tidak membahayakan kesehatan. Dalam bidang peternakan, benzalkonium
chloride ini juga dimanfaatkan untuk penyemprotan kandang binatang

4.2.3 Kandungan bahan aktif dalam produk


Benzalkonium chloride adalah zat amonium yang umumnya terkandung
dalam produk antiseptik, seperti sampo atau sabun dan pembersih perabotan rumah..
Zat ini bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan beberapa jenis bakteri, virus,
atau jamur yang dapat membahayakan tubuh. Benzalkonium Chloride merupakan
golongan antiseptik dan desinfektan. Bahan aktif ini memiliki manfaat untuk
Menghambat dan membunuh pertumbuhan mikroorganisme Mencegah terjadinya
pencemaran bakteri atau virus penyebab infeksi. Pada beberapa produk, zat ini
terkandung dalam obat tetes mata, larutan pembersih mata, gel rongga mulut, spray
rongga mulut, obat kumur. Namun adapula efek samping yang ditimbulkan jika
terlalu berlebihan dan tidak sesuai dosis dalam menggunakan benzalkonium
chloride,antara lain kerusakan saluran air mata dan permukaan kornea, konjungtivitis,
infeksi, pembengkakan, kemerahan, dan iritasi . Benzalkonium klorida adalah bahan
aktif dalam banyak produk konsumen: Dalam bidang farmasi, bahan ini digunakan
khusus untuk aktivitas antimikroba dalam beberapa produk seperti mata , telinga dan
tetes hidung atau semprotan , sebagai pengawet. Untuk produk perawatan pribadi
seperti pembersih tangan , tisu basah , sampo , sabun , deodoran, dan kosmetik,
sebagai antiseptik kulit dan semprotan pembasuh luka seperti Bactine . 
Benzalkonium klorida merupakan salah satu zat kimia yang mempunyai
aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri yang aman, mempunyai warna dan bau
serta tidak mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. [ CITATION Hid14 \l 1033 ]
Benzalkonium klorida mempunyai sifat bakterisidal, yakni mematikan bentuk-bentuk
vegetatif bakteri dan mikroorganisme .Bahan aktif ini sering ditegunakan sebagai
desinfektan untuk sanitasi permukaan yang keras, pembersih untuk permukaan lantai
dan keras seperti semprotan antibakteri Lysol , Dettol , dan Wipol. Benzalkonium

15
klorida juga digunakan dalam banyak proses dan produk non-konsumen, termasuk
sebagai bahan aktif dalam disinfeksi bedah.  Keuntungan dari benzalkonium klorida
adalah tidak menimbulkan sensasi terbakar ketika diterapkan pada kulit yang rusak. 
Namun, kontak kulit yang lama atau berulang dapat menyebabkan dermatitis . Pada
dasarnya bahan ini aktif melawan bakteri ,virus, jamur, dan protozoa.  Jika bahan
aktif ini dilarutkan dalam air maka akan bersifat bakteriostatik atau bakterisidal sesuai
dengan konsentrasinya.
Ethoxylated Alcohol adalah bahan kimia yang digunakan sebagai
pembersih, atau “surfaktan”. Bahan aktif ini dapat ditemukan pada produk
pembersihan perabotan rumah seperti pembersih serbaguna dan produk
pembersih mobil, hingga digunakan sebagai desinfektan. Suatu produk yang
mengandung bahan aktif ini berguna untuk mengangkat kotoran dan endapan
dengan cara mengepung partikel kotoran yang melekat untuk meluruhkannya
dari permukaan, sehingga kotoran dapat dibilas. Ethoxylated alcohol juga dapat
digunakan sebagai pengemulsi. Zat ini membantu mengikat bahan aktif dan
menjaga agar formula tidak terurai, karena formula dalam sutu produk sangat
mungkin mengalami penguraian. Beberapa produk ditambahkan pengemulsi jika
diperlukan untuk memastikan bahwa produk tersebut mampu bekerja maksimal
setiap kali digunakan.
Ditinjau dari kesehatan manusia, tidak bersifat sensitif
terhadap mutagenik , karsinogenik , kulit , atau menyebabkan efek reproduksi dan
perkembangan. Alkohol etoksilat yang tidak dilarutkan dapat menyebabkan iritasi
kulit dan mata. Jika dilarutkan dalam air memiliki tingkat iritasi tergantung pada
konsentrasi. Bahan aktif ini dianggap memiliki toksisitas rendah hingga sedang
sehingga memiliki toksisitas pada kulit akut rendah ,paparan oral akut, ,dan potensi
iritasi ringan pada kulit dan mata sesuai konsentrasi yang ditemukan dalam produk
konsumen. Pada aspek akuatik dan lingkungan, Alkohol etoksilat biasanya dilepaskan
ke saluran pembuangan, di mana bahan tersebut dapat diserap ke dalam padatan dan
terurai melalui proses anaerob, dengan ~ 28-58% terdegradasi di selokan  Jika

