PRAKTIKUM FITOKIMIA
“EKSTRAKSI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa
bilimbi L.) DENGAN METODE PERKOLASI”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
ANDI NURUL ANNISA HIDAYAH 201704003
DARNA DARU 201704007
DITA SYAMSUDDIN 201704009
EKA ADRIYANTI RONA 201704011
RAHMANIAH 201704023
SUCI SAFITRI ANNUR 201704030
YUDHI PRAREZEKI 201704037
TUJUAN
1. Setelah melakukan praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan
simplisia.
2. Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan serbuk
dari simplisia.
3. Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu merencanakan cara atau
urutan kerja penelitian di bidang fitokimia.
4. Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu menentukan karakterisasi
simplisia dan pembuatan ekstrak tanaman.
5. Setelah melakukan praktikum para mahasiswa diharapkan melakukan
identifikasi kandungan kimia berupa identifikasi kandungan Alkaloid
6. Setelah melakukan praktikum para mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pemisahan fraksinasi ekstrak tanaman untuk mendapat senyawa aktif
7. Praktikan mampu mengetahui cara-cara pengujian dalam pelajaran fitokimia
untuk mengidentifikasi zat yang terkandung di dalam suatu tumbuhan.
KEGUNAAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui zat kimia yang terkandung dalam tanaman daun
bluntas.
2. Mahasiswa mampu memberikan informasi tentang zat kimia yang ada dalam
tanaman daun belimbing.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1.5 Penggunaan
Daun belimbing wuluh dapat dimanfaatkan sebagai
obat rematik, stroke, obat batuk, anti radang, analgesik, anti
hipertensi, anti diabetes. Daun belimbing wuluh mengandung
flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu
menjaga terjadinya oksidasi sel tubuh. Flavonoid secara
umum terdapat hampir pada semua tumbuhan yang terikat
pada gula,sebagai glikosida dan aglikon. Flavonoid dapat
berfungsi sebagai antimikrobia, antivirus, antioksidan,
antihipertensi, dan mengobati gangguan fungsi hati.
Flavonoid bersifat bakteriostatik dalam menghambat
pertumbuhan bakteri (Dalimartha, 2008).
III.2 METODE EKSTRAKSI BAHAN ALAM
III.2.1 TUJUAN EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat
aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan
termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel
tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga
diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya. (Dirjen POM, 1995)
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik
komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini
didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam
pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Dirjen POM, 1995).
A B C
7:3 8:2 9:1
A (7:3) B (8:2) C (9:1)
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
No
1 0,7 cm Kuning 0,4 cm Kuning 0,3 cm Hijau
= = 0,05 = 0,04
6,7 cm 6,8 cm 6,6 cm
0,10
2 1,3 cm Kukuni 0,8 cm Kuning 0,6 cm Hijau
= = 0,11 = 0,09
6,7 cm 6,8 cm 6,6 cm
ngan
0,19
3 2,4 cm Kuning 1,1 cm Kuning 1,0 cm Hijau
= = 0,16 = 0,15
6,7 cm 6,8 cm 6,6 cm
0,35
4 4,3 cm Hijau 1,5 cm Hijau 1,5 cm Hijau
= = 0,22 = 0,22
6,7 cm 6,8 cm 6,6 cm
0,64