16
dilepaskan ke perairan permukaan, sedimen atau tanah, bahan ini akan mengalami
degradasi melalui proses aerobik dan anaerobik atau biasnaya dapat diambil oleh
tumbuhan dan hewan.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Proses pengenceran dilakukan untuk menurunkan konsenterasi bahan aktif
yang terkadang di dalam suatu produk dan menambah volume larutan dari pekat
hingga encer sehingga volume bertambah. Air sebagai pelarut digunakaan unruk
mengencerkan bahan aktif dalam produk Wipol Sereh dan Jeruk sehingga dapat
diketahui konsenterasi Benzalkonium klorida yang mulanya 1,25% menjadi 0,05% .
Sedangkan Ethoxylated Alcohol yang mulanya memiliki konsenterasi 3%,
setelah diencerkan konsenterasi turun menjadi 0,12%. Adanya kandungan bahan
aktif dapat digunakan sebagai desinfektan yang dapat berfungsi untuk membunuh
jamur, virus, serta mikroorganisme yang lain. Mikroorganisme tersebut antara lain
adalah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter cloacae, Salmonella
sp. dan lain-lain. Dalam bidang peternakan, desinfektan ini juga dimanfaatkan untuk
penyemprotan kandang.

5.2 Saran
Bahan aktif yang terkandung dalam produk rumah tangga dapat digunakan
seabgai desinfektan, namun harus dilakukan pengenceran larutan untuk menurunkan
konsenterasinya karena tidak semua bahan aktif aman untuk lingkungan dan manusia
jika konsenterasinya tinggi. Tidak menggunakan desinfektan secara berlebihan untuk
menghindari adanya reaksi dengan manusia

17
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Setiani, O., & Joko, T. (2015). Efektivitas Dosis Desinfektan Fenol Terhadap
Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Rsud Tugurejo Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3(1), 492–500.
Dewi, D. A. P. R., Iravati, S., & Sarto. (2016). Efektivitas Desinfektan terhadap
Bakteri Ruang Bedah Intalasi Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Sanglah
Denpasar. ReserarchGate
Hidayat, S., Ferdiansyah, R., & Juniarto, A. D. (2014). Pengaruh Penggunaan
Benzaklonium Klorida Untuk Meningkatkan kualitas Susu Sapi.
Pharmaceutical Science and Technology , 3(1): 9-15
Herawati, D., & Yuntarso, A. (2017). Penentuan Dosis Kaporit Sebagai Desinfektan
dalam Mneyisihkan Konsenterasi Ammonium Pada Air Kolam. Sains Health ,
1(2):65-74.
Lalitha, N. C. ., Yerusha, C., Mutyala Rao, S., Sria, B., & Devi., D. R. (2017).
Sensitivity Of Floor Microflora Towards Various Disinfectants. World
Margaret, M., & Quinn ScD, C. (2015). Cleaning and disinfecting environmental
surfaces in health care: Toward an integrated framework for infection and
occupational illness prevention. American Journal of Infection Control.
ELSIVIERJournal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences.
Rusman, Rahmayani, R. F., & Mukhlis. (2018). Kimia Larutan. Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press.
Sufyani, F., Pratiwi, A., & Siringoringo, W. P. (2018). Koefisien Fenol Produk

18
Desinfektan yang beredar di salah satu Supermarket Kota Lubuk Pakam.
Farmasi Herbal , 1(1): 11-16.
Supandi, Lestari, P. M., & Pahriyant, A. (2019). Pembuatan Karbol sebagai
Desinfektan Lantai. Solma , 8(2): 193-200.

Wikipedia. (2020, Maret 31). Benzalkonium Chloride. Retrieved April 18, 2020, from
Wikipedia the free encyclopedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Benzalkonium_chloride
Wikipedia. (2020, April 1). Ethoxylation. Retrieved April 18, 2020, from Wikipedia
the free encyclopedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Ethoxylation

19
LAMPIRAN

Gambar 1. Persiapan alat dan bahan

20
Gambar 2. Penambahan pelarut

Gambar 3. Penambahakan solute

21
Gambar 4. Hasil Pengenceran

22

Anda mungkin juga menyukai