5 4,6 cm Hijau 1,9 cm Kekuni 1,7 cm Hijau
= = 0,27 = 0,25
6,7 cm 6,8 cm 6,6 cm
ngan
0,68
6 6,4 cm Hijau 2,6 cm Kuning 2,3 cm Kuning
= = 0,38 = 0,34
6,7 cm 6,8 cm 6,6 cm
0,95
7 - - 2,8 cm 2,9 cm
Hijau jingga
= 0,41 = 0,43
6,8 cm 6,6 cm
8 - - 3,1 cm 3,2 cm
Hijau Kuning
= 0,45 = 0,48
6,8 cm 6,6 cm
9 - - 3,5 cm 4,7 cm
Kekuni Merah
= 0,51 = 0,71
6,8 cm 6,6 cm
ngan muda
10 - - 3,7 cm 5,3 cm
Hijau Ungu
= 0,54 = 0,80
6,8 cm 6,6 cm
11 - - 3,9 cm 5,8 cm
Ungu Merah
= 0,57 = 0,87
6,8 cm 6,6 cm
muda
12 - - 6,1 cm kuning 6,3 cm Ungu
= 0,89 = 0,95
6,8 cm 6,6 cm
13 - - 6,5 cm Kuning 6,5 cm Jingga
= 0,95 = 0,98
6,8 cm 6,6 cm
Tabel VI.1 Ekstraksi Kloroform I dengan Eluen N-Heksan – Etil Asetat
A B C
9:1 8:2 7:3
A (9:1) B (8:2) C (7:3)
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
No
1 0,3 cm Hijau 0,3 cm Hijau 0,4 cm Hijau
= 0,04 = 0,04 = 0,05
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
2 0,5 cm Kekuni 0,5 cm Hijau 0,5 cm Hijau
= 0,07 = 0,07 = 0,07
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
ngan
3 0,7 cm Hijau 0,7 cm Kuning 0,6 cm Hijau
= 0,10 = 0,10 = 0,08
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
4 1,0 cm Hijau 1,2 cm kekuni 2,0 cm Hijau
= 0,14 = 0,18 = 0,29
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
ngan
5 1,2 cm Ungu 1,5 cm Merah 4,0 cm Hijau
= 0,17 = 0,22 = 0,59
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
muda
6 1,4 cm Merah 1,8 cm Hijau 4,2 cm Hijau
= 0,20 = 0,27 = 0,62
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
muda
7 1,5 cm Merah 2,0 cm Merah 4,8 cm Hijau
= 0,22 = 0,30 =
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
muda muda
0.71
8 1,9 cm Biru 2,3 cm Hijau 5,3 cm Ungu
= 0,28 = 0,34 = 0,79
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
9 2,4 cm Jingga 2,5 cm Kuning 5,7 cm Kuning
= 0,35 = 0,37 = 0,85
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
10 3,0 cm Merah 2,7 cm Kuning 6,2 cm Kuning
= 0,44 = 0,40 =
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
muda
0,92
11 3,4 cm Merah 3,0 cm Hijau 6,5 cm ungu
= 0,50 = 0,45 = 0,97
6,7 cm 6,6 cm 6,7 cm
muda
12 - - 3,2 cm Merah - -
= 0,48
6,6 cm
muda
13 - - 3,5 cm Hijau - -
= 0,53
6,6 cm
14 - - 3,8 cm Ungu - -
= 0,57
6,6 cm
15 - - 4,3 cm Ungu - -
= 0,65
6,6 cm
16 - - 4,6 cm Kuning - -
= 0,69
6,6 cm
17 - - 5,0 cm Merah - -
= 0,75
6,6 cm
muda
18 - - 5,3 cm Jingga - -
= 0,80
6,6 cm
19 - - 5,4 cm Hijau - -
= 0,81
6,6 cm
20 - - 6,3 cm Jingga - -
= 0,95
6,6 cm
21 - - 6,4 cm kekuni - -
= 0,96
6,6 cm
ngan
Tabel VI.2 Ekstraksi Kloroform II dengan Eluen N-Heksan – Etil Asetat
VI.2 PEMBAHASAN
Praktikum Fitokimia ini dimulai dari pengambilan bahan, pengolahan
bahan, ekstraksi dan terakhir adalah penentuan senyawa dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kegiatan pengambilan bahan dilakukan di
desa Bulu’e, Kec. Marioriawa, Kab. Soppeng pada tanggal 3 April 2019.
Pengambilan bahan dilakukan pada pukul 08.00 – 12.00 WITA. Setelah
pengumpulan bahan, langkah selanjutnya adalah pengolahan bahan. Bahan
yang telah diambil sebelumnya disortasi basah untuk memisahkan kotoran
dari bahan kemudian dicuci. Setelah dicuci, bahan dipotong-potong kecil
kemudian dikeringkan. Setelah kering bahan disortasi kembali.
Setelah pengolahan bahan, langkah selanjutnya adalah dilakukan
proses ekstraksi. Pada percobaan ini dilakukan metode ekstraksi yaitu
perkolasi. Hasil dari ekstraksi ini kemudian dipanaskan untuk mendapatkan
ekstrak kental yang selanjutkan akan digunakan untuk ekstraksi n-heksan
dan etil asetat.
Selanjutnya adalah dilakukan proses fraksinasi untuk menentukan
senyawa yang terkandung dalam daun belimbing wuluh dengan cara
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT dilakukan dengan cara menotol
ekstrak daun belimbing wuluh dari ekstraksi dengan metanol, dietil eter
ataupun n-butanol diatas plat KLT dengan adsorben silika gel GF 254. Plat
KLT yang telah ditotol kemudian dimasukkan di dalam bejana tertutup yang
berisi eluen polar maupun non polar dan diamati penampakan nodanya.
Elusi dihentikan apabila eluen sudah mencapai batas. Setelah itu diperiksa
spot senyawa dengan sinar UV dengan panjang gelombang 254 dan 366 mm
kemudian plat KLT ditentukan spot senyawa dengan pereaksi H 2SO4 dan
dipanaskan selama 5-10 menit pada suhu 110-120ºC.
Pada ekstraksi kloroform I dengan eluen N-Heksan – Etil asetat dengan
perbandingan 7:3, ada beberapa noda yang muncul. Yang pertama terdapat noda
berwarna kuning dengan Rf 0,10; 0,35 yang berarti ekstrak tersebut mengandung
Flavonoid. Yang kedua terdapat noda berwarna hijau dengan Rf 0,64; 0,68; 0,95
yang berarti ekstrak tersebut mengandung Steroid. Yang ketiga terdapat noda
berwarna kekuningan dengan Rf 0,19 yang berarti ekstrak tersebut mengandung
alkaloid. Pada eluen dengan perbandingan 8:2, terdapat beberapa noda yang
muncul. Yang pertama yaitu noda berwarna kuning dengan Rf 0,05; 0,11; 0,16;
0,38; 0,89; 0,95 yang berarti ekstrak tersebut mengandung flavonoid. Yang kedua
terdapat noda berwarna hijau dengan Rf 0,22; 0,41; 0,45; 0,54 yang berarti ekstrak
tersebut mengandung steroid. Yang ketiga terdapat noda berwarna kekuningan
dengan Rf 0,27; 0,51 yang berarti ekstrak tersebut mengandung alkaloid. Yang
keempat terdapat noda berwarna ungu dengan Rf 0,57 yang berarti ekstrak
tersebut mengandung saponin.
Pada eluen dengan perbandingan 9:1 terdapat beberapa noda yang
muncul dengan Rf yang berbeda-beda. Yang pertama yaitu terdapat noda
berwarna kuning dengan Rf 0,34; 0,48 yang berarti ekstrak tersebut mengandung
flavonoid. Yang kedua terdapat noda berwarna hijau dengan Rf 0,04; 0,09; 0,15;
0,22; 0,25 yang berarti ekstrak tersebut mengandung steroid. Yang ketiga terdapat
noda berwarna jingga dengan Rf 0,43; 0,98 yang berarti ekstrak tersebut
mengandung flavonoid. Yang keempat yaitu terdapat noda berwarna merah muda
dengan Rf 0,71; 0,87 yang berarti ekstrak tersebut mengandung flavonoid. Yang
kelima terdapat noda berwarna ungu dengan Rf 0,80; 0,95 yang berarti ekstrak
tersebut mengandung saponin.
Pada ekstraksi kloroform II dengan eluen N-Heksan – Etil asetat dengan
perbandingan 9:1 ada beberapa noda yang muncul. Yang pertama yaitu noda
berwarna hijau dengan Rf 0,04; 0,10; 0,14 yang berarti ekstrak tersebut
mengandung steroid. Yang kedua yaitu noda berwarna kekuningan dengan Rf
0,07 yang berarti ekstrak tersebut mengandung alkaloid. Yang ketiga terdapat
noda berwarna ungu dengan Rf 0,17 yang berarti ekstrak tersebut mengandung
saponin. Yang keempat terdapat noda berwarna merah muda dengan Rf 0,20;
0,22; 0,44, 0,50 yang berarti ekstrak tersebut mengandung flavonoid. Yang kelima
terdapat noda berwarna biru dengan Rf 0,28 yang berarti ekstrak tersebut
mengandung flavonoid. Yang keenam terdapat noda berwarna jingga dengan Rf
0,35 yang berarti ekstrak tersebut mengandung flavonoid.
Pada eluen dengan perbandingan 8:2 terdapat beberapa noda yang
muncul. Yang pertama terdapat noda berwarna hijau dengan Rf 0,04; 0,07; 0,27;
0,34; 0,45; 0,53; 0,81 yang berarti ekstrak tersebut mengandung steroid. Yang
kedua terdapat noda berwarna kuning dengan Rf 0,10; 0,37; 0,40; 0,69 yang
berarti ekstrak tersebut mengandung flavonoid. Yang ketiga terdapat noda
berwarna kekuningan dengan Rf 0,18; 0,96 yang berarti ekstrak tersebut
mengandung alkaloid. Yang keempat terdapat noda berwarna merah muda dengan
Rf 0,22; 0,30; 0,48; 0,75 yang berarti ekstrak tersebut mengandung flavonoid.
Yang kelima terdapat noda berwarna ungu dengan Rf 0,57; 0,95 yang berarti
ekstrak tersebut mengandung saponin. Yang keenam terdapat noda berwarna
jingga dengan Rf 0,80; 0,95 yang berarti ekstrak tersebut mengandung flavonoid.
Pada eluen dengan perbandingan 7:3 terdapat beberapa noda yang
muncul. Yang pertamaterdapat noda berwarna hijau dengan Rf 0,05; 0,07; 0,08;
0,29; 0,59; 0,62; 0,71 yang berarti ekstrak tersebut mengandung steroid. Yang
kedua terdapat noda berwarna kuning dengan Rf 0,85; 0,92 yang berarti ekstrak
tersebut mengandung flavonoid. Yang ketiga terdapat noda berwarna ungu dengan
Rf 0,79; 0,97 yang berarti ekstrak tersebut mengandung saponin.
Pada KLT dengan eluen non polar, semakin besar perbandingan maka
semakin kecil jarak noda hal ini dikarenakan penggunaan n-heksan yang bersifat
non polar memiliki atraksi yang rendah hal ini bisa dilihat pada perbandingan 9:1,
semakin banyak n-heksan yang digunakan maka semakin kecil nilai Rf yang
didapat. Sedangkan pada KLT dengan eluen polar memiliki jarak noda yang
tinggi hal ini dikarenakan pelarut polar memiliki atraksi yang besar sehingga
menyebabkan nilai Rf menjadi tinggi.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1 Kesimpulan
Pada Praktikum kali ini menggunakan sampel Daun Belimbing, dari
hasil Praktikum diketahui bahwa Daun Belimbing mengandung steroid,
flavonoid, alkaloid, flavonolol, dan saponin.
VII.2 Saran
Sebaiknya sebelum praktikum, praktikan menyiapkan bahan yang
cukup dan alat-alat yang digunakan agar selama praktikum prosesnya
berjalan lancar dan lebih teliti selama melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
ANDI NURUL ANNISA HIDAYAH 201704003
DARNA DARU 201704007
DITA SYAMSUDDIN 201704009
EKA ADRIYANTI RONA 201704011
RAHMANIAH 201704023
SUCI SAFITRI ANNUR 201704030
YUDHI PRAREZEKI 201704037
Penyusun